Anda di halaman 1dari 32

HUBUNGAN

INDUSTRIAL
PANCASILA

UNTUK KEADILAN & MARTABAT KAUM BURUH


Oleh : Djoko heriyono,SH
CURICULUM VITAE
NAMA : DJOKO HERIYONO, SH
TEMPAT/TGL.LAHIR : GROBOGAN 6 JULI 1964
ALAMAT KANTOR : GEDUNG ILP Lt.4 JL. RAYA PASAR MINGGU 39A JAKARTA SELATAN
RIWAYAT PEND : 1. STM MESIN UMUM
2. S 1 HUKUM
RIWAYAT ORG :
1. KOMISARIS PUK SPSI PT DOSON TAHUN 1997 -1999
2. KETUA PUK SPTSK PT DOSON TAHUN 1999-2003
3. KETUA DPC SPTSK KAB TANGERANG TAHUN 2002-2004
4. KETUA DPD SPN BANTEN 2004-2006
5. WASEKUM DPP SPN TAHUN 2003-2006
6. SEKUM DPP SPN TAHUN 2006-2009
7. KETUA BIDANG ADVOKASI DPP SPN TAHUN 2009-2019
8. PROTOKOL PLAY FAIR MULTINATIONAL CORPORITE (MNC)
9. ANGGOTA LKS TRIPNAS 2007 – 2015.
10. KETUA TIM KAJIAN WANTIMPRES BID.KESRA RI 2012 – 2014 KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH &
JAMSOSTEK
11. KETUA UMUM DPP SPN 2019 - 2024
LATAR BELAKANG HIP
 UU No 13 TH 2003 KETENAGAKERJAAN
 UU No 01 TH 1970 K3
 UU UAP TH 1930
 UU No 36 TH 2009 KESEHATAN
 UU No 07 TH1981 WAJIB LAPOR KETENAGAKERJAAN
 UU No 21 TH 2000 SP/SB
 UU No 40 TH 2004 SJSN
 UU No 03 TH 1951 PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN
 UU No 8 TH 1981 KUHAP
 UU No 02 TH 2004 PPHI

4
HUBUNGAN INDUSTRIAL
Suatu sistem hubungan yang
terbentuk antara para pelaku
proses produksi barang dan/atau
jasa yang terdiri dari unsur
pengusaha, pekerja/buruh, dan
pemerintah
yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
TUJUAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
5

MENCIPTAKAN
HUBUNGAN YANG HARMONIS
DINAMIS DAN BERKEADILAN
dan bermartabat
KARAKTERISTIK UTAMA
DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

 PENGHARGAAN TERHADAP
HAK AZASI MANUSIA
 DEMOKRASI DI TEMPAT KERJA

 KETERLIBATAN PEMANGKU

KEPENTINGAN DALAM
PEMBUATAN KEBIJAKAN
LANDASAN DALAM PENCIPTAAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
7
YANG HARMONIS

1. Demokratis
2. Keterbukaan
3. Saling Percaya
4. Ketulusan
5. Kepatuhan
Prinsip pelaksanaan Hubungan Industrial
mengutamakan :

Musyawarah untuk Mufakat

Melalui sarana :
 Organisasi serikat pekerja/serikat buruh

 Organisasi Pengusaha

 LKS Bipartit

 LKS Tripartit

 Peraturan Perusahaan

 Perjanjian Kerja Bersama

 Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan

 Lembaga Penyelesaian Perselisihan hubungan

Indusrial
PERSPEKTIF HIP
UUD45&PANCASILA PT. TRALALA
UU 21/2000
UU 13/2003
UU 40/2007
INVESTOR/SAHAM PEKERJA/BURUH
PARA KOMISARIS DIREKSI/MANAJEMEN
Leabilitas 1. DIREKTUR
Amortasi 2. MANAGER
LKS 3. SUPERVISOR
Siluman 4. LEADER
CSR PP/PKB
NEGOSIASI
5. OPERATOR
Dividen KOMUNIKASI
DJU-SOP-IK-EVALUASI
TARGET PRODUKSI
WAKIL PENGUSAHA SP/SB
KEUNTUNGAN KESEJAHTERAAN

PRODUKTIVITAS
PROCESS PERSPECTIVE & GOLDEN RULE
PERBEDAAN & PERSAMAAN KEPENTINGAN

PEKERJA
PENGUSAHA
. KEAMANAN
• KEPASTIAN • LKS PEKERJAAN(JOB SECURITY)
BIPARTIT
HUKUM • CONVENS • KEAMANAN
• KEPASTIAN
I ILO 98 PENDAPATAN(INCOME
• POLITIK SECURITY)
KEAMANAN KINERJA
• V/ADDED
• KEAMANAN
• KEPASTIAN SOSIAL(SOCIAL
BERUSAHA SECURITY)
TOTAL COMPENSATION FINANCIAL
REWARD
TIDAK LANGUNG
KESEHATAN
LANGSUNG • Perawatan & Pengobatan
• Penggantian biaya pengobatan
• Upah Pokok
• Transportation Allowance TERTUNDA FASILITAS
• Rumah peristirahatan
• Housing Allowance • Pesangon
• Kendaraan & supir perusahaan
• Functional Allowance • DPLK
• Anggota Club Olah Raga / kebugaran
• Regional Allowance • JHT&JPensiun ASURANSI
• THR • Saham • JKK & JK

• Bonus • Asuransi ISTIRAHAT BERUPAH


• Cuti / Sakit / Compassionate Leave
• Incentive
LAIN-LAIN
• Uang hadir/uang makan
• Training & kursus
• Penggantian biaya Kuliah/Kursus
MANAJEMEN ORGANISASI PERUSAHAAN
TOP LEVEL MANAJEMENT
(CEO/GM/PRESDIR)

MIDLE LEVEL MANAJEMENT

LOWER LEVEL MANAJEMENT


(TIM LIADER)

OPERATOR EKSEKUTOR
KERANGKA KERJA LANGKAH PRODUKTIVITAS

INPUTS

MAN
KAPITAL
PAWER

LABAUR KAPITAL EXTERN


PRUDKTIVITY PRODUKTIVITY AL
FACTOR
INTERNA
L
FACTOR
TOTAL PRODUKTIVITAS

QUALITY
PROFIT JOBS TEX
GOODS &
S &WAGES ES
SERVICES
NORMA
KETENAGAKERJAAN
1. Wajib lapor ketenagakerjaan;
2. Pelatihan tenaga kerja;
3. Hubungan kerja;
4. Waktu kerja dan waktu istirahat;
5. Perlindungan upah;
6. Jaminan sosial tenaga kerja;
7. Kebebasan berserikat bagi pekerja/buruh;
8. Penempatan tenaga kerja, yang meliputi :
a. Wajib lapor lowongan pekerjaan;
b. penempatan tenagakerja dalam negeri;
c. Penempatan tenaga kerja luar negeri (pra, selama dan purna
penempatan);
d. Penempatan atau penggunaan tenaga kerja asing;
9. Perlindungan pekerja perempuan
10. Perlindungan pekerja anak
11. Keselamatan kerja
12. Keselamatan kerja mekanik
13. Keselamatan kerja listrik
14. Keselamatan kerja pesawat uap dan bejana bertekanan
15. Keselamatan kerja konstruksi bangunan
16. Keselamatan kerja pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
17. Kesehatan kerja
18. Keselamatan kerja lingkungan dan penggunaan bahan
bahan kimia berbahaya
19. Pencegahan HIV/AID di tempat kerja atau perusahaan

Norma ketenagakerjaan diatas merupakan satu kesatuan yg


berhubungan erat satu sama lain dalam perlindungan hak
tenaga kerja.
SANKSI
 Sanksi terhadap pelanggaran peraturan
perundangan ketenagakerjaan dapat berupa,
sanksi :

1. Administratif;

2. Keperdataan; dan

3. Pidana.
PENEGAKKAN HUKUM
KETENAGAKERJAAN
1.PENCEGAHAN PELANGGARAN :

 DILAKSANAKAN MELALUI PEMERIKSAAN PELAKSANAAN PERATURAN


PER UU DI PERUSAHAAN/TEMPAT KERJA DAN PEMBINAAN TERHADAP
PENGUSAHA DAN PEKERJA/BURUH, YANG DILAKUKAN OLEH PENGAWAS
KETENAGAKERJAAN SESUAI STANDAR PEMERIKSAAN DAN PEMBINAAN
YANG TELAH DITETAPKAN (SEBAGAI TINDAKAN YANG BERSIFAT
PREVENTIF).

2. PENINDAKAN HUKUM :

 DILAKSANAKAN MELALUI PROSES PENYIDIKAN OLEH PPNS


KETENAGAKERJAAN TERHADAP ADANYA DUGAAN TINDAK PIDANA
KETENAGAKERJAAN YANG DILAKUKAN OLEH PENGUSAHA (SEBAGAI
TINDAKAN REPRESIF), DALAM TINDAKAN PEMBINAAN TIDAK
DILAKSANAKAN OLEH PENGUSAHA.
DASAR HUKUM PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN
1. UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1951 TENTANG
PERNYATAAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG
PENGAWASAN PERBURUHAN NO 23 TAHUN 1948 DARI
REPUBLIK INDONESIA UNTUK SELURUH INDONESIA
2. UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG
PENGESAHAN KONVENSI ILO NOMOR 81 MENGENAI
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DI INDUSTRI DAN
PERDAGANGAN.
3. PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 21 TAHUN 2010
TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
4. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR
PER.02/MEN/I/2011 TENTANG PEMBINAAN DAN
KORDINASI PELAKSANAAN PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN
INSTRUMEN
UTAMA PENGAWAS
BINWASNAKER KETENAGAKERJAAN

PEGAWAI TEKNIS BERKEAHLIAN KHUSUS DITUNJUK MENTERI &


DISERAHI TUGAS MENGAWASI SERTA MENEGAKKAN
PELAKSANAAN PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN
KETENAGAKERJAAN.( UU No. 3 / 1951, Ttg Pengawasan Perburuhan
dan Perpres No. 21/2010 ttg Pengawasan Ketenagakerjaan)

MELAKSANAKAN FUNGSI
NEGARA
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN ADALAH FUNGSI
NEGARA.
(UU No. 21/2003 Ttg Pengesahan Convensi ILO No.81 Mengenai
pengawasan Ke-
tenagakerjaan dlm Industri dan Perdagangan)
TUGAS PENGAWAS KETENAGAKERJAAN KETENAGAKERJAAN

 Berdasarkan :
1. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945
2. Pasal 3 ayat (1) dan pasal 8 Undang-undang Nomor 3
Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan.
Adalah :
1. Memastikan apakah hubungan kerja pekerja/buruh
dengan pengusaha bersifat tetap atau tidak tetap.
2. Apakah hak-hak dari pekerja/buruh yg diatur dalam
peraturan perundangan dan Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan atau Kesepakatan Kerja Bersama, diberikan
oleh Pengusaha.
3. Melakukan pembinaan secara preventif dan represif
dalam rangka penegakkan peraturan peundangan
ketenagakerjaan.
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

1. PENGAWAS KETENAGAKERJAAN BERTUGAS, MELAKUKAN


PEMERIKSAAN TERHADAP PELAKSANAAN NORMA
KETENAGAKERJAAN DI PERUSAHAAN/ TEMPAT KERJA.

2. MELAKUKAN PEMERIKSAAN KASUS-KASUS KETENAGAKERJAAN.

3. MELAKUKAN PEMBINAAN PELAKSANAAN PERATURAN PER UU


KETENAGA KERJAAN KEPADA PENGUSAHA DAN PEKERJA/BURUH
SECARA LISAN DAN TERTULIS MELALUI NOTA PEMERIKSAAN.

4. MELAKUKAN PENGECEKAN PELAKSANAAN NOTA


PEMERIKSAAN.

5. MEMBUAT NOTA PEMERIKSAAN KE II (DUA)


MATERI NOTA PENGAWASAN NORMA
KETENAGAKERJAAN:

1. MENJELASKAN MASALAH YANG DITEMUKAN DALAM


PEMERIKSAAN DI PERUSAHAAN/TEMPAT KERJA.
2. MENJELASKAN PERATURAN YANG MENGATUR.
3. MENJELASKAN CARA MELAKSANAKAN PERATURAN
PERUNDANGAN.
4. MEMBERIKAN BATAS WAKTU PELAKSANAANNYA.
PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF
1. DALAM HAL PENGUSAHA/LEMBAGA TIDAK MEMENUHI
UMP/UMK ,JAMSOS,PERSYARATAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA, PERIJINAN, PELATIHAN, PENEMPATAN
TENAGA KERJA, MAKA PENGAWAS KETENAGAKERJAAN
MEMBUAT LAPORAN/REKOMENDASI UNTUK DILAKUKAN
SKORSING/ PENCABUTAN IJIN, PENGESAHAN, PENUNJUKAN,
SERTIFIKASI, DLL.
2. BERDASARKAN LAPORAN/REKOMENDASI PENGAWAS
KETENAGAKERJAAN, MAKA PENERBIT IJIN, PENGESAHAN,
PENUNJUKAN, SERTIFIKASI, DLL, MELAKUKAN SKORSING ATAU
MENCABUT IJIN, PENGESAHAN, PENUNJUKAN, SERTIFIKASI, DLL
PENERAPAN SANKSI
PERDATA
 DALAM HAL PENGUSAHA TIDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA YG
DIATUR DALAM PERATURAN PER UU YG BERSIFAT PRIVAT ATAU YANG
BERSIFAT KEPERDATAAN, MAKA PENYELESAIAN SELANJUTNYA
MELALUI MEKANISME PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL SESUAI DGN UU NOMOR 2 TAHUN 2004 TTG PPHI.
Contoh :
Dalam Nota Pemeriksaan dinyatakan :
1. PKWT beralih menjadi PKWTT.
2. Hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan pemborongan
pekerjaan (out sourcing) beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh
dengan perusahaan pemberi pekerjaan.
3. Hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan penyedia jasa
pekerja/ buruh beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan
perusahaan pemberi pekerjaan.
PENERAPAN SANKSI PIDANA
1. DALAM HAL PENGUSAHA TIDAK MELAKSANAKAN
KEWAJIBAN NYA SESUAI KETENTUAN PERATURAN
PER UU YG BERSIFAT PUBLIK, YG MENGATUR
SANKSI PIDANA DAN PELAKSANAANNYA TELAH
DIPERINTAHKAN OLEH PENGAWAWAS
KETENAGAKERJAAN DALAM NOTA PEMERIKSAAN KE
II, MAKA DILAKUKAN PENYIDIKAN OLEH PPNS
KETENAGAKERJAAN.

2. SETELAH SELESAI DILAKUKAN PENYIDIKAN, BERKAS


PERKARA HASIL PENYIDIKAN DILIMPAHKAN OLEH
PPNS KETENAGAKERJAAN KEPADA KEJAKSAAN
NEGERI MELALUI KEPOLISIAN.
PENGAWASAN PROVINSI: PEMERIKSAAN PERTAMA –BERKALA –
KHUSUS – KASUS.

I. LAPORAN :
1. Pemeriksaan pertama secara lengKap
2. Pemeriksaan berkala lengkap/tidak
3. Pemeriksaan Khusus (Pengujian)
4. Pemeriksaan kasus.

II. TINDAK LANJUT LAPORAN


1. Perhitungan hak pekerja yg belum diberikan/dibayarkan pengusaha
2. Nota Pemeriksaan (preventip).

III. Tindak Lanjut Nota Pemeriksaan


1. Pemeriksaan pelaksanaan NP.
2. Nota Pemeriksaan ke II
3. Pembuatan laporan kejadian perkara
4. Penyidikan (Represip)
LAW ENFORCEMENT FOR LABOR JUSTICE

1. Laporan Pemeriksaan
2. Nota Pemeriksaan
3. Laporan Penyidikan
DISNAKER PROVINSI >>KEMENAKER
(WASNAKER) :
1. ILO
3. POLRI
4. KEJAKSAAN
UU NOMOR 8 TAHUN 1981 KUHAP
KETENTUAN PIDANA UUK
Pasal 183
(1) Barang siapa melanggar Pasal 74, dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan.
 
Pasal 184
(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 ayat (5), dikenakan
sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda
paling sedikit Rp100.000.000.00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000.00 (lima
ratus juta rupiah).
(2)Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan.
 
Pasal 185
(1)Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2),
Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80,Pasal 82, Pasal 90 ayat (1), Pasal 139, Pasal 143, dan Pasal
160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan.
 
Pasal 186
(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) dan ayat
(3), Pasal 93 ayat (2), Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1),dikenakan sanksi pidana penjara paling
singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
(2)Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran.
Pasal 187
(1)      Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), Pasal 44
ayat (1), Pasal 45 ayat (1), Pasal 67 ayat (1),
Pasal 71 ayat (2), Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), Pasal 79 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 85 ayat (3), dan
Pasal 144, dikenakan sanksi pidana kurungan
paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
(2)      Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran.
Pasal 188
(1)      Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), Pasal 38
ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat (1),
Pasal 108 ayat (1), Pasal 111 ayat (3), Pasal 114, dan Pasal 148, dikenakan sanksi pidana denda
paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah)
dan paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2)      Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran.
 
Pasal 189
Sanksi pidana penjara, kurungan, dan/atau denda tidak menghilangkan kewajiban pengusaha
membayar hak-hak dan/atau ganti kerugian kepada tenaga kerja atau pekerja/buruh.
 
SANKSI ADMINISTRATIF UUK
Pasal 190
(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenakan sanksi administratif atas
pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15,
Pasal 25, Pasal 38 ayat (2),
Pasal 45 ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3),
dan Pasal 160 ayat (1)
dan ayat (2) Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f.  pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebahagian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur
lebih lanjut oleh Menteri.
 
PERALIHAN
Pasal 192
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, maka:
1.Ordonansi tentang Pengerahan Orang Indonesia Untuk Melakukan Pekerjaan Di Luar Indonesia (Staatsblad Tahun 1887 Nomor 8);
2.Ordonansi tanggal 17 Desember 1925 Peraturan tentang Pembatasan Kerja Anak Dan Kerja Malam Bagi Wanita (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 647);
3.Ordonansi Tahun 1926 Peraturan mengenai Kerja Anak-anak Dan Orang Muda Di Atas Kapal (Staatsblad Tahun 1926 Nomor 87);
4.Ordonansi tanggal 4 Mei 1936 tentang Ordonansi untuk Mengatur Kegiatan-kegiatan Mencari Calon Pekerja (Staatsblad Tahun 1936 Nomor 208);
5 Ordonansi tentang Pemulangan Buruh Yang Diterima Atau Dikerahkan Dari Luar Indonesia (Staatsblad Tahun 1939 Nomor 545);
6.Ordonansi Nomor 9 Tahun 1949 tentang Pembatasan Kerja Anak-anak (Staatsblad Tahun 1949 Nomor 8);
7.Undang-undang Nomor 1 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Kerja Tahun 1948 Nomor 12 Dari Republik Indonesia Untuk
Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 2);
8.Undang-undang Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan Antara Serikat Buruh Dan Majikan (Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 69,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 598a);
9.  Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Asing (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 8 );
10. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib Kerja Sarjana (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 207, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2270);
11. Undang-undang Nomor 7 Pnps Tahun 1963 tentang Pencegahan Pemogokan dan/atau Penutupan (Lock Out) Di Perusahaan, Jawatan, dan Badan
Yang Vital (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 67);
12. Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912);
13. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3702);
14. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1998 tentang Perubahan Berlakunya Undang-undang
Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara 1998 Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3791);
15.Undang-undang Nomor 28 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1998 tentang Perubahan Berlakunya
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang
Ketenagakerjaan Menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 240, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4042).
dinyatakan tidak berlaku lagi.
SEKIAN
32

DAN
TERIMA KASIH

Djoko heriyono,S.H.
08121317732
djoko_heriyono@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai