Anda di halaman 1dari 18

KETENAGAKERJAAN

MAKALAH
Diajukan sebagai tugas terstruktur
Mata Kuliah Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa
Dosen : Dewi Mayaningsih, S.H., M.H

Disusun oleh :
1. Hapita Kania Maulana 1183080058
2. Melania Indiana Putri F 1183050079
3. Meliasari 1183050080
4. Muhammad Fikri Luthfi F 1183050094

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas terstruktur dari mata
kuliah Pengantar Hukum Indonesia dengan judul “ketenagakerjaan”.Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu khususnya
kepada Ibu Dewi Mayaningsih,S.H.,M.H. selaku dosen pengampu yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk memperluas
wawasan bagi kami selaku penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Terima
kasih.

Bandung, November 2020,

 Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................................6

C. Tujuan....................................................................................................................6

BAB II.....................................................................................................................7

TINJAUAN TEORITIS.........................................................................................7

A. Pengertian Ketenagakerjaan...................................................................................7

B. Pengertian Tenaga Kerja........................................................................................7

C. Pihak-Pihak dalam Hubungan Kerja......................................................................9

D. Pengertian Outsourcing........................................................................................10

BAB III..................................................................................................................13

PEMBAHASAN...................................................................................................13

A. Contoh Kasus.......................................................................................................13

B. Analisis Kasus......................................................................................................14

BAB IV..................................................................................................................16

PENUTUP.............................................................................................................16

A. Simpulan..............................................................................................................16

Daftar Pustaka......................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketenagakerjaan merupakan aspek mendasar pada kehidupan manusia
sebab mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Salah satu tujuan penting dalam
pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk
mengejar pertumbuhan angkatan kerja yang lebih cepat dari pada kesempatan
kerja. Adanya ketidakseimbangan antara penyediaan lapangan kerja dan
pertumbuhan angkatan kerja akan menimbulkan pengangguran yang nantinya
akan menjadi ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada
ketidakstabilan dibidang kehidupan lainnya. Peningkatan jumlah penduduk
akan mengakibatkan bertambahnya jumlah angkatan kerja. Jumlah angkatan
kerja yang tumbuh lebih cepat dan pada kesempatan kerja akan
mengakibatkan pengangguran. Pengangguran inilah yang nantinya akan
membawa ketidakstabilan ekonomi dan juga akan mempengaruhi ketikstabilan
pada bidang kehidupan lainnya.
Peningkatan dan penurunan dari jumlah tenaga kerja yang diserap oleh
sector perekonomian maka akan mempengaruhi pendapatan asli daerah suatu
daerah tersebut. Sebab tenaga kerja merupakan sumber daya potensial sebagai
penggerak dan juga pelaksana dari pembangunan daerah tersebut, sehingga
nantinya dapat memajukan daerah. Penyerapan tenaga kerja merupakan salah
satu faktor fundamental dalam mencerminkan kondisi perekonomian yang
dinamis. Dalam menentukan strategi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, penyerapan tenaga kerja menjadi indikator dalam proses
pembangunan ekonomi disuatu negara (Pangastuti, 4 2015). Pemerintah pun
memiliki andil yang besar dan kuat dalam menentukan strategi-strategi yang
dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan masalah
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja (Undang-
undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan), Tenaga kerja
dalam pembangunan nasional merupakan faktor dinamika penting yang
menentukan laju pertumbuhan perekonomian baik dalam kedudukannya
sebagai tenaga kerja produktif maupun sebagai konsumen.
Ketidakseimbangan dalam penyebaran penduduk antar daerah atau wilayah
mengakibatkan tidak proporsionalnya penggunaan tenaga kerja secara regional
dan sektoral sehingga menghambat pula laju pertumbuhan perekonomian
nasional. Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses
produksi, Sebagai sarana produksi, tenaga kerja sangatlah penting dalam
proses produksi daripada sarana produksi lain seperti bahan mentah, tanah, air,
dan sebagainya, dikarenakan manusialah yang menggerakkan atau
mengoperasikan seluruh sumbersumber tersebut untuk menghasilkan suatu
barang yang bernilai yang nantinya akan berpengaruh terhadap besaran
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di suatu wilayah.
Keberadaan buruh dan tenaga kerja menjadi faktor yang krusial dalam
dunia industri. Tanpa buruh, pemilik usaha tidak bisa menjalankan bisnisnya
dengan baik. Di sisi lain, buruh juga tidak bisa bertindak seenak hatinya ketika
melaksanakan kewajiban di tempat kerja. Oleh karena itu, perlu ada hukum
yang secara khusus mengatur hubungan antara pemilik usaha dengan para
buruh dan tenaga kerja. Apalagi, Indonesia merupakan negara yang
berlandaskan hukum, semua aturan yang menyangkut hak dan kewajiban
warga negara harus memiliki hukum tertulis yang jelas.
Landasan utama hukum perburuhan dan ketenagakerjaan di
Indonesia tidak lain adalah Undang-Undang Dasar 1945. Lewat UUD 1945,
setiap warga negara berhak memperoleh pekerjaan serta penghidupan yang
layak. Oleh karena itu, hukum perburuhan dan ketenagakerjaan di Indonesia
harus dipatuhi oleh semua warga negara.
Keberadaan UU Ketenagakerjaan tersebut juga menjadi landasan atas
keluarnya aturan perundang-undangan lain di masa Pemerintahan Megawati.
Terdapat 2 UU yang dibuat dengan berdasarkan UU Ketenagakerjaan, yakni
UU Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial serta UU Nomor 39 Tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri.
UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan merupakan landasan
dasar dari aturan hukum perburuhan dan ketenagakerjaan di Indonesia. UU ini
memiliki total sebanyak 193 pasal dan memiliki cakupan hukum yang luas.
Undang-undang ini juga mengatur tentang status hubungan industrial pada
setiap jenis usaha. Mulai dari usaha kecil, menengah, hingga usaha besar.
Undang-undang ini pun mengatur tentang hubungan kerja yang berlangsung
antara buruh dengan perusahaan, termasuk di antaranya adalah perlindungan,
hak , serta kewajiban masing-masing pekerja dan pengusaha. Secara khusus,
problem yang kerap menjadi sorotan dari UU Ketenagakerjaan ini adalah
terkait kebijakan outsourcing, pemberian upah murah, serta PHK yang terjadi
seenaknya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari ketenagakerjaan?
2. Apa pengertian dari tenaga kerja?
3. Siapa sajakah pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan kerja?
4. Apa yang dimaksud dengan outsourcing?
5. Bagaimana analisis kasus mengenai outsourcing dalam dunia
ketenagakerjaan?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut kita dapat mengetahui tujuan dari penulisan
makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui lebih jelas apa itu ketenagakerjaan.
2. Untuk mengetahui lebih jelas pengertian dari tenaga kerja
3. Untuk mengetahui siapa-siapa saja pihak yang terlibat dalam hubungan
kerja.
4. Untuk mengetahui ap aitu outsourcing.
5. Analisis dari kasus yang mengenai outsourcing dalam dunia
ketenagakerjaan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Ketenagakerjaan
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa ketenagakerjaan adalah hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah
masa kerja.1 Menurut Imam Sopomo, perburuhan atau ketenagakerjaan adalah
suatu himpunan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berkenaan dengan
kejadian saat seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Menurut Molenaar, perburuhan atau ketenagakerjaan adalah bagian segala hal
yang berlaku, yang pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan
pengusaha,antara tenaga kerja dan tenaga kerja.2

B. Pengertian Tenaga Kerja


Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,
guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat.3
Menurut Dr. A. Hamzah, S.H., tenaga kerja meliputi tenaga kerja yang
bekerja didalam maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi tenaga kerja itu sendiri, baik tenaga fisik
maupun pikiran. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-
04/MEN/1994, Tenaga kerja adalah setiap orang yang bekerja pada
perusahaan yang belum wajib mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja
karena adanya pentahapan kepesertaan.4 Secara garis besar penduduk suatu

1
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007, hlm. 24.
2
http://tesishukum.com/pengertian-ketenagakerjaan-menurut-para-ahli/, di akses pada tanggal 26
December 2020
3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, hlm. 316
4
http://bundaliainsidi.blogspot.com/2013/03/pengertian-tenaga-kerjamenurutpara.html, di akses
pada tanggal 26 December 2020
negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja. Sedangkan menurut DR. Payaman Siamanjuntak dalam bukunya
“Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia” tenaga kerja adalah penduduk
yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang
melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Secara praksis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia
hanya dibedakan oleh batas umur.5
Jadi yang dimaksud dengan tenaga kerja yaitu individu yang sedang
mencari atau sudah melakukan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa
yang sudah memenuhi persyaratan ataupun batasan usia yang telah ditetapkan
oleh Undang-Undang yang bertujuan untuk memperoleh hasil atau upah untuk
kebutuhan hidup sehari-hari.
Klasifikasi adalah penyusunan bersistem atau berkelompok menurut
standar yang di tentukan.6 Maka, klasifikasi tenaga kerja adalah
pengelompokan akan ketenagakerjaan yang sudah tersusun berdasarkan
kriteria yang sudah di tentukan. Yaitu:
1. Berdasarkan Penduduknya
a) Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat
bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut
Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai
tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64
tahun.
b) Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak
mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang
Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia,
yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun.
Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan
anak-anak.

5
Sendjun H Manululang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, (Jakarta: PT
Rineka Citra, 1998), hal 03.
6
Pius Partantodkk, KamusIlmiah Popular, (Surabaya: Arkola, 2001), hal 345
2. Berdasarkan Batas Kerja
a) Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun
yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun
yang sedang aktif mencari pekerjaan.
b) Bukan Angkatan Kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun keatas yang
kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya.
Contoh kelompok ini adalah: anak sekolah dan mahasiswa, para ibu rumah
tangga dan orang cacat, dan para pengangguran sukarela.
3. Berdasarkan Kualitasnya
a) Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian
atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan
formal dan non formal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
b) Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil
ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai
pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-
lain.
c) Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar
yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut,
pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

C. Pihak-Pihak dalam Hubungan Kerja


1. Pekerja atau Buruh
Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka
4 memberikan pengertian pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. 7 Buruh adalah
barang siapa bekerja pada majikan dengan menerima upah.
2. Penusaha atau Majikan
Dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan pengusaha adalah:
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri,
b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya
c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili peruasahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Majikan adalah orang atau badan hukum yang mempekerjakan buruh
dengan memberi upah untuk menjalankan perusahaan.

D. Pengertian Outsourcing
Outsourcing tebagi atas dua suku kata : out dan sourcing. Sourcing berarti
mengalihkan kerja, tangggung jawab dan keputusan kepada orang lain.
Ousourcing dalam bahasa Indonesia berarti alih daya. Dalam dunia bisnis,
ousourcing atau alih daya dapat diartikan sebagai penyerahan sebagai
pelaksanaan pekerjaan yang sifanya non-core atau penunjangan oleh suatu
perusahaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan
atau penyedia jasa pekerja/buruh.
Di dalam undang-undang tidak menyebutkan secara tegas mengenai istilah
outsourcing. Tetapi pengertian outsourcing dapat dilihat dalam ketentuan
pasal 64 Undang-Undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, yang isinya
menyatakan bahwa Outsourcing adalah suatu perjanjian kerja yang dibuat
antar pengusaha dengan tenaga kerja, dimana perusahaan tersebut dapat
menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjan kepada perusahaan lainnya
melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.

7
http://bundaliainsidi.blogspot.com/2013/03/pengertian-tenaga-kerja-menurutpara.html, di akses
pada tanggal 26 Desember 2020
Atau dengan kata lain outsourcing atau alih daya merupakan proses
pemindahan tanggung jawab tenaga kerja dari perudahaan induk ke
perusahaan lain diluar perusahaan induk. Perusahaan diluar perusahaan induk
bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi lain yang diatur dalam suatu
kesepakatan tententu. Outsourcing dalam regulasi ketengagakerjaan bisa
hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung (non-core business unit)
atau secara praktek semua ini kerja bisa dialihkan sebagai unit outsourcing.8
Pola perjanjian kerja dalam bentuk outsourcing secara umum adalah ada
beberapa pekerjaan kemudian diserahkan ke perusahaan lain yang telah
berbadan hukum, dimana perusahaan yang satu tidak berhubungan secara
langsung dengan pekerja tetapi hanya kepada perusahaan penyalur atau
pengerah tenaga kerja. Pendapat lain menyebutkan bahwa outsourcing adalah
pemberian pekerjaan dari satu pihak kepada pihak lain dalam dua bentuk,
yaitu:
1. Menyerahkan dalam bentuk pekerjaan,
2. Pemberian pekerjaan oleh pihak 1 dalam bentuk jasa tenaga kerja.
Perjanjian outsourcing dapat disamakan dengan perjanjian pemborongan
pekerjaan. Di bidang ketenagakerjaan, outsourcing dapat diterjemahkan
sebagai pemanfaatan tenaga kerja untuk memproduksi atau melaksankan suatu
pekerjaan oleh suatu perusahaan, melalui perusahaan penyedia atau pengerah
tenaga kerja. Ini berarti ada dua perusahaan yang terlibat, yakni perusahaan
yang khusus menyeleksi, melatih dan memperkejakan tenaga kerja yang
menghasilkan suatu produk atau jasa tertentu untuk kepentingan perusahaan
lainnya. Dengan demikian perusahaan yang kedua tidak mempunyai hubungan
kerja langsung dengan tenaga kerja yang bekerja padanya, hubungan hanya
melalui perusahaan penyedia tenaga kerja.
Kebijakan outsourcing yang tercantum dalam Pasal 64 – 66 UU
Ketenagakerjaan telah mengganggu ketenangan kerja bagi buruh/pekerja yang
sewaktu-waktu dapat terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) dan men-
downgrading-kan mereka sekedar sebagai sebuah komoditas, sehingga
berwatak kurang protektif terhadap buruh/pekerja. Artinya, UU

8
Seputar Tentang Tenaga Outsourcing, 6 September 2007 (malangnet.wordpress.com)
Ketenagakerjaan tidak sesuai dengan paradigma proteksi kemanusiaan yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dan bertentangan dengan Pasal 27
ayat (2) UUD 1945.9
Namun, outsourcing juga sangat merugikan tenaga kerja. Tenaga kerja
dibayar dengan upah yang lebuh rendah dari tenaga kerja tetap. Status
kepegawaian pun tidak jelas. Hal ini sama saja seperti perbudakan modern.
Boleh dikatakan outsourcing adalah perbudakan modern, karena dia
menghisap darah dan keringat buruh jadi hanya memperhatikan keuntungan
semata makannya ini harus dihapuskan.
Multi tafsir terhadap UU No 13 Tahun 2003 tentang sistem tenaga kerja
outsourcing, membuat pengusaha mempekerjakan pekerja/buruh outsourcing
pada kegiatan utama. Hal ini terbukti dari kasus praktik sistem tenaga kerja
outsourcing yang dilakukan oleh pemerintah tepatnya Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).
Kesejahteraan dan Analisis Diskriminasi Kementrian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Kemenakertrans) Sri Nurhaningsih menyebut perusahaan
BUMN sebagai perusahaan yang paling sering melanggar aturan outsourcing.
Menurutnya, banyak perusahaan ‘pelat merah’ mengalihdayakan pekerjaan
inti bukan pekerjaan penunjang.
Padahal, berdasarkan UU No 13 tahun 2003 (UU Ketenagakerjaan)
disebutkan bahwa alih daya yaitu penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Banyaknya
pelanggaran tersebut, ujarnya, disebabkan dari penafsiran keliru mengenai UU
Ketenagakerjaan khususnya pasal 64-66 yang membahas tentang outsourcing.

9
Putusan Mahkamah Konstitusi, Perkara Nomor: 012/PUU-I/2003, Kamis, 28 Oktober 2004
BAB III
PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus
Kasus PT. Besmindo PHK Sepihak, Karyawan Nilai ada Intimidasi
Jum’at, 11 November 2011 – 16:19:10 WIB Pekanbaru (detakriau.com) –
PT.Besmindo yang bergerak sebagai kontraktor di PT.CPI, Minas melakukan
pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya dengan tanpa alasan
yang jelas. Sehingga karyawan di PHK melapor ke polisi. “Tadi saya ada
menerima PHK yang dikeluarkan pihak PT. Besmindo. Ada sebanyak enam
orang di PHK pihak menejemen ditanda tangani Freddy F. Sembiring selaku
HRD Supertendent dan Slamet Agus selaku Opration Manager.” Katanya, ini
disampaikan juru bicara karyawan. Dasril kepada wartawan, Jum’at (11/11) di
Pekanbaru.
Ia mengatakan, dalam surat yang tidak ada pembicaraan itu pihak
menejemen menyatakan PHK ini dilaksanakan tanggal 15 November 2011.
Sebutnya karena tidak ada rasa melakukan kesalahan tetapi di PHK sepihak
oleh menejemen perusahaan. Maka, tadi bersama rekan lainnya yang
diantaranya ada Sudiman, Tinur Gutaman, Pritodila telah melapor ke polsek
Minas. “Tentu keputusan ini tidak bisa diterima. Apakah kami ini di karena
bergabung dengan Serikat Buruh Cahaya Indonesia (SBCI), lalu di PHK.
Maka, pada polisi diminta untuk mengusut atas kebenaran,” katanya
didampingi Ketua SBCI.
Ditempat sama, Ademi selaku Ketua DPP SBCI Riau mengatakan, sikap
menejemen PT.Besmindo lakukan PHK secara sepihak ini melanggar
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dan
tindakan ini terkesan mengada-ngada.
“Seharusnya dalam aturan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berlaku
itu PHK dilakukan setelah adanya pembahasan secara bipartit. Tapi kenapa
pihak perusahaan itu secara tiba-tiba mengeluarkan putusan PHK secara
sepihak.” Katanya. Dikatakannya,jika hanya dikarenakan buruh itu masuk
dalam serikat mengakibat PHK. Hal ini jelas namanya ada intimidasi
dilakukan pihak menejemen kepada karyawannya. Dan ini melanggar
Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003. “Didalam Undang-
Undang Ketenagakerjaan yang tepatnya di Pasal 28 ditegaskan tidak ada
larangan bagi buruh atau karyawan untuk berserikat. Jika itu yang menjadi
alasan PHK. Perusahaan bisa dikenakan denda dan sanksi pidana,” katnya.
Sementara itu pihak menejemen PT.Besmindo dikonfirmasi Freddy F.
Sembiring selaku HRD via Ponsel yakni 081xxxxxxxx dan 085xxxxxxxxx
tidak mendapatkan jawaban kendati aktif. Bahkan dikirim sms juga tidak
dibalas (adi).

B. Analisis Kasus
Setelah membaca kasus persengketaan tersebut, kami akan mencoba
menganalisis dari segi subjek hukum, objek perkara yang terjadi dalam kasus
tersebut, aturan hukum yang dilanggar.
Subjek hukum dalam kasus tersebut :
1. Pihak Perusahaan PT.Besmindo
2. Karyawan yang di PHK
Objek perkara dalam kasus tersebut :
1. Pemecatan secara sepihak oleh pihak perusahaan kepada beberapa orang
karyawan
2. Tidak jelasnya alasan dikeluarkannya surat PHK tersebut
3. Tindakan perusahaan yang bersifat intimidasi terhadap karyawan
Melihat kasus di atas, dapat dijelaskan bahwa mengenai pelanggaran yang
dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Besmindo dan aturan aturan yang
dilanggarnya, dalam Undang-Undang yang berlaku di Negara Indonesia
tindakan PHK jika tidak dapat lagi dihindari maka sebelum membuat putusan
PHK pihak perusahaan harus melakukan musyawarah dengan serikat pekerja
ataupun pekerja itu sendiri. Hal ini diatur dalam Pasal 151 ayat (2) yaitu
“Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja
tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan
pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota
serikat pekerja/serikat buruh”.10 Dari Pasal tersebut kita dapat menilai bahwa
apa yang telah dilakukan oleh perusahaan.
PT. Besmindo telah bertentangan dengan undang undang yang ada. Dan
tindakan ini menunjukkan bahwa yang dilakukan oleh pihak perusahaan
sangat tidak menghargai yang namanya serikat pekerja dan juga Undang-
Undang yang telah dibuat oleh pemerintah kita. Dan tindakan perusahaan yang
terkesan melakukan tindakan intimidasi terhadap karyawan dikarenakan
karyawan aktif ataupun masuk ke dalam organisasi serikat pekerja juga telah
melanggar ketentuan yang ada dalam Undang-Undang, yaitu para pekerja
diberi hak untuk membentuk ataupun aktif dalam organisasi serikat pekerja.
Hal ini diatur dalam Pasal 104 ayat (1) yang menyatakan “Setiap
pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat
buruh. Jadi harusnya perusahaan PT. Bismindo tidak boleh melakukan
intimidasi terhadap karyawan-karyawan yang aktif dalam organisasi serikat
pekerja.11
Jadi antara pihak pekerja dengan pihak pengusaha harus ada komunikasi
yang baik agar tidak terjadi lagi masalah masalah yang muncul seperti diatas.
keadaan yang terjadi dalam kasus diatas, untuk menyelesaikan permasalahan
yang terjadi antara perusahaan dengan serikat pekerja ataupun para pekerja
sebaiknya diselesaikan dengan cara perundingan Bipartit yaitu perundingan
antara pihak pekerja ataupun serikat pekerja dengan perusahaan untuk
menyelesaikan permasalahan hubungan industrial yang terjadi. Bila dalam
perundingan ini mencapai kesepakatan maka kesepakatan itu dituangkan
dalam bentuk perjanjian bersama yang didaftarkan pada pengadilan hubungan
industrial.

