Anda di halaman 1dari 12

Lex Crimen Vol. VIII/No.

4/Apr/2019

PENERAPAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE


PADA TERPIDANA ANAK1 PENDAHULUAN
Oleh: Kevinly Goni2 A. Latar Belakang
Pasal 8 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2012
ABSTRAK tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui menyatakan bahwa dalam pelaksanaan diversi
bagaimana proses peradilan terhadap anak (yaitu pengalihan penyelesaian perkara anak
yang melakukan tindak pidana dan dari proses peradilan pidana ke proses
bagaiamana penerapan prinsip restorative peradilan di luar pengadilan) harus adanya
justice pada terpidana anak di mana dengan pendekatan restorative justice. Begitu juga
metode penelitian hukum normatif dalam penyelesaian perkara tindak pidana,
disimnpulkan bahwa: 1. Proses peradilan dapat diselesaikan dengan perdamaian.
terhadap anak adalah sebagai berikut: Sidang Dengan adanya penerapan prinsip restorative
dilaksanakan dengan cara tertutup dan justice, sistem hukum pidana Indonesia
pembacaan putusan dilaksanakan terbuka memasuki babak baru dalam
untuk umum; Penyidik, penuntut umum, hakim perkembangannya, yakni pengaturan tentang
dan penasihat hukum dalam melaksanakan hukum pidana dalam perspektif dan
fungsinya sebagai penegak hukum tidak pencapaian keadilan kepada perbaikan maupun
menggunakan pakaian dinas atau bertoga; pemulihan keadaan setelah peristiwa dan
Sidang dipimpin oleh hakim tunggal, kecuali proses peradilan pidana yang dikenal dengan
dalam hal ditentukan lain; Hakim yang ‘keadilan restorasi’ (restorative justice) yang
mengadili anak adalah hakim khusus berbeda dengan keadilan retributif
diutamakan hakim wanita yang memiliki (menekankan keadilan pada pembalasan) dan
pengetahuan masalah kejiwaan anak; Sidang keadilan restitutif (menekankan keadilan pada
diadakan pada hari khusus; Selama dalam ganti rugi). Perlindungan anak- anak yang
persidangan, anak harus didampingi orang tua; berhadapan dengan hukum (ABH), anak pelaku
Tidak boleh diliput oleh wartawan; Sebelum tindak pidana merupakan tanggung jawab
dibacakan tuntutan jaksa dan putusan hakim, bersama aparat penegak hukum, tidak hanya
harus terlebih dahulu dibacakan laporan anak sebagai pelaku, namun mencakup juga
petugas sosial yang ditugaskan oleh pengadilan anak yang sebagai korban dan saksi. Sebagai
untuk meneliti perilaku dan kondisi anak generadi penerus cita-cita perjuangan bangsa,
tersebut. 2. Penerapan prinsip restorative seta sumber daya insani bagi pembangunan
justice pada terpidana anak atau anak pelaku nasional, terhadap anak diperlukan pembinaan
tindak pidana sangatlah diperlukan untuk yang terus menerus, baik fisik, mental maupun
perbaikan atau penggantian kerugian yang kondisi sosialnya, serta perlindungan dari
diderita oleh korban, pengakuan pelaku segala kemungkinan yang akan membahayakan
terhadap luka yang diderita oleh masyarakat mereka dan bangsa dimasa depan.
akibat tindakannya, konsiliasi dan rekonsiliasi
pelaku, korban dan masyarakat. Karena tujuan B. Perumusan Masalah
dari restorasi keadilan adalah merestorasi 1. Bagaimana proses peradilan terhadap
kesejahteraan masyarakat, memperbaiki anak yang melakukan tindak pidana?
manusia sebagai anggota masyarakat dengan 2. Bagaiamana penerapan prinsip
cara menghadapkan anak sebagai pelaku restorative justice pada terpidana anak?
berupa pertanggungjawaban kepada korban
atas tindakannya. C. Metode Penelitian
Kata kunci: restorative justice; anak; Penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif atau penelitian hukum kepustakaan.

PEMBAHASAN
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Roosje Lasut, SH,
A. Proses Peradilan Terhadap Anak Pelaku
MH; Mien Soputan, SH, MH Tindak Pidana
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
5071101184

131
Lex Crimen Vol. VIII/No. 4/Apr/2019

Proses peradilan anak adalah merupakan dipenuhi agar peradilan anak tersebut efektif
suatu proses yuridis, dimana hukum ditegakkan dan adil, syarat-syarat tersebut antara lain:
dengan tidak mengesampingkan kebebasan 1. Hakim dan stafnya harus mampu
mengeluarkan pendapat dan pembelaan menerapkan pelayanan secara
dimana keputusannya diambil dengan individual dan tidak menghukum;
mempunyai suatu motivasi tertentu. 2. Tersedianya fasilitas yang cukup dalam
Peradilan anak meliputi segala aktivitas sidang dan dalam masyarakat untuk
pemeriksaan dan pemutusan perkara yang menjamin:
menyangkut kepentingan anak, demikian a. Bahwa disposisi pengadilan
dikatakan oleh Sudarto dalam bukunya Agung didasarkan pada pengetahuan yang
Wahyono dan Ny. Siti Rahayu.3 Dari apa yang terbaik tentang kebutuhan anak;
disebutkan oleh Sudarto, jelas bahwa betapa b. Bahwa anak, jika dia
luas ruang lingkup peradilan anak, dimana membutuhkan pemeliharaan dan
meliputi semua aktifitas pemeriksaan, pembinaan, dapat menerimanya
pemutusan perkara dan hal-hal yang melalui fasilitas yang disesuaikan
menyangkut kepentingan anak agar dengan kebutuhannya dan dari
dipersingkat. orang-orang yang cukup berbobot
Tujuan dari peradilan anak adalah untuk dan mempunyai kekuasaan untuk
melindungi dan merehabilitasi anak sebagai memberi kepada mereka
pengganti dari melancarkan tuduhan dan c. Bahwa masyarakat menerima
menjatuhkan hukuman. Hal ini didasarkan perlindungan yang cukup.
pada falsafah peradilan secara individual yang 3. Prosedur dirancang untuk menjamin:
menitikberatkan pada kemanusiaan, yang a. Bahwa setiap anak dan situasinya
didasarkan pada keyakinan akan pentingnya dipertimbangkan secara individual;
anak secara individual serta kebutuhannya b. Hak-hak yuridis dan konstitusional
daripada atas tindakan pelanggaran dan dari anak dan orang tua, dan
penghukumannya.4 masyarakat dipertimbangkan
Tujuan proses peradilan pidana anak secara tepat dan dilindungi.
bukanlah pada penghukuman, tetapi perbaikan Wujud dari suatu keadilan adalah dimana
kondisi, pemeliharaan dan perlindungan anak pelaksanaan hak dan kewajiban seimbang.
serta pencegahan pengulangan tindakannya Pelaksanaan hak dan kewajiban bagi anak yang
melalui tindakan pengadilan yang konstruktif.5 melakukan tindak pidana perlu mendapat
Dalam pelaksanaan proses dan penamaan bantuan dan perlindungan agar seimbang dan
peradilan untuk dapat disebut sebagai proses manusiawi. Perlu digarisbawahi bahwa
atau sidang peradilan anak, maka menurut kewajiban bagi anak harus diperlakukan dengan
ketentuan Pasal 3 menyebutkan bahwa Sidang situasi, kondisi, mental, fisik, keadaan sosial
Pengadilan Anak yang selanjutnya disebut dan kemampuannya pada usia tertentu.
Sidang Anak, bertugas dan berwewenang Dengan demikian hal-hal dibawah ini perlu
memeriksa, memutus dan menyelesaikan diperhatikan dan diperjuangkan
perkara anak sebagaimana ditentukan dalam keberadaannya, antara lain:7
undang-undang ini.6 1. Setiap anak diperlakukan sebagai yang
Untuk mencapai keadilan bagi anak-anak belum terbukti bersalah;
yang dibawa ke depan sidang pengadilan, 2. Waktu peradilan anak tidak diselingi
beberapa standar dan kondisi tertentu harus oleh peradilan dewasa;
3. Setiap anak mempunyai hak untuk
dibela oleh seorang ahli;
4. Suasana tanya jawab dilaksanakan
3
Agung Wahyono dan Ny. Siti Rahayu, Tinjauan secara kekeluargaan, sehingga anak
Tentang Peradilan Anak Di Indonesia, Sinar Grafika, merasa aman dan tidak takut. Bahasa
Jakarta, 1993, hlm. 7.
4
Suwantji Sisworahardjo, Hak-Hak Anak dalam Proses
Peradilan Pidana, Rajawali, Jakarta, 1986, hlm. 33.
5
Ibid.
6 7
Maulana Hassan Wadong, Op-Cit, hlm. 73. Ibid.

132
Lex Crimen Vol. VIII/No. 4/Apr/2019

yang digunakan adalah bahasa yang 1. Sidang dilaksanakan dengan cara


dimengerti anak; tertutup dan pembacaan putusan
5. Setiap anak berhak mendapat dilaksanakan terbuka untuk umum, jo.
perlindungan dari tindakan-tindakan Pasal 153 ayat (3) KUHAP;
yang merugikan, menimbulkan 2. Penyidik, penuntut umum, hakim dan
penderitaan mental, fisik dan penasihat hukum dalam melaksanakan
ssosialnya; fungsinya sebagai penegak hukum tidak
6. Setiap anak mempunyai hak untuk menggunakan pakaian dinas atau
memohon ganti kerugian atas kerugian bertoga;
atau penderitaannya (Pasal 1 ayar (22) 3. Sidang dipimpin oleh hakim tunggal,
KUHAP); kecuali dalam hal ditentukan lain;
7. Setiap anak berhak untuk sidang 4. Hakim yang mengadili anak adalah
tertutup, hanya dikunjungi oleh orang hakim khusus diutamakan hakim
tua, wali, orang tua asuh, petugas wanita yang memiliki pengetahuan
sosial, saksi dan orang-orang yng masalah kejiwaan anak;
berkepentingan, mengingat 5. Sidang diadakan pada hari khusus;
kehormatan/kepentingan anak dan 6. Selama dalam persidangan, anak harus
keluarga, maka wartawan pun tidak didampingi orang tua;
dibenarkan ikut serta, kecuali 7. Tidak boleh diliput oleh wartawan;
mendapat ijin dari hakim dengan 8. Sebelum dibacakan tuntutan jaksa dan
catatan identitas anak tidak boleh putusan hakim, harus terlebih dahulu
diumumkan; dibacakan laporan petugas sosial yang
8. Para petugas tidak menggunakan ditugaskan oleh pengadilan untuk
pakaian seragam tetapi memakai meneliti perilaku dan kondisi anak
pakaian bebas resmi; tersebut.
9. Peradilan sedapat mungkin tidak Dalam UU No. 11 Tahun 2012 tentang
ditangguhkan, konsekuensinya Sistem Peradilan Pidana Anak, ditegaskan
persiapan yang matang sebelum bahwa sistem peradilan anak adalah:9
sidang; 1. Kompetensi Peradilan
10. Jika hakim memutus perkara, anak a. Pengadilan anak dilaksanakan di
harus masuk ke Lembaga pengadilan umum (Pasal 2)
Pemasyarakatan Anak atau Panti termasuk anak yang telah brusia 18
Asuhan, maka perlu diperhatikan hak- tahun sudah melakukan tindak
haknya. pidana, tetapi belum berusia 21
Sistem peradilan anak diatur dalam Surat tahun, juga diadili di pengadilan
Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 3 Tahun umum (Pasal 4 ayat (2));
1959 tanggal 15 Pebruari 1959, tentang Saran b. Hukum acara yang berlaku adalah
untuk Memeriksa Perkara Pidana dengan Pintu KUHAP diterapkan dalam acara
Tertutup Terhadap Anak-Anak Yang Menjadi pengadilan anak, kecuali
Terdakwa jo. Peraturan Menteri Kehakiman No. ditentukan lain dalam UU
M06.UM.06 Tahun 1983 tentang Tata Tertib Pengadilan Anak ini (Pasal 16);
Sidang Anak jo. Surat Edaran Mahkamah Agung c. Perkara anak yang sudah diperiksa,
(SEMA) No. 6 Tahun 1987 tanggal 17 Nopember tetapi belum diputus pada saat
1987 tentang Tata Tertib Sidang Anak.8 Undang-undang ini diberlakukan,
Menurut Surat Edaran Mahkamah Agung penyelesaian selanjutnya
(SEMA) dan Peraturan Menteri Kehakiman dilaksanakan berdasarkan KUHAP.
tersebut diharapkan agar sistem peradilan anak Sedangkan yang sudah diserahkan
di Indonesia dapat dilaksanakan dengan cara ke Pengadilan Negeri tetapi belum
sebagai berikut: diperiksa dan diselesaikan

8
Bunadi Hidayat, Pemidanaan Anak Di Bawah Umur, PT
9
Alumni, Bandung, 2010, hlm. 21. Ibid, hlm. 22 – 25.

133
Lex Crimen Vol. VIII/No. 4/Apr/2019

berdasarkan UU ini (Pasal 65 huruf a. Dalam hal tertentu dan dipandang


a dan b). perlu, pemeriksaan perkara anak
2. Penyidikan dapat dilakukan secara terbuka
a. Dalam hal anak berusia 8 (delapan) (Pasal 8 ayat (20));
tahun, tetapi sudah melakukan b. Semua pihak, jaksa, penasihat
tindak pidana, terhadap anak hukum, pembimbing
tersebut dapat dilaksanakan kemasyarakatan, orang
pemeriksaan oleh penyidik (Pasal tua/wali/orang tua asuh wajib hadir
5); dalam persidangan (Pasal 53);
b. Apabila hasil penyidikan (Pasal 5 c. Sebelum sidang, pembimbing
ayat (1)), anak tersebut masih kemaysrakatan menyampaikan
dapat dibina, sehingga dapat laporan hasil penelitian
dikembalikan kepada orang tua kemasyarakatan (litmas) mengenai
atau walinya (Pasal 5 ayat (2)). anak yang bersangkutan (Pasal 56);
3. Penangkapan, Penggeledahan dan d. Pada waktu pemeriksaan saksi,
Penahanan hakim memerintahkan agar
a. Dalam hal sistem penangkapan, terdakwa dibawa keluar sidang
penggeledahan dan penahanan (Pasal 58), dan orang
terhadap tersangka dalam undang- tua/wali/orang tua asuh, jaksa
undang ini, tidak jauh berbeda penuntut umum, penasihat hukum
dengan ketentuan sebagaimana dan pembimbing kemasyarakatan
yang diatur dalam Pasal 16 sampai tetap hadir (Pasal 58 ayat (2)).
dengan Pasal 37 KUHAP jo. Pasal 30 5. Jenis Pemidanaan
sampai dengan Pasal 40 UU No. 11 a. Jenis pidana pokok yang dapat
Tahun 2012. Perbedaan yang paling dijatuhkan terhadap anak pelaku
menonjol adalah lama penahanan tindak pidana adalah: pidana
dalam KUHAP dan Undang-undang peringatan, pidana dengan syarat:
Sistem Peradilan Pidana Anak. pembinaan di luar lembaga,
Demikian pula dalam proses pelayanan masyarakat atau
penyidikan, penuntutan, pengawasan, pelatihan kerja,
pemeriksaan di Pengadilan Negeri, pembinaan dalam lembaga dan
pemeriksaan di Pengadilan Tinggi penjara {Pasal 71 ayat (1)},
Banding dan Kasasi. Sebagai disamping pidana tambahan
contoh: apabila diperlukan guna berupa perampasan keuntungan
kepentingan pemeriksaan yang yang dioeroleh dari tindak pidana ;
belum selesai, penuntut umum atau pemenuhan kewajiban adat
dapat memperpanjang penahanan {Pasal 71 ayat (2)};
bagi orang dewasa dari 20 hari b. Pidana penjara bagi anak pelaku
menjadi 40 hari (Pasal 24 ayat (2) tindak pidana maksimum ½ dari
KUHAP. Sedangkan perpanjangan ancaman maksimum pidana
penahanan bagi anak untuk penjara orang dewasa {Pasal 81
kepentingan yang sama dapat ayat (2)}. Jika anak pelaku tindak
dilakukan perpanjangan penahanan pidana diancam pidana mati atau
oleh penuntut umum paling lama 8 seumur hidup, sehingga pidana
hari (Pasal 33 UU No. 11 Tahun maksimumnya 10 (sepuluh) tahun
2012 tentang Sistem Peradilan {Pasal 81 ayat (6)}.
Pidana Anak); c. Anak pelaku tindak pidana yang
b. Tempat tahanan anak harus oleh hakim diputus untuk
dipisahkan dari tempat tahanan diserahkan kepada orang tua,
orang dewasa (Pasal 45 ayat (3) jo. ditempatkan di Lembaga
Pasal 60 ayat (2)). Pemasyarakatan Anak (LPA)
4. Pemeriksaan dalam Persidangan Anak

134
Lex Crimen Vol. VIII/No. 4/Apr/2019

sebagai anak negara {Pasal 81 ayat 3. Anak yang melakukan tindak pidana
(3)}. secara bersama-sama dengan orang
6. Upaya Hukum dewasa atau anggota TNI atau Polri,
Terhadap putusan pengadilan maka masing-masingnya, proses
mengenai perkara anak yang telah persidangannya diserahkan kepada
memperoleh kekuatan hukum tetap, yang berhak;
masih dapat dimohonkan peninjauan 4. Hakim, Penuntut Umum, Penyidik dan
kembali (PK) oleh anak, orang tua/wali Penasihat Hukum serta petugas lainnya
atau penasihat hukumnya ke dalam sidang tidak mengenakan toga;
Mahkamah Agung (MA) (Pasal 51). 5. Sidang pengadilan anak dilakukan
Hampir senada dengan Bunadi, Waluyadi secara tertutup dan hanya boleh
mengatakan bahwa dalam UU No. 11 Tahun dihadiri oleh anak yang bersangkutan,
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak orang tuanya atau walinya atau orang
telah diberikan ketegasan dan pengaturan tua asuhnya, penasihat hukum dan
tentang proses hukum yang mesti dijalankan pembimbing kemasyarakatan atau
terhadap seorang anak yang telah melakukan pihak lain yang diijinkan oleh Hakim,
tindak pidana.10 Penegasan dan pengaturan akan tetapi putusannya diucapkan
tersebut adalah sebagai berikut: terbuka untuk umum;
Seorang anak yang melakukan tindak pidana 6. Sebelum sidang dimulai, Hakim
dapat diajukan ke pengadilan anak, apabila ia memerintahkan kepada Pembimbing
berusia antara 12 (dua belas) tahun dan belum Kemasyarakatan untuk menyampaikan
berusia 18 (delapan belas) tahun serta belum laporan hasil penelitian
kawin, sebagai berikut: kemasyarakatan mengenai anak yang
1. Seorang anak yang berumur antara 12 bersangkutan. Laporan yang dimaksud
(dua belas) tahun dan belum berusia 18 meliputi data anak, keluarga,
(delapan belas) tahun melakukan pendidikan, kehidupan sosial anak dan
tindak pidana, sementara ia baru kesimpulan;
diajukan ke pengadilan setelah berusia 7. Sebelum hakim memberikan
18 (delapan belas) tahun, maka ia tetap putusannya, ia harus memberikan
diajukan ke pengadilan anak, sepanjang kesempatan kepada orang tua atau
anak tersebut belum berusia 21 (dua walinya atau pengasuhnya untuk
puluh satu) tahun; mengemuikakan segala sesuatu yang
2. Terhadap seorang anak yang bermanfaat bagi anak yang dimaksud;
melakukan tindak pidana dan belum 8. Putusan yang dijatuhkan oleh hakim
berusia 12 (dua belas) tahun, dapat saja wajib mempertimbangkan laporan
dilakukan penyidikan dengan penelitian kemasyarakatan dari
memperhatikan hal-hal: pembimbing;
a. Jika hasil penyidikan menunjukkan 9. Pidana yang dijatuhkan kepada anak
bahwa anak tersebut masih dapat dapat berupa pidana penjara,
dibina oleh orang tuanya, maka kurungan, pengawasan atau pidana
anak tersebut diserahkan kepada tambahan berupa pembayaran ganti
orang tuanya, walinya atau orang rugi;
tua asuhnya; 10. Pidana penjara yang dijatuhkan kepada
b. Jika penyidikan menunjukkan anak adalah ½ (setengah) dari pidana
bahwa anak tersebut tidak mungkin pokok yang dijatuhkan kepada orang
dibina, maka anak tersebut yang dewasa. Jika pidana itu berupa
diserahkan kepada lembaga sosial pidana mati atau seumur hiudp, maka
yang dikelola oleh Pemerintah yang dijatuhkan terhadap anak adalah
setelah mendengar pertimbangan pidana 10 (sepuluh) tahun;
dari Pembimbing Kemasyarakatan. 11. Jika seorang anak yang melakukan
tindak pidana dan berumur belum 12
10
Waluyadi, Kejahatan, Pengadilan dan Hukum Pidana, (dua belas) tahun, sementara ancaman
Mandar Maju, Bandung, 2009, hlm. 142-144.

135
Lex Crimen Vol. VIII/No. 4/Apr/2019

hukumannya adalah pidana mati atau Menteri Kehakiman No. M. 14-PW. 07. 03
penjara seumur hidup, maka bagi anak Tahun 1983 tentang Tambahan Pedoman
dijatuhkan hukuman: Pelaksanaan KUHAP berserta lampirannya,
a. Dikembalikan kepada orang tua, Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M. 02.
atau walinya, atau orang tua asuh PW-07. 10 Tahun 1997 tanggal 24 – 12- 1997
dari anak tersebut; tentang Tata Tertib Persidangan Dan Tata
b. Anak tersebut diserahkan kepada Tertib Ruang Sidang Dan Praktek Peradilan.
negara untuk mengikuti pendidikan Pada asasnya prinsip-prinsip dasar dan tata
dan pembinaan atau latihan kerja; cara persidangan perkara anak dalam praktek
c. Menyerahkan anak ke lembaga di Pengadilan Negeri adalah sebagai berikut:12
sosial yang dikelola oleh 1. Penuntut Umum, Penasihat Hukum,
pemerintah atau oragnisasi Pembimbing Kemasyarakatan, Orang tua,
kemasyarakatan yang bergerak Wali/Orangtua Asuh dan saksi wajib
dalam bidang pendidikan, hadir dalam Sidang Anak
pembinaan dan latihan kerja. 2. Sidang Dibuka Dan Dinyatakan Tertutup
12. Hukuman kurungan bagi anak adalah ½ Untuk Umum
(setengah) dari orang dewasa; 3. Asasnya Pemeriksaan Sidang Anak
13. Pidana denda yang dijatuhkan kepada Dengan Hakim Tunggal
anak adalah ½ (setengah) dari orang 4. Pemeriksaan harus dengan kehadiran
dewasa. Jika denda tidak dibayar, terdakwa.
diganti dengan denda yang berlangsung
paling lama 90 (sembilan puluh) hari. B. Penerapan Prinsip Restorative Justice Pada
14. Pidana perampasan barang-barang Anak Pelaku Tindak Pidana
tertentu hanya terbatas pada barang Sistem peradilan pidana merupakan jaringan
hasil tindak pidana dan yag digunakan peradilan yang mneggunakan hukum pidana
untuk melakukan tindak pidana; sebagai sarana utamanya, baik hukum pidana
15. Pidana pembayaran ganti rugi substansial, hukum pidana formal maupun
dibebankan kepada orang tuanya atau hukum pelksanaan pidana. sistem peradilan
pihak lain yang menjalankan kekuasaan pidana mempunyia dimensi fungsionla ganda,
atas orang tua; di satu pihak berfungsi sebagai sarana
16. Pidana bersyarat bagi anak, hanya masyarakat untuk menahan dan
dapat dijatuhkan jika ia dijatuhi pidana mengendalikan kejahatan pada tingkat
maksimum 2 (dua) tahun; tertentu, di pihak lain juga berfungsi untuk
17. Pidana pengawasan dalam batas waktu pencegahan sekunder, yakni mencoba
minimal 3 (tiga) bulan dan maksimal 2 mengurangi kriminalitas di kalangan mereka
(dua) tahun. Pidana pengawasan yang eprnah melakukan tindak pidana dan
adalah pidana yang khusus dikenakan mereka yang bermaksud melakukan kejahatan,
kepada anak, yakni pengawasan yang melalui proses deteksi, pemidanaan dan
dilakukan oleh Jaksa terhadap perilaku pelaksanaan pidana.13
anak dalam kehidupannya sehari-hari di Sistem peradilan pidana pada hakikatnya
rumah dan pemberian bimbingan yang merupakan suatu proses penegakan hukum
diajukan oleh pembimbing pidana, oleh karena itu berhubungan erat
kemasyarakatan.11 dengan perundang-undangan itu sendiri, baik
Pada kakekatnya terhadap prinsip dasar hukum pidana subtantif maupun hukum pidana
dan tata cara persidangan perkara anak dalam formal, karena perundang-undangan pidana itu
praktek di Pengadilan Negeri mengacu kepada pada dasarnya merupakan penegakan hukum
Pasal 52 sampai dengan Pasal 62 UU No. 11
Tahun 2012, ketentuan-ketentuan KUHAP,
Pedoman Pelaksanaan KUHAP, Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1983, Keputusan 12
Bunadi Hidayat, Op-Cit, hlm. 23.
13
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1995, hlm.
11
Ibid, hlm. 144. 22.

136
Lex Crimen Vol. VIII/No. 4/Apr/2019

pidana in abstarcto yang akan diwujudkan 1. Melindungi masyarakat melalui upaya


dalam penegakan hukum in concreto.14 penanganan dan pencegahan kejahatan,
Keseluruhan peraturan perundang- merehabilitasi pelaku kejahatan dan
undangan pidana, pada hakikatnya merupakan melakukan upaya incapacity (ketidak
satu kesatuan sistem pemidanaan sebagai sanggupan) terhadap orang yang melakukan
ketentuan umum maupun ketentuan khusus. ancaman terhadap masyarakat;
Sistem pemidanaan sebagai keseluruhan norma 2. Menegakkan dan memajukan the rule of law
umum hukum pidana material (berupa dan penghormatan terhadap hukum,
peenjatuhan pidana dan pelaksanaan pidana) dengan menjamin adanya due process of
berlaku juga dalam pelaksanaan sistem law dan perlakuan yang wajar bagi
peradilan pidana anak, sepanjang tidak tersangka, terdakwa dan terpidana,
ditentukan lain, dengan perkataan lain berbagai melakukan penuntutan dan membebaskan
sistem peradilan pidana berlaku juga sebagai orang tidak bersalah yang dituduh
sistem peradilan pidana anak.15 melakukan kejahatan;
Sistem peradilan pidana anak berbeda 3. Menjaga hukum dan ketertiban;
dengan sistem peradilan pidana orang dewasa 4. Menghukum pelaku kejahatan sesuai denagn
dalam berbagai segi. Peradilan pidana anak falsafah pemidanaan yang dianut;
meliputi segala aktivitas pemeriksaan dan 5. Membantu dan memberi nasihat pada
pemutusan perkara yang menyangkut korban kejahatan.
kepentingan anak. Menekankan atau Di dalam Resolusi PBB 45/113 tanggal 14
memusatkan pada kepentingan anak harus Desember 1990, The United Nations for the
menjadi pusta perhatian dalam peradilan Protection of Juvenille Deprived of Liberty
pidana anak.16 Pihak berwenang secara hukum disebutkan bahwa ‘Sistem pengadilan bagi anak
akan memiliki kekuasaan untuk mengakhiri harus menjunjung tinggi hak-hak dan
proses peradilan pada setiap saat. Kekuasaan keselamatan serta memajukan kesejahteraan
untuk mengakhiri proses peradilan pada setiap fisik dan mental pada anak. hukuman penjara
saat merupakan satu ciri yang melekat pada harus digunakan sebagai upaya akhir. Adapun
penanganan pelangggar-pelanggar hukum tujuan sistem peradilan pidana anak menurut
berusia anak. UU No. 11 Tahun 2012 dalam Penjelasannnya
Dengan melihat sistem pengadilan anak menyebutkan bahwa tidak lain untuk
yang berbeda dengan sistem peradilan orang terwujudnya peradilan yang benar-benar
dewasa, sebenaranya apa yang menjadi tujuan menjamin perlindungan kepentingan terbaik
dari sistem peradilan anak? terhadap anak yang berhadapan dengan
Menurut Muladi tujuan sistem peradilan hukum. Sedangakn dalam Konvensi Hak Anak
anak adalah untuk: Pasal 3 disebutkan bahwa tujuan sistem
1. Resosialisasi dan rehabilitasi pelaku tindak peradilan anak adalah:19
pidana; 1. Dalam semua tindakan yang menyangkut
2. Pemberantasan kejahatan; anak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
3. Untuk mencapai kesejahteraan sosial.17 kesejahteraan sosial, pemerintah atau
Sedangkan fungsi yang seharusnya swasta, lembaga peradilan, lembaga
dijalankan oleh sistem peradilan pidana pemerintah atau badan legislatif,
terpadu adalah:18 kepentingan terbaik anak harus merupakan
pertimbangan utama.
2. Negera-negara perserta berupaya untuk
14 mejamin adanya perlindungan dan
Muladi dan Barda Nawawi, Teori-teori Dan Kebijakan
Pidana, Alumni, Bandung, 1998, hlm. 197. perawatan sedemikian rupa yang diperlukan
15 Nandang Sambas, Pembaruan Sistem Pemidanaan Anak untuk kesejahteraan anak, dengan
di Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm. 4.
16
memperhatikan hak dan kewajiban orang
Maidin Gultom, Perlidnugan Hukum Terhadap Anak tua anak, walinya yang sah, atau orang lain
Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika
Aditama, Jakarta, 2009, hlm. 6
yang secara hukum bertanggungjawab atas
17
Muladi, Lembaga Pengawasan: Sistem Peradialan
Terpadu, Mappi FHUI, 2003, hlm. 5
18 19
Abintoro Prakoso, Op-Cit, hlm. 143. Ibid, hlm. 144.

137
Lex Crimen Vol. VIII/No. 4/Apr/2019

anak yang bersangkutan, dan untuk maksud mungkin mengedepankan the best interes of
ini, akan mengambil semua tindakan the child.
legislatif dan administratif. Di sejumlah negara Eropa, ada 5 (lima)
3. Negara-negara pihak harus menjamin bahwa macam pendekatan yang biasa digunakan
berbagai lembaga, pelayanan dan fasilitas dalam menangani pelaku pelanggaran hukum
yang bertanggungjawab atas perawatan dan usia anak, yaitu:21
perlindungan tentang anak harus 1. pendekatan yang murni mengedepankan
menyesuaikan diri dengan standar-standar kesejahteraan anak;
yang ditentukan oleh penguasa yang 2. pendekatan kesejahteraan dengan
berwenang, terutama dibidang intervensi hukum;
keselamatan, kesehatan, dalam jumlah dan 3. pendekatan dengan
kesesuaian staf mereka dan juga menggunakan/berpatokan pada sistem
pengawasan yang berwenang. peradilan pidana semata;
Melihat pada tujuan sistem peradilan pidana 4. pendekatan edukatif dalam pemberian
anak di atas kemudian dibandingkan dengan hukuman;
apa yang dikemukakan oleh Muladi di atas, 5. pendekatan hukuman yang murni
maka tujuan sistem peradilan pidana anak bersifat retributif.
terpadu lebih ditekankan pada upaya Bunyi Pasal 1 angka 1 huruf a UU No. 4
resosialisasi dan rehabilitasi kemudian Tahun 1997 tentang Kesejahteraan anak adalah
kesejahteraan sosial. Dengan demikian sejalan dengan apa yang diatur oleh negara-
dapatlah dikatakan bahwa sistem peradilan negara Eropa dan juga dalam Convention on
pidana anak akan mengutamakan The Right of the Child Resolusi PBB ke 44.25
kesejahteraan anak dan akan memastikan yang telah diratifikasi oleh Pemerintah
bahwa reaksi apapun terhadap pelanggar- Indonesia tanggal 26 Januari 1990 yang
pelanggar hukum berusia anak akan selalu dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 36
sepadan dengan keadaan-keadaan baik pada Tahun 1990, dimana menekankan pada
pelanggar-pelanggar hukumnya maupun perlindungan hak-hak anak pelanggar hukum
pelanggaran hukumnya. Dengan menekankan yang menonjolkan asas kesejahteraan serta
pada hal kesejahteraan anak maka ini adalah asas proporsional. Dengan demikian maka
sesuai dengan kesejahtersn yng dimaksudkan sistem peradilan anak harus mengalami
dalam UU No. 4 Tahun 1997 tentang perubahan yang tujuannya adalah agar dapat
Kesejahteraan anak yang dalam Pasal 1 angka 1 terwujudnya peradilan yang benar-benar
huruf a menyebutkan:20 menjamin kepentingan terbaik anak yang
“ suatu tata kehidupan dan penghidupan berhadapan dengan hukum (ABH).
anak yang dapat menjamin pertumbuhan Adapun tujuan pembaruan sistem peradilan
dan perkembangannya dengan wajar, baik anak adalah:22
secara rohani, jasmani maupun sosial.” 1. melindungi dan mengayomi anak yang
Bunyi Pasal 1 angka 1 huruf a UU No. 4 berhadaan dengan hukum agar dapat
Tahun 1997 ini sejalan dengan pendekatan menyongsong masa depannya yang masih
sejumlah negara di Eropa yang memiliki panjang, serta memberi kesempatan kepada
peraturan perundang-undangan tentang anak agar melalui pembinaan akan
Juvenile Justice yang secara umum telah memperoleh jati dirinya untuk menjadi
menggunakan pendekatan kesejahteraan. manusia yang mandiri, bertanggung jawab
Dengan pendekatan ini maka pelanggar hukum dan berguna bagi diri sendiri, keluarga,
usia muda sedapat mungkin dijauhkan dari masyarakat, bangsa dan megara;
proses penghukuman oleh sistem peradilan 2. mewujudkan hukum yang secara
pidana,s erta segala tindakan yang akan diambil komprehensif melindungi anak yang
oleh negara berkaitan dengan pelanggaran berhadapan dengan hukum, adanya
yang dilakukan oleh anak tersebut sedapat perubahan paradigma yang mendasarkan
peran dan tugas masyarakat, pemerintah

21
Ibid, hlm. 148.
20 22
UU No. 4 Tahun 1997 tentang Kesejahteraan Anak Ibid, hlm. 158

138
Lex Crimen Vol. VIII/No. 4/Apr/2019

dan lemabga negara lainnya yang Menurut Muladi, yang menjadi ciri-ciri
berkewajiban dan bertanggungjawab untuk dari restorative justice/restorasi keadilan
meningkatkan kesejahteraan anak serta adalah sebagai berikut:24
meberikan perlindungan khusus yang 1. kejahatan dirumuskan sebagai pelanaggaran
berhadapan dengan hukum. seseorang terhadap orang lain dan
Berdasarkan tujuan perubahan sistem dipandang sebagai konflik;
peradilan anak ini maka paradigma yang ada 2. fokus perhatian pada pemecahan masalah
menunjuk pada restorative paradigma, atau pertangguangjawaban dan kewajiban untuk
dikenal dengan restorative justice atau restorasi masa mendatang;
keadilan. Restorasi keadilan tidaklah bersifat 3. sifat normatif dibangun atas dasar dialog dan
punitif namun tidak berarti ringan sifatnya. negosiasi;
Adapun yang menjadi tujuan utama dari 4. restitusi sebagai sarana para pihak,
restorative justice adalah perbaikan atau rekonsiliasi dan restorasi merupakaan
penggantian kerugian yang diderita oleh tujuan utama;
korban, pengakuan pelaku terhadap luka yang 5. keadilan dirumuskan sebagai hubungan antar
diderita oleh masyarakat akibat tindakannya, hak, dinilai atas dasar hasil;
konsiliasi dan rekonsiliasi pelaku, korban dan 6. fokus perhatian terarah pada perbaikan luka
masyarakat. sosial akibat kejahatan;
Restorative justice pada prinsipnya 7. masyarakat merupakan fasilitator di dalam
merupakan suatu pedoman dasar dalam proses proses restoratif;
perdamaian di luar peradilan dengan 8. peran korban dan pelaku dikui, baik dalam
menggunakan cara mediasi atau musyawarah penentuan masalah maupun hak-hak dan
dalam mencapai suatu keadilan yang kebutuhan korban. Pelaku didorong untuk
diharapkan oleh para pihak yang terlibat dalam bertanggungjawab;
hukum pidana yaitu pelaku tindak pidana 9. pertanggungjawaban pelaku dirumuskan
(keluarganya) dan korban tindak pidana sebagai dampak pemahaman atas
(keluarganya) untuk mencari solusi terbaik yang perbuatannya dan diarahkan untuk ikut
disetujui dan disepakati para pihak. Dikatakan memutuskan yang terbaik;
sebagai pedoman dasar dalam mencapai 10. tindak pidana dipahami dalam konteks
keadilan yang dilakukan oleh para pihak di luar menyelruh, moral, sosial dan ekonomis;
pengadilan karena merupakan dasar proses 11. stigma dapat dihapus melalui restoratif.
perdamaian dari pelaku tindak pidana Restorative justice mengandung prinsip-
(keluarganya) dan korban (keluarganya) akibat prinsip dasar yang meliputi beberapa hal
timbulnya korban/kerugian dari perbuatan sebagai berikut:25
pidana tersebut.23 1. Mengupayakan perdamaian di luar
Tujuan dari restorasi keadilan adalah pengadilan oelh pelaku tindak pidana
merestorasi kesejahteraan masyarakat, (keluarganya) terhadap korban tindak
memperbaiki manusia sebagai anggota pidana (keluarganya);
masyarakat dengan cara menghadapkan anak 2. Memberikan kesempatan kepada pelaku
sebagai pelaku berupa pertanggungjawaban tindak pidana (keluarganya) untuk
kepada korban atas tindakannya. Korban yang bertanggung jawab menebus kesalahannya
biasanya terabaikan dalam proses peradilan, dengan cara mengganti kerugian akibat
berperan serta dalam proses peradilan. Dengan tindak pidana yang dilakukannya;
demikian memberdayakan para korban, pelaku, 3. Menyelesaikan permasalahan hukum pidana
keluarga dan masyarakat untuk memperbaiki yang terjadi di antara pelaku tindak pidana
tindakan melanggar hukum dengan dan korban tindak pidana tersebut apabila
menggunakan kesadaran dan keinsyafan tercapai persetujuan dan kesepakatan
sebagai landasan untuk memperbaiki diantara para pihak.
kehidupan bermasyarakat.

24 Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana Anak,


BP. Universitas Diponegoro, Semarang, hlm. 129.
23 25
Restorative Justice, Op-Cit. Restorative Justice, Op-Cit.

139
Lex Crimen Vol. VIII/No. 4/Apr/2019

Prinsip restorative justice/restorasi keadilan 3. Kongres PBB ke-XI di Bangkok tahun 2005
merupakan hasil eksplorasi dan perbandingan tentang pencegahan Kejahatan dan
antara pendekatan kesejahteraan dan peradilan Pidana (eleventh United nations
pendekatan keadilan. congress on crime prevention and criminal
Dengan melihat pada ciri-ciri dan prinsip- justice) pada butir 31: “Persekutuan
prinsip restorative justice atau keadilan strategis dalam Pencegahan tindak pidana
restorasi di atas, maka upaya penyelesaian dan peradilan pidana (Synergies and
masalah di luar pengadilan yang dilakukan oleh responses: strategic alliances in crime
pelaku tindak pidana (keluarganya) dan korban prevention and criminal justice);
tindak pidana (keluarganya) nantinya 4. UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
diharapkan menjadi dasar pertimbangan dalam Peradilan Pidana Anak, dalam Pasal 1 angka
proses pemeriksaan pelaku tindak pidana di 6 menyebutkan: penyelesaian perkara
pengadilan dalam penjatuhan sanksi pidananya tindak pidana dengan melibatkan pelaku,
oleh hakim/majelis hakim. Dengan demikian korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak
maka restorative justice merupakan rangkaian lain yang terkait untuk bersama-sama
proses penyelesaian maslah pidana di luar mencari penyelesaian yang adil dengan
pengadilan yang bertujuan untuk me restore menekankan pemulihan kembali pada
(memulihkan kembali) hubungan para pihak keadaan semula, dan bukan pembalasan;
dan kerugian yang diderita oleh korabn 5. PERMA No 4 Tahun 2014, dalam Perma ini
kejahatan dan diharapkan dapat dijadikan dasar diatur tentang Diversi yaitu pengalihan
pertimabngan bagi hakim/majelis hakim penyelesaian perkara anak dari proses
pengadilan untuk memperingan sanksi pidana peradilan pidana ke proses di luar peradilan
yang dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana. pidana, yang bertujuan:
Restorasi meliputi pemulihan hubungan antara a. mencapai perdamaian antara korban dan
korban dan pelaku. Pihak korban dapat anak pelaku tindak pidana;
menyampaikan mengenai kerugian yang b. menyelesaikan perkara anak di luar proses
dideritanya dan pelaku pun diberi kesempatan peradilan;
untuk menebusnya, melalui mekanisme ganti c. menghindarkan anak dari perampasan
rugi, perdamaian, kerja sosial maupun kemerdekaan;
kesepakatan-kesepakatan lainnya. Dengan d. mendorong masyarakat untuk
prinsip restorasi keadilan ini, kepentingan berpartisipasi; dan
korban sangat diperhatikan dengan tetap e. menanamkan rasa tanggung jawab kepada
memperhatikan hak-hak asasi anak yang anak pelaku tindak pidana.
disangka telah melakukan pelanggaran hukum Musyawarah diversi adalah musyawarah
pidana. antara pihak yang melibatkan anak dan orang
Penerapan restorative Justice dalam sistem tua/wali, korban dan/atau orang tua/walinya,
peradilan pidana anak adalah sesuai dengan:26 pebimbing kemasyarakatan, pekerja sosial
1. Deklarasi PBB tahun 2000 tentang Prinsip- kemasyarakatan dan pihak-pihak yang terlibat
prinsip pokok tentang penggunaaan lainnya untuk mencapai kesepakatan diversi
Program-Program Keadilan Restorasi dalam melalui pendekatan keadilan restorarif.
permalahan-permasalan pidana (united Secara umum, prinsip-prinsip keadilan
nations declaration on the basic principles restoratif adalah membuat pelanggar
on the use of restorative justice programmes bertanggung jawab atas kerugian yang
in criminal matters); ditimbulkan atas perbuatannya, memberikan
2. Deklarasi Wina tentang Tindak Pudana dan kesempatan kepada pelanggar untuk
Keadilan (Vienna declaration on crime on membuktikan kualitas dirinya, melibatkan para
justice: meeting the challanges of the korban dan pihak-pihak yang terkait di dalam
twenty-first century) butir 27-28 tentang forum sehubungan dengan penyelesaian
keadilan Restorasi; masalah. Penerapan prinsip-prinsip restorative
justice/keadilan restorasi kepada terpidana
26
Keadilan Restoratif Sebagai Tujuan Pelaksanaan Diversi anak adalah memandang kepada kepentingan
Pada Sistem Peradilan Anak, diakses pada tanggal 26
Maret 2019 dari mahkamahagung.go.id

140
Lex Crimen Vol. VIII/No. 4/Apr/2019

anak yang adalah generasi dan penerus dan perlindungan anak serta pencegahan
harapan bangsa dan negara. pengulangan tindakannya melalui
tindakan pengadilan yang konstruktif.
PENUTUP 2. Restorative justice yang sudah diatur
A. Kesimpulan dalam UU No. 11 Tahun 2012 tentang
1. Proses peradilan terhadap anak adalah Sistem Peradilan Pidana Anak harus
sebagai berikut: Sidang dilaksanakan segera diterapkan, mengingat anak
dengan cara tertutup dan pembacaan adalah generasi dan harapan penerus
putusan dilaksanakan terbuka untuk bangsa dan negara.
umum; Penyidik, penuntut umum, hakim
dan penasihat hukum dalam DAFTAR PUSTAKA
melaksanakan fungsinya sebagai penegak Atmasasmita, Romli., Problema Kenakalan Anak
hukum tidak menggunakan pakaian dinas dan Remaja, Armico, Bandung, 1984.
atau bertoga; Sidang dipimpin oleh Abdulssalam, HR dan Adri Desasfuryanto.,
hakim tunggal, kecuali dalam hal Hukum Perlindungan Anak, PTIK, Jakarta,
ditentukan lain; Hakim yang mengadili 2014.
anak adalah hakim khusus diutamakan Drajat, Zakiah., Kesehatan Mental, Inti Idayu
hakim wanita yang memiliki Press, Jakarta, 1983.
pengetahuan masalah kejiwaan anak; Gultom, Maidin., Hukum Perlindungan
Sidang diadakan pada hari khusus; Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan
Selama dalam persidangan, anak harus Pidana Anak di Indonesia, Refika
didampingi orang tua; Tidak boleh diliput Aditama, Bandung, 2014.
oleh wartawan; Sebelum dibacakan .........................., Perlindungan Hukum
tuntutan jaksa dan putusan hakim, harus Terhadap Anak dan Perempuan, Refika
terlebih dahulu dibacakan laporan Aditama, Bandung, 2013.
petugas sosial yang ditugaskan oleh Hidayat, Bunadi., Pemidanaan Anak Di Bawah
pengadilan untuk meneliti perilaku dan Umur, PT Alumni, Bandung, 2010
kondisi anak tersebut. Hamzah, Andi., Hukum Acara Pidana Indonesia,
2. Penerapan prinsip restorative justice Sinar Grafika, Jakarta, 2005.
pada terpidana anak atau anak pelaku Husein, Harun. M., Penyidikan dan Penuntutan
tindak pidana sangatlah diperlukan untuk Dalam Proses Pidana, Rineka Cipta,
perbaikan atau penggantian kerugian Jakarta, 1991.
yang diderita oleh korban, pengakuan Harahap, Yahya., Pembahasan Permasalahan
pelaku terhadap luka yang diderita oleh dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan
masyarakat akibat tindakannya, konsiliasi Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
dan rekonsiliasi pelaku, korban dan Herlina, Apong, et al., Perlindungan Terhadap
masyarakat. Karena tujuan dari restorasi Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum,
keadilan adalah merestorasi Buku Saku Untuk Polisi, UNICEF, Jakarta,
kesejahteraan masyarakat, memperbaiki 2004.
manusia sebagai anggota masyarakat Kamus Besar Indonesia., cetakan Kedua, Balai
dengan cara menghadapkan anak Pustaka, Jakarta, 1989.
sebagai pelaku berupa Marlina., Peradilan Pidana Anak di Indonesia;
pertanggungjawaban kepada korban atas Pengembangan Konsep Diversi dan
tindakannya. Restorative Justice, Refika Aditama,
Bandung, 2012.
B. Saran Makarao, Moh. Taufik. dkk., Hukum
1. Proses peradilan terhadap anak yang Perlindungan Anak dan Penghapusan
melakukan tindak pidana harus benar- Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Rineka
benar dilaksanakan sesuai dengan Cipta, Jakarta, 2013.
tujuan proses peradilan pidana anak Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina
yaitu bukanlah pada penghukuman, Aksara, Jakarta, 1983.
tetapi perbaikan kondisi, pemeliharaan

141
Lex Crimen Vol. VIII/No. 4/Apr/2019

Nashriana., Perlindungan Hukum Pidana Bagi UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Anak di Indonesia, Grafindo Persada, Peradilan Pidana Anak.
Jakarta, 2011.
Prodjodikoro, Wirjono., Asas-Asas Hukum
Pidana di Indonesia, Eresco, Bandung,
1986.
Prasetyo, Teguh., Hukum Pidana, edisi revisi,
Rajawali Pers, Jakarta, 2013.
Subekti., UU No. 1 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Perkawinan, Jakarta, tanpa tahun.
Sisworahardjo, Suwantji., Hak-hak Anak Dalam
Proses Peradilan Pidana, Rajawali, Jakarta,
1986.
Soekanto, Soerjono., Intisari Hukum Keluarga,
Alumni, Bandung, 1980.
...............................dan Sri Mamudji., Penelitian
Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Suparni, Niniek., Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata), Rineka Cipta,
Jakarta, 2013.
Sianturi, S.R., Asas-Asas Hukum Pidana di
Indonesia dan Penerapannya, Alumni,
AHM-PTHM, Jakarta, 1989.
Soetodjo, Wagiati., Hukum Pidana Anak, Refika
Aditama, Bandung, 2006.
Santoso, Topo., Seksualitas dan Hukum
Indonesia, IND-HILL-CO, Jakarta, 1977.
Tunggal, Hadi Setia, UURI Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, Harvarindo, Jakarta, 2013.
Waluyadi., Kejahatan, Pengadilan dan Hukum
Pidana, Mandar Maju, Bandung, 2009.
Wadong, Maulana Hasan., Pengantar Advokasi
dan Hukum Perlindungan Anak,
Gramedia, Jakarta, 2000.
Wahyono, Agung dan Ny. Siti Rahayu., Tinjauan
Tentang Peradilan Anak di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta, 1993.

SUMBER LAIN
UU No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP).
UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak-hak Asasi
Manusia.
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak yang telah dirobah dengan UU
No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak.

142

Anda mungkin juga menyukai