Anda di halaman 1dari 71

COVID-19

Diagnosis dan Manajemen

Tim Pengulas:
dr. Deddy Herman, SpP(K), FCCP, FAPSR, MCH, FISR
Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K)
Dr. Iswanto Hendrawijaya, SpB(KBD)
dr. Nirwan Satria, SpAn
Dr. Novi Arifiani, MKK, Dipl.ABRAAM, AAK
dr. Yudianto Budi Saroyo, SpOG(K), MPH

Dikembangkan dengan hibah dari Project HOPE.


Copyright © Brown University, 2020. Dirilis di bawah
Creative Commons license Attribution-NonCommercial-
NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0
Tujuan

1. Diagnosis
• Memahami dan menerapkan protokol diagnosis dan
pengobatan COVID-19 pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL) serta dalam situasi masyarakat.
• Mengidentifikasi gejala dan manifestasi klinis pasien
dengan COVID-19.
• Menguraikan dan menggambarkan pendekatan diagnostik
untuk COVID-19.
Tujuan

2. Manajemen
• Memahami kasus suspek, probable atau terkonfirmasi
COVID-19 yang dapat dikelola di luar fasilitas kesehatan dan
cara merawat pasien di lingkungan masyarakat.
• Memahami dan menerapkan pedoman pengelolaan kasus
COVID-19 tanpa penyakit kritis.
• Mengetahui tes eksperimental dan perawatan yang sedang
diselidiki yang mungkin bermanfaat bagi pasien dengan
COVID-19.
Diagnosis COVID-19:
Mengambil Sampel Biologis
5

Diagnosis
Dasar
Rekomendasi WHO:

• Pengujian COVID-19 harus dilakukan dengan metode deteksi


molekuler / NAAT yaitu tes amplifikasi asam nukleat (nucleic
acid amplification tests / NAAT), seperti pemeriksaan RT-PCR.

• Rapid Test tidak digunakan untuk diagnostik, tetapi untuk


tujuan penelitian epidemiologi atau penelitian lainnya, atau
skrining pada populasi spesifik dan situasi khusus.
6

Diagnosis
Dasar
Serologi: Disarankan hanya ketika tidak ada RT-PCR.

Koinfeksi: Koinfeksi dapat terjadi, sehingga pasien yang


memenuhi kriteria suspek harus dilakukan pemeriksaan
COVID-19, meskipun patogen lain ditemukan.

Pasien yang sudah meninggal: Pertimbangkan untuk menguji


material otopsi, termasuk jaringan paru-paru.
7

Diagnosis
Kewaspadaan Standar:
• Hand hygiene
• Alat Pelindung Diri

Untuk spesimen URT: Mengikuti kewaspadaan transmisi


droplet dan tindakan kewaspadaan transmisi melalui
kontak langsung dengan pasien (Kewaspadaan standar
dan transmisi).
Untuk spesimen LRT: Kewaspadaan transmisi udara
(airborne).
8

Diagnosis
Pengambilan spesimen
• Saluran pernapasan atas (URT) = nasofaring dan
orofaring.
• Saluran pernapasan bawah (LRT) = dahak yang
dikeluarkan, aspirasi endotrakeal, atau lavage
bronchoalveolar (hanya untuk pasien yang dirawat di
rumah sakit dengan kondisi parah).
9

Diagnosis
Mengambil Sampel URT
• Gunakan: swab dari bahan Dacron atau
Swab yang steril rayon yang steril dengan tangkai dari
dimasukkan plastik.
pelan-pelan
melalui lubang • JANGAN GUNAKAN: swab kapas, swab
hidung ke dalam
nasofaring kalsium alginat, swab dengan tangkai dari
kayu.
• Masukkan swab ke dalam lubang hidung
sejajar dengan langit-langit mulut, biarkan
di sana selama beberapa detik. Hindari
terkena lubang hidung.
10

Diagnosis
Mengambil Sampel URT
Belakang tenggorokan

Langit-langit

Tonsil
• Sapukan ke faring posterior

• Hindari lidah dan tonsil

Spatula lidah

Tampilan tenggorokan
11

Diagnosis
Mengambil Sampel LRT

Bagaimana cara mengumpulkan lavage bronchoalveolar atau


aspirasi trakea?

• Kumpulkan 2-3 mL sampel ke dalam pot dahak yang steril, tertutup rapat, atau
wadah kering steril. Gunakan sarung tangan steril dan kateter penghisap.
• Induksi sputum TIDAK DIANJURKAN.
12

  Polymerase Chain Reaction (PCR) Rapid Test Antibody


1. Dapat dikerjakan oleh semua
1. Sensitivitas dan spesifisitas tinggi laboratorium (selama APD tersedia)
Kelebihan 2. Deteksi langsung asam nukleat virus 2. Hasil cepat
3. Dapat deteksi fase akut 3. Disarankan menggunakan sampel
(sejak hari pertama terinfeksi) whole blood/serum
1. Perlu pengambilan sampel swab 1. Sensitivitas dan spesifisitas bervariasi
nasofaring/orofaring yg benar
2. Perlu tenaga terlatih dalam 2. Perlu berhati-hati dalam
pengambilan swab menginterpretasi baik hasil non-reaktif
Kekurangan maupun reaktif
3. Perlu ketrampilan untuk ekstraksi manual

4. Perlu spesifikasi lab dan APD khusus

[Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKLIn). Panduan Tatalaksana Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) dan
Polymerase Chain Reaction (PCR) SARS-CoV-2.]
13
Diagnosis - Jenis Spesimen
Suhu
Jenis Spesimen Bahan Pengambilan Penyimpanan Keterangan
Pengiriman
Swab Dacron atau Flocked
≤12 hari: 2-8°C
Usap Nasopharing atau Swab + Virus Transport Kedua swab harus ditempatkan di tabung yang WAJIB
2-8 C
o
>12 hari: -70 °C
Orofaring Medium (VTM) atau saline sama untuk meningkatkan viral load DIAMBIL
(dry ice)
steril*
≤5 hari: 2-8°C Pastikan sputum berasal dari Saluran
Pernapasan Bawah (BUKAN Liur) WAJIB
Sputum Kontainer Steril 2-8 C
o
>5 hari: –70 °C
DIAMBIL
(dry ice)
≤48 jam: 2-8°C
Bronchoalveolar Lavage Kontainer Steril 2-8 C
o
>48 jam: –70 °C WAJIB BILA MEMUNGKINKAN
(dry ice)
Tracheal aspirate, ≤48 jam: 2-8°C
Nasopharyngeal aspirate atau Kontainer Steril 2-8oC >48 jam: –70 °C WAJIB BILA MEMUNGKINKAN
nasal wash (dry ice)
Jaringan biopsi atau autopsi ≤24 jam: 2-8°C
termasuk dari paru-paru dalam Kontainer Steril + Saline 2-8 C
o
>24 jam: –70 °C  -
media VTM atau saline (dry ice)
Serum separator tubes ≤5 hari: 2-8°C Pengambilan 2 Sampel :
Serum (2 sampel yaitu akut dan • Akut- minggu pertama saat sakit WAJIB
(Dewasa 3-5 ml 2-8oC >5 hari: -70 °C (dry
konvalesen) UNTUK SEROLOGI • Konvalesen- 2 s.d. 3 minggu setelahnya DIAMBIL
whole blood) ice)

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
14
Diagnosis
Jadwal Pengambilan Swab RT- PCR

HARI KE -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 …
(sesua
i
klinis)
X X X X

• Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk penegakan diagnosis


• Bila terjadi perbaikan klinis, maka untuk follow-up pasien dengan
gejala berat/kritis, dilakukan pengambilan swab 1 kali yaitu pada
hari ke-7 untuk menilai kesembuhan

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
15

Diagnosis
Mengkonfirmasi Infeksi COVID-19
Satu atau lebih hasil tes negatif tidak mengeliminasi kemungkinan COVID-19.

Hasil “negatif palsu” (false negatives) dapat terjadi akibat dari:


• Kualitas spesimen yang mengandung terlalu sedikit material virus.
• Spesimen diambil terlambat atau terlalu awal pada periode masa infeksi
• Pengelolaan dan pengiriman spesimen tidak mengikuti standar
• Kendala teknis yang dapat menghambat pemeriksaan RT-PCR (seperti mutasi
virus)

Jika memiliki kecurigaan yang tinggi, tetapi hasil tes pasien negatif, pertimbangkan
untuk mengambil sampel URT / LRT tambahan.
16

Diagnosis
Radiografi
• Bila tersedia, baik rontgen toraks atau
CT-scan toraks dapat membantu
diagnosis dan/atau evaluasi COVID-19.
• "Ground-Glass" Opacities sering
merupakan indikasi pneumonia virus.
• Kelainan radiologis yang disebabkan
oleh COVID-19 biasanya bilateral,
memiliki distribusi perifer dan
mengenai lobus bawah paru.
• Radiografi negatif cukup meyakinkan
jika masih menunggu hasil RT-PCR /
konfirmasi.
Manajemen Klinis
COVID-19
18

Manajemen Klinis
Komplikasi: Komorbid
Triage: Deteksi Dini • Diabetes Mellitus
• IMV lama
Pasien dalam • Penyakit terkait Geriatri
Pengawasan COVID-19 • VAP
• Autoimmun
• Tromboemboli vena
• Penyakit Ginjal
Anamnesa dan Pemeriksaan • Catheter-related
Fisik • STEMI, NSTEMI
bloodstream • Hipertensi
• Auto/Allo anamnesis
• Stress ulcer dan • PPOK
•Pemeriksaan Fisik / Klinis
perdarahan sal. • Tuberkulosis, HIV
Cerna
Pemeriksaan Penunjang • Penyakit kronis lain yang
• Kelemahan akibat diperberat oleh kondisi
•Laboratorium perawatan di ICU COVID-19
•Radiologi: Thorax AP/PA • Komplikasi lain

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
19

Manajemen

• Pasien dengan status Suspek atau Probabel yang dicurigai


sebagai COVID-19 dengan kriteria sakit ringan, sakit sedang,
sakit berat atau kondisi kritis di tatalaksana seperti pasien
terkonfirmasi COVID-19 sampai terbukti bukan COVID-19.

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
20

Manajemen
Perjalanan Klinis Penyakit
• Perjalanan klinis penyakit sangat bervariasi.
• Beberapa laporan dari negera-negara yang terdampak pada awal
pandemi, 40% kasus sakit ringan, 40% sakit sedang termasuk
pneumonia, 15% kasus sakit berat dan 5% sakit sangat berat.
• Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu.
• Pasien dengan kasus berat dapat menjadi ARDS, sepsis dan syok
septik, gagal multi-organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung
akut yang dapat berakibat kematian.
21

Manajemen
Perjalanan Klinis Penyakit

• Beberapa pasien menunjukkan potensi memburuknya kondisi


klinis pada minggu kedua penyakit.
• 20-30% pasien rawat inap dengan COVID-19 dan pneumonia
memerlukan perawatan intensif untuk bantuan pernapasan.
• Pasien-pasien dengan usia lanjut dan memiliki komorbiditas
(kondisi penyakit sebelumnya seperti hipertensi, gangguan
jantung dan paru, diabetes dan kanker) berisiko lebih besar
mengalami sakit berat atau mengancam jiwa.

Batasan: Sebagian besar informasi yang tersedia terbatas pada pasien rawat inap yang dirawat di rumah sakit.
22

Manajemen
Gejala Klinis
Gejala non-spesifik sering terlihat pada infeksi saluran pernapasan
bagian atas, termasuk:
• Demam
BATUK
• Batuk
• Sakit tenggorokan
• Hidung tersumbat
• Rasa tidak enak badan (malaise)
• Sakit kepala
Sakit Ringan • Nyeri otot
Tanpa Komplikasi
Pasien berisiko tinggi, termasuk orang tua dan mereka yang
memiliki defisiensi imun, mungkin memiliki gejala yang tidak khas.
DEMAM Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, perubahan status mental, sepsis
atau sesak napas pada pasien ini

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
23

Manajemen
Manifestasi Klinis
Gejala COVID-19
Umum Mungkin dialami
• Demam • Rasa nyeri dan sakit
• Batuk kering • Hidung tersumbat, Pilek
• Kelelahan • Hilang penciuman dan
pembauan
• Nyeri Kepala
• Konjungtivitis
• Sakit tenggorokan
• Diare
• Ruam kilit

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
25

Manajemen
Gejala Klinis dan Manifestasi Klinis
Kriteria Gejala Manifestasi Klinis Penjelasan
Tanpa Gejala Tidak ada gejala klinis Pasien tidak menunjukkan gejala apapun
(asimptomatik)
Sakit Ringan Sakit ringan tanpa Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam, batuk,
komplikasi nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala,
nyeri otot. Perlu diwaspadai pada usia lanjut dan
immunocompromised karena gejala dan tanda tidak khas

Sakit Sedang Pneumonia ringan Pasien Remaja atau Dewasa dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, dyspnea, nafas cepat) dan tidak ada tanda
pneumonia berat.

Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau


kesulitan bernafas + nafas cepat: frek nafas <2 bulan,
≥60x/mnt; 2-11 bln, ≥50x/mnt, 1-5 thn, ≥40x/mnt dan tidak ada
tanda pneumonia berat

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
26

Kriteria Manifestasi
Klinis Penjelasan
Gejala
Sakit Berat Pneumonia berat Pasien Remaja atau Dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi
/ ISPA berat saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi napas >30x/mnt, distress
pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2), <90% pada udara kamar.
Pasien Anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satu
dari berikut ini:
• Sianosis sentral atau SpO2 <90%
• Distress pernapasan berat (mendengkur, tarikan dinding dada yang berarti)
• Tanda pneumonia berat: tdk mampu menyusu atau minum, letargi atau
penurunan kesadaran, atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea:
<2 bulan, ≥60x/mnt;
2-11 bln, ≥50x/mnt,
1-5 thn, ≥40x/mnt
>5 thn, ≥30x/mnt
Diagnosis ini berdasarkan klini, pencitraan dada, dapat membantu penegakan
diagnosis dan dapat menyingkirkan komplikasi

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
27

Kriteria Manifestasi Penjelasan


Gejala Klinis
Sakit Kritis Acute Respiratory Onset: baru terjadi atau perburukan dalam waktu satu minggu
Distress Syndrome
Pencitraan dada (CT scan toraks atau ultrasonografi paru): opasitas bilateral,
(ARDS)
efusi pleura yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, kolaps paru, kolaps
lobus atau nodul.
Penyebab edema: gagal nafas yang bukan akibat gagal jantung atau kelebihan
cairan. Perlu pemeriksaan objektif (seperti EKG) untuk menyingkirkan bahwa
penyebab edema bukan akibat hidrostatik jika tidak ditemukan faktor resiko.
KRITERIA ARDS PADA ANAK:
Usia Ekslusi pasien dengan penyakit paru perinatal
Waktu Dalam 7 hari sejak onset penyakit
Penyebab Oedema Gagal nafas yang tidak dapat dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan
cairan (fluid overload)
Catatan:
PARDS: Perinato-Acute Radiologis Ventilasi mekanis non-invasive Ventilasi mekanis invasive
Respiratory Diseases
OI: Oxygenation Index
CPAP: Continuous Positive
PARDS Ringan Sedang Berat
Airway Pressure
Masker full face ventilasi 4 ≤ OI ≤ 8 8 ≤ OI ≤ 16 OI ≥ 16
bi-level atau CPAP

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
28

Manajemen Tanpa Gejala Pasien tidak menunjukkan gejala klinis apapun


(asimptomatik)
Gejala Klinis
Gejala non-spesifik sering terlihat pada infeksi saluran
Rangkuman Sakit Tanpa Komplikasi pernapasan bagian atas virus tanpa bukti dehidrasi, sepsis
atau sesak napas

Pneumonia Ringan Pneumonia, tanpa tanda-tanda pneumonia berat.

Infeksi pernapasan dengan peningkatan kerja pernapasan dan


Pneumonia Berat gangguan oksigenasi.
Acute Respiratory Distress Memburuknya gejala pernapasan dengan temuan radiografi
Syndrome (ARDS) bilateral dan oksigenasi sangat buruk.

Disfungsi organ yang mengancam jiwa karena dicurigai atau


Sepsis terbukti infeksi.
Hipotensi persisten yang mengancam jiwa meskipun sudah
dilakukan resusitasi volume, membutuhkan vasopresor untuk
Syok Septik mempertahankan MAP ≥65 mmHg dan kadar laktat serum > 2
mmol/L
Manajemen
Perawatan di Rumah untuk
Pasien COVID-19 dengan Gejala Ringan
30

Manajemen
Perbedaan Istilah
Karantina Mandiri: orang sehat dengan riwayat kontak dengan
pasien konfirmasi COVID-19 atau riwayat perjalanan ke wilayah
transmisi lokal

Isolasi Mandiri: orang sakit yang dikonfirmasi laboratorium atau


dengan gejala COVID-19 ringan
(berdasarkan jurnal – RNA copy 100 rb dan infeksiusnya berkurang
sekali).

Perawatan di Rumah: Pasien memulihkan dirinya sendiri.

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
31

Manajemen
Karantina / Isolasi Rumah Karantina / Isolasi di FASKES Isolasi
(RS Darurat COVID-19) Rumah Sakit
· Pasien usia diatas 60 tahun dengan
penyakit penyerta yang terkontrol,
Suspek dan probable dengan gejala · Pasien dengan Gejala Sedang
Status ringan · Pasien dengan gejala ringan tanpa Gejala Berat
fasilitas karantina
rumah yang tidak memadai
Rumah sendiri/fasilitas sendiri (tidak
perlu rawat inap), kecuali bila fasilitas di Tempat yang disediakan Pemerintah
Tempat* rumah tidak memadai dan lingkungan (Rumah sakit darurat COVID-19) Rumah Sakit
tidak mendukung
· Dokter, perawat dan/atau tenaga
kesehatan lain Dokter, perawat dan/atau Dokter, perawat dan/atau tenaga
Pengawasan · Dapat dibantu oleh Bhabinkabtibnas, tenaga kesehatan lain kesehatan lain
Babinsa dan/atau Relawan

· Mandiri · Pemerintah: BNPB, Gubernur, Bupati, · Pemerintah: BNPB, Gubernur,


Pembiayaan · Pihak lain yang bisa membantu Walikota, Camat dan Kades Bupati, Walikota, Camat dan Kades
(filantropi) · Sumber lain · Sumber lain
Monitoring Dilakukan oleh Dilakukan oleh Dilakukan oleh
dan Evaluasi Dinas Kesehatan setempat Dinas Kesehatan setempat Dinas Kesehatan setempat

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
32
Manajemen
Tatalaksana Klinis Pasien Terkonfirmasi tanpa Gejala, Sakit ringan
atau sakit sedang
Pasien Terkonfirmasi tanpa gejala: tidak perlu rawat inap di RS, pasien
menjalani isolasi (di rumah atau fasilitas pemerintah) selama 10 hari
sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.

