Anda di halaman 1dari 3

Nama : Umiyanti Azizah

NIM : 020319698
UTS KEPERAWATAN HIV/AIDS

1. Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam
tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik,
dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Perjalanan HIV
HIV ditularkan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI, semen
dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang terdapat
pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang dilakukan.
Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor melalui pembungkus
glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-
transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-virus.  Virus
kemudian menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4 dalam darah, seiring
dengan terjadinya peningkatan replikasi virus yang direfleksikan dari hasil nilai viral load yang
tinggi, menandakan tingkat virulensi yang tinggi.

Fase Infeksi HIV


Infeksi HIV terdiri dari 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan AIDS.

Serokonversi

Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia plasma dengan
penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah virus masuk melalui mukosa tubuh.
Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak
spesifik, umumnya berupa demam, flu, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian, keluhan akan
berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini, umumnya akan mulai terjadi
penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral-load.

Fase Asimtomatik

Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Penderita infeksi
HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase
ini, replikasi virus terus berjalan, virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan
CD4 secara konstan.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi. CD4 dapat menurun
hingga lebih rendah dari 200/µl. Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi
oportunistik ini bersifat berat, meliputi dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam
tubuh. Menurunnya CD4 mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi keganasan.
Infeksi oportunistik berupa:
 Demam > 2 minggu

 Tuberkulosis paru

 Tuberkulosis ekstra paru

 Sarkoma kaposi

 Herpes rekuren

 Limfadenopati

 Candidiasis orofaring

 Wasting syndrome

2. Jelaskan syarat terjadinya penularan HIV AIDS yang ada pahami?

HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, air mani, cairan vagina, dan air susu
ibu yang terinfeksi HIV. Siapa pun dari segala usia, ras, maupun jenis kelamin bisa
terinfeksi HIV, termasuk bayi yang lahir dari ibu dengan HIV.

3. Infeksi oportunistik yang rentan menyerang ODHA

Infeksi oportunistik disebabkan oleh infeksi berbagai kuman penyakit seperti virus, bakteri,
jamur, dan parasit yang berlangsung di dalam tubuh.

1. Infeksi paru (pneumocystis)

Infeksi pneumocystis (pneumonia) termasuk infeksi oportunistik yang paling serius untuk
penderita HIV/AIDS. nfeksi ini dapat disebabkan oleh banyak jenis patogen berbeda, seperti
jamur Coccidioidomycosis, Cryptococus neoformans, Histoplasmosis, Pneumocystis jirovecii;
beberapa bakteri seperti Pneumococcus; dan beberapa virus seperti cytomegalovirus atau herpes
simplex. Gejala dari infeksi paru oportunis dapat meliputi batuk, demam, dan kesulitan bernapas.
Namun, infeksi dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain. Infeksi oportunistik oleh jamur
crytococcus neoformans, misalnya, dapat menyebar ke kulit, tulang, atau saluran kemih.
Terkadang pneumonia dapat menyebar ke otak, dan menyebabkan pembengkakan otak
(meningitis).

2. Herpes simplex

Herpes simplex virus (HSV) merupakan virus penyebab penyakit kelamin herpes. Herpes
ditandai dengan munculnya kutil kelamin dan sariawan di daerah mulut dan bibir. Pada orang
dengan HIV/AIDS, komplikasi herpes tidak hanya berupa pembentukan kutil kelamin tapi juga
risiko pneumonia dan kanker serviks.

3. Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB/TBC) adalah infeksi paru oportunis yang disebabkan oleh bakteri bernama
Mycobacterium. Gejala TB dapat meliputi batuk, kelelahan, penurunan berat badan, demam,
dan berkeringat di malam hari. TBC dapat menjadi komplikasi serius pada pengidap HIV/AIDS
karena bakteri TB dapat lebih cepat menjadi aktif dan sulit diobati pada ODHA dibanding pada
orang sehat. Infeksi oportunis berupa tuberkulosis juga dapat memengaruhi bagian tubuh
lainnya, seringkali kelenjar getah bening, otak, ginjal, atau tulang.

Anda mungkin juga menyukai