Anda di halaman 1dari 13

TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN

“VIDEO STRANGE SITUATION MARY


AINSWORT”

DISUSUN OLEH :
Amalia Eka Kurinisa Sari 1511900043
Otniel Giovany Alvano 1511900057
Ismi Maduriani 1511900062
Cecep Andirwan 1511900072
Risky Purnama Priono 1511900083
Intan Dwi Wahyu Agustin 1511900084

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA


2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
DEFINISI KELEKATAN...........................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................5
STRANGE SITUATION............................................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................................7
DAMPAK KELEKATAN...........................................................................................................................7
BAB IV.......................................................................................................................................................9
PENYEBAB TINGKAH LAKU LEKAT...................................................................................................9
KESIMPULAN.........................................................................................................................................11
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak terdapat kesalahan, untuk itu
kritik dan saran sangat kami harapkan agar penulisan makalah selanjutnya bisa lebih
baik lagi.

Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan sebelum nya kami mengucapkan
banyak terima kasih.
BAB I
DEFINISI KELEKATAN

Kelekatan (attachment) adalah ikatan kasih sayang dari seseorang terhadap


pribadi lain yang khusus (Alish, 1998). Kelekatan merupakan tingkah laku yang
khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang untuk mencari
kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang
tersebut (Soetjiningsih, 2012).
Mőnks (2006) menyatakan bahwa attachment adalah mencari dan
mempertahankan kontak dengan orang-orang yang tertentu saja. Orang pertama yang
dipilih anak dalam kelekatan adalah ibu (pengasuh), ayah atau saudara-saudara
dekatnya.
Menurut Santrock (2007), kelekatan adalah ikatan emosional yang erat antara
dua orang. Kelekatan ini mengacu pada suatu relasi antara dua orang yang memiliki
perasaan yang kuat satu sama lain dan melakukan banyak hal bersama untuk
melanjutkan relasi itu.
Anak yang mendapatkan kelekatan (Attachment) yang cukup, akan merasa
dirinya aman (Secure) dan lebih positif terhadap kelompoknya, menunjukkan
ketertarikan yang lebih besar terhadap orang lain di dalam mengajak bermain atau
ketika digendong.
Berarti, anak ini bersifat sosial tidak hanya dengan ibu atau pengasuhnya,
tetapi juga pada orang lain. Sebaliknya anak yang memiliki kelekatan yang tidak
aman/kuat (Insecure) akan takut pada orang asing dan akan merasa sedih oleh
perpisahan dengan ibu atau pengasuhnya.
Bowlby (dalam Hasan dkk, 2006) menyatakan bahwa kelekatan (attachment)
adalah bentuk tingkah laku yang dapat mengekal, ataupun untuk mendapatkan
individu lain. Kelekatan (attachment) juga disebut sebagai suatu ikatan yang intens
dan terus menerus yang secara biologis berakar dari fungsi perlindungan dari bahaya
(Wilson dalam Potter- Efron, 2005).
Menurut Flanagan (2003) attachment diartikan sebagai ikatan emosional antar
dua orang, terutama pada ibu dan anak. Cox (2001) menyebutkan kelekatan sebagai
ikatan emosional yang kuat dengan orang lain.
Hendrick (dalam McGuirk dan Pettijohn, 2008) mendefinisikan kelekatan
sebagai bagian dari interaksi dengan pengasuh yang melibatkan kelekatan fisik, yang
secara tak langsung juga kedekatan afeksi emosional.
Menurut Erwin (1998) secara biologis, kelekatan merupakan mekanisme yang
dibuat untuk melindungi dan mendorong perkembangan remaja secara adaptif dan
mempertahankan eksistensinya.
Bee (2000) menyatakan bahwa kelekatan adalah bentuk dari suatu ikatan
kasih sayang yang berhubungan dengan timbulnya atau adanya rasa aman dalam
hubungan tersebut. Kelekatan berarti dekat secara emosi antara satu individu dengan
individu lain.
Dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa kelekatan adalah suatu
bentuk keterikatan emosi antara satu individu dengan individu lain. Ketika seseorang
telah lekat dengan orang lain, ia akan merasa aman, terlindungi, dan terpenuhi
kebutuhan afeksinya. Kelekatan ini bersifat menetap, intens, dan terus
menerus.Perilaku kelekatan merupakan bentuk pencarian kedekatan seseorang
dengan orang lain. Kelekatan ada agar seseorang mampu bertahan hidup, karena
dalam kelekatan ada rasa aman dan terpenuhinya kebutuhan dari figur yang
dilekatkan. kelekatan seringkali bicara tentang hubungan antara orang tua dan anak.
BAB II
STRANGE SITUATION

Strange Situation atau Situasi Aneh dalam bahassa Indonesia adalah Teknik
penelitian yang dikembangkan oleh psikolog Amerika Mary Ainswort. Prosedur
Strange Situation banyak digunakan dalam penelitian perkembangan anak. Tujuan
dari prosedur Strange Situation ini adalah menyediakan lingkungan yang akan
membangkitkan motivasi pada anak untuk mengeksplorasi dan keinginan untuk
mencari keamanan. Seorang pengamat membawa seorang ibu dan anaknya kesebuah
ruangan asing yang berisi mainan. Terdapat delapan tahap serangkaian yang berupa
pemisahan dan reuni yang dilakukan dengan melibatkan stress ringan, tetapi
kumulatif untuk anak.

Pemisahan dalam lingkungan yang tidak dikenal oleh anak kemungkinan akan
mengaktifkan keterikatan (attachment) dan fungsi dari keterikatan secara langsung.
Meskipun tidak ada perilaku tunggal yang dapat digunakan untuk menilai kualitas
keterikatan anak terhadap ibu dan pola respons anak terhadap situasi dapat menjadi
hal yang menarik bagi pengamat.

Validasi prosedur dan metode penilainya didasarkan pada pengamatan


naturalistic dari ekplorasi, tangisan, dan pencarian kedekatan anak. Berikut delpan
tahap strange situation :

Tahap 1. Memperkenalkan ruang bermain kepada anak

Tahap 2. Ibu dan anak berada diruang bermain bersama

Tahap 3. Orang asing memauki kamar dan mengajak bicara ibu

Tahap 4. Kemudian ibu meninggalkan kamar. (Menguji kecemasan perpisahan)


Tahap 5.Orang asing pergi dan ibu kembali. (Menguji reaksi anak terhadap reuni
dengan ibu)

Tahap 6. Ibu pergi dan anak sendirian.

Tahap 7. Orang asing masuk kembali dan mencoba menghibur anak

Tahap 8. Orang tua kembali dan menawarkan kenyaman serta bermain kembali
dengan anak

Penelitian Ainswort mengungkapkan perbedaan utama individu diantara anak-anak


melihat reaksi anak yang ditunjukkan ketika bertemu kembali dengan ibu. Ainswort
mengkategorikan respons ini menjadi tiga jenis utama :

A. Cemas/Menghindar
Anak mungkin tidak merasa tertekan pada saat kepergian ibu dan mungkin
menghindari atau berpaling darinya sekembalinya
B. Terpasang Aman
Anak merasa tertekan oleh kepergian ibu dan mudah ditenangkan oleh ibu
ketika kembali
C. Cemas/Tahan
Anak mungkin tetap sangat dekat dengan ibu selama beberapa menit awal dan
menjadi tertekan pada saat keberangkatannya. Ketika ibu kembali, anak akan
mencari kenyamaan dan membuat jarak dari ibu. Perilaku anak akan ditandai
dengan menangis dan meraih untuk dipegang dan kemudian mencoba untuk
pergi setelah diambil

Menggunakan prosedur Strange Situation peneliti banyak mempelajari perkembangan


kelekatan anak pada ibu dan pengasuh lainnya. Namun masih ada banyak perdebatan
tentang asal-usul reakssi anak dalam Strange Situation dan factor-faktor apa yang
mempengaruhi perkembangan hubungan keterikatan anak.
BAB III
DAMPAK KELEKATAN

Sebuah penelitian menemukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan


antara kelekatan anak pada ibu dan kemandirian anak. Artinya semakin positif
kelekatan anak pada ibu maka semakin tinggi kemandirian, dan sebaliknya semakin
negatif kelekatan anak pada ibu maka kemandirian semakin rendah.

Kelekatan yang dimiliki anak-anak menyebar diantaranya secure attachment


(kelekatan aman), resistant attachment (kelekatan menolak/ambivalen), dan avoidant
attachment (kelekatan menghindar), yaitu ada yang memiliki pola kelekatan aman,
ada yang memilki pola kelekatan menolak/ambivalen, dan ada juga yang memiliki
pola kelekatan menghindar.

Pola Secure attachment dapat terjadi apabila figure lekat dalam relasinya dengan anak
menunjukkan sensitivitas, sikap positif, support, menciptakan aktivitas-aktivitas yang
dilakukan bersama, synchrony, serta sering melibatkan anak dalam komunikasi dan
aktivitas.
Ketika (ibu) bersikap peka, responsif, hangat menerima dan penuh perhatian pada
ritme perilaku anak dan individualitasnya, mereka menciptakan pemahaman bersama
yang mengembangkan bentuk kelekatan aman orang tua (ibu)-anak dan anak yang
memiliki kelekatan aman (secure attachment) memiliki ibu yang responsive pada
kebutuhan dan sinyal-sinyal yang diberikan dan mempunyai sikap yang konsisten.
Sedangkan bayi yang ambivalenbisa merepresentasikan seorang individu yang
kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain sebagai akibat dari respon atau
ketersediaan yang tidak konsisten pada bagian pengasuhnya.
Sehingga hubungan yang diharapkan adalah kelekatan yang aman, sehingga anak
mampu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan tahap
perkembangannya. Sebaliknya jika kelekatan yang tidak aman terjadi maka anak akan
mengalami masalah dalam proses perkembangannya. Ibu yang menghabiskan waktu
lebih banyak namun
dengan perilaku yang buruk tidak akan membantu anak berkembang secara optimal.

Walaupun sebenarnya tidak dapat dipungkiri bahwa anggota keluarga yang lainnya
juga mengambil peranan penting dalam membina kelekatan yang aman. Hal ini dapat
dipahami karena biasanya Ibu lebih banyak berinteraksi dengan anak dan bertugas
memenuhi kebutuhannya serta memberikan rasa aman dan nyaman. Oleh karena itu,
Ibu sebagai figure lekat diharapkan mampu memberikan rasa aman dan memahami
anaknya agar dapat menciptakan hubungan yang baik dengan anak karena Ibu
memegang peranan
penting dalam proses perkembangan seorang anak.

Beberapa penelitian yang menghubungkan antara kelekatan orangtua-anak dengan


kecerdasan moral juga menunjukkan bahwa kelekatan berperan
dalam perkembangan kecerdasan moral anak-anak. Pranoto berpendapat bahwa
perkembangan moral merupakan suatu proses yang terus menerus berkelanjutan
sepanjang hidup. Meningkatnya kapasitas moral anak dan didukung dengan
lingkungan yang kondusif, sehingga anak berpotensi menguasai moralitas yang
lebih tinggi.

Anak-anak sebagai generasi yang unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dengan
sendirinya.
Mereka memerlukan lingkungan yang subur yang sengaja diciptakan untuk itu
sehingga dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar dapat tumbuh dan
berkembang kepribadiannya secara wajar, yang juga nantinya akan memungkinkan
potensi mereka dapat tumbuh dengan optimal.
Lingkungan keluarga terutama orangtua adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh
seorang anak, sehingga dengan demikian para orangtua
memegang peranan penting untuk menciptakan lingkungan tersebut guna merangsang
segenap potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal.
Suasana penuh kasih sayang, mau menerima anak sebagaimana adanya,
menghargai potensi anak, memberi rangsangan yang kaya untuk segala aspek
perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik, semua itu
merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul di masa yang akan
datang.
BAB IV

PENYEBAB TINGKAH LAKU LEKAT

Bowlby (1958) menjelaskan bahwa kelekatan berkembang melalui sejumlah


tahap, yang ditentukan oleh perubahan-perubahan kognitif dan interaksi dengan figur
lekatnya.

Pada usia 0 hingga 2 bulan, bayi belum bisa membedakan orang-orang di dekatnya.
Bayi masih belum memilih-milih figur lekat dan mengenali orang di dekatnya.

Pada usia 2 hingga 7 bulan, bayi mulai mampu mengenali 0rang-orang di sekitar.
Apabila ia sudah “kenal” dengan seseorang, ia akan merasa lebih aman dan nyaman.
Dari sini, kita bisa mulai menciptakan kelekatan dengan cara sering berada di
dekatnya.

Pada usia 7 hingga 24 bulan, bayi telah mengembangkan keterikatan dengan ibu atau
figur lekat lain. Bayi akan berusaha untuk terus dekat dengan figur lekat tersebut. Bila
berpisah, ia akan menangis.

Pada usia 24 bulan, bayi merasa lebih aman dalam berhubungan figur lekat. Apabila
di sini tercipta hubungan lekat yang aman, anak tidak merasa sedih selama berpisah
dari figur lekatnya.

Pengalaman kelekatan pada anak dan figur lekat akan menjadi model mental, yang
seterusnya model tersebut akan tertanam pada anak. Model mental ini kelak menjadi
cara anak tersebut dalam membina hubungan dengan orang lain (Buren dan Cooley,
2002). Kelekatan tersebut disimpan dalam pikiran, dan membimbing anak dalam
menciptakan hubungan dengan orang lain.
Sejumlah faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan kelekatan anak dengan figur
lekatnya, yaitu:

a. Perpisahan yang tiba-tiba antara anak dengan figur lekat. Perpisahan secara
mendadak bisa menyebabkan trauma pada diri anak. Perpisahan mendadak ini dapat
berupa kematian orang tua, orang tua terpisah dari anak, dan sebab lain.

b. Penyiksaan emosional atau penyiksaan fisik. Memberi hukuman untuk


mendisiplinkan anak secara berlebihan bisa membuat anak menjaga jarak dengan
figur lekatnya. Dengan menciptakan citra diri sebagai orang yang sulit didekati, figur
lekat justru membuat hubungan kelekatan menjadi rapuh dan tidak aman.

c. Pengasuhan yang tidak stabil. Kalau anak sering dioper-oper alias ganti
pengasuh, anak jadi bingung mau lekat sama siapa. Semakin sering berganti
pengasuh, semakin sulit anak menciptakan kelekatan.

d. Sering berpindah domisili. Sering berpindah tempat juga menyebabkan anak


kerepotan untuk menyesuaikan diri. Kesulitan menyesuaikan diri ini tentu dapat
mempengaruhi hubungan dan tingkat kelekatan dengan figur lekatnya.

e. Pola asuh yang tidak konsisten. Ada figur lekat yang plin-plan dalam mendidik
anak. Mereka berlaku pada anak sesuai mood saja. Kadang lembut, kadang
membentak. Figur lekat yang sulit ditebak tentu akan membingungkan anak. Selain
itu, anak juga sulit untuk memercayai figur lekat. Ini memengaruhi pola attachment.

f. Figur lekat yang mengalami masalah psikologis. Orang tua yang mengalami
masalah emosional atau psikologis dapat menciptakan masalah baru dalam
berkomunikasi. Belum lagi kalau anak menjadi sasaran dari masalah psikologis
tersebut.
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai