Anda di halaman 1dari 75

INDUSTRIAL

RELATION
General Lecture
By : Aulia Firmansyah SH MH
Definisi Hubungan Industrial :

Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk


antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang
terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah

Tujuan Sharing IR

1. Menunjukkan potret hubungan industrial secara umum


2. Memberikan pemahaman bagaimana sebuah Perusahaan
menjalankan strateginya dalam menjalankan hubungan
industrial
Kenapa Penting
Memahami Hubungan Industrial ?
Perlunya memahami situasi kondisi terkait perburuhan dan
pengaruhnya terhadap dunia industri, melalui jalan :

1. Mengenali sarana pendukung hubungan industrial


2. Mengetahui Permasalahan pokok dan aktual dalam
hubungan industrial
Apa Saja Tantangan Yang Dihadapi Dalam
Pimpinan kerja dalam Hubungan Industrial ?
1. Belum meratanya pengetahuan tentang Perburuhan/
Ketenagakerjaan, khususnya mengenai hukum yang mengatur
2. Fokus perhatian antara penanganan masalah SDM dan masalah
Operasional oleh Pimpinan seringkali masih timpang

Faktanya :
a. Serikat secara terstuktur dan kontinu memberikan pendidikan dan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian di bidang
hukum ketenagakerjaan/ hubungan industrial

b. Dalam era keterbukaan, informasi yang semestinya rahasia,


menjadi konsumsi publik, siapapun dan dimanapun akan bisa
menganalisa kelemahan dan kekurangan masing-masing
Perusahaan
SARANA HUB.
INDUSTRIAL

Sarana Pendukung Hubungan Industrial


a. Serikat pekerja/serikat buruh
b. Organisasi pengusaha
c. Lembaga kerja sama Bipartit
d. Lembaga kerja sama Tripartit
e. Peraturan Perusahaan/ Perjanjian kerja bersama
f. Peraturan perundangan-undangan ketenagakerjaan
dan
g. Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial
SARANA HUB.
INDUSTRIAL Serikat Pekerja/Serikat buruh
SARANA HUB.
INDUSTRIAL Serikat Pekerja/Serikat buruh
MAY DAY…..
SARANA HUB. 11
INDUSTRIAL Serikat Pekerja/Serikat buruh
Hal paling utama dalam Standar Perburuhan Internasional (ILS)

1. Hak Buruh untuk berorganisasi dan membuat


PKB
2. Tidak boleh ada Pekerja Anak,
3. Tidak boleh ada Kerja Paksa
4. Tidak ada Diskriminasi
5. Jaminan atas aktivitas serikat buruh
6. Fasililitas untuk Perjanjian Bersama & Aktivitas
serikat buruh
7. Upah layak
8. Kondisi kerja yang baik dan jam kerja
9. Kesehatan & keselamatan
10. Pembagian informasi
11. Hak berkonsultasi
12. Pelatihan kerja/ peningkatan keahlian
SARANA HUB.
INDUSTRIAL Serikat Pekerja/Serikat buruh

Standar Perburuhan Utama


Freedom of Association Freedom from Discrimination

C. 87 C. 98 C. 100 C. 111
Freedom of Right to Equal Discrimination
Association, Collective Remuneration, (Employment &
1948 Bargaining, Ō49 1951 Occupation), 1958

Freedom from Forced Labour Minimum Age for Employment

C. 29 C. 105 C. 138 C. 182


Forced Labour, Abolition of Minimum Age Worst Forms of
1930 Forced Labour, for Employment, Child Labour,
1957 1973 1999
SARANA HUB.
INDUSTRIAL Serikat Pekerja/Serikat buruh
SARANA HUB.
INDUSTRIAL Serikat Pekerja/Serikat buruh
Kewajiban untuk melaksanakan

Peraturan nasional harus Internasional


Dalam mengkonfirmasikan secara utuh
Mengacu
terhapad konvensi yang di
UU ratifikasi pada
mekanisme
pengawasan
ILO:
 Wajib membuat
Secara keseluruhan laporan tahunan
Didalam cakupan harus dipastikan  Langkah hukum
Prakteknya efektif ditegakkan dan akan dikakukan
bila terjadi
dilaksanakan pelanggaran
atau tidak
memenuhi
ARAH
AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN
KEBIJAKAN
PEMERINTAH
KETENAGAKERJAAN

1. PENGUATAN PERENCANAAN TENAGA


KERJA NASIONAL;

2. PERCEPATAN PENINGKATAN KOMPETENSI


TENAGA KERJA;

3. PERCEPATAN SERTIFIKASI PROFESI;

4. PERLUASAN KESEMPATAN KERJA FORMAL;


5. PENGUATAN WIRAUSAHA PRODUKTIF;

6. PENCIPTAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


YANG SEHAT DAN PRODUKTIF;

7. PENEGAKKAN HUKUM
KETENAGAKERJAAN;

8. PENINGKATAN PERLINDUNGAN PEKERJA


MIGRAN;

9. PELAYANAN KETENAGAKERJAAN
SEDERHANA, TRANSPARAN DAN
AKUNTABEL.
ARAH PENGUATAN PERENCANAAN TENAGA
KEBIJAKAN
PEMERINTAH KERJA NASIONAL
ARAH
PERCEPATAN PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KERJA
KEBIJAKAN
PEMERINTAH
DAN PERCEPATAN SERTIFIKASI PROFESI
ARAH
KEBIJAKAN
PENEGAKKAN HUKUM
PEMERINTAH KETENAGAKERJAAN
PERMASALAH
AN POKOK

AIRSI PILLARS
Pillar 1 : Pillar 2 : Pillar 3 : Pillar 4 : Pillar 5 : Pillar 6 : Pillar 7 : Pillar 8 :
Outsourcing Freedom of CLA & CR Minimum Employee-Mgt IR Dispute Employment Union Strike
Management Association Wages Cooperation Sett’l System Relations

Focus: Focus: Focus: Focus: Focus:


Focus: Focus: Focus: How to How to
How to How to How to How to
Business How to Implement Anticipate
Handle Conduct a Implement Handle IR
Process & Create Emp’l-Mgt Emp’l Strike & to
Union & Minimum Cases & to
Vendor Strategy of Wages Cooperation Relations in Reduce the
Union
Negotiat- Map the conformity Internal/
Mgt. Movement Research & to to Promote
ion of CLA Disputes with the Biz. External
Mapping Negotiate The Industrial
Wages Peace Needs Provocation

AIRSI adalah upaya preventif


yang dibangun untuk
mengelola resiko hubungan
industrial
di perusahaan
PERMASALAH PENGUPAHAN
AN POKOK
PERMASALAH PENGUPAHAN
AN POKOK
PERMASALAH PENGUPAHAN FORMULA PERHITUNGAN
UPAH MINIMUM
AN POKOK (PP 78 TAHUN 2015 Pasal 44)

Latar Belakang
• Pekerja/Buruh cenderung menuntut UM setinggi
mungkin.
• Pengusaha cenderung menjadikan UM sebagai
standar upah yang berlaku di perusahaan tanpa
mempertimbangkan masa kerja dan status pekerja
lajang atau berkeluarga.
• Beberapa tahun terakhir, di beberapa daerah, UM
ditetapkan tinggi sementara di beberapa daerah
lain ditetapkan rendah (terjadi ketidakadilan antar
wilayah).
22
PERMASALAH PENGUPAHAN PENGHASILAN YANG LAYAK
AN POKOK ( PP NO. 78 TAHUN 2015 )

1. Upah tanpa tunjangan


(clean wages);
2. Upah pokok dan
Upah tunjangan tetap; atau
3. Upah pokok,
tunjangan tetap, dan
tunjangan tidak tetap.
Penghasilan
yang layak
1. THR Keagamaan;
2. Bonus;
3. Uang pengganti
Pendapatan fasilitas kerja;
Non Upah dan/atau
4. Uang servis pada
usaha tertentu.
PERMASALAH PENGUPAHAN
AN POKOK

Psl 90(1) UU 13/2003


DILARANG
MEMBAYAR
UPAH < UM

P sl 90(2) UU 13/2003 Psl 91(1) UU 13/2003


YG TAK MAMPU KESEPAKATAN PENGUP
DAPAT DILAKUKAN TDK BOLEH < DARI PERAT -
PENANGGUHAN PERUN

Psl 91(2) UU 13/2003


KESEP PENGUP < UU
BATAL DEMI HUKUM
DAN WAJIB MEMBAYAR
SESUAI PERAT- PERUN
KETENTUAN PIDANA UMP & UMSP
PERMASALAH PENGUPAHAN / UMK & UMSK
AN POKOK SESUAI Psl 185 UU 13 / 2003

MELANGGAR Psl 90 (1)


PENGUS DILARANG MEMBAYAR UPAH LEBIH RENDAH
DARI UPAH MINIMUM ( sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 )
(UMP & UMSP / UMK &UMSK )

DIKENAKAN
SANKSI

PIDANA PENJARA DENDA


Paling Sedikit Rp. 100 Juta
Paling Singkat 1 TH Paling Banyak Rp. 400 Juta
Paling lama 4 TH
DAN / ATAU
PENETAPAN UMSP
PERMASALAH PENGUPAHAN DAN UMSK
AN POKOK (PP 78 TAHUN 2015 Pasal 45)

Upah Minimum yang akan ditetapkan adalah upah minimum tahun


berjalan ditambah dengan hasil perkalian antara Upah Minimum
tahun berjalan dengan penjumlahan tingkat inflasi nasional tahun
berjalan dan tingkat produk donestik bruto tahun berjalan.

Formula Penghitungan sbb:

UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + % ∆ PDBt)}

Inflasi yang Pertumbuhan Produk


dihitung dari Domestik Bruto yang dihitung
Upah Upah periode dari pertumbuhan Produk
Minimum Minimum September tahun Domestik Bruto yang
yang akan tahun yang lalu sampai mencakup periode kwartal III
ditetapkan berjalan dengan periode dan IV tahun sebelumnya dan
September tahun periode kwartal I dan II tahun
berjalan. berjalan.
26
PERMASALAH PENGUPAHAN FORMULA PERHITUNGAN
UPAH MINIMUM
AN POKOK (PP 78 TAHUN 2015 Pasal 44)

Contoh:
UMt : Rp. 2.000.000,-
Inflasit : 5%
∆ PDBt : 6%

UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + % ∆ PDBt)}

UMn = Rp. 2.000.000,- + {Rp. 2.000.000,- x (6,83% + 4.67%)}


= Rp. 2.000.000,- + {Rp. 2.000.000,- x 11,5%}
= Rp. 2.000.000,- + Rp. 230.000,-
= Rp. 2.230.000,-
PENETAPAN UMSP
PERMASALAH PENGUPAHAN DAN UMSK
AN POKOK (PP 78 TAHUN 2015 Pasal 45)

• Gubernur dapat menetapkan UMSP dan/atau UMSK


berdasarkan hasil kesepakatan asosiasi pengusaha
dengan SP/SB pada sektor yang bersangkutan.
• Penetapan UMSP dan/atau UMSK dilakukan setelah
mendapat saran dan pertimbangan mengenai sektor
unggulan dari Dewan Pengupahan Provinsi atau
Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota.
• UMSP harus lebih besar dari UMP di provinsi yang
bersangkutan.
• UMSK harus lebih besar dari UMK di kabupaten/kota
yang bersangkutan.
PERMASALAH HUBUNGAN
AN POKOK
KERJA

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003


Tentang Ketenagakerjaan (Pasal 50-63)

2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Nomor: Kep-100/Men/VI/2004
Tentang Ketentuan Pelaksanaan
PerjanjianKerja Waktu Tertentu

KEYPOINTS :
a. berdasarkan:
1. jangka waktu (musiman, berhub dgn produk
baru)
2. selesainya pekerjaan (sekali selesai atau
sementara sifatnya yang diperkirakan selesai
dalam waktu max 3 th)
b. tertulis, bahasa Indonesia, huruf latin
c. tidak ada masa percobaan
d. bukan pekerjaan yang bersifat tetap
e. Syarat kerja < peraturan perundangan
30
PERMASALAH
AN POKOK HUBUNGAN KERJA : Ideal Vs Praktek
Praktik vs. Regulasi
PRAKTIK 1
Kontrak 1 Perpanjangan Pembaruan
Maks. 2 thn Maks. 1 thn Maks. 2 thn


