Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AGAMA ISLAM V

(FIQIH KESEHATAN)
TENTANG KONSEP TRANSFUSI DARAH DALAM ISLAM

Dosen Pengampu : Dr. Abdul Wahab, M.Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 8

1. Diah Oktavia Ningsih (14201.11.19005)


2. Dini Wahyuni (14201.11.19006)
3. Isye Eka Purwanti (14201.11.19019)
4. Khoirun Nisak (14201.11.19022)
5. Maimunah (14201.10.19024)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga makalah dengan judul Konsep Transfusi Darah dalam Islam ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Semoga shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada
Nabi kita Muhammad SAW, juga segenap keluarga, dan para sahabatnya.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina
Yayasan Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes selaku Ketua STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
3. Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku Kepala Prodi
Sarjana Keperawatan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo.
4. Iin Aini Isnawati S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Koordinator Mata Kuliah Agama
Islam V.
5. Dr. Drs. Abdul Wahab, M.Ag. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Agama
Islam V.
6. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
7. Rekan – rekan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
semester V.
Karena tanpa dukungan dan bimbingan beliau makalah ini tidak akan
terselesaikan. Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada
saya mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan para pembaca
untuk dijadikan referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Probolinggo, 15 November 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu permasalahan dalam wacana hukum Islam yang sedang
marak dibicarakan yaitu tentang transfusi darah. Secara faktual, status
hukum praktik transfusi darah dalam konteks kajian fikih tidak terungkap
secara eksplisit pada waktu penyusunan aturan hukum Islam. Bahkan
dalam Al-Quran maupun Al-Hadits sebagai sumber dasar hukum Islam
tidak menjelaskan hukum tersebut secara komprehensif. Sehingga
permasalahan ini disebut sebagai masalah ijtihadilah maka proses
penyelesaiannya pun menggunakan jalan ijtihad oleh para ulama (Heny
dan Achmad Fageh, 2021)
Transfusi darah dalam bahasa arab disebut Naqluqddami lil ilaji,
dalam bahasa inggris disebut blood transfution yang berarti memindahkan
darah karena kepentingan medis. Doktor achmad Sofyan memberikan
pengertian transfusi darah dengan istilah tuang darah sebagimana
dikemukakannya dalam rumusan definisinya bahwa transfusi darah
memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan
ditolong (Abdul Aziz, 2021)
Produksi darah (whole blood dan komponen darah) pada tahun
2016 sebanyak 4.201.578 kantong sesuai dengan panduan WHO bahwa
kebutuhan darah adalah minimal sebesar 2% dari jumlah penduduk, maka
jika jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 258.704.986
jiwa, maka idealnya dibutuhkan darah sebanyak 5.174.100 kantong darah,
Sehingga masih terdapat kekurangan sebanyak 972.522 kantong darah
atau sebesar 18,8% (Kemenkes, 2017)
Sebanyak 72.7% darah diolah menjadi komponen darah seperti
packed red cell (RPC), washed erythrocytes (WE), trombocyte concetrate
(TC), plasma, fresh frozen plasma (FFP) dan cryoprecipitate. Jumlah
minimal kebutuhan darah dan produksi darah untuk setiap provinsi yang
didapatkan dari 281 UTD hanya 5 provinsi yang kebutuhan darahnya telah
terpenuhi yaitu Provinsi DKI Jakarta, Yogyakarta, Bali, dan Kalimantan
Timur. Pada tahun 2016, sebagian besar donasi darah di indonesia, yaitu
72,5% berasal dari donor laki-laki dan hanya 27,5% berasal dari donor
perempuan.
Al-Quran hanya mengisyaratkan tentang status darah sebagai
barang yang najis dimana pemanfaatannya dilarang dipergunakan. Hal ini
diungkap secara jelas dalam Al-Quran
“Diharamkan bagimu (mempergunakan) bangkai, darah, daging babi,
dengan hewan yang disembelih bukan atas nama Allah”.
Selain itu juga berdasarkan sabda Rasulullah SAW dikatakan,
“segala jenis darah adalah najis, terhitung juga darahnya manusia (HR.
Bukhari dan Muslim)”, oleh karena itu, dalam aturan Islam dilarang
digunakan secara langsung maupun tidak langsung dalam hal apa pun,
Tubuh adalah amanat dari Allah SWT dan manusia tidak memiliki hak
terhadap badannya untuk merusak, memotong, atau menduplikasikannya
untuk orang lain.
Kaitannya pada praktik transfusi darah tidak dapat dipungkiri
bahwa risiko yang akan muncul akibat dilakukannya donor darah yaitu
menimbulkan bahaya (mudarat) bagi diri pihak pendonor maupun pihak
penerima donor (resipien). Meskipun melakukan transfusi darah dapat
menolong nyawa orang lain dari bahaya kematian akibat suatu penyakit
atau kecelakaan. Akan tetapi juga rentan terhadap terjadinya bahaya
berupa komplikasi serta konsekuensi dari aktivitas menransfusikan darah
seperti alergi, hemolytic dan meriang, cedera paru-paru akut
(TRALI/Transfusion Related Acute Lung Injury), Hemokromatosis, Graft
Versus Host Disease, bahkan infeksi.
Oleh karena itu, dari latar belakang masalah diatas maka perlu
dikaji secara mendalam mengenai hukum dilakukannya praktik transfusi
darah oleh pihak pendonor kepada penerima donor darah (resipien).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Transfusi Darah?
2. Apa saja jenis-jenis Transfusi Darah dan Penggunaannya?
3. Apa tujuan dari Transfusi Darah?
4. Bagaimana Hukum Transfusi Darah Menurut Medis?
5. Bagaimana Hukum Transfusi Darah Menurut Islam?
6. Bagaimana Hukum menerima Transfusi Darah dari Non Muslim?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


a. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka makalah ini memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Transfusi Darah
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis Transfusi Darah dan
Penggunaannya
3. Untuk mengetahui tujuan dari Transfusi Darah
4. Untuk mengetahui Hukum Transfusi Darah Menurut Medis
5. Untuk mengetahui Hukum Transfusi Darah Menurut Islam
6. Untuk mengetahui Hukum menerima Transfusi Darah dari Non
Muslim
b. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
memahami tentang Konsep Transfusi Darah dalam Islam Serta
sebagai bahan mata ajar dalam proses belajar mengajar di Institusi.
2. Tenaga Kesehatan (Perawat)
Agar mengetahui tentang Konsep Transfusi Darah dalam Islam
sehingga dapat dengan benar mengaplikasikannya dalam dunia
kerja, serta dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di
masyarakat.
3. Mahasiswa
Menambah wawasan teori kepada mahasiswa tentang Konsep
Transfusi Darah dalam Islam sehingga nantinya mereka dapat
mengetahui bagaimana atau apa yang seharusnya mereka lakukan
ketika berjumpa dengan klien dengan kasus seperti ini
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TRANSFUSI DARAH


Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau komponen
darah yang bisa berasal dari berbagai sumber ke dalam makhluk hidup.
Transfusi darah umumnya berhubungan dengan kehilangan darah dalam
jumlah besar yang disebabkan oleh trauma, operasi, syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Dalam transfusi, orang
yang memberikan darahnya disebut sebagai donor, sedangkan yang
menerima darah disebut resipien (Cyntia, 2017).
Tranfusi darah merupakan bagian penting dari perawatan kesehatan
modern, dilakukan pemindahan darah dari darah donor ke dalam sirkulasi
darah resipien. Penanganan tranfusi darah memerlukan keseriusan dalam
pengembangan strategi terpadu untuk meningkatkan kemampuan
penggunaan darah yang bersifat global dan mengurangi risiko yang
menyertai transfusi (Nari, 2017)
Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood
Transfution” yang artinya memasukkan darah orang lain ke dalam
pembuluh darah orang yang akan ditolong. Hal ini dilakukan untuk
menyelamatkan jiwa seseorang karena kehabisan darah. Menurut Asy-
Syekh Husnain Muhammad Makhluuf merumuskan definisinya sebagai
berikut:

Artinya: “Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan


cara memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya.
Menurut Akbar (2017), transfusi darah merupakan salah satu
bentuk upaya penyembuhan manusia ketika diserang penyakit karena
manusia tidak boleh berputus asa pada penyakit yang menimpanya.
Menyumbangkan darah kepada orang lain yang amat membutuhkannya
menurut kesepakatan para ahli fikih148 termasuk dalam kerangka tujuan
syariat Islam, yaitu menghindarkan salah satu bentuk kemudaratan yang
akan menimpa diri seseorang.
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk
berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya (Robert,
2019). Transfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau
komponen darah seperti plasma, sel darah merah, atau trombosit melalui
jalur IV.
Menurut Peraturan Pemerintah No.18, definisi transfusi darah
adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang penderita yang
darahnya telah tersedia dalam botol kantong plastik. Usaha transfusi darah
adalah segala tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk
memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan
pemulihan kesehatan yang mencakup masalah-masalah pengadaan,
pengolahan, dan penyampaian darah kepada orang sakit. Darah yang
digunakan adalah darah manusia atau bagian-bagiannya yang diambil dan
diolah secara khusus untuk tujuan pengobatan dan pemulihan kesehatan.
Penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan darah untuk
maksud dan tujuan transfusi darah.

