Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja merupakan salah satu
permasalahan yang sering terjadi pada pekerja di perusahaan. Kecelakaan
kerja ini biasanya terjadi karena faktor dari pekerja itu sendiri dan lingkungan
kerja yang dalam hal ini adalah dari pihak pengusaha. Keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang
diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003. Dengan
menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja,
diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan
tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja
dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan
kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan
kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan
psikologi. Hadiguna (2009) dalam Saragih (2014)
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia, karena
bekerja dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik
didarat, laut, udara, bekerja disektor jasa, industri, rumah sakit, pertanian,
kehutanan, kesehatan, transportasi maupun laboratorium. Estimasi global
yang dilaporkan ILO (International Labour Organisation) tahun 2002
menyebutkan bahwa isu utama bidang keselamatan dan kesehatan kerja
adalah setiap tahunnya terjadi 2,2 juta kematian yang terkait dengan
pekerjaan dari 2,8 miliar tenaga kerja didunia, dengan rincian 270 juta
kecelakaan kerja dan 335.000 diantaranya meninggal dunia, 160 juta penyakit
terkait kerja yang menyebabkan kerugian 4% dari GDP global, tercatat GDP
global sebesar 30 triliun US Dolar. Pada tahun 2003 ILO mencatat bahwa
PAK (Penyakit Akibat Kerja) yang paling banyak terjadi didunia telah
bergeser, dari penyakit paru akibat kerja dan Noise Induced Hearing Loss
(NIHL), menjadi muskuloskeletal akibat sikap kerja yang tidak ergonomis,
gangguan psikologis dan kanker. (Esa Unggul, 2010)
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian penting dari
kesehatan masyarakat Indonesia. Data dari PT. Jamsostek tahun 2009
menunjukkan bahwa telah terjadi 3.015 kasus fatal dari sekitar 8,44 juta jiwa
yang aktif tercatat sebagai peserta jamsostek, dimana ada 35 orang per
100.000 peserta meninggal karena kecelakaan atau penyakit akibat kerja, 145
orang per 100.000 pekerja mengalami cacat menetap, dan 1.145 orang per
100.000 pekerja mengalami kecelakaan.
Hasil studi Departemen Kesehatan RI pada tahun 2005 didapatkan
bahwa 40,5% pekerja mempunyai keluhan gangguan kesehatan yang diduga
terkait dengan pekerjaan, yaitu penyakit otot rangka (sakit pinggang, sakit
leher) (16%), kardiovaskular (8%), gangguan saraf (6%), penyakit respirasi
(3%), gangguan THT (1,5%), gangguan kulit (1,3%). Pada tahun 2006, hasil
kajian oleh Direktorat Bina kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI
tentang Pembiayaan Jaminan Kesehatan bagi Pekerja Sektor Informal yang
terorganisir, didapatkanbahwa keluhan terbanyak dalam satu bulan terakhir
yaitu pegal-pegal dan nyeri (67%), pilek (45%) dan batuk (42%).
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Yogyakarta, merupakan suatu
instansi yang bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap
Bandar Udara (Bandara) Adi Sutjipto yang merupakan Bandara Internasional.
Selain itu KKP juga mempunyai tugas dalam pelayanan vaksinasi
internasional. Perkembangan teknologi alat angkut yang semakin cepat
membuat jarak antar negara seolah semakin dekat karena waktu tempuh yang
semakin singkat, sehingga mobilitas orang dan barang semakin cepat melebihi
masa inkubasi penyakit menular. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap risiko
penularan penyakit secara global. Ancaman global yang kita hadapi yaitu New
Emerging Infectious Diseases dari Negara lain dan berpotensi masuk ke
Indonesia antara lain Hanta Fever, Ebola, HFMD, Legionnaires Disease,
SARS, Avian Influenza, Nipah Virus, Swine Influenza.
Dengan kondisi yang seperti itu, maka para pekerja di Kantor
Kesehatan Pelabuhan sangat beresiko terkena penularan penyakit akibat
pekerjaan yang mereka emban. Oleh sebab itu perlu dianalisa secara khusus
keluhan yang mereka alami terkait penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.
B. Tujuan
1. Mengetahui Penyakit Akibat Kerja yang mungkin terjadi pada pekerja di
KKP Kelas IV Yogyakarta.
