(FIQIH KESEHATAN)
TENTANG KONSEP TRANSFUSI DARAH DALAM ISLAM
Disusun Oleh:
Kelompok 8
PROBOLINGGO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga makalah dengan judul Konsep Transfusi Darah dalam Islam ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Semoga shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada
Nabi kita Muhammad SAW, juga segenap keluarga, dan para sahabatnya.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina
Yayasan Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes selaku Ketua STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
3. Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku Kepala Prodi
Sarjana Keperawatan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo.
4. Iin Aini Isnawati S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Koordinator Mata Kuliah Agama
Islam V.
5. Dr. Drs. Abdul Wahab, M.Ag. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Agama
Islam V.
6. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
7. Rekan – rekan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
semester V.
Karena tanpa dukungan dan bimbingan beliau makalah ini tidak akan
terselesaikan. Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada
saya mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan para pembaca
untuk dijadikan referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Probolinggo, 15 November 2021
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu permasalahan dalam wacana hukum Islam yang sedang
marak dibicarakan yaitu tentang transfusi darah. Secara faktual, status
hukum praktik transfusi darah dalam konteks kajian fikih tidak terungkap
secara eksplisit pada waktu penyusunan aturan hukum Islam. Bahkan
dalam Al-Quran maupun Al-Hadits sebagai sumber dasar hukum Islam
tidak menjelaskan hukum tersebut secara komprehensif. Sehingga
permasalahan ini disebut sebagai masalah ijtihadilah maka proses
penyelesaiannya pun menggunakan jalan ijtihad oleh para ulama (Heny
dan Achmad Fageh, 2021)
Transfusi darah dalam bahasa arab disebut Naqluqddami lil ilaji,
dalam bahasa inggris disebut blood transfution yang berarti memindahkan
darah karena kepentingan medis. Doktor achmad Sofyan memberikan
pengertian transfusi darah dengan istilah tuang darah sebagimana
dikemukakannya dalam rumusan definisinya bahwa transfusi darah
memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan
ditolong (Abdul Aziz, 2021)
Produksi darah (whole blood dan komponen darah) pada tahun
2016 sebanyak 4.201.578 kantong sesuai dengan panduan WHO bahwa
kebutuhan darah adalah minimal sebesar 2% dari jumlah penduduk, maka
jika jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 258.704.986
jiwa, maka idealnya dibutuhkan darah sebanyak 5.174.100 kantong darah,
Sehingga masih terdapat kekurangan sebanyak 972.522 kantong darah
atau sebesar 18,8% (Kemenkes, 2017)
Sebanyak 72.7% darah diolah menjadi komponen darah seperti
packed red cell (RPC), washed erythrocytes (WE), trombocyte concetrate
(TC), plasma, fresh frozen plasma (FFP) dan cryoprecipitate. Jumlah
minimal kebutuhan darah dan produksi darah untuk setiap provinsi yang
didapatkan dari 281 UTD hanya 5 provinsi yang kebutuhan darahnya telah
terpenuhi yaitu Provinsi DKI Jakarta, Yogyakarta, Bali, dan Kalimantan
Timur. Pada tahun 2016, sebagian besar donasi darah di indonesia, yaitu
72,5% berasal dari donor laki-laki dan hanya 27,5% berasal dari donor
perempuan.
Al-Quran hanya mengisyaratkan tentang status darah sebagai
barang yang najis dimana pemanfaatannya dilarang dipergunakan. Hal ini
diungkap secara jelas dalam Al-Quran
“Diharamkan bagimu (mempergunakan) bangkai, darah, daging babi,
dengan hewan yang disembelih bukan atas nama Allah”.
Selain itu juga berdasarkan sabda Rasulullah SAW dikatakan,
“segala jenis darah adalah najis, terhitung juga darahnya manusia (HR.
Bukhari dan Muslim)”, oleh karena itu, dalam aturan Islam dilarang
digunakan secara langsung maupun tidak langsung dalam hal apa pun,
Tubuh adalah amanat dari Allah SWT dan manusia tidak memiliki hak
terhadap badannya untuk merusak, memotong, atau menduplikasikannya
untuk orang lain.
Kaitannya pada praktik transfusi darah tidak dapat dipungkiri
bahwa risiko yang akan muncul akibat dilakukannya donor darah yaitu
menimbulkan bahaya (mudarat) bagi diri pihak pendonor maupun pihak
penerima donor (resipien). Meskipun melakukan transfusi darah dapat
menolong nyawa orang lain dari bahaya kematian akibat suatu penyakit
atau kecelakaan. Akan tetapi juga rentan terhadap terjadinya bahaya
berupa komplikasi serta konsekuensi dari aktivitas menransfusikan darah
seperti alergi, hemolytic dan meriang, cedera paru-paru akut
(TRALI/Transfusion Related Acute Lung Injury), Hemokromatosis, Graft
Versus Host Disease, bahkan infeksi.
Oleh karena itu, dari latar belakang masalah diatas maka perlu
dikaji secara mendalam mengenai hukum dilakukannya praktik transfusi
darah oleh pihak pendonor kepada penerima donor darah (resipien).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Transfusi Darah?
2. Apa saja jenis-jenis Transfusi Darah dan Penggunaannya?
3. Apa tujuan dari Transfusi Darah?
4. Bagaimana Hukum Transfusi Darah Menurut Medis?
5. Bagaimana Hukum Transfusi Darah Menurut Islam?
6. Bagaimana Hukum menerima Transfusi Darah dari Non Muslim?
PEMBAHASAN
4. Tranfusi Granulosit
Transfusi granulosit, yang dibuat oleh leukaferesis, dapat
diindikasikan pada pasien neutropenik dengan infeksi bakteri yang
tidak merespons antibiotik. Granulosit yang ditransfusi memiliki
masa hidup peredaran darah yang sangat pendek, sehingga
biasanya diperlukan transfusi 1010 granulosit setiap hari. Iradiasi
unit ini menurunkan insiden reaksi graft-versus-host, kerusakan
endotel paru, dan masalah lain yang terkait dengan transfusi
leukosit, tetapi dapat mempengaruhi fungsi granulosit secara
negatif. Ketersediaan faktor perangsang koloni granulosit (G-CSF)
dan faktor perangsang koloni makrofag granulosit (GMCSF) telah
sangat mengurangi penggunaan transfusi granulosit.
Granulosit biasanya dikumpulkan dengan teknik apheresis.
Transfusi granulosit jarang digunakan dan dibatasi untuk sejumlah
kecil pasien. Produk ini mengandung leukosit dan trombosit,
seperti 20 sampai 50 mL sel darah merah. Jumlah granulosit di
setiap produk sama atau lebih besar 1.0 × 10. Granulosit memburuk
dengan cepat pada penyimpanan dan harus diberikan segera
mungkin dalam waktu 24 jam setelah pengambilan. Produk ini
dipertahankan pada 20 ° C sampai 24 ° C tanpa agitasi sampai
ditransfusikan. Set infus darah standar harus digunakan saat
mengelola granulosit. Filter mikroagregat tipe-dalam dan filter
reduksi leukosit tidak boleh digunakan karena filter tersebut
menghilangkan granulosit.
Crossmatch perlu dilakukan sebelum ditransfusikan karena
sel darah merah kontaminasi lebih dari 2 mL Bantuan granulosit
biasanya tetap diberikan sampai jumlah granulosit meningkat dan
infeksi teratasi. Karena pasien yang menjalani terapi ini akan
mengalami imunosupresi.
Preparasi dan penggunaan produk ini sudah jarang digunakan
karena:
a. Antibiotik yang lebih efektif
b. Faktor pertumbuhan rekombinan yang merangsang sumsum
tulang menghasilkan leukosit
c. Granulosit terbatas pada pasien dengan kondisi sebagai
berikut:
1) Neutropeni (umumnya <0,5 x 109 /L or 500 /uL)
2) Infeksi terdokumentasi, khususnya bakteri gram
negatif dan fungi
3) Kurangnya respon terhadap antibiotik
Hajat itu menempati pada posisi darurat, baik hajat yang sifatnya
khusus ataupun umum
2) Tidak terdapat bahaya yang dapat mengancam jiwa atau kesehatan
donor akibat dari transfusi tersebut. Dalam hal ini ditetapkan oleh
seorang yang dokter yang benar-benar kompeten dan terpercaya.
Hal ini berdasarkan kaidah
Artinya : "mencegah bahaya lebih diutamakan kemaslahatan,
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tranfusi darah merupakan bagian penting dari perawatan kesehatan
modern, dilakukan pemindahan darah dari darah donor ke dalam sirkulasi
darah resipien. Penanganan tranfusi darah memerlukan keseriusan dalam
pengembangan strategi terpadu untuk meningkatkan kemampuan
penggunaan darah yang bersifat global dan mengurangi risiko yang
menyertai transfusi.
Jenis-jenis dari komponen darah yang dapat ditrasfusikan yaitu
Whole Blood, Packed Red Blood Cell, Konsentrat Trombosit, Granulosit
Transfusi, Transfusi Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma). Tujuan
Transfusi darah berguna untuk meningkatkan volume sirkulasi darah
setelah pembedahan, trauma atau perdarahan, untuk meningkatkan jumlah
sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien
yang menderita anemia berat.
3.2 SARAN
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
tambahan pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya dalam
pemahaman tentang Konsep Transfusi Darah dalam Islam Sehingga
penulis menyarankan kepada para pembaca agar bisa mengaplikasikan hal
tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan kerja, sehingga
nantinya makalah ini mampu meningkatkan keperawatan sebagai suatu
disiplin ilmu yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Yustisia, dkk. (2020). Manajemen Mutu Pelayanan Darah Bagi Teknisi
Dan Mahasiswa Teknologi Bank Darah . Surabaya: Scopindo Media
Pustaka
Fageh, dkk (2021). Transfusi Darah Dalam Timbangan Fikih: Antara Najis Dan
Maslahah Perspektif Kaidah Al-Ḍarar Yuzāl. Akademika, 15(1).\
Kemenkes RI. (2017). Pusat Data dan Informasi Kementrian dan Kesehatan RI.
Infodatin: Pelayanan Darah di Indonesia: Hari Donor Darah Sedunia.