B. JENIS-JENIS TRANSFUSI DARAH DAN PENGGUNANNYA


Darah tersusun dari berbagai komponen yang dapat ditransfusikan
secara terpisah sesuai dengan kebutuhan. Menurut Cyntia (2017), berikut
ada beberapa jenis dari komponen darah yang dapat ditrasfusikan sebagai
berikut:
1) Whole Blood
Whole blood mengandung komponen eritrosit, leukosit, trombosit,
dan plasma. Satu unit whole blood terdiri dari 250 mL darah dan
37 mL antikoagulan dengan kadar hematokrit 40%, dapat
meningkatkan kadar hemoglobin sebanyak 1g/dL dan hematokrit
sebanyak 3-4%. Pada orang dewasa, diberikan bila kehilangan
darah lebih dari 15-20% volume darah, sedangkan pada bayi lebih
dari 10% volume darah. Kontra indikasi Whole blood yaitu pada
pasien anemia kronis normovolemik atau pada pasien yang hanya
membutuhkan sel darah merah saja.
2) Packed Red Blood Cell
Packed Red Blood Cell (PRBC) mengandung kadar hemoglobin
yang sama dengan whole blood, dengan volume 250-300 mL dan
kadar hematokrit 70%. Umumnya, unit PRC difiltrasi untuk
mengurangi kadar leukosit sehingga dapat mencegah terjadinya
febrile nonhemolytic transfusion reactions (FNHTRs). Dalam
periode perioperatif dan paska bedah, transfusi PRBC diperlukan
untuk menggantikan darah yang hilang selama pembedahan
berlangsung, mempertahankan kadar Hb, dan meningkatkan
kapasitas angkut oksigen ke jaringan. Untuk menentukan jumlah
darah yang dibutuhkan agar Hb darah pasien meningkat dapat
digunakan rumus:
Volume PRC = Volume darah pasien x Kenaikan Hb yang
diinginkan Kadar Hb yang dimiliki PRBC adalah 24%. Selama
ditransfusikan, PRBC dihangatkan pada suhu 37°C untuk
mencegah hipotermia. Pemberian transfusi jenis ini dapat
difasilitasi dengan larutan kristaloid 50-100 mL normal saline.
3) Konsentrat Trombosit
Konsentrat trombosit dapat didapatkan dari konsentrasi penuh 4
kantong darah lengkap maupun dari teknik apheresis trombosit dari
satu pendonor saja. Satu unit trombosit yang diperoleh
mengandung 50-70 mL plasma, disimpan dalam suhu 20-24°C
selama 5 hari. Transfusi trombosit diberikan pada pasien dengan
trombositopenia atau trombosit disfungsional bila terjadi
perdarahan. Profilaksis transfusi trombosit juga ditunjukkan pada
pasien dengan jumlah trombosit di bawah 10.000-20.000 x 109/L
karena peningkatan risiko perdarahan spontan. Jumlah trombosit
kurang dari 50.000 × 109/L dikaitkan dengan peningkatan
kehilangan darah selama operasi. Pemberian satu unit trombosit
diharapkan meningkatkan jumlah trombosit sebesar 5000-10.000 ×
109 / L, dan dengan pemberian unit aperesis platelet, sebesar
30.000-60.000 × 109/L. Trombosit transfusi biasanya bertahan
hanya 1-7 hari setelah transfusi.
4) Granulosit Transfusi
Granulosit transfusi dapat ditunjukkan pada pasien neutropenik
dengan infeksi bakteri yang tidak merespons antibiotik. Transfusi
granulosit memiliki masa hidup yang pendek pada sirkulasi
resipien. Ketersediaan faktor penggabungan koloni granulocyte (G-
CSF) dan faktor timulasi koloni granulosit-makrofag (GM-CSF)
telah sangat mengurangi penggunaan transfusi granulosit.
5) Transfusi Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma)
Fresh Frozen Plasma (FFP) merupakan plasma yang langsung
dibekukan pada suhu kurang atau sama dengan -25°C untuk
memelihara faktor pembekuan yang dikandungnya setelah
diperoleh dari donor dan dapat disimpan hingga 5 hari. FFP
merupakan produk plasma yang paling sering digunakan,
mengandung protein plasma dan seluruh faktor pembekuan. FFP
diberikan ketika pasien mengalami kekurangan faktor pembekuan
atau ketika suatu konsentrat faktor yang spesifik tidak tersedia.
Plasma segar beku tersedia dalam volume 200-250 ml dan setiap
unit berisi satu unit faktor pembekuan. Fungsi plasma segar beku
adalah untuk meningkatkan faktor-faktor pembekuan pada pasien-
pasien yang mengalami kekurangan faktor II, V, VII, IX atau XI
pada penyakit hati atau disseminated intravascular coagulation.
Dosis pemberian FFP yang direkomendasikan adalah 10-15 mL/kg
berat badan dengan tujuan mencapai 30% konsentrasi faktor
pembekuan normal. FFP dihangatkan pada suhu 37°C sebelum
ditransfusikan. FFP dapat diberikan sebagai profilaksis bila faal
hemostasis PT 1,5 kali lebih besar dari nilai rujukan tertinggi dan
PTT 1,5 lebih besar dari nilai rujukan tertinggi.
Sedangkan menurut Robert (2019), jenis-jenis transfusi darah yaitu
sebagai berikut:

1. Packed Red Blood Cells


Volume PRC dalam 1 unit sekitar 150-200 ml. Pasien bedah
membutuhkan volume serta sel darah merah, dan kristaloid atau
koloid dapat diinfuskan secara simultan melalui jalur intravena
kedua untuk penggantian volume. Hasil yang diharapkan dari
pemberian 1 unit akan meningkatkan hemoglobin sekitar 1 g/dl dan
hematokrit 3%. Sebelum transfusi, setiap unit harus diperiksa
dengan cermat terhadap slip bank darah dan gelang identitas
penerima. Tabung transfusi harus berisi filter 170 μm untuk
menjebak gumpalan atau kotoran. Darah untuk transfusi
intraoperatif harus dihangatkan sampai 37 ° C selama infus,
terutama bila lebih dari 2-3 unit akan ditransfusikan; kegagalan
untuk melakukannya dapat menyebabkan hipotermia yang parah.
Indikasi Penggunaan:
a. Perdarahan akut >15% dari volume darah pada pasien
hipovolemia yang tidak respon pada pemberian kritaloid atau
koloid.
b. Anemia kronik dengan simptomatik (Mudah lelah, lemah,
nafas dangkal/cepat, pusing, aritmia), kadar hemoglobin <8
g/ dl pada pasien anemia asimptomatik.
c. Penyakit Sickle Cell
2. Fresh Frozen Plasma (FFP)
Fresh Frozen Plasma (FFP) mengandung semua protein
plasma, termasuk sebagian besar faktor pembekuan. Transfusi FFP
diindikasikan dalam pengobatan defisiensi faktor terisolasi,
pemulihan terapi warfarin, dan koreksi koagulopati yang terkait
dengan penyakit hati. Setiap unit FFP secara umum meningkatkan
tingkat setiap faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa.
Dosis terapi awal biasanya 10-15 mL / kg. Tujuannya adalah untuk
mencapai 30% dari konsentrasi faktor koagulasi normal.
FFP juga dapat digunakan pada pasien yang telah menerima
transfusi darah masif dan terus mengalami pendarahan setelah
transfusi trombosit. Pasien dengan defisiensi antitrombin III atau
purpura trombositopenik trombotik juga mendapat manfaat dari
transfusi FFP.
Setiap unit FFP memiliki risiko infeksi yang sama dengan
satu unit darah utuh. Selain itu, kadang-kadang pasien menjadi
peka terhadap protein plasma. Unit yang kompatibel dengan ABO
umumnya harus diberikan tetapi tidak wajib. Seperti halnya sel
darah merah, FFP umumnya harus dihangatkan hingga 37 ° C
sebelum transfusi.
Proses koagulasi melibatkan serangkaian reaksi biokimia
yang mengubah plasma yang bersirkulasi menjadi gel yang tidak
larut melalui konversi fibrinogen menjadi fibrin. Proses ini
membutuhkan protein plasma atau faktor koagulasi tertentu,
fosfolipid, dan kalsium. Gangguan sistem koagulasi dapat terjadi
karena penurunan sintesis faktor koagulasi atau konsumsi faktor.
Cacat pada faktor pembekuan plasma mungkin karena kondisi
bawaan atau yang didapat.
Indikasi Penggunaan:
a. Penatalaksanaan perdarahan pada pasien yang membutuhkan
faktor koagulasi II, V, X, atau XI, bila konsentrat tidak
tersedia atau tidak sesuai
b. Tes koagulasi abnormal akibat transfusi masif
c. Penatalaksanaan pasien dengan antikoagulan warfarin yang
mengalami perdarahan atau memerlukan keadaan operasi
darurat
d. Solusi pengganti untuk terapi plasmaferesis untuk
pengobatan TTP dan hemolitik sindrom uremik (penurunan
kriopresipitat plasma juga dapat digunakan untuk pasien ini)
e. Koreksi atau pencegahan komplikasi perdarahan pada pasien
dengan penyakit hati berat
f. Penatalaksanaan pasien dengan koagulasi intravaskular
diseminata bila kadar fibrinogen berada kurang dari 100 mg /
dL
g. Penatalaksanaan pasien dengan defisiensi protein plasma
spesifik yang jarang.
3. Trombosit
Transfusi trombosit harus diberikan kepada pasien dengan
trombositopenia atau trombosit disfungsional dengan adanya
perdarahan. Transfusi trombosit profilaksis juga diindikasikan pada
pasien dengan jumlah trombosit di bawah 10.000-20.000 × 109 / L
karena peningkatan risiko perdarahan spontan.
Jumlah trombosit kurang dari 50.000 × 109 / L dikaitkan
dengan peningkatan kehilangan darah selama operasi. Pasien
trombositopenik sering menerima transfusi trombosit profilaksis
sebelum pembedahan atau prosedur invasif. Persalinan per vaginam
dan prosedur bedah minor dapat dilakukan pada pasien dengan
fungsi trombosit normal dan jumlah lebih dari 50.000 × 109 / L.
Pemberian satu unit trombosit diharapkan dapat meningkatkan
jumlah trombosit sebesar 5000– 10.000 x 109 / L, dan dengan
pemberian unit apheresis trombosit, sebesar 30.000–60.000 x 109 /
L.
Trombosit yang ditransfusi umumnya bertahan hidup hanya
1-7 hari setelah transfusi. Kompatibilitas ABO dapat meningkatkan
kelangsungan hidup trombosit. Sensitisasi Rh dapat terjadi pada
penerima Rh-negatif karena adanya beberapa sel darah merah di
unit trombosit Rh-positif. Selain itu, antibodi anti-A atau anti-B
dalam 70 mL plasma di setiap unit trombosit dapat menyebabkan
reaksi hemolitik terhadap sel darah merah penerima ketika
sejumlah besar unit trombosit yang tidak kompatibel dengan ABO
diberikan. Pemberian imunoglobulin Rh kepada individu Rh-
negatif dapat melindungi terhadap sensitisasi Rh setelah transfusi
trombosit Rh-positif.
Fungsi trombosit normal dan jumlah trombosit yang
bersirkulasi secara memadai penting untuk hemostasis.
Fungsi trombosit meliputi:
a. Pemeliharaan integritas vaskular
b. Henti awal perdarahan dengan pembentukan sumbat
trombosit
c. Stabilisasi sumbat hemostatik dengan berkontribusi pada
proses pembentukan fibrin.
Trombosit ditransfusikan untuk mengontrol atau mencegah
perdarahan yang terkait dengan penurunan jumlah trombosit yang
sangat parah atau trombosit yang abnormal secara fungsional.
Transfusi trombosit biasanya tidak efektif atau diindikasikan untuk
pasien dengan kerusakan trombosit yang bersirkulasi yang
disebabkan oleh gangguan autoimun, seperti purpura
trombositopenik idiopatik, trombositopenia yang diinduksi heparin,
atau TTP.
Pasien yang membutuhkan transfusi trombosit biasanya
meliputi:
a. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi atau terapi radiasi
b. Penerima transplantasi sel progenitor hematopoietik untuk
periode setelah transplantasi
c. Pasien dengan perdarahan pasca operasi
d. Pasien transplantasi organ (misalnya, transplantasi hati)

Karena trombosit yang ditransfusikan biasanya bersirkulasi


dengan masa hidup hanya 3 sampai 4 hari, dukungan transfusi yang
sering sering diperlukan untuk pasien yang menggunakan
trombosit. Evaluasi efektivitas transfusi trombosit penting untuk
menentukan apakah pasien refrakter, atau tidak responsif terhadap
transfusi trombosit. Kenaikan jumlah yang dikoreksi (CCI)
menentukan peningkatan jumlah trombosit yang disesuaikan
dengan jumlah trombosit yang diinfuskan dan ukuran pasien.
Jumlah trombosit harus dilakukan sebelum transfusi dan dalam 1
jam setelah transfusi. Pada pasien yang secara klinis stabil, hasil
CCI kurang dari 5000 / μL pada 10 menit hingga 1 jam pasca
transfusi dapat menunjukkan keadaan refrakter terhadap terapi
trombosit. mencantumkan kondisi yang terkait dengan refraktori.
Trombosit tidak memerlukan pencocokan silang sebelum
dikeluarkan dan harus kompatibel dengan ABO dengan sel darah
merah penerima jika memungkinkan.

4. Tranfusi Granulosit
Transfusi granulosit, yang dibuat oleh leukaferesis, dapat
diindikasikan pada pasien neutropenik dengan infeksi bakteri yang
tidak merespons antibiotik. Granulosit yang ditransfusi memiliki
masa hidup peredaran darah yang sangat pendek, sehingga
biasanya diperlukan transfusi 1010 granulosit setiap hari. Iradiasi
unit ini menurunkan insiden reaksi graft-versus-host, kerusakan
endotel paru, dan masalah lain yang terkait dengan transfusi
leukosit, tetapi dapat mempengaruhi fungsi granulosit secara
negatif. Ketersediaan faktor perangsang koloni granulosit (G-CSF)
dan faktor perangsang koloni makrofag granulosit (GMCSF) telah
sangat mengurangi penggunaan transfusi granulosit.
Granulosit biasanya dikumpulkan dengan teknik apheresis.
Transfusi granulosit jarang digunakan dan dibatasi untuk sejumlah
kecil pasien. Produk ini mengandung leukosit dan trombosit,
seperti 20 sampai 50 mL sel darah merah. Jumlah granulosit di
setiap produk sama atau lebih besar 1.0 × 10. Granulosit memburuk
dengan cepat pada penyimpanan dan harus diberikan segera
mungkin dalam waktu 24 jam setelah pengambilan. Produk ini
dipertahankan pada 20 ° C sampai 24 ° C tanpa agitasi sampai
ditransfusikan. Set infus darah standar harus digunakan saat
mengelola granulosit. Filter mikroagregat tipe-dalam dan filter
reduksi leukosit tidak boleh digunakan karena filter tersebut
menghilangkan granulosit.
Crossmatch perlu dilakukan sebelum ditransfusikan karena
sel darah merah kontaminasi lebih dari 2 mL Bantuan granulosit
biasanya tetap diberikan sampai jumlah granulosit meningkat dan
infeksi teratasi. Karena pasien yang menjalani terapi ini akan
mengalami imunosupresi.
Preparasi dan penggunaan produk ini sudah jarang digunakan
karena:
a. Antibiotik yang lebih efektif
b. Faktor pertumbuhan rekombinan yang merangsang sumsum
tulang menghasilkan leukosit
c. Granulosit terbatas pada pasien dengan kondisi sebagai
berikut:
1) Neutropeni (umumnya <0,5 x 109 /L or 500 /uL)
2) Infeksi terdokumentasi, khususnya bakteri gram
negatif dan fungi
3) Kurangnya respon terhadap antibiotik

C. TUJUAN TRANSFUSI DARAH


Menurut Robert (2019), Tujuan Transfusi darah berguna untuk :
1. Untuk meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan,
trauma atau perdarahan
2. Untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk
mempertahankan kadar hemoglobin pada klien yang menderita
anemia berat
3. Untuk memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi
pengganti (misalnya faktor-faktor pembekuan plasma untuk
membantu mengontrol perdarahn pada klien penderita hemofilia)
Sedangkan menurut dr. Yustisia amalia (2020), Tujuan transfusi
darah yaitu :
1. Memelihara dan mempertahan kesehatan
2. Memelihara keadaan biologis darah atau kompnen-komponennya
agar tetap bermanfaat
3. Mengembalikan dan mempertahankan volume normal peredaran
darah
4. Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah
5. Meningkatkan oksigenasi jaringan
6. Memperbaiki fungsi hemostasis
7. Sebagai tindakan terapi khusus

D. HUKUM TRANSFUSI DARAH MENURUT MEDIS


Transfusi darah telah diselenggarakanoleh PMI sejak tahun 1950
untuk membantu rumah sakit militer dan sipil setelah disarankan oleh
Belanda, sebelumnya usaha transfusi darah diselenggarakan oleh NERKAI
(Nederladse Rode Kruis Afdeling Indonesia Palang Merah Belanda Bagian
Indonesia) sejak tahun 1945, dan selanjutnya diteruskan Palang Merah
Indonesia. Menurut fatwa dari Majelis pertimbangan kesehatan dan syara
departemen kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa pemindahan
menurut hukum Islam, hukumnya boleh. Pada hakikatnya transfusi darah
merupakan bagian penting dari tugas pemerintah di bidang pelayanan
kesehatan rakyat dan juga merupakan suatu bentuk pertolongan sesama
umat manusia, selain aspek pelayanan kesehatan rakyat terkait pula aspek
sosial, organisasi, interdependensi nasional dan internasional yang luas
baik dalam kerjasama antara pemerintah maupun antar perhimpunan
Palang Merah Indonesia.
Menurut Palang Merah Indonesia (PMI), drah transfusi di
Indonesia relatif aman dan bebas dari segala macam penyakit berbahaya.
Setiap darah donor akan dilakukan pemeriksaan yang ketat sehingga
jarang sekali mendapatkan penyakit dari darah donor.
Saat menerima darah transfusi, sistem pertahanan tubuh akan
berekasi karena menganggap darah yang masuk adalah benda asing.
Tubuh akan menolak darah yang masuk dan berusaha menghancurkannya.
Namun, keadaan ini dapat dicegah dengan pemeriksaan golongan darah
yang ketat sebelum dilakukan transfusi darah. Darah penerima dan darah
donor dicocokkan golongan darahnya.
E. HUKUM TRANSFUSI DARAH MENURUT ISLAM

Berdasarkan Buku Fiqih Kesehatan (2007) fakta bahwa memang


tidak terdapat sumber-sumber orisinal Islam tentang larangan praktik
transfusi darah. Namun keterangan-keterangan yang ditemukan hanya
menyebutkan bahwa darah adalah benda najis dan tidak boleh
dikonsumsinya. Akan tetapi ketidakbolehan ini tidaklah berlaku ketika
mendapati kebutuhan yang mendesak, yaitu ketika transfusi darah menjadi
satu-satunya jalan untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Hal ini
didasarkan pada kaidah fiqhiyah asasiyah yakni kaidah yang ke-4 (empat)
yaitu:

Artinya: "bahaya itu harus dihilangkan (dicegah)" Berdasarkan


kaidah Al-Darar Yuzal 2001

Dalam kaidah ini mengisyaratkan bahwa terdapat kelonggaran


hukum yaitu dibolehkan mengonsumsi hal yang haram pada saat
terdesak/terpaksa. dalam Al-Quran; dua tempat dari surat-surat Makkiyah,
yaitu al-An'an dan an-Nahl dan dualainnya dari surat-surat Madaniyah,
yaitu al-Baqarah dan al-Maidah. Dalam hal ini ketika seseorang berada di
posisi dharurat yakni sangat memerlukan transfusi darah meski darah
hukumnya haram maka menjadi halal untuk digunakan. Hal ini juga
selaras dengan kaidah,

“Kemudharatan-kemudharatan itu membolehkan larangan-larangan".


Keadaan dharurat menjadikan kebolehan untuk mengerjakan suatu hal
yang bersifat larangan terkecuali pada kondisi seorang donor darah
tersebut sudah memenuhi persyaratan keamanan dari prosedur yang
ditentukan.
Ketika si pendonor menyetujui untuk mendonorkannya maka hak atas
darahnya berpindah kepada resipien. Akan tetapi dalam ranah hukum
Islam dilarang seseorang mendonorkan darahnya apabila berakibat buruk
pada keselamatan dan kesehatannya.

Dalam hal ini berdasarkan kaidah

"Kemudaratan itu tiada kebolehan untuk diganti pada mudarat lainnya


Penjelasan dari kaidah diatas ialah suatu hal yang bersifat mudarat tidak
dibolehkan diganti dengan mudarat pula pada tingkat kondisi yang sama.
Meski dalam hal ini seseorang sangat membutuhkan darah akan tetapi
apabila mendonorkan akan berdampak buruk bagi pendonor tersebut maka
haram hukumnya dilakukan transfusi darah. Maka dari itu, dalam
melakukan transfusi darah harus memenuhi persyaratan yang ada,
diantaranya :

1) Mendonorkan darah secara ikhlas, hal ini dilakukan dengan niatan


untuk membantu orang yang sangat memerlukan donor darah. Hal
ini berdasarkan kaidah

Hajat itu menempati pada posisi darurat, baik hajat yang sifatnya
khusus ataupun umum
2) Tidak terdapat bahaya yang dapat mengancam jiwa atau kesehatan
donor akibat dari transfusi tersebut. Dalam hal ini ditetapkan oleh
seorang yang dokter yang benar-benar kompeten dan terpercaya.
Hal ini berdasarkan kaidah
Artinya : "mencegah bahaya lebih diutamakan kemaslahatan,

3) Islam mengajarkan tentang dasar-dasar menghilangkan kesukaran


atau kesusahan (musyaqqah), jaminan kemaslahatan untuk setiap
orang pada umumnya, serta menciptakan sifat yang adil secara
merata. Adapun kemaslahatan mesti diwujudkan oleh Allah SWT,
yaitu pada 5 hal yang kaitannya dengan kebutuhan dasar
kemanusiaan, diantaranya: Hifz al-Din, Hifz al-Nafs, Hifz al- Aql.
Hifzal-Nasl. Hifz al-Mäl. Dari 5 hal tersebut mengacu pada
pemeliharaan yang dikatakan kemashlahatan. Jadi transfusi darah
merupakan salah satu bentuk pemeliharaan jiwa kepada resipien
yang sangat memerlukannya. Namun apabila kemaslahatan itu
tidak dipenuhi yakni donor darah tidak dilakukan maka akan
timbul suatu akibat yang sangat fatal (kemudaratan) kepada
seseorang tersebut.
4) Sedangkan tingkat keberhasilan melalui cara pengobatan ini
diperkirakan tinggi. Dalam hal ini semua sudah dilakukan tahapan-
tahapan pemeriksaan yang teliti terhadap kesehatan kedua-duanya
dan didampingi oleh tenaga medis yang berkompeten dibidangnya
maka sudah barang tentu keberhasilan akan dicapai.
 UJI SARING DARAH INFEKSI MENULAR LEWAT
TRANSFUSI DARAH (IMLTD)
Pelayanan transfusi darah sangat rentan terhadap penularan
penyakit inspeksi. Penyakit inspeksi yang dapat ditularkan melalui
transfusi darah diantaranya adalah HIV, Hepatitis B, Hepatitis C,
Human T-Cell Lymphotrapic Virus (HTLV), sifilis, Dengue, West
Nile Virus (WNV), Chagas’ disease, dan sebagainya. Uji saring
infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD) dilakukan untuk
menghidari resiko penularan infeksi dari donor kepada pasien
merupakan bagian yang kritis dari proses penjaminan bahwa
transfusi dilakukan dengancara seaman mungkin. Sesuai dengan
peraturan pemerintah nomro 7 tahun 2011 tentang pelayanan darah
dan peraturan menteri kesehatan nomor 91 2015 tentang standart
pelayanan transfusi darah, uji saring darah terhadap infeksi paling
sedikit wajib ditujukan untuk deteksi HIV, Hepatitis B, Hepatitis
C, dan Sifilis. Untuk jenis infeksi lain seperti malaria dan lainnya
tergantung prevalensi infeksi tersebut dimasing-masing daerah.
Metode pemeriksaan uji saring IMLTD yang digunakan oleh UTD
pun beragam, antara lain 279 UTD menggunakan metode Rapid,
130 UTD menggunakan metode Immuno Assay (Enzime Immuno
Assay atau Chemiluminiscence Immuno Assay, 12 UTD
menggunakan selain metode Immuno Assay juga metode Nucleic
Acid Amplification Technology Test (NAT).
 PENGGUNAAN DARAH DI RUMAH SAKIT
Penggunaan darah di rumah sakit terbanyak adalah di bagian
penyakit dalam, dengan kasus-kasus seperti keganasan, perdarahan
saluaran cerna bagian atas dan bawah, dan gagal ginjal kronik.
Bagian lainnya di rumah sakit yang paling sering membutuhkan
darah adalah di Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care
Unit (ICU), Perdarahan antepartum (placenta previa, kehamilan
ektopik terganggu) dan perdarahan postpartum (retensio plasenta,
post operasi sectio coecaria) merupakan kasus-kasus kebidanan
yang sering membutuhkan darah. Untuk bagian bedah, cidera atau
trauma karena kecelakaan lalu lintas, fraktur, dan operasi
merupakan kasus-kasus yang sering membutuhkan darah.
Sedangkan untuk bagian anak, penyakit yang paling banyak
membutuhkan transfusi darah adalah Thalasemia

F. HUKUM MENERIMA TRANSFUSI DARAH DARI NON MUSLIM


Menurut ushul fiqh pada dasarnya darah yang dikeluarkan dari
tubuh manusia termasuk najis mutawasithah. Maka dalam kajian ibadah
darah tersebut hukumnya haram untuk dimakan dan dimanfaatkan,
bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu boleh hukumnya kecuali kalau
ada dalil yang mengharamkan. Sebagaimana yang terdapat dalam Q.S Al-
Maidah/ 3:3 yaitu;
Terjemahannya:
“diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah...”
Ayat tersebut diatas pada dasarnya melarang memakan maupun
mempergunakan darah, baik secara langsung maupun tidak. Akan tetapi
sedangkan mentransfusikan darah dengan non muslim diperbolehkan.
Hukum fiqh terkait dengan praktek/ amal bukan dengan zat. Sedekah
kepada orang kafir diperbolehkan,berbuat kebajikan kepada orang kafir
juga disyariatkan Nabi Muhammad SAW berkata: “pada setiap yang
memiliki nyawa dan hati terdapat ganjaran pahala (dalam hal berbuat
kebajikan).
Dalam transfusi darah untuk menjaga keselamatan jiwa seseorang
yang merupakan hajat manusia dalam keadaan darurat, karena tidak ada
bahan lain yang dapat dipergunakan untuk menyelamatkan jiwanya. Maka,
dalam hal ini najis seperti darah pun boleh dipergunakan untuk
mempertahankan kehidupan. Dalam islam membolehkan hal-hal yang
makruh dan yang haram bila berhadapan dengan hajat dan darurat. Jadi
boleh saja menstranfusikan darah seorang muslim untuk orang kafir
begitupun sebaliknya, demi menolong dan saling menghargai harkat
sesama umat manusia.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Tranfusi darah merupakan bagian penting dari perawatan kesehatan
modern, dilakukan pemindahan darah dari darah donor ke dalam sirkulasi
darah resipien. Penanganan tranfusi darah memerlukan keseriusan dalam
pengembangan strategi terpadu untuk meningkatkan kemampuan
penggunaan darah yang bersifat global dan mengurangi risiko yang
menyertai transfusi.
Jenis-jenis dari komponen darah yang dapat ditrasfusikan yaitu
Whole Blood, Packed Red Blood Cell, Konsentrat Trombosit, Granulosit
Transfusi, Transfusi Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma). Tujuan
Transfusi darah berguna untuk meningkatkan volume sirkulasi darah
setelah pembedahan, trauma atau perdarahan, untuk meningkatkan jumlah
sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien
yang menderita anemia berat.

3.2 SARAN
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
tambahan pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya dalam
pemahaman tentang Konsep Transfusi Darah dalam Islam Sehingga
penulis menyarankan kepada para pembaca agar bisa mengaplikasikan hal
tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan kerja, sehingga
nantinya makalah ini mampu meningkatkan keperawatan sebagai suatu
disiplin ilmu yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abd Aziz, dkk. (2021). Fiqih Kontemporer Kajian Kesehatan. Malang: CV


Literasi Nusantara Abadi

Akbar, A. (2017). Transfusi Darah Menurut Hukum Islam. AL-USRAH, 5(1).

Amalia, Yustisia, dkk. (2020). Manajemen Mutu Pelayanan Darah Bagi Teknisi
Dan Mahasiswa Teknologi Bank Darah . Surabaya: Scopindo Media
Pustaka

Cyntia (2017). Tranfusi Darah Pasca Bedah. Sanglah: Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana

Ebrahim, Abul Fadhl Mohsin. (2007). Fiqih Kesehatan. Jakarta. Serambi

Fageh, dkk (2021). Transfusi Darah Dalam Timbangan Fikih: Antara Najis Dan
Maslahah Perspektif Kaidah Al-Ḍarar Yuzāl. Akademika, 15(1).\

Kemenkes RI. (2017). Pusat Data dan Informasi Kementrian dan Kesehatan RI.
Infodatin: Pelayanan Darah di Indonesia: Hari Donor Darah Sedunia.

Nirwana, N. (2020). Sistem Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Perspektif


Hukum Islam (Studi di Unit Transfusi Darah Cabang Parepare). (Doctoral
dissertation, IAIN Parepare).

Pakirisamy (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan


Donor Darah Pada Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas (Doctoral dissertation, Universitas
Andalas).

Purwanti (2017). Gambaran Jumlah Trombosit Pada Pasien Pre Dan Post


Transfusi 6 Thrombocyte Concentrate (Tc) Dan 1 Trombopheress (Doctoral
dissertation, Muhammadiyah University of Semarang).

Robert (2019). Transfusi Darah. Jakarta: Departemen Anestesilogi Fakultas


Kedokteran U K I

Anda mungkin juga menyukai