2. Mengetahui faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja di KKP Yogyakarta.
3. Mengetahui kecelakaan kerja yang terjadi selama lima tahun terakhir di
KKP Yogyakarta
4. Mengetahui bagian yang sering mengalami kecelakaan kerja dan jenis
kecelakaan di KKP Yogyakarta
C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
diperkuliahan ke dunia kerja yang sesungguhnya.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan bagi mahasiswa secara
langsung di dunia kerja khususnya tentang Penyakit Akibat Kerja dan
Kecelakaan Kerja.
3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang mengelola Kesehatan Kerja
pekerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Potensi Bahaya
Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan
kerugian kepada :
1. Manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap
pekerjaan.
2. Properti termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin.
3. Lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan.
4. Kualitas produk barang dan jasa.
5. Nama baik perusahaan.
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk
mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit
akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan
kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :
1. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
2. Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di
dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk
bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir.
3. Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama
apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam
kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas &
dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
2. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation
(melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan),
skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap
tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau
kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan
(toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.
3. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang
berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-
penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang
berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
4. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai
dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan
serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
5. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang
kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan
tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga
kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak
serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan
terjadinya stress akibat kerja.
6. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai,
kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.
B. Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Penyakit akibat kerja (occupational disease) adalah penyakit yang
mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang
pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui (simposium
ILO, Austria). Sedangkan menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993,
penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau
lingkungan kerja, penyakit akibat kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik,
kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja.
World Health Organization (WHO) membedakan empat kategori Penyakit
Akibat Kerja :
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.
C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Akibat Kerja (PAK)
1. Golongan Fisik
a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai
dengan Non-induced hearing loss.
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan
kulit.
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps,
atau hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat
mengakibatkan frostbite, trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease.
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata.
Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
2. Golongan Kimia
a. Debu dapat mengakibatkan pneumoconiosis.
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan.
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S.
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis.
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan.
3. Golongan Infeksi
a. Anthrax.
b. Brucell.
c. HIV/AIDS.
4. Golongan Fisiologis
Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan yang
kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat
mengakibatkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menyebabkan
perubahan fisik pada tubuh pekerja.
5. Golongan Mental / Psikologis
Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan
pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.
D. Jenis Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Menurut Keputusan Presiden RI No. 22/1993 terdapat 31 jenis penyakit akibat
kerja yaitu sebagai berikut :
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan
jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan
silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab
cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang
beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang
beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang
beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang
beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida
atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,
urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
atau kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
E. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini:
1. Tentukan diagnosis klinis dengan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik
diagnostik dan pemeriksaan penunjang.
2. Tentukan pajanan terhadap faktor risiko dengan melakukan anamnesis
mengenai riwayat pekerjaan secara cermat dan teliti yang mencakup :
Kapan pertama kali bekerja, sudah berapa lama bekerja, apa yang
dikerjakan, bahan yang digunakan, informasi bahan yang digunakan
(Material Safety Data Sheet/MSDS), bahan yang diproduksi, jenis bahaya
yang ada, jumlah pajanan, kapan mulai timbul gejala, kejadian sama pada
pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri, cara melakukan pekerjan,
pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobi) dan kebiasaan lain
(merokok, alkohol).
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja.
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi
pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau
hilang.
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
c. Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data
penyakit di perusahaan.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan :
a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinis/
c. Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis.
5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru (pneumokoniosis-
pembacaan standar ILO).
b. Pemeriksaan audiometric.
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah atau urin.
6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene
perusahaan yang memerlukan :
a. Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan.
b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data
yang ada.
c. Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama
pemajanan.
7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis
klinis, kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja atau
melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama.
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasihat (kaitan
dengan kompensasi).
F. Cara Pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level of
prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni :
1. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan,
meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan
yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai,
penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang
keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan
kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti
helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug)
baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik
lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:
memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati
tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan
mempekerjakan kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat
mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat di
jabatan yang sesuai.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah
sebagai berikut :
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak
berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih
lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD.
G. Pelaporan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Menurut Kepmenaker Nomor 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis dan
Pelaporan Penyakit Akibat Kerja (PAK), PAK harus dilaporkan dalam 2 x 24
jam, yang dirinci sebagai berikut :
1. Identitas : nama. NIP, umur, jenis kelamin, jabatan, unit kerja, lama kerja,
nama perusahaan, jenis perusahaan, alamat perusahaan.
2. Anamnesis : riwayat pekerjaan, keluhan, riwayat penyakit.
3. Hasil pemeriksaan mental dan fisik termasuk hasil pemeriksaan tambahan
lab. Ro, EKG, dll.
4. Hasil pemeriksaan lingkungan kerja, cara kerja, lama waktu paparan,
APD.
5. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, sebelum penempatan, berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
6. Resume. Faktor-faktor pendukung diagnosis dari anamnesis – pemeriksaan
lingkungan kerja, cara kerja dan waktu paparan nyata.
7. Kesimpulan : Penderita menderita / tidak menderita Penyakit Akibat Kerja
(PAK), serta diagnosis.
H. Pengertian Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998
tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang
dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Suma‟mur, 2009 dalam
Juliatin Dewi, 2013).
Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan kerja
sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan
sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil.
I. Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Ramli (2010) dalam Juliatin Dewi (2013) kecelakaan kerja
merupakan salah satu masalah yang besar di perusahaan dan banyak
menimbulkan kerugian. Menurut statistik 85% penyebab kecelakaan adalah
tindakan yang berbahaya (unsafe act) dan 15% disebabkan oleh kondisi yang
berbahaya (unsafe condition). Secara garis besar sebab-sebab kecelakaan
adalah :
1. Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor lingkungan
fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa pengaman,
penerangan yang tidak sesuai, Alat Pelindung Diri (APD) tidak efektif,
lantai yang berminyak, dan lain-lain.
2. Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau kesalahan-
kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti cerobah, tidak
memakai alat pelindung diri, dan lain-lain, hal ini disebabkan oleh
gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, penyakit, cemas serta
kurangnya pengetahuan dalam proses kerja, cara kerja, dan lain-lain.
Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Ada faktor
yang merupakan unsur tersendiri dan beberapa diantaranya adalah faktor yang
menjadi unsur penyebab bersama-sama.
J. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia
kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan
pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja,
yaitu:
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian
kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut
yaitu lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak
aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 2004).
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari
satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan,
kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan
penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.
3. Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi
antara korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan
yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan
mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu,
untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya
kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara
terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat
diketahui secara detail.
4. Teori Domino terbaru
Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori Domino Heinrich untuk
memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan terjadinya
kecelakaan.
5. Teori Reason
Reason (1995-1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat
terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat
berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan
kerja.
6. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori
manajemen, yang intinya sebagai berikut :
a. Manajemen kurang control
b. Sumber penyebab utama
c. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
d. Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)
e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)
K. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja
ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
a. Terjatuh.
b. Tertimpa benda.
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda.
d. Terjepit oleh benda.
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.
f. Pengaruh suhu tinggi.
g. Terkena arus listrik.
h. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
2. Klasifikasi menurut penyebab :
a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik.
b. Alat angkut: alat angkut darat, udara, dan air.
c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya.
d. Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas, zat-zat
kimia, dan sebagainya.
e. Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah
tanah).
f. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
a. Patah tulang
b. Dislokasi ( keseleo )
c. Regang otot (urat)
d. Memar dan luka dalam yang lain
e. Amputasi
f. Luka di permukaan
g. Gegar dan remuk
h. Luka bakar
i. Keracunan-keracunan mendadak
j. Pengaruh radiasi
k. Lain-lain
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klsifikasi tersebut.
L. Dampak Kecelakaan Kerja
Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja :
1. Meninggal dunia
Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan
penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan
perawatan sebelumnya.
2. Cacat permanen total
Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak
mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan
atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu
mata adan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh
yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.
3. Cacat permanen sebagian
Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa
dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.
4. Tidak mampu bekerja sementara
Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan
maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada
hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja
produktif.
M. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :
1. Perundang-undangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja
peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi
medis dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau
tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat
keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek
keselamatan dan higiene umum atau alat-alat perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri, bahan-bahan
yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu
atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk
tambang-tambang pengangkatan dan peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis
dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-
keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa
sebab-sebabnya.
8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga
kerja yang baru dalam keselamatan kerja.
10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh
perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran
utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah
kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu
perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselatan
kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Metode Pelaksanaan
1. Jenis kegiatan : Menganalisa penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja yang kemungkinan terjadi di Bandara Adisutjipto Yogyakarta dan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Yogyakarta
2. Lokasi : Bandara Adisutjipto Yogyakarta dan Kantor Kesehatan
Pelabuhan Yogyakarta
3. Tanggal : 3 Oktober 2016 – 28 Oktober 2016
4. Waktu : 08.00 – selesai
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam analisa penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja di Kantor Kesehatan Pelabuhan Yogyakarta dilakukan dengan dua cara,
yaitu :
1. Observasi, dengan datang dan melihat kondisi / keadaan tempat kerja di
Bandara Adisutjipto Yogyakarta dan Kantor Kesehatan Pelabuhan
Yogyakarta secara langsung.
2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab kepada 20 pegawai tentang
ada / tidaknya kerjadian kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaannya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
3. Kuesioner, dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada 20 pegawai yang bekerja di Bandara Adisutjipto
Yogyakarta dan Kantor Kesehatan Pelabuhan Yogyakarta.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi dengan melakukan pengamatan secara langsung kondisi /
keadaan tempat kerja di Bandara Adisutjipto Yogyakarta dan Kantor
Kesehatan Pelabuhan Yogyakarta. .
2. Wawancara dengan melakukan tanya jawab kepada 20 pegawai tentang
ada / tidaknya kejadian kecelakaan atau penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaannya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
3. Kuesioner dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada 20 pegawai yang bekerja di Bandara Adisutjipto
Yogyakarta dan Kantor Kesehatan Pelabuhan Yogyakarta.
D. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Kuesioner
E. Tahap Pelaksanaan
1. Tahap persiapan
Penyusunan kuesioner tentang penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
yang kemungkinan terjadi di Bandara Adisutjipto Yogyakarta dan Kantor
Kesehatan Pelabuhan Yogyakarta
2. Pelaksanaan
a. Melakukan pengamatan secara langsung kondisi / keadaan tempat
kerja apakah dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau dapat
menimbulkan penyakit akibat pekerjaan di Bandara Adisutjipto
Yogyakarta dan Kantor Kesehatan Pelabuhan Yogyakarta.
b. Melakukan wawancara kepada 20 pegawai tentang ada / tidaknya
kejadian kecelakaan atau penyakit yang disebabkan oleh pekerjaannya
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
c. Pengisian kuesioner oleh 20 pegawai tentang ada / tidaknya kejadian
kecelakaan atau penyakit yang disebabkan oleh pekerjaannya dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir.
3. Pengolahan Data
a. Editing yaitu mengoreksi data yang telah diperoleh dari hasil
pemantauan lingkungan kerja dan hasil pengisian kuesioner oleh 20
pegawai.
b. Tabulating yaitu menyusun data hasil pemantauan lingkungan kerja
dan hasil pengisian kuesioner yang sudah dilakukan editing kedalam
bentuk tabel.
4. Analisis Data
Data hasil pemantauan lingkungan kerja dan hasil pengisian kuesioner
akan dianalisis secara diskriptif.
5. Pembuatan Laporan
Setelah data dikumpulkan, diolah dan dianalisis selanjutnya akan dibuat
laporan dibahas, disimpulkan secara umum dan pemberian saran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengukuran
1. Aktivitas Kerja

Identitas Responden Aktivitas Kerja


Jarak
Lb Rumah
No Umr Pkj Kegiatan Saat Bekerja
(thn) dgn TK
(km)
Mengarsipkan surat, Membuat laporan,
1 53 C 34 70
Mengatur keluar masuknya surat dll.
TPM, pemeriksaan sampel air, trapping
2 30 G 3 4
dll.
Pemeriksaan obat masuk, pemeriksaan
kelengkapan surat untuk pengiriman
3 25 A 1,8 20
jenazah, pemeriksaan suhu tubuh
penumpang internasional dll.
Menulis catatan medis,
4 36 B 10 12 menginformasikan, membuat laporan
bulanan dll.
Melakukan pemeriksaan obat masuk,
5 26 A 3,9 70
vaksinasi, pemanggilan pasien.
Melakukan fooging, legalisasi ICV,
pemeriksaan TTU, inspeksi sanitasi
6 41 C 8,10 20 TRM,pengambilan sempel air, menjaga
posko kesehatan, mengatur keluar
masuk barang digudang.
Masuk absensi, mengontrol semua
kulkas yang berisi vaksin, membantu
7 52 D 3,9 15
pelayangan, menjaga keamanan
lingkunan.
Mengendalikan mobil ambulace,
8 23 F 1,10 5 menginput data pasien vaksinasi,
mengantar ibu kepala ketujuannya.
Bersih – bersih, membantu bagian
9 41 E 3 5 pelayanan, mengirim surat, memasak
nasi.
Mengerjakan laporan bulanan,
10 29 C 4 29
memantau bagian pelayanan.
Membuat laporan, menginput data.
11 34 C 2,7 37
12 25 B 7 15 Menulis catatan medis,
menginformasikan, membuat laporan
bulanan dll.
Melakukan pemeriksaan, menyiapkan
13 26 A 3 7
vaksin, melakukan pemanggilan pasien.
Menulis catatan medis, pemeriksaan
14 40 B 7 10
penumpang, vaksinasi dll
Melakukan pemeriksaan, menyiapkan
15 26 A 4 7
vaksin, Vaksinasi.
Melakukan fooging, legalisasi ICV,
pemeriksaan TTU, inspeksi sanitasi
16 42 C 6 8 TRM,pengambilan sempel air, menjaga
posko kesehatan, mengatur keluar
masuk barang digudang.
Melakukan pemeriksaan, menyiapkan
17 27 A 3 5
vaksin, melakukan pemanggilan pasien.
Melakukan fooging, legalisasi ICV,
pemeriksaan TTU, inspeksi sanitasi
18 40 C 6 9 TRM,pengambilan sempel air, menjaga
posko kesehatan, mengatur keluar
masuk barang digudang.
Melakukan pemeriksaan, menyiapkan
19 26 A 5 10
vaksin, melakukan pemanggilan pasien.
Melakukan pemeriksaan, menyiapkan
20 28 A 4 4
vaksin, melakukan pemanggilan pasien.
Keterangan : UMR = Umur
LB = Lama Bekerja
TK = Tempat Kerja
PKJ = Pekerjaan
A = Perawat
B = Dokter
C = PNS
D = Security
E = Office Boy
F = Honorer
G = Sanitarian
R1-R20 = Responden 1 – Responden 20
2. Jenis Penyakit Akibat Kerja

No Pertanyaan Jawaban (orang)


1 Apakah selama anda bekerja pernah Pernah (3) Tidak pernah (17)
mengalami cidera otot ?
Sudah berapa lama anda mengalami
2 < 9 bulan (2) >9 bulan (1)
rasa nyeri pada otot anda?
Apakah anda memeriksakan
3 Ya (3) Tidak (0)
kedokter ?
Apakah anda pernah mengalami
4 Ya (10) Tidak (10)
kelelahan saat bekerja ?
5 Berapa lamakah jam kerja anda ? 8 jam (18) >8 jam (2)
Pada saat anda bertugas di
6 lapangan, apakah anda pernah Pernah (0) Tidak (20)
mengalami sakit pada telinga ?
Pada saat anda bertugas dilapangan,
7 apakah anda pernah mengalami Pernah (7) Tidak (13)
cepat lelah ?
Selama anda bertugas, apakah ada
8 Ada (0) Tidak (20)
yang membuat anda tertekan ?
1. Sakit kepala, Sakit tengkuk,
mengantuk, nyeri dada, kaki
bengkak ( R4)
2. Kadang kurang konsentrasi (R6)
Keluhan apa saja yang anda rasakan 3. Kaku Leher (R10)
9
selama bekerja ? 4. Jenuh (R7, R9)
5. Tidak ada keluhan (R1, R2, R3,
R5, R8, R10, R11, R12, R13,
R14, R15, R16, R17, R18,
R19,R20)
1. 1 bulan (R7)
Sejak kapan anda merasakan 2. 3 bulan (R9)
10
keluhan tersebut ? 3. 2 tahun ( R4, R10)
4. 4 tahun ( R6)
Apakah keluhan tersebut anda
11 dapatkan setelah bekerja ditempat Ya (3) Tidak (2)
kerja ini ?
Jika iya, apa yang anda lakukan 1. Istrahat (2)
12
untuk mengatasi keluhan tersebut ? 2. Minum suplement /obat (1)
Apakah keluhan tersebut sering
13 Ya (0) Tidak (3)
muncul pada saat bekerja
Jika iya, sesering apa keluhan
14 Tidak ada
tersebut muncul ?

3. Risiko kecelakaan ditempat kerja


No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda pernah tertusuk, Ya (5) Tidak (15)
tergores, oleh benda tajam saat
bekerja ?
Apakah anda pernah terkena Ya (0) Tidak (20)
2 percikan api pada saat
pembakaran alat ?
Apakah anda pernah terpeleset Ya (8) Tidak (12)
3
atau jatuh pada saat bekerja ?
Apakah anda pernah mengalami Ya (0) Tidak (20)
kecelakaan kerja seperti terkena
4 benturan pada anggota tubuh
oleh benda keras yang
mengakibatkan cedera ?
Apakah anda pernah mengalami Ya (0) Tidak (20)
cedera karena penggunaan APD
5 yang kurang lengkap, rusak, atau
tidak memenuhi syarat untuk
pemakaian ?
Apakah anda pernah mengalami Ya (0) Tidak (20)
kecelakaan kerja di tempat kerja
6 yang mengakibatkan anda cidera
akibat terganggunya konsentrasi
dari suara bising/getaran ?
Bagian pekerjaan apa biasanya 1. Boarding kapal
anda mengalami kecelakaan 2. Pemasangan umpan perangkap
kerja? tikus
7
3. Pelayanan vaksinasi
4. Tugas lapangan
5. Tidak ada
Dibagian pekerjaan apa biasanya 1. Vaksinasi
anda melihat kejadian 2. Pemasangan umpan perangkap
8 kecelakaan kerja ? tikus
3. Pelayanan publik
4. Lalu lintas
Bagaimana anda atau tempat 1. Berhati-hati
kerja anda megatasi kejadian 2. Mengenakan APD
9
kecelakaan kerja ? 3. Ditangani oleh tim dokter,
perawat dan paramedis

B. Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil pengukuran aktivitas kerja diatas, dapat dilihat
bahwa dari beberapa responden memiliki umur yang beragam, pekerjaan dan
jarak rumah dengan tempat kerja yang harus ditempuh setiap harinya berbeda-
beda serta aktivitas kerja setiap harinya bermacam-macam. Tentu dengan
banyaknya jenis pekerjaan maka banyak pula aktivitas kerja para responden.
Contohnya responden dengan inisial jenis pekerjaan A yaitu perawat dengan
aktvitas kerja seperti pemeriksaan obat masuk, pemeriksaan kelengkapan surat
untuk pengiriman jenazah, pemeriksaan suhu tubuh penumpang internasional,
vaksinasi, pemanggilan pasien, melakukan pemeriksaan dan menyiapkan
vaksin. Responden dengan inisaial jenis pekerjaan B adalah Dokter yaitu
dengan aktivitas kerja seperti menulis catatan medis, menginformasikan,
membuat laporan bulanan, pemeriksaan penumpang dan pelayanan vaksinasi.
Responden dengan inisial jenis pekerjaan C adalah PNS yaitu dengan aktivitas
kerja seperti mengarsipkan surat, membuat laporan, mengatur keluar
masuknya surat, melakukan fooging, legalisasi ICV, pemeriksaan TTU,
inspeksi sanitasi TPM, pengambilan sempel air, menjaga posko kesehatan,
mengatur keluar masuk barang digudang, mengerjakan laporan bulanan,
memantau bagian pelayanan, membuat laporan dan menginput data.
Responden dengan inisial jenis pekerjaan D adalah Security yaitu dengan
aktivitas kerja seperti masuk absensi, mengontrol semua kulkas yang berisi
vaksin, membantu pelayanan dan menjaga keamanan lingkungan. Responden
dengan inisial jenis pekerjaan E adalah Office Boy yaitu dengan aktivitas kerja
seperti bersih-bersih, membantu bagian pelayanan, mengirim surat serta
memasak nasi. Responden dengan inisial jenis pekerjaan F adalah Honorer
yaitu dengan aktivitas kerja seperti mengendalikan mobil ambulace,
menginput data pasien vaksinasi serta mengantar ibu kepala ketujuannya.
Responden dengan inisial jenis pekerjaan G adalah Sanitarian yaitu dengan
aktivitas kerja seperti TPM, pemeriksaan sampel air dan trapping.
Dari berbagai jenis pekerjaan diatas maka kemungkinan terjadinya suatu
kecelakaan yang dapat menimbulkan cidera ringan maupun parah atau bahkan
hanya mengalami gangguan kesehatan bisa saja terjadi pada para pekerja.
Contohnya untuk cidera ringan pada pekerjaan perawat, pada saat melakukan
kegiatan vaksinasi bisa saja tergores oleh botol vaksinasi yang telah dibuka.
Sedangkan contoh untuk cidera berat adalah pada pekerjaan honorer, ketika
mengemudikan Ambulance bisa saja terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan.
Berdasarkan tabel jenis penyakit akibat kerja bisa dilihat bahwa para
pekerja memiliki keluhan yang sama misalnya pekerja pernah mengalami
cidera otot dengan jumlah 3 orang dari 20 orang, pekerja dengan jenis
pekerjaan yang berbeda seperti mengalami rasa nyeri pada otot dengan jangka
waktu < 9 bulan ada 2 orang pekerja sedangkan > 9 bulan terdapat 1 orang
pekerja dengan melakukan pemeriksaan ke dokter. Sedangkan untuk para
pekerja yang mengalami kelelahan saat bekerja terdapat 10 orang dari 20
orang pekerja dengan lama waktu bekerja 8 jam/hari terdapat 18 orang,
sedangkan 2 orang bekerja melebihi 8 jam/hari yaitu selama 12 jam.
Pada saat melakukan kegiatan dilapangan tidak terdapat keluhan tentang
nyeri pada telinga tidak terdapat tekanan, akan tetapi sebagian pekerja hanya
mengeluhkan tentang cepat lelah akibat pekerjaan. Beberapa pekerja memiliki
keluhan selama bekerja dimana diantaranya yaitu sakit kepala, sakit tengkuk,
mengantuk, nyeri dada dan kaki bengkak sebanyak 1 responden yang
dirasakan pada 2 tahun yang lalu. Untuk keluhan kurang konsentrasi terdapat
1 responden yang dirasakan mulai dari 4 tahun yang lalu. Selanjutnya untuk
keluhan kaku pada leher terdapat 1 orang yang dirasakan pada 2 tahun yang
lalu sampai saat ini dan yang mengalami rasa jenuh terdapat 2 responden
yang dialami dengan masing-masing 1 bulan dan 3 bulan yang lalu hingga saat
ini. Keluhan yang dialami oleh para responden didapatkan setelah mereka
bekerja di tempat ini sebanyak 3 orang, sedangkan 2 orang tidak mengalami
keluhan dari tempat kerja ini. Untuk mengatasi hal tersebut para responden
mempunyai cara seperti beristrahat dan mengonsumsi suplement/obat. Akan
tetapi keluhan-keluhan tersebut tidak muncul padasaat melakukan pekerjaan.
Berdasarkan tabel risiko kecelakaan ditempat kerja dapat diketahui bahwa
benda tajam bisa menyebabkan tergores bahkan tertusuk pada saat bekerja dan
hal tersebut pernah dialami oleh 5 respoden dari 20 responden. Selain benda
tajam terdapat risiko kecelakaan seperti percikan api pada saat pembakaran
alat, benturan pada anggota tubuh oleh benda keras yang mengakibatkan
cidera, penggunaan APD yang kurang lengkap, rusak atau tidak memenuhi
syarat untuk pemakaian dan kecelakaan kerja ditempat kerja yang
mengakibatkan cidera akibat terganggunya konsentrasi dari suara bising atau
getaran. Akan tetapi, risiko tersebut tidak pernah dialami oleh para responden.
Resiko kecelakaan lainnya seperti terpeleset dan terjatuh pada saat bekerja
pernah dialami oleh 8 responden dari 20 responden.
Berdasarkan hasil survei bagian pekerjaan yang biasanya mengalami
kecelakaan kerja adalah boarding kapal, pemasangan umpan perangkap tikus,
pelayanan vaksinasi, dan tugas lapangan. Selanjutnya kecelakaan kerja yang
sering terlihat terjadi pada kegiatan vaksinasi, pemasangan umpan perangkap
tikus, pelayanan publik dan lalu lintas. Akibat dari adanya kecelakaan kerja
tersebut adapun cara-cara untuk mengatasi kejadian kecelakaan kerja seperti
berhati-hati pada saat melakukan pekerjaan, menggunakan APD yang baik dan
benar serta dapat ditangani oleh tim dokter dan perawat medis.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tabel jenis penyakit akibat kerja, pekerja pernah mengalami
cidera otot dengan jumlah 3 orang dari 20 orang. Dari 3 orang tersebut, 2
orang sudah mengalami rasa nyeri pada otot < 9 bulan dan 1 orang sudah
mengalami rasa nyeri pada otot > 9 bulan. Sedangkan untuk para pekerja yang
mengalami kelelahan saat bekerja terdapat 10 orang dari 20 orang pekerja
dengan lama waktu bekerja 8 jam/hari terdapat 18 orang, sedangkan 2 orang
bekerja melebihi 8 jam/hari yaitu selama 12 jam.
Pada saat melakukan kegiatan dilapangan tidak terdapat keluhan tentang
nyeri pada telinga, tidak terdapat tekanan pada saat bekerja, akan tetapi
sebagian pekerja hanya mengeluhkan tentang cepat lelah akibat pekerjaan.
Beberapa pekerja memiliki keluhan selama bekerja dimana diantaranya yaitu
sakit kepala, sakit tengkuk, mengantuk, nyeri dada dan kaki bengkak.
Berdasarkan tabel risiko kecelakaan ditempat kerja terdapat lima pekerja
yang pernah tergores dan tertusuk oleh benda tajam pada saat bekerja. Resiko
kecelakaan lainnya seperti terpeleset dan terjatuh pada saat bekerja pernah
dialami oleh 8 responden dari 20 responden.
Kemudian berdasarkan hasil survei, bagian pekerjaan yang biasanya
mengalami kecelakaan kerja adalah boarding kapal, pemasangan umpan
perangkap tikus, pelayanan vaksinasi, dan tugas lapangan. Selanjutnya
kecelakaan kerja yang sering terlihat terjadi pada kegiatan vaksinasi,
pemasangan umpan perangkap tikus, pelayanan publik dan lalu lintas.
B. Saran
1. Untuk pekerja yang bekerja lebih dari 8 jam/hari, agar lebih
memperhatikan posisi saat bekerja, supaya dapat mengurangi tingkat
kelelahan.
2. Untuk pekerja yang bekerja menggunakan benda – benda tajam, agar lebih
berhati – hati, supaya kecelakaan tergores dan tertusuk tidak terjadi.
3. Untuk semua pekerja agar lebih memperhatikan kondisi tempat kerjanya,
supaya kejadian terpeleset dan terjatuh tidak terjadi.
4. Untuk semua pekerja apabila sudah mulai merasakan sakit atau pegal –
pegal pada saat melakukan pekerjaan, supaya beristirahat atau melakukan
perenggangan otot.
5. Untuk pekerja yang bekerja di bagian boarding kapal, pemasangan umpan
perangkap tikus, pelayanan vaksinasi, dan tugas lapangan, supaya
memperhatikan kondisi lapangan atau tempat kerja dan berhati – hati
dalam melaksanakan tugasnya, agar tidak terjadi penyakit akibat kerja dan
kecelakaan akibat kerja.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pengisian Kuesioner Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Akibat


Kerja

Gambar 2. Pengisian Kuesioner Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Akibat


Kerja
Gambar 3. Wawancara dengan Pegawai KKP Yogyakarta

Gambar 4. Wawancara dengan Pegawai KKP Yogyakarta


Gambar 5. Pengisian Kuesioner Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Akibat
Kerja
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul
Karena Hubungan Kerja.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 333 Tahun 1989 Tentang Diagnosis dan
Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
Liza Salawati, 2016. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=428813&val=3947&title=PENYAKIT%20AKIBAT%20KERJA
%20DAN%20PENCEGAHAN
dr. Armaidi Darmawan, M. Epid. Penyakit Akibat Kerja (PAK) / Penyakit Yang
Berhubungan Dengan Pekerja (PAHK). Diakses dari
https://willimhaveyou.files.wordpress.com/2014/04/2-penyakit-akibat-
kerja-pak.pdf
Dewi Juliatin, 2013. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja pada Pengguna
Scaffolding di Proyek Pembangunan Hotel Gatot Subroto Medan Tahun
2012. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter%20ll.pdf

Anda mungkin juga menyukai