10
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
11
Melalui <https://www.slideshare.net/frankyltobing/analisis-kasus-ketenagakerjaan> diakses pada
tanggal 25 November 2020 pukul 18.59 WIB.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
1. Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa ketenagakerjaan adalahhal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
sesudah masa kerja.
2. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat.
3. Pihak-Pihak dalam Hubungan Kerja
a. Pekerja atau Buruh
b. Penusaha atau Majikan
4. Outsourcing tebagi atas dua suku kata: out dan sourcing. Sourcing berarti
mengalihkan kerja, tangggung jawab dan keputusan kepada orang lain.
Ousourcing dalam bahasa Indonesia berarti alih daya. Dalam dunia bisnis,
ousourcing atau alih daya dapat diartikan sebagai penyerahan sebagai
pelaksanaan pekerjaan yang sifanya non-core atau penunjangan oleh suatu
perusahaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyedia jasa pekerja/buruh.
5. Analisis Kasus
dapat dijelaskan bahwa mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh pihak
perusahaan PT. Besmindo dan aturan aturan yang dilanggarnya, dalam
Undang-Undang yang berlaku di Negara Indonesia tindakan PHK jika
tidak dapat lagi dihindari maka sebelum membuat putusan PHK pihak
perusahaan harus melakukan musyawarah dengan serikat pekerja ataupun
pekerja itu sendiri. Hal ini diatur dalam Pasal 151 ayat (2) yaitu “Dalam
hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak
dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau
dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak
menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh”.
Daftar Pustaka

Sumber Undang-Undang:
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Putusan Mahkamah Konstitusi, Perkara Nomor: 012/PUU-I/2003, Kamis, 28
Oktober 2004

Sumber Buku:
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.
Sendjun H Manululang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia,
(Jakarta: PT.Rineka Citra, 1998).
Pius Partantodkk, KamusIlmiah Popular, (Surabaya: Arkola, 2001).

Sumber Internet:
Seputar Tentang Tenaga Outsourcing, 6 September 2007
(malangnet.wordpress.com)
http://bundaliainsidi.blogspot.com/2013/03/pengertian-tenaga-kerja-
menurutpara.html
http://bundaliainsidi.blogspot.com/2013/03/pengertian-tenaga-kerja-
menurutpara.html
http://tesishukum.com/pengertian-ketenagakerjaan-menurut-para-ahli/
https://putuvitakarvyana.blogspot.com/2018/03/hukum-ketenaga-kerjaan-
phk.html
https://www.slideshare.net/frankyltobing/analisis-kasus-ketenagakerjaan

Anda mungkin juga menyukai