SAFIRA
0219104153
2. Relasi hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar berdasarkan
tujuan diciptakannya.
Tujuan diciptakannya manusia diantaranya :
Untuk senantiasa beriman dan beribadah kepada Allah SWT.
Untuk memanfaatkan alam semesta untuk beramal dan beribadah kepada Allah
SWT.
Manusia Menjadi Pemimpin-Pengelola di Muka Bumi
Mengejar Tujuan Akhirat
3. Akhlak Manusia dengan Allah, Rasul, Sesama Manusia, dan Alam sekitar.
Manusia adalah makhluk paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah
lainnya. Kesempurnaan tersebut dimiliki manusia karena manusia dianugerahi akal dan
nafsu. Dengan dua unsur tersebut, maka akan terdapat beberapa identitas yang melekat
pada diri manusia, di antaranya yaitu sebagai hamba (akhlak manusia dengan Allah),
sebagai makhluk sosial (akhlak manusia dengan sesama), serta sebagai khalifah (akhlak
manusia dengan alam.
Akhlak manusia dengan Allah, yaitu sebagai hamba, maka manusia wajib beribadah
kepada Allah sepanjang hidupnya, karena semua yang dilakukan manusia akan
dipertanggungjawabkan di kemudian hari. Dalam hal ini ibadah memiliki dua dimensi
yaitu itu ibadah yang bersifat mahdhah (vertikal), maupun ibadah yang bersifat ghairu
mahdhah (horizontal).
RAJA F. SAFIRA
0219104153
Akhlak manusia dengan Rasulullah SAW yaitu, mencintai Rasulullah SAW, mentaati
Rasulullah SAW, memuliakan dan memperjuangkan agama yang dibawa Rasulullah
SAW, bershalawat kepada Rasulullah SAW.
Selain sebagai makhluk individu yang diwajibkan menjalankan ibadah kepada Allah,
manusia juga sebagai makhluk sosial. Dimana manusia hidup selalu membutuhkan orang
lain. Manusia hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian,
maka manusia haruslah memiliki akhlak yang baik, saling menolong dan menyayangi
sesama manusia.
Demikian pula dengan alam, selain menjalin hubungan baik dengan Sang Pencipta dan
sesama manusia, manusia juga memiliki amanah sebagai khalifah di bumi, dimana
manusia diberi kemuliaan untuk mengelola dan memanfaatkan segala fasilitas yang ada
di bumi, tentu dengan tidak mengabaikan kaidah-kaidah pemanfaatan sumber daya.
Pertama, shalat adalah tiang agama. Dalam Islam, shalat merupakan tiang agama
seseorang. Jika orang tersebut mendirikan shalatnya, bisa dipastikan ia telah menegakkan
tiang agama ini (Islam). Sebaliknya, jika shalat tidak dijalankan, sama artinya ia telah
merobohkan tiang agamanya sendiri.
Kedua, shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Jika saja banyak orang tahu
bahwa amalan pertama kali yang akan dihisab adalah shalatnya, maka sudah tentu banyak
orang yang berlomba-lomba mengerjakan shalat. Namun, sebaliknya malah banyak orang
yang meninggalkan shalat, sebab mengira shalat hanyalah amalan biasa dan sama dengan
amalan lainnya, astaghfirullah.
Ketiga, perkara terakhir yang hilang dari manusia adalah shalat. Seperti kata Imam Al
Ghazali, hal yang paling ringan di akhir zaman ini adalah meninggalkan shalat. Lihatlah
fakta seharian dalam hidup kita, betapa masih banyak orang yang lebih memilih
melanjutkan pekerjaannya, meski azan pertanda waktu shalat sudah tiba.
RAJA F. SAFIRA
0219104153
Kelima, Allah memuji orang yang mengerjakan shalat. Jangankan dipuji oleh Allah,
dipuji presiden saja membuat seseorang merasa bangga. Lalu bagaimana jika Allah,
pencipta manusia dan alam semesta yang memujinya? Adakah pujian terbaik dan indah
yang diterima manusia selain pujian dari Allah Ta’ala? Pujian itu hanya Allah berikan
kepada hamba-Nya yang mengerjakan shalat, bukan kepada yang selainnya.
Keenam, shalat adalah penghubung yang paling kuat antara seorang hamba dengan
Rabbnya. Taka da ikatan yang kuat bagi seorang hamba kepada Tuhannya selain dari
shalat. Itulah mengapa shalat menjadi wasilah penting dalam menuntaskan semua
masalah
7. Trilogi Islam.
Tri kerukunan umat beragama merupakan konsep nan digulirkan oleh pemerintah
Indonesia dalam upaya menciptakan kehidupan masyarakat antar umat beragama nan
rukun. Istilah lainnya ialah " trikerukunan ". Kemajemukan bangsa Indonesia nan terdiri
atas puluhan etnis, budaya, suku, dan agama. Membutuhkan konsep yang memungkinkan
terciptanya masyarakat damai dan rukun. Dipungkiri atau tidak, disparitas sangat
beresiko pada kesamaan konflik. Terutama dipacu oleh pihak-pihak yang menginginkan
kekacauan di masyarakat.
1. Kerukunan intern umat beragama.