Masa Tenggang
Setelah melebihi 30 hari

PRAKTIK 2 PRAKTIK 3
Kontrak 1 Perpanjangan Kontrak 1 Masa Tenggang Pembaruan (1x)
Maks. 2 thn Maks. 1 thn Maks. 2 thn Setelah melebih 30 hari Maks. 2 thn

Pemberitahuan perpanjangan kontrak secara HANYA dapat dilakukan untuk pekerjaan yang sekali selesai atau
tertulis dilakukan paling lambat 7 hari sebelum sementara sifatnya yang diperkirakan selesai dalam waktu max 3 th
kontrak berakhir (pasal 3 Kepmen 100/2004)

Pilihan untuk Pemberitahuan Jangka Waktu


kontrak ke-2 tertulis perpanjangan Pembaruan

Sifat Pekerjaan
Perpanjangan
atau Pembaruan Jangka Waktu 7 hari Pembaruan
2 Masa Tenggang

Bukan Tahun Pembaruan

Pekerjaan
59 ayat 3 UUK
2+1 59 ayat 5 UUK

1x
59 ayat 6 UUK
>30
Tetap Tahun hari
59 ayat 2 UUK 59 ayat 4 UUK 59 ayat 6 UUK 59 ayat 6 UUK
PERMASALAH
AN POKOK HUBUNGAN KERJA
International Concern

Precarious Work _________________________________________


Sebuah gerakan yang dimotori Serikat Pekerja di EROPA seperti VNF, MEF, ITUC dan IMF
untuk menolak pekerjaan yang tidak menjamin akan hak, jaminan sosial dan pekerjaan layak
di seluruh dunia dan intervensi yang dilakukan juga mendapat dukungan ILO Geneva agar
dihapuskan. Hal ini memicu tumbuhnya dukungan atas gerakan sejenis di negara-negara asia,
seperti Indonesia, Kamboja, Piliphina dan Thailand, di Indonesia gerakan disebut sebagai
Hastraktul

National Concern
Hastraktul __________ Jamsostum __________
(Hapus Karyawan Kontrak Tuju Upah Layak) (Jaminan Sosial & Tolak Upah Murah)
Sebuah gerakan yang dimotori oleh KSPSI Sebuah gerakan yang dimotori oleh KSPI dan
dan MPBI yang dimulai dari gerakan buruh di menjadi bagian dari mendorong dan
Eropa dan menjadi bagian dari intervensi mengadvokasi tolak terhadap upah murah
organisasi perburuhan dunia untuk meng- dan tuntutan diberlakukan BPJS Kesehatan
eliminir pekerjaan yang tidak ada kepastian secara masive, di mana tuntutannya adalah di
atas hak, jaminan sosial dan upah layak. tahun 2015 upah minimum sebesar 30%
Langkah yang paling harus diantisipasi kenaikannya.*
adanya tuntutan terhadap PKWT (Karyawan Gerakan ini menekan perusahaan yang tidak
kontrak) yang dituntut menjadi PKWTT membayar upah minimal UMP dan
(karyawan tetap) memberikan jaminan sosial bagi buruhnya.
PERMASALAH Temporary Employment (PKWT)
AN POKOK Concern Para Pihak atas PKWT

Terkait Isu mengenai hubungan kerja khususnya mengenai pelaksanaan


Permen 100/2004 mengenai PKWT adalah sebagai berikut :

Concern Pekerja (= domain advokasi ):


1. Adanya PKWT di area PKWTT
2. PKWT bukan syarat untuk menjadi PKWTT
3. Lemahnya perlindungan Hak atas karyawan PKWT

Concern Pengusaha (= kesalahan pengusaha karena mengabaikan proses):


1. Tidak adanya perjanjian kerja, atau Perjanjian kerja tidak ditandatangani.
2. PKWT lebih dari 2 kali kontrak atau lebih dari 3 tahun.
3. Pekerja Kontrak dipindahkan ke area PKWTT karena kebutuhan Man Power
yang sifatnya insidentil, mendadak dan efisiensi.
PERMASALAH Temporary Employment (PKWT)
AN POKOK Risk Management

Apa yang perlu dilakukan untuk memanage risiko ?

General Concern :
1. Memenuhi Regulasi ketenagakerjaan secara proper
2. Memastikan Praktek yang seiring dengan kebutuhan Bisnis
3. Melakukan Komunikasi dan koordinasi dengan SBU masing masing

Main Concern :
1. Memastikan kotrak kerja dengan karyawan benar dan terjamin legalitasnya
2. Masa kerja PKWT tidak lebih dari 3 Tahun.
3. Melakukan review dan analisa atas penggunaan PKWT dan dikonsultasikan
dengan Kantor Pusat masing masing atas kebijakan dan Policy yang tepat
dalam menurunkan resiko ketenagakerjaan.
PERMASALAH OUTSOURCING : Definition &
AN POKOK
Regulation
What is 1. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal
64-66.
Outsourcing? 2. Putusan MK No. 27/PUU-IX/2011 Tentang Outsourcing.
Ps. 64 UU No. 13 tahun 2003
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun
2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan
“Perusahaan dapat Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.
menyerahkan sebagian 4. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
pelaksanaan pekerjaan kepada SE.04/MEN/VII/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan
perusahaan lainnya melalui Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat
perjanjian pemborongan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan
pekerjaan (Job Supply) atau Lain.
penyediaan jasa OS Model Alternatives
pekerja/buruh (Labour
Supply) yang dibuat secara
tertulis”
Outsourcing Models

Job Labour
Supply Supply

Source: AIRSI – Oursourcing


Management Guidance, 2012
PERMASALAH
AN POKOK Permen 19/2012 – Labor Supply
P3.2. Syarat pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penerima
pemborongan:
a. Terpisah dari kegiatan utama. P7.2. Kalau tetap melaksanakan
b. Perintah langsung/tidak langsung dari pemberi kerja.
penyerahan pekerjaan kepada vendor
c. Kegiatan Penunjang (NC – BP)  BP ditetapkan oleh asosiasi sektor usaha.
o/s JS sebelum ada bukti pelaporan
d. Tidak menghambat prosees produksi secara langsung (merupakan kegiatan
maka hubungan kerja antara
tambahan).
P4.1. Asosiasi sektor usaha membuat alur kegiatan proses (Business P4.3. Menjadi dasar untuk menerapkan pekerja/buruh dengan perusahaan
Process/BP) JS. penerima pemborongan (vendor o/s
P8. Dapat di revisi jenis pekerjaan
JS) beralih kepada perusahaan
P5. Jenis pekerjaan NC yang akan di o/s harus NC yang mau di o/s.
pemberi pekerjaan.
dilaporkan oleh Pemberi kerja ke Sudinaker
Kota/Kab. P7.1. Selama belum ada bukti
P16.
pelaporan perusahaan pemberi kerja
Gratis P6. Mengeluarkan bukti tidak boleh menyerahkan pekerjaan
. pelaporan max satu minggu kepada vendor o/s JS.
sejak pelaporan.
P9.1. Perjanjian pemborongan pekerjaan (PPP) secara tertulis
P9.1. Perjanjian kerja pemborongan pekerjaan (PKPP)
P9.2. Hal yang harus tercakup:
a. Hak & Kewajiban masing-masing pihak
b. Menjamin terpenuhinya perlindungan kerja&syarat bagi pekerja/buruh sesuai P13. Memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak
UU. pekerja/buruh dalam hub. Kerja sebagaimana diatur dalam
c. Memiliki tenaga kerja yang mempunyai kompetensi di bidangnya. peraturan perundang-undangan.
P10.1. PPP didaftarkan oleh penerima pemborongan P16.
(vendor o/s JS) Gratis.
P14. Mengatur tentang Hub.
P10.2. PPP didaftarkan setelah ditandatangani ke dua
Kerja antar perusahaan o/s JS
belah pihak & paling lama 30 Hari kerja sebelum
dengan karyawan/buruh nya
pekerjaan dimulai.
dibuat secara tertulis.
P11. Bukti pendaftaran paling lambat 5 hari kerja keluar setelah didaftarkan
P15. Hub-nya 
P12. Perusahaan penerima pemborongan harus memenuhi PKWT/PKWTT
syarat:
a. Berbentuk badan hukum.
b. Memiliki tanda daftar perusahaan (TDP). Source: Galih Cipta, 2014, AIRSI Assesor Training –
c. Memiliki izin usaha (SIU).
d. Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di
Outsourcing Mgt.
perusahaan.
PERMASALAH
AN POKOK Permen 19/2012 – Job Supply
P19. Memuat:
a. Jenis Pekerjaan P20.2. Pendaftaran perjanjian ini
b. Perusahaan o/s baru mau menerima pekerja Perusahaan o/s lama untuk dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh)
pekerjaan yang terus menerus ada. hari kerja sejak ditandatangani dengan
Pemberi Kerja melampirkan :
c. Hub. Kerja antara Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruh
dipekerjakan berdasarkan PKWT/PKWTT. a. Izin operasional perusahaan o/s LS
yang masih berlaku
P17.1. Perjanjian penyediaan jasa P20.1. Perjanjian tersebut didaftarkan ke Sudinaker b. Draft perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dibuat secara tertulis Kota/Kab. perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh dengan
P17.3. Untuk lima jenis kegiatan (LS):
Penerima Kerja pekerja/buruh yang
a. Cleaning Service
Vendor (OS) P21.2. Kalau perjanjian tersebut dipekerjakannya. (lihat P19.c)
b. Catering
c. Security tidak sesuai maka sudinaker
d. Penunjang di Pertambangan dan Perminyakan kota/kab bisa menolak Didaftarkan oleh Perusahaan o/s LS
e. Penyedia angkutan bagi pekerja/buruh. permohonan pendaftaran
dengan memberikan alasan
penolakan P21.1. Dinas mengeluarkan bukti pendaftaran
P18. Tidak boleh diserahkan ke perusahaan maks 7 hari kerja setelah mendaftar
o/s LS lain, baik sebagian & seluruhnya.
Penerima Kerja
Vendor (OS) P22. Kalau Belum ada bukti
pendaftaran maka Perusahaan o/s LS
Syarat menjadi Perusahaan o/s LS P25.3. Surat izin operasional berlaku di seluruh tidak bisa melakukan operasional
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan

P24. Berbadan hukum (PT), TDP, SIUP, Bukti pelaporan ketenagakerjaan, P23.1. Kalau belum ada bukti pendaftaran
izin operasional, kantor&alamat tetap dan NPWP Perusahaan o/s dan tetap beroperasional maka disnaker
P25.2. Surat izin operasional maks keluar 14 hari kerja provinsi akan mencabut izin operasional
perusahaan o/s LS berdasarkan rekomendasi
sudinaker kota/kab.
P25. 1. Izin operasional diajukan oleh Perusahaan o/s LS ke disnaker provinsi
P26. dengan melampirkan:
1. Berlaku 3 tahun dan bisa diperpanjang 1. copy anggaran dasar yang didalamnya memuat kegiatan usaha penyediaan
2. Perpanjangan berdasarkan peraturan jasa pekerja/buruh; P23.2. Dalam hal izin operasional
permen 19/2012 dan hasil evaluasi 2. copy pengesahan sebagai badan hukum Perseroan Terbatas (PT); perusahaan o/s LS dicabut, Pemenuhan
kinerja perusahaan yang dilakukan oleh 3. copy surat ijin usaha penyediaan jasa pekerja/buruh; hak-hak pekerja o/s LS tetap menjadi
sudinaker kota/kab. 4. copy tanda daftar perusahaan; tanggungjawab perusahaan o/s LS.
3. Berdasarkan evaluasi point 2 diatas, 5. copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan;
Dinas naker provinsi menyetujui atau 6. copy pernyataan kepemilikan kantor atau bukti penyewaan kantor yang Tanggungjawab tidak beralih ke pemberi kerja
menolak perpanjangan izin operasional. ditandatangani oleh pimpinan perusahaan; dan
7. copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama perusahaan.
Source: Galih Cipta, 2014, AIRSI Assesor Training – Outsourcing Mgt.
PERMASALAH
AN POKOK Permen 19/2012 – Job Supply
P27.3. Bila tidak mencatatkan perjanjiannya,
P27.1 Setiap perusahaan LS wajib membuat perjanjian kerja secara tertulis dengan maka dinas naker provinsi mencabut izin
pekerja/buruhnya. operasional berdasarkan rekomendasi dari
sudinaker kota/kab.
P28. Wajib memuat ketentuan yang menjamin P27.2. Perjanjian tersebut dicatatkan kepada
terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh dalam sudinaker kota/kab. Tempat pekerjaan dilaksanakan P27.4. Pencatatan perjanjian Gratis
hubungan Kerja sebagaimana diatur UU.
P31. Dalam hal pekerja/buruh tidak
memperoleh jaminan kelangsungan
P29.1. Hub. Kerja (HK) : PKWTT/PKWT bekerja, maka pekerja/buruh dapat
mengajukan gugatan kepada
P29.2. Dalam hal HK PKWT yang objek kerjanya tetap ada, Pengadilan Hubungan Industrial.
P30. Bila dalam PKWT tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam maka harus memuat:
Pasal 28 dan 29, maka hubungan kerja antara a. Jaminan kelangsungan bekerja
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh b. Jaminan terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh sesuai P29.3. Hak-hak pekerja/ buruh:
dengan pekerja/buruh berubah menjadi dengan peraturan perundang-undangan dan yang a. Hak atas cuti (apabila telah memenuhi syarat masa kerja.
hubungan kerja yang didasarkan atas diperjanjikan b. Hak atas jaminan sosial
perjanjian kerja waktu tidak tertentu sejak c. Jaminan perhitungan masa kerja apabila terjadi c. Hak atas tunjangan hari raya
ditandatangainya perjanian kerja yang tidak pergantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh d. Hak istirahat paling singkat 1 (satu) hari dalam 1 (satu) minggu.
memenuhi persyaratan. untuk menetapkan upah. e. Hak menerima ganti rugi dalam hal hubungan kerja diakhiri oleh
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh sebelum perjanjian
P32.1. Perusahaan LS baru harus melanjutkan kerja waktu tertentu berakhir bukan karena kesalahan pekerja.
perjanjian kerja yang telah ada sebelumnya tanpa f. Hak atas penyesuaian upah yang diperhitungkan dari akumulasi
mengurangi ketentuan yang ada dalam perjanjian masa kerja yang telah dilalui, dan
Pemberi Kerja kerja yang telah disepakati. g. Hak-hak lain yang telah diatur dalam peraturan perundangan-
undangan dan/atau perjanjian kerja sebelumnya.
P33. Pengawasan pelaksanaan peraturan ini dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan.

Pekerjaan perusahaan LS P34.1. Perusahan pemberikerja dan penerima kerja wajib menyesuaikan peraturan ini paling lama 12 bulan
lama tidak diperpanjang, sejak diundangkannya peraturan ini (19 November 2012).
kemudian diserahkan ke
perusahaan LS baru P34.2. dalam hal perusahaan penerima pemborongan (JS) atau perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh tidak menyesuaikan dengan ketentuan pada P34.1 maka perusahaan JS atau
Perusahaan Perusahaan Perusahaan LS tetap bertanggungjawab terhadap hak-hak pekerja/buruh sesuai perjanjian
LS lama LS baru kerja.
P32.2. masa kerja dianggap
dan diperhitungkan Tidak ada sanksi !!!!!!!

Pekerja/buruh os P35. Dengan adanya peraturan menteri 19/2012 maka 220 dan 101 tahun 2004 tidak berlaku.
P36. Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan (19 November 2012).

Source: Galih Cipta, 2014, AIRSI Assesor Training – Outsourcing Mgt.


PERMASALAH
AN POKOK OUTSOURCING : Problem Mapping

PEKERJA PENGUSAHA
 Praktik Precarious works.  APINDO menolak penafsiran atas pelaksanaan Alih Daya sebatas
 Tidak ada kepastian menjadi karyawan tetap. 5 Pekerjaan Penunjang, (penjelasan Pasal 66 tertera “antara lain”
 Sebagai bentuk praktek tenaga murah, dibayar UMP terus dan ditegaskan Badan pekerja Tripnas Batal Hukum).
menerus.  Masih belum jelasnya batasan core dan non core.
 Kedekatan psikologis antara pekerja outsourcing dengan  Belum ada Business Proccess.
pekerja perusahaan pengguna.  Administrasi & Praktek yang tidak rapi di vendor.
 Overtime yang tidak dibayar.  Perjanjian Perusahaan pengguna dan Perusahaan outsorucing
 Masa Jeda 30 hari diabaikan. tidak jelas (tidak ada).
 Karir Karyawan Outsourcing tidak jelas.  Atribut perusahaan pengguna yang digunakan pekerja outsourcing.
 Unskilled Labour: Kompetensi buruh terkait dengan  Adanya pembayaran langsung dari perusahaan pengguna kepada
pekerjaan tidak menunjukkan pertumbuhan yang signifikan pekerja outsourcing.
tetapi masalah advokasi (increase).  Praktek outsourcing sebagai bentuk penekanan cost dan exploitasi
pekerja.

PEMERINTAH PERUSAHAAN OUTSOURCING


 Pemerintah Melakukan penafsiran atas Pelaksanaan Alih  Social security & Job Security bukan sebuah isu utama.
Daya sebatas lima jenis pekerjaan yang tertera dalam  Hubungan kerja: PKWT terus menerus.
penjelasan pasal 66 UU 13/2003.  Lembaga Tidak taat Regulasi.
 Belum adanya standardisasi kompetensi Petugas dalam  Tidak Berbadan Hukum.
pengawasan.  Perjanjian Perusahaan pengguna dan Perusahaan outsorucing
 Tidak ada Ketentuan isi Pengawasan yang jelas dalam tidak jelas (tidak ada).
praktek outsourcing dan pelaksanaan pengawasan tidak  Perusahaan outsourcing tidak memiliki izin/telah kadaluarsa.
konsisten.  Perjanjian penyedia jasa tenaga kerja tidak didaftarkan ke Instansi.
 Administrasi yang tidak rapi.  Program Pengembangan karyawan outsourcing bukan merupakan
 Sebagai Policy Maker, tidak optimal dengan mempersiapkan keharusan.
SOP, Juklak dan kepastian hukum atas praktek praktek yang
salah.
 Tidak adanya alignment antara Pusat dan daerah karena
faktor otonomi daerah ( daerah membuat regulasi tersendiri
PERMASALAH
AN POKOK PERJANJIAN KERJA BERSAMA

ILO Convention 98
The Aplication of The Principles of The Right to
Organize and to Bargain Collectively

Undang-Undang No. 18 Tahun 1956


Tentang Ratifikasi Konvensi ILO 98  Penerapan
Asas-Asas Hak untuk Berorganisasi dan Berunding
Bersama

Paket UU Reformasi Ketenagakerjaan


Ketentuan PKB dlm: UU 13/03, UU 21/00, UU 2/04 &
peraturan pelaksanaan

Perjanjian Kerja Bersama


Memuat hal-hal yg belum diatur dalam peraturan
perundang-undangan
PERMASALAH
AN POKOK PERJANJIAN KERJA BERSAMA
PERMASALAH
PERJANJIAN KERJA BERSAMA : Regulations
AN POKOK

1. Ps. 116 – 135 UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan 


Mengatur Perjanjian Kerja Bersama
2. Ps. 25 (1) UU No. 21/2000 tentang Serikat Pekerja atau Serikat
Buruh  Mengatur mengenai hak Serikat Pekerja untuk
mengajukan pembuatan PKB
3. Undang-Undang No. 18 Tahun 1956 tentang Persetujuan
Konvensi ILO mengenai Berlakunya Dasar-dasar Hak untuk
Berorganisasi untuk Berunding Bersama
4. Putusan MK No. 115/PUU-VII/2009 mengenai pihak-pihak yang
dapat terlibat dalam perundingan Perjanjian Kerja Bersama
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 28
Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan
Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama
6. UU No. 2/2004 tentang Pengelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial  mengatur mengenai prosedur penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang ditimbulkan baik dari
penyusunan sampai dengan implementasi PKB.
PERMASALAH
AN POKOK PERJANJIAN KERJA BERSAMA
PERMASALAH
AN POKOK LKS BIPARTIT
DASAR HUKUM
1. UU Nomor 21 Tahun 2000
tentang Serikat Pekerja/ Serikat
Buruh
2. UU Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No.
Per.32/Men/2008 tentang Tata
Cara Pembentukan dan Susunan
Keanggotaan Lembaga
Kerjasama Bipartit.
PERMASALAH
AN POKOK LKS BIPARTIT

•PEMBENTUKAN
•SUSUNAN KEANGGOTAAN

TUJUAN, TATA CARA KEPENGURUSAN TATA KERJA PEMBINAAN PEMBIAYAAN


FUNGSI PEMBENTUK
AN &
dan
TUGAS PELAPORAN
PERMASALAH
AN POKOK LKS BIPARTIT
PERMENAKERTRANS No. 32/2008
TATA CARA PEMBENTUKAN PEMBERITAHUAN/PENCATATAN
 Anggota menyepakati  Diberitahukan untuk dicatat pada
menetapkan susunan pengurus Instansi yang bertanggung jawab di
 Pengusaha dan wakil SP/SB bidang ketenagakerjaan Kab/Kota
dan/atau wakil pekerja/buruh  Selambat-lambatnya 14 hari kerja
mengadakan musyawarah untuk setelah pembentukan
membentuk, menunjuk, dan  Selambat-lambatnya 7 hari kerja
menetapkan anggota setelah menerima pemberitahuan,
 Pembentukan dan susunan instansi memberitahukan bukti
pengurus ditetapkan dalam penerimaan pemberitahuan tidak
Berita Acara yang ditandatangani dikenakan biaya
oleh pengusaha dan wakil SP/SB
atau wakil pekerja/buruh
PERMASALAH
AN POKOK LKS BIPARTIT
PERMENAKERTRANS No. 32/2008
KEPENGURUSAN

 Ditetapkan dari unsur pengusaha dan  Masa Jabatan berakhir apabila :


unsur pekerja/buruh dgn perbandingan - Meninggal dunia
1 : 1 disesuaikan dengan kebutuhan
- Mutasi
 Sekurang2nya 6 orang (tdk ada batas
maksimal) - Mengundurkan diri sebagai
 Masa kerja 3 tahun anggota lembaga
 Susunan pengurus sekurang- - Diganti atas usul dari unsur
kurangnya terdiri dari Ketua, Wakil yang mewakilinya
Ketua, Sekretaris dan Anggota - Sebab-sebab lain yang
 Ketua dapat dijabat secara bergantian
antara unsur pengusaha dan unsur
menghalangi tugas2 dalam
pekerja/buruh kepengurusan lembaga.
 Penggantian kepengurusan sebelum
berakhirnya masa jabatan dapat
dilakukan atas usul dari unsur yang
mewakilinya
PERMASALAH
AN POKOK LKS BIPARTIT
PERMENAKERTRANS No. 32/2008
TATA KERJA

 Minimal 1x sebulan atau  Tidak mengambil alih hak SP/SB


setiap kali bila perlu maupun pimpinan perusahaan
 Materi: dari pengusaha,  Hasil konsultasi & komunikasi
pekerja, atau dari pengurus terbatas internal perusahaan
LKS Bipartit sebagai saran, rekomendasi bagi
 Menetapkan agenda pimpinan perusahaan & pekerja
pertemuan secara periodik dalam proses produksi
 Tidak mencampuri otoritas
 Hubungan dengan lembaga
manajemen dan hal bersifat
lainnya di perusahaan:
koordinatif, konsultatif, dan rahasia (pekerja/pengusaha)
komunikatif
PERMASALAH
AN POKOK LKS BIPARTIT
PERMENAKERTRANS No. 32/2008
PEMBIAYAAN PELAPORAN

 Pengurus LKS Bipartit


segala biaya yang diperlukan melaporkan setiap kegiatan
untuk pembentukan dan kepada Pimpinan Perusahaan
pelaksanaan kegiatan LKS  Pimpinan Perusahaan secara
Bipartit dibebankan kepada berkala setiap 6 bulan sekali
Perusahaan melaporkan kepada instansi
yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan
Kab/kota
PERMASALAH
AN POKOK LKS BIPARTIT
CONTOH MATERI PERTEMUAN RUTIN LKS BIPARTIT
BASIC
INTERMEDIATE
- Keresahan Kerja di perusahaan
- Cara peningkatan jumlah produksi
barang/jasa - Program perumahaan pekerja
- Lembaga pendeteksi disharmonis - Koperasi Pekerja
antara pengusaha dan - Usaha produktif
pekerja/buruh - Bantun untuk korban bencana
- Pengusulan syarat kerja dalam - Sunatan massal anak
rangka kesejahteraan pekerja
karyawan
- dll

- Program ESOP (Employee


Stock Option Plan)
- Beasiswa anak pekerja/buruh
ADVANCE - Penciptaan sistem penilainan
kinerja
- Penilaian karyawan teladan
PERMASALAH
AN POKOK LKS BIPARTIT
KEYPOINTS DALAM PENGELOLAAN LKS BIPARTIT

KESAMAAN Terbaik bagi perusahaan


DASAR Terbaik bagi pekerja
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Samakan paradigma, lihat
permasalahan dari sudut yg
KESAMAAN EKSPETASI sama, perkecil perbedaan

Ikut training yang sama,


berikan transparansi
KESAMAAN WAWASAN informasi, kaderisasi,
update wawasan

Pola Pikir, Sikap Prilaku,


KESAMAAN PARADIGMA misi sama, Kesja dan
kelangsungan usaha
PERMASALAH Dasar Hukum Pelaksanaan Kebebasan
AN POKOK FOA Berserikat di Indonesia

 UUD RI

 UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

 UU No.18 tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi Nomor 98


Organisasi Perburuhan Internasional Mengenai Berlakunya
Dasar-dasar Dari Hak Untuk Berorganisasi dan Untuk Berunding
Bersama

 Keppres No.83 tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO


No.87 Mengenai Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak
untuk Berorganisasi

 UU No.21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh


PERMASALAH
AN POKOK FOA The Regulations : Highlights

1. Kebebasan berserikat  hak asasi setiap manusia  menimbulkan


kewajiban dasar untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal
balik

2. Pelaksanaannya tidak boleh dilarang atau dicampurtangani dengan


cara apapun.

3. Pelaksanaannya harus senantiasa dalam koridor ketentuan


perundang-undangan.

4. Hak untuk mendirikan serikat pekerja/buruh, menjadi atau tidak


menjadi pengurus atau anggota serikat pekerja/buruh dan/atau
bergabung kepada serikat pekerja, federasi atau konfederasi buruh
manapun, serta menjalankan kegiatan serikat pekerja/buruh,
merupakan salah satu bentuk pelaksanaan hak untuk berserikat
PERMASALAH
AN POKOK FOA The Regulations : Highlights

5. Tujuan SP sesuai UU :
Memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta
meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan
keluarganya, dengan menjalankan fungsinya sesuai amanah
perundang-undangan.

6. Tindakan menghalang-halangi pekerja mendirikan atau melakukan


kegiatan serikat pekerja :
• tindak pidana kejahatan dan ;
• dikenakan sanksi pidana penjara antara 1-5 tahun dan/atau
denda antara Rp 100 juta – Rp 500 juta.

7. Hak untuk mendirikan dan menjalankan kegiatan serikat pekerja hanya


dapat dibatasi oleh dan berdasarkan undang-undang.
PERMASALAH
AN POKOK FOA The Regulations : Highlights
Pemberian
Menghalangi Memutasi
surat
buruh untuk pengurus atau
intimidasi peringatan
bergabung di anggota
atau sanksi
dalam serikat serikat
lainnya Membentuk
pengurus
Membentuk
Skorsing PHK tandingan
serikat boneka
dalam serikat
yang sama
Menolak Menunda2
Membuat PP Tidak
ajakan untuk jadwal untuk
secara memberikan
berunding berunding
sepihak pekerjaan
PKB PKB
Mengurangi
hak atau Mengadu
kesempatan Promosingkir Kriminalisasi domba
sebagai pengurus
pekerja
Melibatkan Manajemen
lembaga/ Tidak
tidak mau
komunitas mengakui Etc
tertentu untuk mengakui
adanya PKB
meneror serikat baru
PERMASALAH
AN POKOK Menyikapi Rencana Mogok Kerja
1. Tahap Pencegahan/Preventive
Kata kunci : Bagaimana kita dapat merasakan dan
menemukenali symptom-symptom atas kondisi hubungan
industrial di masing-masing perusahaan

2. Tahap Saat Terjadinya Mogok Kerja


Kata kunci : Menghindari
a) bagaimana kita menyiapkan pengamanan untuk: area kerugian
pabrik/ produksi/ perusahaan, karyawan dan hal lain yang tangible
menjadi milik perusahaan; &
b) menyiapkan data dan fakta pendukung atas tuntutan mogok intangible
kerja yang terjadi.

3. Tahap Paska Mogok Kerja


Kata kunci : Bagaimana menyiapkan program recovery atas
kondisi yang disebabkan oleh mogok kerja
PERMASALAH
AN POKOK Prosedur Mogok Kerja
Isi surat :
Surat pemberitahuan dari pekerja/SP 1. Waktu (hari, tanggal,
kepada Pengusaha & Disnaker dan jam) dimulai dan
Perundingan setempat (sekurang2nya 7 hari diakhiri mogok kerja
sebelumnya) 2. Tempat mogok kerja
Gagal (Disnaker & Pengusaha wajib 3. Alasan dan sebab
memberi tanda terima) melakukan mogok
4. Tanda tangan
penanggung jawab
mogok kerja
Tidak
sepaka
t
Lembaga
Perundingan dengan
Penyelesaian
disertai oleh
Perselisihan
pegawai Disnaker
Hubungan Industrial

Dalam hal ini terjadi, mogok Tercapai


kerja dapat diteruskan / kata
dihentikan untuk sementara / sepakat
dihentikan sama sekali

NOTE:
Perjanjian bersama
Untuk Perusahaan yang melayani kepentingan umum antara para pihak &
dan/atau perusahaan yang jenis kegiatannya pegawai yang
membahayakan keselamatan jiwa manusia, apabila
karyawan yang sedang bertugas melakukan Mogok,
ditunjuk Disnaker
maka dikualifikasikan sebagai mogok kerja yang menjadi saksinya
tidak sah
PERMASALAH
AN POKOK Prosedur Mogok Kerja
PENTING:
 Yang dimaksud dengan ”gagalnya perundingan” adalah tidak tercapainya
kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang dapat
disebabkan karena :
1. pengusaha tidak mau melakukan perundingan walaupun pekerja/SP telah
meminta secara tertulis kepada pengusaha 2 (dua) kali dalam tenggang
waktu 14 (empat belas) hari kerja, atau;
2. perundingan-perundingan yang dilakukan mengalami jalan buntu yang
dinyatakan oleh para pihak dalam risalah perundingan.

 Mogok kerja yang dilakukan secara tidak sah dikualifikasikan sebagai mangkir.
Dalam hal ini, pemanggilan untuk kembali bekerja bagi pelaku mogok
sebagaimana dimaksud dilakukan oleh pengusaha 2 kali berturut-turut dalam
tenggang waktu 7 (tujuh) hari dalam bentuk pemanggilan secara patut dan
tertulis. Pekerja/buruh yang tidak memenuhi panggilan tersebut dianggap
mengundurkan diri.
PERMASALAH
AN POKOK Prosedur Mogok Kerja
PENTING :
 Dalam hal mogok kerja yang dilakukan secara tidak sah mengakibatkan
hilangnya nyawa manusia yang berhubungan dengan pekerjaannya, maka
mogok kerja tidak sah tersebut dikualifikasikan sebagai kesalahan berat.

 Dalam hal mogok kerja dilakukan tanpa adanya pemberitahuan kepada


Pengusaha dan instansi ketenagakerjaan sebagaimana ditentukan dalam
regulasi, maka demi menyelamatkan alat produksi dan aset perusahaan,
pengusaha dapat mengambil tindakan sementara dengan cara :
a) melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi kegiatan
proses produksi; atau
b) bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang mogok kerja berada di
lokasi perusahaan.
PERMASALAH
AN POKOK
Mogok Kerja Tidak Sah
Bukan akibat gagalnya perundingan

Tanpa pemberitahuan kepada pengusaha dan instansi yang


bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan

Dengan pemberitahuan kurang dari 7 (tujuh) hari sebelum


pelaksanaan mogok kerja

Isi pemberitahuan tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 140 ayat (2)
huruf a, b, c, dan d UU 13/2003

Mogok kerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum


dan/atau perusahaan yang jenis kegiatannya membahayakan
keselamatan jiwa manusia
PERMASALAH
AN POKOK Konsekuensi Hukum Mogok Kerja

MOGOK KERJA SAH MOGOK KERJA TIDAK


SAH
Pengusaha tetap wajib Pengusaha tidak perlu
membayar upah pekerja membayarkan upah selama
pekerja mogok
Pengusaha tidak boleh melarang Pengusaha boleh melarang
atau menghalang-halangi pekerja yang mogok, berada di
area produksi atau lingkungan
perusahaan
Pengusaha tidak boleh Pengusaha dapat menyatakan
memberikan sanksi pekerja mangkir setelah 7 (tujuh)
hari dan telah dipanggil 2 (dua)
kali secara patut
Pengusaha tidak boleh Pengusaha dapat mengganti
mengganti pekerja yang mogok pekerja yang mogok dengan
dengan pekerja lain di luar pekerja lain
perusahaan
PERMASALAH
AN POKOK Perselisihan Hubungan Industrial

Pengertian
Perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan antara Pengusaha / Gabungan
Pengusaha dengan P/B atau SP/SB karena adanya
Perselisihan Hak, Kepentingan, PHK, Perselisihan
antar SP/SB dalam satu perusahaan;
PERMASALAH
AN POKOK Perselisihan Hubungan Industrial
• PERSELISIHAN HAK  Perselisihan
yang timbul karena tidak dipenuhinya
hak, akibat adanya perbedaan
pelaksanaan atau penafsiran terhadap
ketentuan perundang-undangan, PK,
PP, atau PKB
• PERSELISIHAN KEPENTINGAN 
Perselisihan yang timbul dalam
hubungan kerja karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai
pembuatan dan atau perubahan syarat-
syarat kerja yang ditetapkan dalam PK,
PP atau PKB.
• PERSELISIHAN PHK  Perselisihan
yang timbul karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai PHK,
yang dilakukan oleh salah satu pihak.
• PERSELISIHAN ANTAR SP/SB 
Perselisihan antara SP/SB lain hanya
dalam satu perusahaan, karena tidak
adanya persesuaian paham mengenai
keanggotaan,pelaksanaan hak, dan
kewajiban keserikatpekerjaan.
PERMASALAH
AN POKOK
ORGANISASI PENGUSAHA
• Setiap pengusaha membentuk organisasni pengusaha
(Pasal 105 UU No.13 th.2003)

• Organisasi Pengusaha yang kita kenal antara lain :

• KADIN (Kamar Dagang Indonesia)


• APINDO (Asosiasi Pengusaha
Indonesia)
KADIN
• KADIN adalah wadah bagi pengusaha Indonesia dan
bergerak dalam bidang perekonomian
• Tujuan KADIN :
• Membina dan mengembangkan kemampuan kegiatan dan
kepentingan pengusaha Indonesia negara, usaha koperasi,
dan usaha swasta dalam kedudukannya sebagai pelaku-
pelaku ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan
kehidupan ekonomi dan dunia usaha yang sehat dan tertib
berdasarkan Pasal 33 UUD 1945
• Menciptakan dan mengembangkan iklim dunia usaha yang
memungkinakan keikutsertaan yang seluas-luasnya bagi
pengusaha indonesia sehingga dapat berperan serta
secara efektif dalam pembangunan nasional
APINDO
• Organisasi pengusaha yang khusus mengurus masalah
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan adalah Asosiasi
Pengusaha Indonesia (APINDO)
• Kelahirannya didasari atas peran dan tanggung
jawabnya dalam pembangunan nasional dalam rangka
turut serta mewujudkan masyarakat adail makmur
• Asosiasi ini merupakan wadah kesatuan para
pengusaha yang ikut serta untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial dalam dunia usaha melalui
kerjasama yang terpadu dan serasi antara pemerintah,
pengusaha, dan pekerja/ buruh
68

• Tujuan APINDO :
• Mempersatukan dan membina pengusaha serta
memberuikan layanan kepentingan di dalam bidang sosial
ekonomi
• Menciptakan dan memelihara keseimbangan, ketenangan,
dan kegairahan kerja dalam lapangan hubungan industrial
dan ketenagakerjaan
• Mengusahakan peningkatan produktivitas kerja sebagai
program peran serta aktif untuk mewujudkan
pembangunan nasional menuju kesejahteraan sosial,
spritual, dan materil
• Menciptakan adanya kesatuan pendapat dalam
melaksanakan kebijaksanaan/ ketenagakerjaan dari
pengusaha yang disesuaikan dengan kebijakan
pemerintah
Masa Depan Ketenagakerjaan ?
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai