Didalam proses produksi, tidak semua produk yang diolah dapat menjadi produk yang
baik dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
Ditinjau dari saat terjadinya, produk dapat hilang pada awal proses, sepanjang proses,
atau pada akhir proses. Untuk kepentingan perhitungan harga pokok produksi per satuan, produk
yang hilang sepanjang proses harus dapat ditentukan pada tingkat penyelesaian berapa produk
yang hilang tersebut terjadi.
Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang pada Awal Proses terhadap Perhitungan Harga
Pokok Produk per Satuan
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya produksi,
sehingga tidak diikutsertakan dalam perhitungan-perhitungan unit ekuivalensi produk yang
dihasilkan.
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai
akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan.
Pada departemen setelah departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal
proses mempunyai dua akibat yaitu :
1. Menaikkan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya
2. Menaikkan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam produksi setelah
departemen produksi yang pertama tersebut.
Contoh Kasus
PT Eliona sari memiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya, yaitu
departemen A dan departemen B. Data produksi dan biaya produksi kedua departemen sebagai
berikut :
Departemen A Departemen B
Departemen A Departemen B
Rp 130.500 Rp 159
Karena produk yang hilang terjadi pada awal proses, maka produk tersebut tidak ikut menyerap
biaya produksi yang dikeluarkan oleh departemen A. Oleh karena itu, produk hilang tersebut
tidak dikutsertakan dalam perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen
A. Akibatnya biaya produksi yang dihasilkan oleh departemen A menjadi lebih tinggi.
Misalnya produk tidak hilang, maka perhitungan unit ekuivalensinya menjadi
700 + (100% x 200kg + 100kg) = 1.000kg dan biaya bahan baku per kg adalah sebesar Rp
22.500 : 1.000kg = Rp 22,50
Rp 19.200
Laporan Biaya Produksi Departemen A bulan Januari 2021. Produk Hilang pada Awal Proses
PT Eliona Sari
Data Produksi
1.000 kg
Total Per Kg
Perhitungan Biaya
Harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan (200 kg):
Rp 19.200
Produk yang Hilang pada Awal Proses di Departemen setelah Departemen Pertama
Produk yang hilang pada awal proses, yang terjadi di departemen setelah departemen
produksi pertama mempunyai dua akibat terhadap :
1. Harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya
2. Harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen dimana produk
yang hilang tersebut terjadi
Karena pada departemen B terjadi produk hilang sebanyak 200kg, maka harga pokok
produk selesai dari departemen A Rp 111.300 yang semula ditanggung 700kg menjadi
ditanggung oleh jumlah yang lebih sedikit atau sebanyak 500kg.
Perhitungan Penyesuaian Harga Pokok Per Unit dari Departemen A
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A Rp 111.300 : 700 Rp 159,00
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A setelah adanya
produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 :
(700 kg -200 kg) Rp 222,60
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A Rp 63,60
Rp 63.350 Rp 140
Rp 29.610
Laporan Biaya Produksi Departemen B. Produk Hilang Pada Awal Proses di Departemen Setelah
Departemen Pertama
PT Eliona Sari
Data Produksi
700 kg
Total Per Kg
Penyesuaian harga pokok per satuan karena adanya produksi yang hilang
dalam proses Rp 63,60
Rp 111.300 Rp 222,60
6
Perhitungan Biaya
Harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan (100 kg):
Rp 29.610
Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang
dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan dalam
penentuan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses harus dihitung dan diperlakukan
sebagai tambahan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen selanjutnya. Hal
tersebut akan mengakibatkan harga pokok per satuan produk selesai yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang menjadi lebih tinggi.
Contoh Kasus
PT Eliona sari memiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya, yaitu
departemen A dan departemen B. Data produksi dan biaya produksi kedua departemen sebagai
berikut :
Departemen A Departemen B
Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku 700 kg + (100% x 200 kg + 100 kg) = Rp 22.500 Rp 22,50
1000 kg
Biaya bahan penolong 700 kg + (100% x 200 kg + 100 kg) = Rp 26.100 Rp 26,10
1000 kg
Biaya tenaga kerja 700 kg + (40% x 200 kg + 100 kg) = Rp 35.100 Rp 39,89
880 kg
Biaya overhead pabrik 700 kg + (40% x 200 kg + 100 kg) = Rp 46.800 Rp 53,18
880 kg
Rp 130.500 Rp 142,67
Rp 17.165
Produk yang Hilang pada Akhir Proses di Departemen Produksi setelah Departemen
Produksi Pertama
Produk yang hilang pada akhir proses yang terjadi di departemen setelah departemen
produksi pertama hanya berakibat terhadap harga pokok per satuan produk yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau gudang.
Karena produk yang hilang telah menyerap biaya produksi, maka harus diperhitungkan
dalam unit ekuivalensi biaya produk yang bersangkutan. Produk yang hilang pada akhir proses
9
tidak mempengaruhi harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya.
Biaya bahan penolong 400 kg + (60% x 100 kg + 200 kg) = Rp 16.100 Rp 24,39
660 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + (50% x 100 kg + 200 kg) = Rp 22.500 Rp 34,62
650 kg
Biaya overhead pabrik 400 kg + (50% x 100 kg + 200 kg) = Rp 24.750 Rp 38,08
650 kg
Rp 63.350 Rp 97,09
Rp 21.289
Laporan Biaya Produksi Departemen B. Produk Hilang Pada Akhir Proses di Departemen Setelah
Departemen Pertama
PT Eliona Sari
10
Data Produksi
700 kg
Total Per Kg
Perhitungan Biaya
Rp 21.289