3.1 DiagnosisManajemen - 27.07.2020 - Rev01
3.1 DiagnosisManajemen - 27.07.2020 - Rev01
Tim Pengulas:
dr. Deddy Herman, SpP(K), FCCP, FAPSR, MCH, FISR
Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K)
Dr. Iswanto Hendrawijaya, SpB(KBD)
dr. Nirwan Satria, SpAn
Dr. Novi Arifiani, MKK, Dipl.ABRAAM, AAK
dr. Yudianto Budi Saroyo, SpOG(K), MPH
1. Diagnosis
• Memahami dan menerapkan protokol diagnosis dan
pengobatan COVID-19 pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL) serta dalam situasi masyarakat.
• Mengidentifikasi gejala dan manifestasi klinis pasien
dengan COVID-19.
• Menguraikan dan menggambarkan pendekatan diagnostik
untuk COVID-19.
Tujuan
2. Manajemen
• Memahami kasus suspek, probable atau terkonfirmasi
COVID-19 yang dapat dikelola di luar fasilitas kesehatan dan
cara merawat pasien di lingkungan masyarakat.
• Memahami dan menerapkan pedoman pengelolaan kasus
COVID-19 tanpa penyakit kritis.
• Mengetahui tes eksperimental dan perawatan yang sedang
diselidiki yang mungkin bermanfaat bagi pasien dengan
COVID-19.
Diagnosis COVID-19:
Mengambil Sampel Biologis
5
Diagnosis
Dasar
Rekomendasi WHO:
Diagnosis
Dasar
Serologi: Disarankan hanya ketika tidak ada RT-PCR.
Diagnosis
Kewaspadaan Standar:
• Hand hygiene
• Alat Pelindung Diri
Diagnosis
Pengambilan spesimen
• Saluran pernapasan atas (URT) = nasofaring dan
orofaring.
• Saluran pernapasan bawah (LRT) = dahak yang
dikeluarkan, aspirasi endotrakeal, atau lavage
bronchoalveolar (hanya untuk pasien yang dirawat di
rumah sakit dengan kondisi parah).
9
Diagnosis
Mengambil Sampel URT
• Gunakan: swab dari bahan Dacron atau
Swab yang steril rayon yang steril dengan tangkai dari
dimasukkan plastik.
pelan-pelan
melalui lubang • JANGAN GUNAKAN: swab kapas, swab
hidung ke dalam
nasofaring kalsium alginat, swab dengan tangkai dari
kayu.
• Masukkan swab ke dalam lubang hidung
sejajar dengan langit-langit mulut, biarkan
di sana selama beberapa detik. Hindari
terkena lubang hidung.
10
Diagnosis
Mengambil Sampel URT
Belakang tenggorokan
Langit-langit
Tonsil
• Sapukan ke faring posterior
Spatula lidah
Tampilan tenggorokan
11
Diagnosis
Mengambil Sampel LRT
• Kumpulkan 2-3 mL sampel ke dalam pot dahak yang steril, tertutup rapat, atau
wadah kering steril. Gunakan sarung tangan steril dan kateter penghisap.
• Induksi sputum TIDAK DIANJURKAN.
12
[Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKLIn). Panduan Tatalaksana Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) dan
Polymerase Chain Reaction (PCR) SARS-CoV-2.]
13
Diagnosis - Jenis Spesimen
Suhu
Jenis Spesimen Bahan Pengambilan Penyimpanan Keterangan
Pengiriman
Swab Dacron atau Flocked
≤12 hari: 2-8°C
Usap Nasopharing atau Swab + Virus Transport Kedua swab harus ditempatkan di tabung yang WAJIB
2-8 C
o
>12 hari: -70 °C
Orofaring Medium (VTM) atau saline sama untuk meningkatkan viral load DIAMBIL
(dry ice)
steril*
≤5 hari: 2-8°C Pastikan sputum berasal dari Saluran
Pernapasan Bawah (BUKAN Liur) WAJIB
Sputum Kontainer Steril 2-8 C
o
>5 hari: –70 °C
DIAMBIL
(dry ice)
≤48 jam: 2-8°C
Bronchoalveolar Lavage Kontainer Steril 2-8 C
o
>48 jam: –70 °C WAJIB BILA MEMUNGKINKAN
(dry ice)
Tracheal aspirate, ≤48 jam: 2-8°C
Nasopharyngeal aspirate atau Kontainer Steril 2-8oC >48 jam: –70 °C WAJIB BILA MEMUNGKINKAN
nasal wash (dry ice)
Jaringan biopsi atau autopsi ≤24 jam: 2-8°C
termasuk dari paru-paru dalam Kontainer Steril + Saline 2-8 C
o
>24 jam: –70 °C -
media VTM atau saline (dry ice)
Serum separator tubes ≤5 hari: 2-8°C Pengambilan 2 Sampel :
Serum (2 sampel yaitu akut dan • Akut- minggu pertama saat sakit WAJIB
(Dewasa 3-5 ml 2-8oC >5 hari: -70 °C (dry
konvalesen) UNTUK SEROLOGI • Konvalesen- 2 s.d. 3 minggu setelahnya DIAMBIL
whole blood) ice)
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
14
Diagnosis
Jadwal Pengambilan Swab RT- PCR
HARI KE -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 …
(sesua
i
klinis)
X X X X
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
15
Diagnosis
Mengkonfirmasi Infeksi COVID-19
Satu atau lebih hasil tes negatif tidak mengeliminasi kemungkinan COVID-19.
Jika memiliki kecurigaan yang tinggi, tetapi hasil tes pasien negatif, pertimbangkan
untuk mengambil sampel URT / LRT tambahan.
16
Diagnosis
Radiografi
• Bila tersedia, baik rontgen toraks atau
CT-scan toraks dapat membantu
diagnosis dan/atau evaluasi COVID-19.
• "Ground-Glass" Opacities sering
merupakan indikasi pneumonia virus.
• Kelainan radiologis yang disebabkan
oleh COVID-19 biasanya bilateral,
memiliki distribusi perifer dan
mengenai lobus bawah paru.
• Radiografi negatif cukup meyakinkan
jika masih menunggu hasil RT-PCR /
konfirmasi.
Manajemen Klinis
COVID-19
18
Manajemen Klinis
Komplikasi: Komorbid
Triage: Deteksi Dini • Diabetes Mellitus
• IMV lama
Pasien dalam • Penyakit terkait Geriatri
Pengawasan COVID-19 • VAP
• Autoimmun
• Tromboemboli vena
• Penyakit Ginjal
Anamnesa dan Pemeriksaan • Catheter-related
Fisik • STEMI, NSTEMI
bloodstream • Hipertensi
• Auto/Allo anamnesis
• Stress ulcer dan • PPOK
•Pemeriksaan Fisik / Klinis
perdarahan sal. • Tuberkulosis, HIV
Cerna
Pemeriksaan Penunjang • Penyakit kronis lain yang
• Kelemahan akibat diperberat oleh kondisi
•Laboratorium perawatan di ICU COVID-19
•Radiologi: Thorax AP/PA • Komplikasi lain
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
19
Manajemen
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
20
Manajemen
Perjalanan Klinis Penyakit
• Perjalanan klinis penyakit sangat bervariasi.
• Beberapa laporan dari negera-negara yang terdampak pada awal
pandemi, 40% kasus sakit ringan, 40% sakit sedang termasuk
pneumonia, 15% kasus sakit berat dan 5% sakit sangat berat.
• Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu.
• Pasien dengan kasus berat dapat menjadi ARDS, sepsis dan syok
septik, gagal multi-organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung
akut yang dapat berakibat kematian.
21
Manajemen
Perjalanan Klinis Penyakit
Batasan: Sebagian besar informasi yang tersedia terbatas pada pasien rawat inap yang dirawat di rumah sakit.
22
Manajemen
Gejala Klinis
Gejala non-spesifik sering terlihat pada infeksi saluran pernapasan
bagian atas, termasuk:
• Demam
BATUK
• Batuk
• Sakit tenggorokan
• Hidung tersumbat
• Rasa tidak enak badan (malaise)
• Sakit kepala
Sakit Ringan • Nyeri otot
Tanpa Komplikasi
Pasien berisiko tinggi, termasuk orang tua dan mereka yang
memiliki defisiensi imun, mungkin memiliki gejala yang tidak khas.
DEMAM Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, perubahan status mental, sepsis
atau sesak napas pada pasien ini
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
23
Manajemen
Manifestasi Klinis
Gejala COVID-19
Umum Mungkin dialami
• Demam • Rasa nyeri dan sakit
• Batuk kering • Hidung tersumbat, Pilek
• Kelelahan • Hilang penciuman dan
pembauan
• Nyeri Kepala
• Konjungtivitis
• Sakit tenggorokan
• Diare
• Ruam kilit
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
25
Manajemen
Gejala Klinis dan Manifestasi Klinis
Kriteria Gejala Manifestasi Klinis Penjelasan
Tanpa Gejala Tidak ada gejala klinis Pasien tidak menunjukkan gejala apapun
(asimptomatik)
Sakit Ringan Sakit ringan tanpa Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam, batuk,
komplikasi nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala,
nyeri otot. Perlu diwaspadai pada usia lanjut dan
immunocompromised karena gejala dan tanda tidak khas
Sakit Sedang Pneumonia ringan Pasien Remaja atau Dewasa dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, dyspnea, nafas cepat) dan tidak ada tanda
pneumonia berat.
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
26
Kriteria Manifestasi
Klinis Penjelasan
Gejala
Sakit Berat Pneumonia berat Pasien Remaja atau Dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi
/ ISPA berat saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi napas >30x/mnt, distress
pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2), <90% pada udara kamar.
Pasien Anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satu
dari berikut ini:
• Sianosis sentral atau SpO2 <90%
• Distress pernapasan berat (mendengkur, tarikan dinding dada yang berarti)
• Tanda pneumonia berat: tdk mampu menyusu atau minum, letargi atau
penurunan kesadaran, atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea:
<2 bulan, ≥60x/mnt;
2-11 bln, ≥50x/mnt,
1-5 thn, ≥40x/mnt
>5 thn, ≥30x/mnt
Diagnosis ini berdasarkan klini, pencitraan dada, dapat membantu penegakan
diagnosis dan dapat menyingkirkan komplikasi
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
27
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
28
Manajemen
Perbedaan Istilah
Karantina Mandiri: orang sehat dengan riwayat kontak dengan
pasien konfirmasi COVID-19 atau riwayat perjalanan ke wilayah
transmisi lokal
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
31
Manajemen
Karantina / Isolasi Rumah Karantina / Isolasi di FASKES Isolasi
(RS Darurat COVID-19) Rumah Sakit
· Pasien usia diatas 60 tahun dengan
penyakit penyerta yang terkontrol,
Suspek dan probable dengan gejala · Pasien dengan Gejala Sedang
Status ringan · Pasien dengan gejala ringan tanpa Gejala Berat
fasilitas karantina
rumah yang tidak memadai
Rumah sendiri/fasilitas sendiri (tidak
perlu rawat inap), kecuali bila fasilitas di Tempat yang disediakan Pemerintah
Tempat* rumah tidak memadai dan lingkungan (Rumah sakit darurat COVID-19) Rumah Sakit
tidak mendukung
· Dokter, perawat dan/atau tenaga
kesehatan lain Dokter, perawat dan/atau Dokter, perawat dan/atau tenaga
Pengawasan · Dapat dibantu oleh Bhabinkabtibnas, tenaga kesehatan lain kesehatan lain
Babinsa dan/atau Relawan
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
32
Manajemen
Tatalaksana Klinis Pasien Terkonfirmasi tanpa Gejala, Sakit ringan
atau sakit sedang
Pasien Terkonfirmasi tanpa gejala: tidak perlu rawat inap di RS, pasien
menjalani isolasi (di rumah atau fasilitas pemerintah) selama 10 hari
sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.
Manajemen
Isolasi Mandiri / Perawatan di Rumah
• Pasien dengan gejala ringan dan tanpa adanya penyakit kronis mendasari
(underlying chronic conditions) atau kondisi penyerta (penyakit paru, jantung,
ginjal dan immunocompromise).
• Pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan dan kontak erat yang
bergejala dengan memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan.
• Pasien yang menolak di rawat inap sekalipun sudah diberikan informed
consent.
• Situasi di mana fasilitas rawat inap tidak tersedia atau tidak aman: dapat
terjadi ketika fasilitas kesehatan setempat telah melebihi kapasitas atau ketika
fasilitas kesehatan yang tersedia tidak dapat memenuhi lonjakan pasien.
• Pertimbangan kondisi klinis dan keamanan lingkungan pasien (tidak dikucilkan
oleh lingkungan)
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
34
Manajemen
Isolasi Mandiri / Perawatan di Rumah
Pastikan situasi hunian cocok untuk perawatan di rumah.
Pertanyaan penting untuk ditanyakan meliputi: Apakah pasien / keluarga …
Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah
• Tempatkan pasien di kamar sendiri dengan ventilasi baik (misalnya, jendela dan
pintu terbuka)
• Batasi pergerakan pasien dan minimalkan berbagi ruangan yang sama
• Pastikan ruang itu berventilasi baik
• Anggota keluarga harus tinggal di ruangan yang berbeda atau menjaga jarak
minimal 1 meter - tanpa berbagi tempat tidur.
• Batasi jumlah orang yang merawat.
• Tamu tidak diizinkan sampai pasien benar-benar sehat dan tidak bergejala.
36
Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah
Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah
Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah
• Pasien harus menggunakan masker bedah sesering mungkin, caregiver
(Orang yang memberikan perawatan) harus menggunakan masker bedah
ketika berada di ruangan yang sama dengan pasien.
• Jika tidak mengenakan masker, mulut dan hidung harus ditutup dengan
tisu sekali pakai saat batuk atau bersin.
• Saputangan kain dapat di cuci menggunakan sabun biasa atau deterjen
dan air dan dapat digunakan kembali.
• Caregiver harus menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh.
• Sarung tangan dan masker bedah harus dipakai saat memberikan
perawatan mulut atau saluran pernapasan dan ketika menangani darah,
feses, urin dan cairan tubuh lainnya (ludah, dahak, muntah, dll).
• Cuci tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan dan masker.
39
Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah
Kebersihan lingkungan:
• Gunakan linen dan peralatan makan khusus untuk pasien; digunakan
kembali setelah dicuci dengan sabun dan air hangat.
• Cuci pakaian, seprai, handuk, dan masker kain pasien dengan
menggunakan sabun cuci / deterjen rumah tangga atau dengan mesin cuci
dan air dengan suhu 60–90°C dan keringkan.
• Linen yang terkontaminasi harus diletakkan di dalam kantong baju kotor.
Hindari kontak dengan linen yang terkontaminasi.
• Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh oleh pasien.
Permukaan benda-benda yang sering disentuh di kamar mandi dan toilet
harus dibersihkan setidaknya sekali sehari.
• Sabun atau deterjen rumah tangga biasa harus digunakan terlebih dahulu,
kemudian gunakan disinfektan rumah tangga.
40
Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah
Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah
Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah
Ibu menyusui:
• Ibu yang sedang menyusui harus terus menyusui walaupun
mereka dicurigai menderita COVID-19.
• Menyusui memiliki manfaat yang signifikan, termasuk
transmisi antibodi untuk melindungi anak-anak dari infeksi,
termasuk virus pernapasan.
• Ibu harus mengenakan masker medis ketika berada di dekat
bayinya dan membersihkan tangan sebelum dan setelah
kontak dengan bayinya.
43
Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah
Konfirmasi
Tidak bergejala Sakit Ringan - Sedang Sakit berat
Isolasi Mandiri / RS Darurat Isolasi Mandiri /RS Darurat/RS/RS Isolasi RS/RS rujukan
Rujukan
• Isolasi minimal 10 hari sejak • Isolasi minimal selesai 10 hari
• Isolasi minimal 10 hari sejak muncul gejala sejak muncul gejala
Diagnosis • Ditambah 3 hari bebas deman • Ditambah 3 hari bebas demam
• Tanpa follow-up PCR dan gejala pernafasan dan gejala pernafasan
• Tanpa follow-up PCR • 1 x PCR negatif
Selesai isolasi Selesai isolasi Selesai Isolasi
SEMBUH SEMBUH SEMBUH
MENINGGAL
Catatan: Pasien dapat dipulangkan berdasarkan pertimbangan DPJP karena adanya perbaikan klinis,
comorbid teratasi, dan/atau follow-up PCR menunggu hasil
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
Manajemen
Pasien Rawat Inap:
Terapi Suportif Dini
46
Manajemen Gejala Klinis
Manifestasi Klinis Penjelasan
Pneumonia ringan Pasien Remaja atau Dewasa dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, dyspnea, nafas
cepat) dan tidak ada tanda pneumonia berat.
Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan bernafas + nafas cepat: frek
nafas <2 bulan, ≥60x/mnt; 2-11 bln, ≥50x/mnt, 1-5 thn, ≥40x/mnt dan tidak ada tanda pneumonia
berat
Pneumonia berat / Pasien Remaja atau Dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi saluran nafas,
ditambah satu dari: frekuensi nafas >30x/mnt, distress pernafasan berat, atau saturasi oksigen
ISPA berat (SpO2), <90% pada udara kamar.
Pasien Anak dengan batuk atau kesulitan bernafas, ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
• Sianosis sentral atau SpO2 <90%
• Distress pernafasan berat (mendengkur, tarikan dinding dada yang berarti)
• Tanda pneumonia berat: tdk mampu menyusui atau minum, letargi atau penurunan kesadaran,
atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea: <2 bulan, ≥60x/mnt;
2-11 bln, ≥50x/mnt; 1-5 thn, ≥40x/mnt; >5 thn, ≥30x/mnt
Diagnosis ini berdasarkan klini, pencitraan dada,dapat membantu penegakan diagnosis dan dapat
menyingkirkan komplikasi
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
47
Manajemen
Terapi Suportif Dini
REKOMENDASI: Beri Oksigen
Manajemen
Terapi Suportif Dini
REKOMENDASI: Cairan Intravena
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
49
Manajemen
Terapi Suportif Dini
REKOMENDASI: Antimikroba Empirik
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
50
Manajemen
Terapi Suportif Dini
REKOMENDASI: Pemantauan Pasien Secara Ketat
Manajemen
Gejala Klinis
Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
• Perburukan gejala klinis (respirasi).
• Rontgen/CT toraks yang memburuk
dengan temuan radiografi.
• Gangguan oksigenasi yang
memburuk yang tidak disebabkan
gagal jantung atau kelebihan cairan.
• Muncul dalam 1 minggu sejak
mulainya gejala klinis.
53
Manajemen
Gagal Napas Hipoksemik dan ARDS
REKOMENDASI: Kenali Perburukan Gejala Klinis
Manajemen
Gagal Napas Hipoksemik dan ARDS
HATI-HATI: High-Flow Nasal Oxygen dan Non-Invasive Ventilation
• HFNO dan NIV tidak direkomendasikan pada pasien dengan hemodinamik tidak
stabil, hiperkapnia atau pada pasien gagal multi-organ (MOF).
• Penggunaan NIV yang tidak tepat dapat berisiko, diantaranya intubasi jadi
tertunda, volume tidal yang besar, dan kerusakan paru-paru karena tekanan
transpulmonary yang tinggi.
• Jika HFNO atau NIV digunakan, pantau dengan ketat perburukan gejala klinis. Jika
tidak ada perbaikan setelah satu jam, lakukan intubasi.
HFNO atau NIV memberikan risiko penularan yang lebih rendah apabila ditunjang
dengan sistem yang tepat (tekanan negatif, memakai hepafilter).
55
Manajemen
Gagal Napas Hipoksemik dan ARDS
REKOMENDASI: Intubasi Endotrakeal
Manajemen
Gagal Napas Hipoksemik dan ARDS
REKOMENDASI: Ventilasi Mekanis pada Orang Dewasa
• Disarankan volume tidal yang rendah: (4-8 ml/kg prediksi berat badan, Predicted
Body Weight/PBS); TV awal 6 ml / kg berat badan.
• Tekanan inspirasi yang lebih rendah direkomendasikan:
plateau pressure <30 cm H2O.
• Target pH 7.30-7.45: hiperkapnia diizinkan jika memenuhi tujuan ini.
• Pasien mungkin memerlukan sedasi dalam (deep sedation).
• Ventilasi dengan menelungkupkan pasien (prone position) >12 jam per hari
dianjurkan pada pasien dengan ARDS berat: butuh sumber daya manusia dan
keahlian.
• Jika tidak ada bukti hipoperfusi jaringan, lanjutkan manajemen cairan
konservatif.
57
Manajemen
Gagal Napas Hipoksemik dan ARDS
HATI-HATI: Penggunaan Ventilator
• Pada pasien dengan ARDS sedang atau berat, disarankan PEEP lebih tinggi.
• Intervensi RMs (recruitment maneuvers) yang melibatkan periode episodik dari tekanan jalan
nafas positif tinggi terus menerus [30-40 cm H2O], peningkatan bertahap progresif pada PEEP
dengan tekanan penggerak konstan, atau tekanan penggerak tinggi mungkin juga diperlukan.
Hentikan jika pasien tidak merespons dengan tepat.
• Pada pasien dengan ARDS sedang-berat (PaO2 / FiO2 <150), pemakaian obat pelumpuh otot
dengan infus kontinyu tidak boleh digunakan secara rutin.
• Pertimbangkan untuk merujuk pasien dengan hipoksemia refraktori ke pusat rujukan yang
mampu melakukan ekstrakorporeal (ECLS / ECMO).
Manajemen
Gejala Klinis
Dewasa: Disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh respon host
yang tidak teratur terhadap infeksi yang masih dicurigai atau yang sudah terbukti,
dengan disfungsi organ. Tanda-tanda disfungsi organ meliputi: perubahan status
Sepsis mental, sulit atau cepat bernapas, saturasi oksigen rendah, berkurangnya urin, denyut
jantung cepat, denyut nadi dingin, ekstremitas
dingin atau tekanan darah rendah, bercak kulit, atau bukti laboratorium tentang
SIRS: Temperatur, takikardia / koagulopati, trombositopenia, asidosis, laktat tinggi atau hiperbilirubinemia.
bradikardia, takipnea atau ventilasi
mekanis, Anak-anak: Infeksi yang dicurigai atau terbukti dan ≥2 kriteria SIRS (Systemic
jumlah leukosit abnormal Inflammatory Response Syndrome), yang salah satunya adalah suhu abnormal atau
atau bandemia jumlah sel darah putih.
SOFA: Skor penilaian Skor SOFA dapat digunakan untuk menilai disfungsi organ akibat sepsis.
kegagalan organ berurutan / Skor berkisar dari 0 hingga 24. Sepsis didefinisikan oleh peningkatan skor SOFA ≥2
poin. Asumsikan skor baseline adalah nol jika data tidak tersedia. Poin dikaitkan
sequential organ failure berdasarkan 6 sistem organ: pernapasan (hipoksemia didefinisikan oleh PaO2 / FiO2
assessment score rendah), koagulasi (platelet rendah), hati (bilirubin tinggi), kardiovaskular (hipotensi),
sistem saraf pusat (tingkat kesadaran rendah yang didefinisikan oleh Glasgow Coma
Scale), dan ginjal (keluaran urin rendah atau kreatinin tinggi).
60
Manajemen
Gejala Klinis
Dewasa: Hipotensi persisten terlepas dari resusitasi volume, membutuhkan vasopresor untuk
mempertahankan MAP ≥65 mmHg dan level serum laktat >2 mmol / L
Anak-anak: *Hipotensi apapun (SBP <persentil ke-5 atau >2 SD di bawah normal untuk usia) atau
terdapat 2-3 dari di bawah ini:
• perubahan status mental/kesadaran
• Takikardia atau bradikardia (HR <90 x/mnt atau> 160 x/mnt pada bayi dan HR <70 x/mnt atau >
Syok 150 x/mnt pada anak)
• Refill kapiler yang berkepanjangan (> 2 detik) atau vasodilatasi hangat dengan denyut nadi
Septik terbatas (bounding pulse)
• Takipnea
• Kulit berbintik-bintik atau ruam petekie atau purpura
• Peningkatan laktat
• Oliguria
• Hipertermia atau hipotermia
*Hipotensi sering kali temuan syok septik yang terlambat pada pasien anak.
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
61
Manajemen
Syok Septik
REKOMENDASI: Kenali Syok Septik di Awal
Langkah pertama: Kenali syok septik pada pasien yang diduga terinfeksi atau terkonfirmasi
DAN hipotensi berkelanjutan yang membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan
perfusi.
Jika pengukuran laktat tidak tersedia, gunakan mean arterial pressure (MAP) dan tanda-
tanda klinis perfusi untuk menentukan syok.
Dalam satu jam pertama, berikan antimikroba, resusitasi cairan, dan inisiasi vasopressor.
Catatan tambahan dari SCCM: Dianjurkan untuk menggunakan parameter dinamis suhu kulit, capillary
refilling time, dan/atau pengukuran laktat terhadap parameter statis untuk menilai respon cairan pada
pasien dengan COVID-19 dan syok.
62
Manajemen
Syok Septik
REKOMENDASI: Resusitasi Cairan Intravena
• Cairan kristaloid isotonik harus digunakan. Kristaloid termasuk salin normal dan laktat
Ringer. Berikan pada orang dewasa setidaknya 30ml / kg dalam 3 jam pertama.
• Bolus tambahan: 250 hingga 1000 ml pada orang dewasa atau 10-20 ml / kg pada anak-anak.
[SCCM : Dianjurkan untuk menggunakan kristaloid untuk resusitasi cairan pada pasien COVID-19 dan syok].
Manajemen
Syok Septik
TIDAK DIREKOMENDASIKAN: Kristaloid Hipotonik, Gelatin
Manajemen
Syok Septik
REKOMENDASI: Vasopressor
• Berikan vasopressor saat syok berlangsung selama atau setelah resusitasi cairan.
• Target tekanan darah adalah MAP ≥65 mmHg. Pantau tekanan darah sesering mungkin,
gunakan dosis terendah yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi.
• Norepinefrin adalah lini pertama pada pasien dewasa.
[SCCM: Norepinefrin dianjurkan sebagai agen vasoaktif lini pertama pada pasien dengan COVID-19 dan syok. Untuk orang
dewasa, penggunaan dopamine tidak dianjurkan jika norepinefrin tersedia].
Manajemen
Langkah-Langkah untuk Mengurangi Potensi Komplikasi
Mengurangi • Sebaiknya terapkan intubasi oral daripada intubasi hidung pada remaja & dewasa
pneumonia • Pertahankan ketinggian kepala tempat tidur 30-45°
terkait ventilator (Ventilator • Gunakan sistem penghisapan tertutup, lakukan perawatan sesuai kebutuhan
associated pneumonia = • Gunakan sirkuit ventilator baru untuk setiap pt, buang sirkuit yang kotor/rusak
VAP) • Ganti penukar kelembaban panas saat tidak berfungsi, saat kotor, atau setiap 5-7 hari
• Gunakan profilaksis farmakologis (heparin dengan berat molekul rendah [lebih disarankan
Mengurangi timbulnya jika tersedia] atau heparin 5000 unit secara subkutan dua kali sehari) pada remaja dan
tromboemboli vena dewasa tanpa kontraindikasi atau menggunakan profilaksis mekanis (perangkat kompresi
pneumatik intermiten)
67
Manajemen
Langkah-Langkah untuk Mengurangi Potensi Komplikasi
Mengurangi
infeksi • Daftar periksa dapat membantu meningkatkan sterilitas penyisipan
aliran darah akibat • Lepaskan kateter bila tidak lagi diperlukan
kateter
Mengurangi timbulnya • Posisi pasien miring ke kiri-kanan bergantian setiap dua jam
ulkus dekubitus
Mengurangi terjadinya • Inisasi nutrisi enteral dini (dalam 24-48 jam sejak masuk)
stress ulcer dan • Berikan H2 blocker receptor atau PPI pada pasien dengan faktor risiko perdarahan GI.
Faktor risiko untuk perdarahan pada saluran cerna termasuk ventilasi mekanik selama
perdarahan >48 jam, koagulopati, terapi penggantian ginjal, penyakit hati, komorbiditas multipel,
gastrointestinal dan skor kegagalan organ yang lebih tinggi
Mengurangi timbulnya
kelemahan akibat • Mobilisasi dini apabila aman untuk dilakukan
perawatan di ICU
Manajemen
Pasien Rawat Inap:
Pertimbangan Khusus
69
Manajemen
Ibu Hamil
REKOMENDASI: Terapi Suportif
Wanita hamil yang terduga atau terkonfirmasi terkena COVID-19 harus
diobati dengan terapi suportif seperti dijelaskan sebelumnya, dengan
mempertimbangkan adaptasi fisiologis kehamilan.
Manajemen
Penanganan COVID-19
Manajemen
Penanganan COVID-19
• Kementrian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID 19). Juli 2020.
https://covid19.go.id/p/protokol/pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-coronavirus-disease-covid-19-revisi-ke-5
• Kementrian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit - Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID 19). Maret 2020.
https://covid19.kemkes.go.id/download/REV-04_Pedoman_P2_COVID-19__27_Maret2020_TTD1.pdf
• Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Rev. 05 – 13 July 2020.
• World Health Organization. (2020). Laboratory testing for 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) in suspected human cases: interim guidance, 2 March 2020. World Health
Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/331329. Diakses pada 9 Maret 2020.
• World Health Organization. (2020). Clinical management of severe acute respiratory infection when novel coronavirus (2019-nCoV) infection is suspected: interim guidance, 28
January 2020. World Health Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/330893. Diakses pada 6 Maret 2020.
• World Health Organization. (2020). Home care for patients with suspected novel coronavirus (COVID-19) infection presenting with mild symptoms, and management of their
contacts: interim guidance, 04 February 2020. World Health Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/331133.. Diakses pada 6 Maret 2020
• CDC. Interim Guidelines for Collecting, Handling, and Testing Clinical Specimens from Persons Under Investigation (PUIs) for Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/lab/guidelines-clinical-specimens.html. Diakses pada 9 Maret 2020.
• CDC. Interim Clinical Guidance for Manajemen of Patients with Confirmed Coronavirus Disease (COVID-19).
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/clinical-guidance-management-patients.html. Diakses pada 9 Maret 2020.
• CDC. Interim Considerations for Infection Prevention and Control of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in Inpatient Obstetric Healthcare Settings.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/inpatient-obstetric-healthcare-guidance.html. Diakses pada 9 Maret 2020.
• CDC. Interim Guidance for Discontinuation of Transmission-Based Precautions and Disposition of Hospitalized Patients with COVID-19.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/disposition-hospitalized-patients.html. Diakses pada 10 Maret 2020.
• COVID-19 Emerging Treatments. https://bestpractice.bmj.com/topics/en-gb/3000168/emergingtxs. Diakses pada 15 Maret 2020.
• Society of Critical Care Medicine. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock: 2020.
https://www.sccm.org/SurvivingSepsisCampaign/Guidelines/COVID-19.