Pasien terkonfirmasi sakit ringan: isolasi minimal 10 hari sejak muncul


gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernafasan.
Dapat diberikan obat simptomatik. Kontak petugas FKTP apabila
muncul gejala dan tanda perburukan.

Pasien terkonfirmasi sakit sedang dan sakit ringan dengan penyulit:


Perawatan di RS. Terapi simptomatis. Dilakukan pemantauan hingga
gejala hilang dan memenuhi kriteria dipulangkan.
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
33

Manajemen
Isolasi Mandiri / Perawatan di Rumah
• Pasien dengan gejala ringan dan tanpa adanya penyakit kronis mendasari
(underlying chronic conditions) atau kondisi penyerta (penyakit paru, jantung,
ginjal dan immunocompromise).
• Pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan dan kontak erat yang
bergejala dengan memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan.
• Pasien yang menolak di rawat inap sekalipun sudah diberikan informed
consent.
• Situasi di mana fasilitas rawat inap tidak tersedia atau tidak aman: dapat
terjadi ketika fasilitas kesehatan setempat telah melebihi kapasitas atau ketika
fasilitas kesehatan yang tersedia tidak dapat memenuhi lonjakan pasien.
• Pertimbangan kondisi klinis dan keamanan lingkungan pasien (tidak dikucilkan
oleh lingkungan)
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
34

Manajemen
Isolasi Mandiri / Perawatan di Rumah
Pastikan situasi hunian cocok untuk perawatan di rumah.
Pertanyaan penting untuk ditanyakan meliputi: Apakah pasien / keluarga …

• Mampu mengikuti tindakan pencegahan terkait isolasi perawatan di rumah?


• Bersedia dan mampu mengikuti protokol kebersihan tangan dan pernapasan?
• Mampu melakukan pembersihan lingkungan yang diperlukan?
• Mampu mengikuti prosedur karantina, termasuk pembatasan pergerakan di sekitar atau
dari rumah?

Setelah memulai perawatan di rumah:


Petugas kesehatan harus terus berkomunikasi secara intens dengan pasien sampai gejalanya
benar-benar hilang.
35

Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah

• Tempatkan pasien di kamar sendiri dengan ventilasi baik (misalnya, jendela dan
pintu terbuka)
• Batasi pergerakan pasien dan minimalkan berbagi ruangan yang sama
• Pastikan ruang itu berventilasi baik
• Anggota keluarga harus tinggal di ruangan yang berbeda atau menjaga jarak
minimal 1 meter - tanpa berbagi tempat tidur.
• Batasi jumlah orang yang merawat.
• Tamu tidak diizinkan sampai pasien benar-benar sehat dan tidak bergejala.
36

Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah

• Menjaga kebersihan tangan sangat penting.


• Tangan harus dibersihkan setelah kontak dengan pasien atau
lingkungan terdekatnya.
• Wajib membersihkan tangan sebelum/sesudah menyiapkan
makanan, sebelum makan, dan setelah ke kamar mandi.
• Tangan harus dicuci dengan sabun dan air jika terlihat kotor.
• Handsanitizer dapat digunakan bila tangan tidak terlalu
kotor.
37

Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah

• Lebih baik gunakan handuk kertas / tisu sekali pakai untuk


mengeringkan tangan. Jika tidak tersedia, anda dapat
menggunakan handuk kain bersih dan segera diganti jika
sudah basah.
• Hand rub dengan bahan dasar alkohol dapat digunakan jika
tangan tidak terlihat kotor.
• Larutan 0,05% natrium hipoklorit (larutan pemutih) dapat
digunakan untuk kebersihan tangan di sela-sela cuci tangan
ketika tidak ada hand rub dengan bahan dasar alkohol.
38

Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah
• Pasien harus menggunakan masker bedah sesering mungkin, caregiver
(Orang yang memberikan perawatan) harus menggunakan masker bedah
ketika berada di ruangan yang sama dengan pasien.
• Jika tidak mengenakan masker, mulut dan hidung harus ditutup dengan
tisu sekali pakai saat batuk atau bersin.
• Saputangan kain dapat di cuci menggunakan sabun biasa atau deterjen
dan air dan dapat digunakan kembali.
• Caregiver harus menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh.
• Sarung tangan dan masker bedah harus dipakai saat memberikan
perawatan mulut atau saluran pernapasan dan ketika menangani darah,
feses, urin dan cairan tubuh lainnya (ludah, dahak, muntah, dll).
• Cuci tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan dan masker.
39

Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah
Kebersihan lingkungan:
• Gunakan linen dan peralatan makan khusus untuk pasien; digunakan
kembali setelah dicuci dengan sabun dan air hangat.
• Cuci pakaian, seprai, handuk, dan masker kain pasien dengan
menggunakan sabun cuci / deterjen rumah tangga atau dengan mesin cuci
dan air dengan suhu 60–90°C dan keringkan.
• Linen yang terkontaminasi harus diletakkan di dalam kantong baju kotor.
Hindari kontak dengan linen yang terkontaminasi.
• Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh oleh pasien.
Permukaan benda-benda yang sering disentuh di kamar mandi dan toilet
harus dibersihkan setidaknya sekali sehari.
• Sabun atau deterjen rumah tangga biasa harus digunakan terlebih dahulu,
kemudian gunakan disinfektan rumah tangga.
40

Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah

• Kebersihan lingkungan sangat penting.


• Sarung tangan dan pakaian pelindung seperti apron plastik harus
digunakan saat membersihkan atau menangani pakaian atau linen yang
terkontaminasi.
• Cuci tangan setelah melepas sarung tangan.
• Sampah, idealnya harus dipisahkan dari sampah rumah tangga lainnya
• Idealnya, limbah harus dibuang di tempat pembuangan sampah saniter
dan bukan di tempat pembuangan terbuka tanpa pengawasan.
• Hindari kontak dengan barang terkontaminasi. Jangan berbagi sikat
gigi, rokok, peralatan makan-minum, makanan-minuman, pakaian,
handuk dan sprei.
41

Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah

• Obat untuk menghilangkan gejala:


• Paracetamol (acetaminophen) dapat digunakan untuk mengobati
demam atau nyeri.
• Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dapat digunakan sebagai
agen lini kedua untuk nyeri atau demam jika parasetamol tidak
efektif atau tidak tersedia. (tidak boleh digunakan secara rutin).
• Dekongestan hidung seperti pseudoefedrin dapat digunakan untuk
mengurangi hidung tersumbat dan pilek
42

Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah

Ibu menyusui:
• Ibu yang sedang menyusui harus terus menyusui walaupun
mereka dicurigai menderita COVID-19.
• Menyusui memiliki manfaat yang signifikan, termasuk
transmisi antibodi untuk melindungi anak-anak dari infeksi,
termasuk virus pernapasan.
• Ibu harus mengenakan masker medis ketika berada di dekat
bayinya dan membersihkan tangan sebelum dan setelah
kontak dengan bayinya.
43

Manajemen
Dasar-Dasar Perawatan di Rumah

Apabila caregiver jatuh sakit:


• Caregiver harus memiliki kemampuan untuk mengenali gejala COVID-19*
dan segera melapor ke faskes yang bertanggung jawab di wilayahnya untuk
melakukan pemantauan.
• Caregiver dianggap sebagai kontak erat dengan pasien.
• Saat bepergian, kontak simptomatik harus memakai masker. Hindari
transportasi umum. Ambulans atau kendaraan pribadi dapat digunakan.
• Permukaan yang terkontaminasi di rumah harus dibersihkan dengan sabun
/ deterjen dan kemudian didesinfeksi dengan 0,5% larutan pemutih rumah
tangga biasa.

*Seperti demam, batuk tanpa dahak, dan sesak napas.


44
Manajemen (Rangkuman)
Suspek / Probabel

Konfirmasi
Tidak bergejala Sakit Ringan - Sedang Sakit berat
Isolasi Mandiri / RS Darurat Isolasi Mandiri /RS Darurat/RS/RS Isolasi RS/RS rujukan
Rujukan
• Isolasi minimal 10 hari sejak • Isolasi minimal selesai 10 hari
• Isolasi minimal 10 hari sejak muncul gejala sejak muncul gejala
Diagnosis • Ditambah 3 hari bebas deman • Ditambah 3 hari bebas demam
• Tanpa follow-up PCR dan gejala pernafasan dan gejala pernafasan
• Tanpa follow-up PCR • 1 x PCR negatif
Selesai isolasi Selesai isolasi Selesai Isolasi
SEMBUH SEMBUH SEMBUH
MENINGGAL
Catatan: Pasien dapat dipulangkan berdasarkan pertimbangan DPJP karena adanya perbaikan klinis,
comorbid teratasi, dan/atau follow-up PCR menunggu hasil

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
Manajemen
Pasien Rawat Inap:
Terapi Suportif Dini
46
Manajemen Gejala Klinis
Manifestasi Klinis Penjelasan
Pneumonia ringan Pasien Remaja atau Dewasa dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, dyspnea, nafas
cepat) dan tidak ada tanda pneumonia berat.
Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan bernafas + nafas cepat: frek
nafas <2 bulan, ≥60x/mnt; 2-11 bln, ≥50x/mnt, 1-5 thn, ≥40x/mnt dan tidak ada tanda pneumonia
berat

Pneumonia berat / Pasien Remaja atau Dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi saluran nafas,
ditambah satu dari: frekuensi nafas >30x/mnt, distress pernafasan berat, atau saturasi oksigen
ISPA berat (SpO2), <90% pada udara kamar.
Pasien Anak dengan batuk atau kesulitan bernafas, ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
• Sianosis sentral atau SpO2 <90%
• Distress pernafasan berat (mendengkur, tarikan dinding dada yang berarti)
• Tanda pneumonia berat: tdk mampu menyusui atau minum, letargi atau penurunan kesadaran,
atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea: <2 bulan, ≥60x/mnt;
2-11 bln, ≥50x/mnt; 1-5 thn, ≥40x/mnt; >5 thn, ≥30x/mnt
Diagnosis ini berdasarkan klini, pencitraan dada,dapat membantu penegakan diagnosis dan dapat
menyingkirkan komplikasi

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
47

Manajemen
Terapi Suportif Dini
REKOMENDASI: Beri Oksigen

• Oksigen tambahan harus diberikan kepada semua pasien


dengan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) atau ISPA
berat dan gangguan pernapasan, hipoksemia, atau syok.

• Pencegahan Infeksi: Ingat prosedur kewaspadaan kontak


saat menangani perangkat (interface) oksigen yang
terkontaminasi pada pasien yang terkontaminasi dalam
pengawasan atau terkonfirmasi COVID-19.
[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
48

Manajemen
Terapi Suportif Dini
REKOMENDASI: Cairan Intravena

• Infus cairan IV, umumnya diberikan untuk pasien2 yang


disertai adanya tanda-tanda syok.
• Terapi cairan infus pada pasien dengan ISPA berat
(SARI) harus diberikan dengan hati-hati. Resusitasi
cairan agresif dapat memperburuk oksigenasi,
terutama dalam kondisi keterbatasan ventilasi
mekanik.

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
49

Manajemen
Terapi Suportif Dini
REKOMENDASI: Antimikroba Empirik

• Antimikroba empirik harus diberikan dalam


waktu 1 jam setelah dilakukan asesmen untuk
pasien dengan sepsis.

• Terapi empirik harus berdasarkan pengobatan


terhadap inhibitor neuraminidase untuk
mencakup influenza jika diketahui ada sirkulasi
virus lokal atau faktor risiko lain.

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
50

Manajemen
Terapi Suportif Dini
REKOMENDASI: Pemantauan Pasien Secara Ketat

Pantau SEMUA pasien apakah ada pemburukan gejala klinis


• Gejala klinis yang memburuk dapat muncul dalam bentuk
gagal napas progresif, sepsis, perubahan status mental.
• Saat pulang: Pasien dan caregiver harus menerima
informasi yang jelas tentang tanda dan gejala apa saja
yang harus dipantau di rumah, dan kapan harus segera
kembali ke fasilitas kesehatan.
Manajemen
Pasien Rawat Inap:
Gagal Napas Hipoksemik dan ARDS
52

Manajemen
Gejala Klinis
Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
• Perburukan gejala klinis (respirasi).
• Rontgen/CT toraks yang memburuk
dengan temuan radiografi.
• Gangguan oksigenasi yang
memburuk yang tidak disebabkan
gagal jantung atau kelebihan cairan.
• Muncul dalam 1 minggu sejak
mulainya gejala klinis.
53

Manajemen
Gagal Napas Hipoksemik dan ARDS
REKOMENDASI: Kenali Perburukan Gejala Klinis

Langkah pertama: deteksi awal perburukan klinis gagal pernapasan


hipoksemik berat pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
(berkelanjutan) dan yang tidak ada perbaikan dengan terapi oksigen.

• Pasien bisa menunjukkan gejala peningkatan kerja pernapasan (work


of breathing) atau hipoksemia meskipun diberikan terapi oksigen.
54

Manajemen
Gagal Napas Hipoksemik dan ARDS
HATI-HATI: High-Flow Nasal Oxygen dan Non-Invasive Ventilation
• HFNO dan NIV tidak direkomendasikan pada pasien dengan hemodinamik tidak
stabil, hiperkapnia atau pada pasien gagal multi-organ (MOF).
• Penggunaan NIV yang tidak tepat dapat berisiko, diantaranya intubasi jadi
tertunda, volume tidal yang besar, dan kerusakan paru-paru karena tekanan
transpulmonary yang tinggi.
• Jika HFNO atau NIV digunakan, pantau dengan ketat perburukan gejala klinis. Jika
tidak ada perbaikan setelah satu jam, lakukan intubasi.
HFNO atau NIV memberikan risiko penularan yang lebih rendah apabila ditunjang
dengan sistem yang tepat (tekanan negatif, memakai hepafilter).
55

Manajemen
Gagal Napas Hipoksemik dan ARDS
REKOMENDASI: Intubasi Endotrakeal

• Lakukan tindakan kewaspadaan transmisi udara (airborne).


• Intubasi harus dilakukan oleh petugas yang terlatih dan berpengalaman.
• Pra-oksigenasi dengan fraksi oksigeen 100% (FiO2) selama 5 menit, melalui
sungkup muka dengan kantong udara, bag-valve mask, HFNO, atau NIV,
untuk meminimalkan risiko desaturase, kemudian dilanjutkan intubasi.
• Rapid sequence intubation dilakukan jika tidak terlihat tanda-tanda
kesulitan intubasi.
56

Manajemen
Gagal Napas Hipoksemik dan ARDS
REKOMENDASI: Ventilasi Mekanis pada Orang Dewasa
• Disarankan volume tidal yang rendah: (4-8 ml/kg prediksi berat badan, Predicted
Body Weight/PBS); TV awal 6 ml / kg berat badan.
• Tekanan inspirasi yang lebih rendah direkomendasikan:
plateau pressure <30 cm H2O.
• Target pH 7.30-7.45: hiperkapnia diizinkan jika memenuhi tujuan ini.
• Pasien mungkin memerlukan sedasi dalam (deep sedation).
• Ventilasi dengan menelungkupkan pasien (prone position) >12 jam per hari
dianjurkan pada pasien dengan ARDS berat: butuh sumber daya manusia dan
keahlian.
• Jika tidak ada bukti hipoperfusi jaringan, lanjutkan manajemen cairan
konservatif.
57

Manajemen
Gagal Napas Hipoksemik dan ARDS
HATI-HATI: Penggunaan Ventilator
• Pada pasien dengan ARDS sedang atau berat, disarankan PEEP lebih tinggi.
• Intervensi RMs (recruitment maneuvers) yang melibatkan periode episodik dari tekanan jalan
nafas positif tinggi terus menerus [30-40 cm H2O], peningkatan bertahap progresif pada PEEP
dengan tekanan penggerak konstan, atau tekanan penggerak tinggi mungkin juga diperlukan.
Hentikan jika pasien tidak merespons dengan tepat.
• Pada pasien dengan ARDS sedang-berat (PaO2 / FiO2 <150), pemakaian obat pelumpuh otot
dengan infus kontinyu tidak boleh digunakan secara rutin.
• Pertimbangkan untuk merujuk pasien dengan hipoksemia refraktori ke pusat rujukan yang
mampu melakukan ekstrakorporeal (ECLS / ECMO).

JANGAN Melepas Ventilator dari Pasien


Hal ini mengakibatkan hilangnya PEEP dan menyebabkan atelektasis.
Manajemen
Pasien Rawat Inap:
Sepsis dan Syok Septik
59

Manajemen
Gejala Klinis
Dewasa: Disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh respon host
yang tidak teratur terhadap infeksi yang masih dicurigai atau yang sudah terbukti,
dengan disfungsi organ. Tanda-tanda disfungsi organ meliputi: perubahan status
Sepsis mental, sulit atau cepat bernapas, saturasi oksigen rendah, berkurangnya urin, denyut
jantung cepat, denyut nadi dingin, ekstremitas
dingin atau tekanan darah rendah, bercak kulit, atau bukti laboratorium tentang
SIRS: Temperatur, takikardia / koagulopati, trombositopenia, asidosis, laktat tinggi atau hiperbilirubinemia.
bradikardia, takipnea atau ventilasi
mekanis, Anak-anak: Infeksi yang dicurigai atau terbukti dan ≥2 kriteria SIRS (Systemic
jumlah leukosit abnormal Inflammatory Response Syndrome), yang salah satunya adalah suhu abnormal atau
atau bandemia jumlah sel darah putih.

SOFA: Skor penilaian Skor SOFA dapat digunakan untuk menilai disfungsi organ akibat sepsis.
kegagalan organ berurutan / Skor berkisar dari 0 hingga 24. Sepsis didefinisikan oleh peningkatan skor SOFA ≥2
poin. Asumsikan skor baseline adalah nol jika data tidak tersedia. Poin dikaitkan
sequential organ failure berdasarkan 6 sistem organ: pernapasan (hipoksemia didefinisikan oleh PaO2 / FiO2
assessment score rendah), koagulasi (platelet rendah), hati (bilirubin tinggi), kardiovaskular (hipotensi),
sistem saraf pusat (tingkat kesadaran rendah yang didefinisikan oleh Glasgow Coma
Scale), dan ginjal (keluaran urin rendah atau kreatinin tinggi).
60

Manajemen
Gejala Klinis
Dewasa: Hipotensi persisten terlepas dari resusitasi volume, membutuhkan vasopresor untuk
mempertahankan MAP ≥65 mmHg dan level serum laktat >2 mmol / L
Anak-anak: *Hipotensi apapun (SBP <persentil ke-5 atau >2 SD di bawah normal untuk usia) atau
terdapat 2-3 dari di bawah ini: 
• perubahan status mental/kesadaran
• Takikardia atau bradikardia (HR <90 x/mnt atau> 160 x/mnt pada bayi dan HR <70 x/mnt atau >
Syok 150 x/mnt pada anak)
• Refill kapiler yang berkepanjangan (> 2 detik) atau vasodilatasi hangat dengan denyut nadi
Septik terbatas (bounding pulse)
• Takipnea
• Kulit berbintik-bintik atau ruam petekie atau purpura
• Peningkatan laktat
• Oliguria
• Hipertermia atau hipotermia
*Hipotensi sering kali temuan syok septik yang terlambat pada pasien anak.

[Kemenkes. 13 Juli 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi 05]
61

Manajemen
Syok Septik
REKOMENDASI: Kenali Syok Septik di Awal
Langkah pertama: Kenali syok septik pada pasien yang diduga terinfeksi atau terkonfirmasi
DAN hipotensi berkelanjutan yang membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan
perfusi.
Jika pengukuran laktat tidak tersedia, gunakan mean arterial pressure (MAP) dan tanda-
tanda klinis perfusi untuk menentukan syok.
Dalam satu jam pertama, berikan antimikroba, resusitasi cairan, dan inisiasi vasopressor.

Catatan tambahan dari SCCM: Dianjurkan untuk menggunakan parameter dinamis suhu kulit, capillary
refilling time, dan/atau pengukuran laktat terhadap parameter statis untuk menilai respon cairan pada
pasien dengan COVID-19 dan syok.
62

Manajemen
Syok Septik
REKOMENDASI: Resusitasi Cairan Intravena
• Cairan kristaloid isotonik harus digunakan. Kristaloid termasuk salin normal dan laktat
Ringer. Berikan pada orang dewasa setidaknya 30ml / kg dalam 3 jam pertama.
• Bolus tambahan: 250 hingga 1000 ml pada orang dewasa atau 10-20 ml / kg pada anak-anak.
[SCCM : Dianjurkan untuk menggunakan kristaloid untuk resusitasi cairan pada pasien COVID-19 dan syok].

HATI-HATI: Resusitasi Cairan Dapat Menyebabkan Kelebihan Volume


• Resusitasi cairan dapat menyebabkan volume berlebih dan kegagalan pernapasan.
• Tanda-tanda volume berlebih termasuk distensi vena jugularis, ronki pada
pemeriksaan paru, edema paru (pada pencitraan) atau hepatomegali (anak-anak).
63

Manajemen
Syok Septik
TIDAK DIREKOMENDASIKAN: Kristaloid Hipotonik, Gelatin

• Solusi hipotonik kurang efektif daripada solusi isotonik pada


peningkatan volume intravaskular.
• Jika pasien tidak membaik dengan pemuatan cairan dan ada tanda-tanda
volume berlebih, kurangi atau hentikan cairan.
• Langkah ini sangat penting di mana ventilasi mekanis tidak tersedia atau
sumber daya terbatas.
64

Manajemen
Syok Septik
REKOMENDASI: Vasopressor
• Berikan vasopressor saat syok berlangsung selama atau setelah resusitasi cairan.
• Target tekanan darah adalah MAP ≥65 mmHg. Pantau tekanan darah sesering mungkin,
gunakan dosis terendah yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi.
• Norepinefrin adalah lini pertama pada pasien dewasa.
[SCCM: Norepinefrin dianjurkan sebagai agen vasoaktif lini pertama pada pasien dengan COVID-19 dan syok. Untuk orang
dewasa, penggunaan dopamine tidak dianjurkan jika norepinefrin tersedia].

HATI-HATI: Kateter Vena Sentral dan Arteri


• Vasopresor paling aman jika diberikan melalui jalur sentral.
Manajemen
Pasien Rawat Inap:
Mencegah Potensi Komplikasi
66

Manajemen
Langkah-Langkah untuk Mengurangi Potensi Komplikasi

Mengurangi lama • Terapkan protokol penyapihan (kesiapan untuk nafas spontan)


penggunaan • Lakukan sedasi berkala, kontinyu minimal, titrasi dengan target khusu (sedasi ringan
ventilasi mekanik invasif merupakan kontraindikasi)

Mengurangi • Sebaiknya terapkan intubasi oral daripada intubasi hidung pada remaja & dewasa
pneumonia • Pertahankan ketinggian kepala tempat tidur 30-45°
terkait ventilator (Ventilator • Gunakan sistem penghisapan tertutup, lakukan perawatan sesuai kebutuhan
associated pneumonia = • Gunakan sirkuit ventilator baru untuk setiap pt, buang sirkuit yang kotor/rusak
VAP) • Ganti penukar kelembaban panas saat tidak berfungsi, saat kotor, atau setiap 5-7 hari

• Gunakan profilaksis farmakologis (heparin dengan berat molekul rendah [lebih disarankan
Mengurangi timbulnya jika tersedia] atau heparin 5000 unit secara subkutan dua kali sehari) pada remaja dan
tromboemboli vena dewasa tanpa kontraindikasi atau menggunakan profilaksis mekanis (perangkat kompresi
pneumatik intermiten)
67

Manajemen
Langkah-Langkah untuk Mengurangi Potensi Komplikasi
Mengurangi
infeksi • Daftar periksa dapat membantu meningkatkan sterilitas penyisipan
aliran darah akibat • Lepaskan kateter bila tidak lagi diperlukan
kateter
Mengurangi timbulnya • Posisi pasien miring ke kiri-kanan bergantian setiap dua jam
ulkus dekubitus

Mengurangi terjadinya • Inisasi nutrisi enteral dini (dalam 24-48 jam sejak masuk)
stress ulcer dan • Berikan H2 blocker receptor atau PPI pada pasien dengan faktor risiko perdarahan GI.
Faktor risiko untuk perdarahan pada saluran cerna termasuk ventilasi mekanik selama
perdarahan >48 jam, koagulopati, terapi penggantian ginjal, penyakit hati, komorbiditas multipel,
gastrointestinal dan skor kegagalan organ yang lebih tinggi

Mengurangi timbulnya
kelemahan akibat • Mobilisasi dini apabila aman untuk dilakukan
perawatan di ICU
Manajemen
Pasien Rawat Inap:
Pertimbangan Khusus
69

Manajemen
Ibu Hamil
REKOMENDASI: Terapi Suportif
Wanita hamil yang terduga atau terkonfirmasi terkena COVID-19 harus
diobati dengan terapi suportif seperti dijelaskan sebelumnya, dengan
mempertimbangkan adaptasi fisiologis kehamilan.

HATI-HATI: Perawatan Sehari-hari Ibu-Bayi


Pertimbangkan untuk memisahkan ibu dari bayinya sementara waktu sampai ibunya
pulih (jika ibu jatuh sakit sehingga harus dirawat di rumah sakit).
• Jika ibu dan bayi dipisahkan dan ibu ingin memberikan ASI, pompa ASI khusus harus disediakan
dan ibu harus menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah mengeluarkan ASI.
• Jika bayi dan ibu akan tetap bersama, ibu harus mengenakan masker dan mencuci tangan.
70

Manajemen
Penanganan COVID-19

HATI-HATI: Belum Ada Obat Definitif COVID-19 yang Tersedia


 Antiviral
• Remdesivir – Menunjukkan aktivitas in vitro terhadap SARS-CoV-2 dan telah
digunakan untuk mengobati pasien di China dan AS.
• Uji klinis menggunakan Remdesivir telah dimulai di kedua negara ini.
• Antivirus lain belum menunjukkan manfaat yang signifikan dalam uji coba.
Chloroquine dan Hydroxychloroquine
• Keduanya sedang diujicobakan pada beberapa pasien dengan COVID-19.
• Chloroquine menunjukkan aktivitas in-vitro terhadap SARS-CoV-2.
• Chloroquine direkomendasikan oleh beberapa ahli untuk kasus COVID-19
ringan hingga berat.
71

Manajemen
Penanganan COVID-19

HATI-HATI: Belum Ada Obat Definitif COVID-19 yang Tersedia


Angiotensin-II Receptor Agonists
• Diperkirakan bahwa reseptor Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2) adalah situs
pengikatan utama untuk virus. Tidak ada bukti saat ini untuk mendukung perubahan
obat BP kronis.
Plasma Konvalesen
• Plasma konvalesen dari pasien yang telah pulih telah digunakan sebagai pengobatan
dalam wabah virus sebelumnya, termasuk Ebola, SARS, dan flu burung.
• Uji klinis menggunakan plasma konvalesen untuk pengobatan COVID-19 sedang
berlangsung.
* Perawatan lain yang sedang diuji coba termasuk imunoglobulin intravena, terapi sel induk.
Referensi

• Kementrian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID 19). Juli 2020.
https://covid19.go.id/p/protokol/pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-coronavirus-disease-covid-19-revisi-ke-5
• Kementrian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit - Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID 19). Maret 2020.
https://covid19.kemkes.go.id/download/REV-04_Pedoman_P2_COVID-19__27_Maret2020_TTD1.pdf
• Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Rev. 05 – 13 July 2020.
• World Health Organization. (2020). Laboratory testing for 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) in suspected human cases: interim guidance, 2 March 2020. World Health
Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/331329. Diakses pada 9 Maret 2020.
• World Health Organization. (2020). Clinical management of severe acute respiratory infection when novel coronavirus (2019-nCoV) infection is suspected: interim guidance, 28
January 2020. World Health Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/330893. Diakses pada 6 Maret 2020.
• World Health Organization. (2020). Home care for patients with suspected novel coronavirus (COVID-19) infection presenting with mild symptoms, and management of their
contacts: interim guidance, 04 February 2020. World Health Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/331133.. Diakses pada 6 Maret 2020
• CDC. Interim Guidelines for Collecting, Handling, and Testing Clinical Specimens from Persons Under Investigation (PUIs) for Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/lab/guidelines-clinical-specimens.html. Diakses pada 9 Maret 2020.
• CDC. Interim Clinical Guidance for Manajemen of Patients with Confirmed Coronavirus Disease (COVID-19).
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/clinical-guidance-management-patients.html. Diakses pada 9 Maret 2020.
• CDC. Interim Considerations for Infection Prevention and Control of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in Inpatient Obstetric Healthcare Settings.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/inpatient-obstetric-healthcare-guidance.html. Diakses pada 9 Maret 2020.
• CDC. Interim Guidance for Discontinuation of Transmission-Based Precautions and Disposition of Hospitalized Patients with COVID-19.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/disposition-hospitalized-patients.html. Diakses pada 10 Maret 2020.
• COVID-19 Emerging Treatments. https://bestpractice.bmj.com/topics/en-gb/3000168/emergingtxs. Diakses pada 15 Maret 2020.
• Society of Critical Care Medicine. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock: 2020.
https://www.sccm.org/SurvivingSepsisCampaign/Guidelines/COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai