Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN KE -1

PENDAHULUAN

Materi pada perkuliahan ke satu ini diarahkan Mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan konsep, fungsi, nilai-nilai makna hukum bisnis. Materi ini akan
memberikan pembahasan tentang bagaimana pengertian hukum dikaitkan dengan bidang
bisnis, mengapa seseorang harus mengetahui makna hukum dikaitkan dengan bidang bisnis,
dan apa yang menjadi ketentuan dan tata cara perdagangan. Tentu saja, dalam materi ini
akan menjelaskan bagaimana tantangan dunia bisnis dan tantangan melakukan
pengembangan dalam dunia bisnis dengan dasar makna hukum dan perjanjian-perjanjian,dan
Permasalahan.

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan konsep, fungsi, nilai-nilai


makna hukum bisnis. Materi ini akan memberikan pembahasan tentang bagaimana pengertian
hukum dikaitkan dengan bidang bisnis, mengapa seseorang harus mengetahui makna hukum
dikaitkan dengan bidang bisnis, dan apa yang menjadi ketentuan dan tata cara perdagangan
serta. Tentu saja, dalam materi ini akan menjelaskan bagaimana tantangan dunia bisnis dan
tantangan melakukan pengembangan dalam dunia bisnis dengan dasar makna hukum dan
perjanjian-perjanjian dan Permasalahan.

DESKRIPSI SINGKAT MATERI


Makna hukum bisnis :

1. Pengertian Hukum Bisnis ;

2. Makna Hukum,bisnis ;

3. Penggolongan,sumber hukum bisnis, baik bentuk perjanjian,aturan,tata cara

menghadapi permasalahan ;

4. Permasalahan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi Mahasiswa agar
mampu menjelaskan dan mengaplikasikan konsep, fungsi, nilai-nilai pembahasan tentang
bagaimana pengertian hukum dikaitkan dengan bidang bisnis, mengapa seseorang harus
mengetahui makna hukum dikaitkan dengan bidang bisnis, dan apa yang menjadi ketentuan
dan tata cara perdagangan. Tentu saja, dalam materi ini akan menjelaskan bagaimana
tantangan dunia bisnis dan tantangan melakukan pengembangan dalam dunia bisnis dengan
dasar makna hukum dan perjanjian-perjanjian.

Secara khusus, materi ini akan membekali Mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan konsep, fungsi, nilai-nilai pembahasan tentang bagaimana pengertian
hukum dikaitkan dengan bidang bisnis, mengapa seseorang harus mengetahui makna hukum
dikaitkan dengan bidang bisnis, dan apa yang menjadi ketentuan dan tata cara perdagangan
serta. Tentu saja, dalam materi ini akan menjelaskan bagaimana tantangan dunia bisnis dan
tantangan melakukan pengembangan dalam dunia bisnis dengan dasar makna hukum dan
perjanjian-perjanjian.
PENYAJIAN:

BAGAIMANA MEMAHAMI MAKNA HUKUM


BISNIS,PENGGOLONGAN DAN SUMBER HUKUM BISNIS

A. Pengertian Hukum Bisnis

Istilah “hukum bisnis” merupakan terjemahan dari istilah ”business law”. Istilah ini
digunakan baik di kalangan akademis maupun dikalangan para praktisi. Istilah lain yang
mempunyai ruang lingkup yang hampir sama dengan hukum bisnis adalah “hukum dagang“
(“Trade Law“), “ hukum perniagaan“ (“Commercial Law“) dan “hukum ekonomi“
(“Economic Law “).

Istilah “hukum dagang“ atau “hukum perniagaan“ merupakan istilah “hukum dagang“
memiliki ruang lingkup sangat sempit, bahkan sudah menjadi klasik dan tradisional karena
pada prinsipnya kedua istilah tersebut hanya meliputi materimyang terdapat dalam KUH
Dagang saja.

Padahal begitu banyak materi hukum bisnis yang tidak diatur dalam dalam
KUHDagang, misalnya mengenai hak atas kekayaan intelektual, jaminan kredit, bisnis
internasional , dan materi lainnnya. Istilah “hukum ekonomi“ cakupannya sangat luas
berhubunga adanya pengertian ekonomi dalam arti makro dan mikro, ekonomi pembangunan,
ekonomi manajemen, ekonomi akuntansi, yang kesemuanya tersebut harus dicakup oleh
“istilah ekonomi“.

Oleh karena itu istilah yang paling ideal adalah “hukum bisnis“ Istilah “hukum bisnis“
terdiri dari dua kata, yaitu kata “hukum “ dan kata “bisnis.“ Pengertian kedua istilah tersebut
akan diuraikan di bawah ini.

1. Definisi Hukum

Terdapat beberapa definisi hukum dari para pakar hukum, namun tidak ada satupun
definisi yang dapat dikatakan lengkap dan menggambarkan arti hukum yang utuh. Sebagai
pedoman hukum dapat didefinisikan sebagai aturan-aturan perilaku yang dapat
diberlakukan/diterapkan untuk mengatur hubungan-hubungan antar manusia dan antara
manusia dengan masyarakat.
Hukum dapat didefinisikan pula sebagai berikut :

“seperangkat asas dan aturan yang diberlakukan oleh Negara untuk mengatur suatu
perilaku dan atau diterapkan oleh hakim untuk menyelesaikan perkara serta sebagai sarana
kontrol sosial dan sarana dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang
secara umum diterima untuk mengusahakan keadilan dan stabilitas”.

Defisni lain dari hukum adalah sebagai berikut :

“Keseluruhan kaidah/norma/aturan yang berisi perintah, larangan yang mengikat seluruh


anggota masyarakat dengan tujuan untuk mengadakan ketertiban, keadilan dan kepastian
hukum.”

2. Definisi Bisnis

Bisnis merupakan salah satu aktivitas usaha yang utama dalam menunjang
perkembangan ekonomi. Kata “bisnis” diambil dari bahasa Inggris “bussines” yang berarti
kegiatan usaha.

Richard Burton Simatupang, menyatakan bahwa secara luas “bisnis” sering diartikan sebagai:

“keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur dan
terus menerus yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa-jasa maupun
fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan, atau disewagunakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan”.

Abdurachman mendefinisikan “bisnis” adalah

“suatu urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan
produksi atau pertukaran barang atau jasa, dengan menempatkan uang dari para
entrepreneur dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan
keuntungan”

3. Definisi Hukum Bisnis

Hukum diciptakan untuk menjamin keadilan dan kepastian, serta menjamin


ketentraman masyarakat dalam mewujudkan tujuan-tujuan hidupnya. Salah satu aspek
terpenting dalam mempertahankan eksistensi manusia adalah sistem perekonomian yang
mendukung upaya mewujudkan tujuan hidup itu. Sistem perekonomian yang sehat seringkali
bergantung pada sistem perdagangan yang sehat, sehingga diperlukan seperangkat aturan
hukum yang dapat menjamin sistem perdagangan.
“Hukum bisnis” dapat didefinisikan :

“Seperangkat kaidah-kaidah yang diadakan untuk mengatur serta menyelesaikan persoalan-


persoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia khususnya dalam bidang perdagangan”.

4. Pengertian Etika Profesi Akuntansi

Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan
buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai
Akuntan.

ETIKA

Etika (Yunani Kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah
sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia.

 Etika terbagi menjadi tiga bagian utama:


a) Meta-etika (studi konsep etika)
b) Etika Normatif (studi penentuan nilai etika)
c) Etika Terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).

 Jenis Etika terbagi menjadi dua, yaitu :

Etika Filosofis

Etika filosofis secara harfiah (fay overlay) dapat dikatakan sebagai etika yang berasal
dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika
sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.

Berikut ini merupakan dua sifat etika :

Non-empiris Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu
yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat
berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-
gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang
kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

PraktisCabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya


filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu,
melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai
cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan
resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya
menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb,
sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya.
Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.

Etika Teologis

Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika
teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika
teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum,
karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan
dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.

Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika
filosofis dan etika teologis.

Akuntan Publik yaitu seorang praktisi dan gelar profesional yang diberikan kepada
akuntan di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan RI untuk
memberikan jasa audit umum dan review atas laporan keuangan, audit kinerja dan audit
khusus serta jasa dalam bidang non-atestasi lainnya seperti jasa konsultasi, jasa kompilasi,
dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan.Ketentuan mengenai
praktek Akuntan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 yang
mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah
menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi dan telah terdaftar pada Departemen
keuangan R.I. Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia,
seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan
Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan “Bersertifikat Akuntan
Publik” (BAP). Sertifikat akan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Sertifikat
Akuntan Publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin
praktik sebagai Akuntan Publik dari Departemen Keuangan.

Profesi ini dilaksanakan dengan standar yang telah baku yang merujuk kepada praktek
akuntansi di Amerika Serikat sebagai ncgara maju tempat profesi ini berkembang. Rujukan
utama adalah US GAAP (United States Generally Accepted Accounting Principle’s) dalam
melaksanakan praktek akuntansi. Sedangkan untuk praktek auditing digunakan US GAAS
(United States Generally Accepted Auditing Standard), Berdasarkan prinsip-prinsip ini para
Akuntan Publik melaksanakan tugas mereka, antara lain mengaudit Laporan Keuangan para
pelanggan.

Kerangka standar dari USGAAP telah ditetapkan oleh SEC (Securities and Exchange
Commission) sebuah badan pemerintah quasijudisial independen di Amerika Serikat yang
didirikan tahun 1934. Selain SEC, tcrdapat pula AICPA (American Institute of Certified
Public Accountants) yang bcrdiri sejak tahun 1945. Sejak tahun 1973, pengembangan standar
diambil alih oleh FASB (Financial Accominting Standard Board) yang anggota-angotanya
terdiri dari wakil-wakil profesi akuntansi dan pengusaha.

Pengertian Etika

Etika berasal dari dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada
suatu masyarakat.

Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan
segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu
generasi ke generasi yg lain.

Di dalam akuntansi juga memiliki etika yang harus di patuhi oleh setiap anggotanya.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh
anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha,
pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan
tanggung-jawab profesionalnya.

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar


profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan terse but terdapat empat kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi:

 Profesionalisme, Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh


pemakai jasa
 Akuntan ,sebagai profesional di bidang akuntansi.
 Kualitas Jasa, Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
 Kepercayaan, Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Permasalahan
 Contoh kasus dalam ranah dunia bisnis di Indonesia

Permasalahan I :

Mungkin dalam ingatan pembaca belum lupa kasus Prita Mulyasari melawan RS
Omni Internasional. Yang mana Prita adalah mantan pasien RS omni internasional yang
mengeluhkan pelayanan di RS tersebut dan menyebarluaskan keluhan tersebut melalui media
elektronik atau internet. Kemudian RS omni merasa nama baiknya tercemar, kemudian
membawa permasalahan tersebut ke ranah hukum. Selanjutnya kasus Prita menjadi kasus
perdata sejak UU No. 11 tahun 2008tentang Informasi dan Transaksi Elektronik disahkan.

Beberapa kasus dalam dunia bisnis di Indonesia seperti malpraktek justru


menyudutkan konsumen kesehatan pada posisi yang sangat lemah, terlebih dengan keluarnya
UU ITE. Upaya perlindungan konsumen seharusnya jangan dilakukan setengah-setegah tetapi
perlu didukung dengan SDM yang kapabel dan akuntabel sehingga jauh dari budaya suap dan
tameng pencemaran nama baik. Prosedur hukum harus dijalankan sesuai peraturan
perundangan, dengan arif dan bijaksana sehingga peradilan di negara hukum ini
mencerminkan adanya keadilan. Perlu bantuan hukum dari para konsultan hukum yang
relevan yakni bagaimana caranya supaya sebagai konsumen, Prita memperoleh upaya hukum
dan keadilan yang layak, sehinggga tidak semena-mena Pasal 27 (3) UU ITE dan KUHP
menjeratnya. Sebagai media pembelajaran sosial, seharusnya keluhan diajukan kepada yang
berwenang menangani yaitu seperti LSM bidang kesehatan atau YLKI.

Apa yang dialami dan terjadi oleh Prita yang sengaja berkeluh kesah tentang
pelayanan RS Omni Internasional, merupakan contoh buramnya implementasi UU
perlindungan konsumen. Kasus penahanan Prita merupakan potret tidak seimbangnya
bargaining position antara produsen dan konsumen, yang mungkin tidak hanya terjadi pada
bidang kesehatan. Ketidakseimbangan posisi tawar ini kemudian berdampak pada perilaku
usaha, baik produsen maupun konsumen. Produsen akan menggunakan segala kekuatannya
demi kepentingan bisnis mereka, konsumen akan mencari upaya yang paling memungkinkan
untuk menyampaikan keluhannya.

Dalam kasus hukum bisnis yang terjadi oleh Prita tersebut, sekarang yang
pertanyaannya mengapa Prita tidak mengadukan masalahnya kepada lembaga pelayanan
konsumen yang legitimate? kemungkinan memang dirasa sistem hukum di Indonesia belum
mendukung selain itu mekanisme penangkapan Prita merupakan potret tidak berpihaknya
sistem pada hak konsumen yang secara tegas dilindungi oleh UU di Indonesia.

UU perlindungan konsumen mengggaris bawahi bahwa perlidungan konsumen


dimaknai sebagai upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen, bahkan konsumen berhak mendapat informasi yang benar,
jelas, adanya hak mengeluh dan mendapat perlindungan hukum. Dengan begitu dari contoh
kasus hukum bisnis di Indonesia terkait perlindungan konsumen dapat dianalisa apakah sudah
selaras antara seharusnya dan senyatanya.
Permasalahan II

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan memerintahkan


penghentian proses produksi dan membekukan izin edar produk anestesi milik PT Kalbe
Farma Tbk. untuk mempermudah investigasi produk.

Pada 12 Februari 2015, Kalbe Farma telah dengan suka rela menarik seluruh batch
Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy 4 ml dan Asam Tranexamat Generik 500 mg/Amp 5 ml
batch no.629668 dan 630025 yang beredar.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Roy A. Sparringa mengatakan
pengaduan masyarakat telah direspons dengan baik oleh Kalber Farma, lewat penarikan dua
produk anestesi tersebut.

“Hasil investigasi belum ada. Kami terus memonitornya dan yang penting masyarakat
tidak perlu khawatir. Karena produk ini, diberikan oleh dokter spesialis dan informasi tentang
penghentian penggunaan sementara sudah diinformasikan,” kata Roy saat dihubungi
Bisnis.com, Selasa, 17 Februari 2015.

Roy mengatakan produk anestesi tidak bisa ditemukan sembarangan oleh konsumen
dan penggunaannya harus melewati persetujuan dokter. Dia menambahkan penarikan produk
ini tidak akan mengganggu ketersediaan obat anestesi di rumah sakit.

Produk yang dihentikan aktivitas produksi dan pembekuan izin edarnya adalah
seluruh batch Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy 4 ml, sementara untuk Asam Tranexamat
Generik 500 mg/Amp 5 ml batch no.629668 dan 630025 hanya ditarik dari peredaran.

Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, dikutip dari laman resmi Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) disebutkan bahwa Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy telah diterbitkan
edarnya pada 4 September 2014 oleh BPOM.

Obat ini didaftarkan kepada BPOM oleh Kalbe Farma dengan nomor registrasi
DKL0611637043A1. Penerbitan dilakukan oleh registrasi obat Direktorat Penilaian Obat dan
Produk Biologi BPOM. Obat ini memiliki bentuk sediaan injeksi 5 mg/ml dengan komposisi
Bupivacaine Hydrochloride.

Editor: Yusuf Waluyo Jati | www.bisnis.com

Permasalahan III

Kasus antara PT.GPU (Gorby Putra Utama) dengan PT.SKE (Sentosa Kurnia Energy)

PT.GPU salah satu perusahaan peralatan yang menyediakan peralatan kebutuhan


perkebunan tersandung masalah dengan PT.KSE. Kasus ini muncul saat keduanya menjalin
kerjasama pada bulab maret 2012. Kala itu, PT.KSE memesan peralatan mesin traktor dan
peralatan kebun lainnya dari PT.GPU, kemudian pada bulan mei tahun 2012 peralatan mesin
perkebunan itu datang secara bertahap dan pada bulan juni 2012 pemesan peralatan mesin
perkebunan itu usai atau telah tuntas.

Tak berselang lama dari itu, tepatnya tanggal 23 september 2012 peralatan mesin
perkebunan itu telah rusak setelah dipakai beberapa bulan. PT.KSE menuding perusahaan
PT.GPU ini mengingkari kontrak perbaikan mesin perkebunan mereka yang menurut
perjanjian memiliki garansi perbaikan hingga 1 tahun. Saat itu PT.KSE meminta mesin
tersebut diservis kembali lantaran baru dipakai selama 3 bulan, akan tetapi PT.GPU menolak.
Alasannya, kerusakan itu di luar yang diperjanjikan. Dalam kontrak, garansi diberikan jika
kerusakan karena kesalahan pengerjaan. Ini yang membuat pihak PT.KSE naik pitam. Pada
bulan desember 2012 PT.KSE pun menggugat ke PT.GPU dengan ganti rugi sebesar US$ 5
juta atau sekitar Rp 76 miliar ke Pengadilan Negeri Tangerang. Mediasi memang sempat
dilakukan, tapi menemui jalan buntu.

Dengan dasar itu, pada maret 2013 PT.KSE mengalihkan gugatannya ke Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Tapi ternyata gugatan itu ditolak oleh
pengadilan. Padahal di sisi lain, PT.GPU memiliki hutang perawatan mesin perkebunan milik
PT.KSE sejak Agustus 2011, dan tiba-tiba di tengah transaksi perjanjian tersebut PT.GPU
memutuskan secara sepihak beberapa kontrak perjanjian perbaikan dan pembelian peralatan
perkebunan, padahal peralatatan perkebunan itu sudah siap untuk diserahkan sehingga
kerugian di pihak PT.KSE mencapai ratusan juta rupiah disebabkan pengingkaran atas
perjanjian secara sepihak tersebut dan atas ini yang kemudian masuk hutangnya, dan sudah
jatuh tempo sejak awal 2012. Tapi tak kunjung dilunasi oleh PT.GPU hingga pertengahan
tahun 2012.

Pada mulanya pihak PT.KSE tidak ingin memperkeruh permasalahan ini mengingat
hubungan antara PT.KSE dan PT.GPU sangat baik, namun setelah dilakukan melalui cara
kekeluargaan oleh pihak PT.KSE dengan cara mendatangi pihak PT.GPU di kantor PT.KSE,
tetap saja tidak ada respon timbal-balik dari PT.GPU. Padahal jika dilihat dari perlakuan yang
dilakukan oleh PT.KSE dengan membawa perkara peralatan mesin perkebunan itu ke
pengadilan bisa berbanding terbalik dengan perlakuan PT.GPU yang ingin menyelesaikan
perkara hutang PT.KSE dengan cara kekeluargaan tanpa di bawa ke pengadilan. Setelah
pihak PT.KSE bertenggang rasa selama tiga bulan, akhirnya permasalahan ini diserahkan
kepada kuasa hukumnya Sugeng Riyono S.H.

Menurut Sugeng “PT.GPU sebagai salah satu perusahaan yang menyediakan


peralatan perkebunan, telah melakukan transaksi hutang yang semena-mena dengan
didasarkan i’tikad buruk, tidak pernah memikirkan kondisi dan kepentingan klien yang diajak
bekerjasama bahkan tiga somasi yang telah dilayangkan oleh pihak PT.KSE terhadap
PT.GPU pun masih tidak ada konfirmasi balik kepada pihak PT.KSE”, dengan dasar ini pula
Sugeng selaku kuasa hukum PT.KSE akan menggugat PT.GPU ke pengadilan, begitulah,
PT.GPU benar-benar dalam keadaan siaga saat.
KESIMPULAN

Hukum dapat digolongkan menjadi dua yaitu Hukum Privat dan Hukum
Publik,Hukum Privat itu berkaitan dengan suatu kepentingan pribadi atau kelompok
sedangkan Hukum Publik itu berkaitan dengan Kepentingan Umum,contoh mengenai hukum
privat yaitu hukum perdata,sedangkat hukum publik yaitu hukum pidana,tata negara dan
administrasi negara,Hukum bisnis termasuk kedalam hukum privat namun apabila terjadi
persengketaan maka tidak menutup kemungkinan menjadi hukum publik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, A, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan , jakrta, Pradnya


Pramitra, 1991: 150.

Burton Simatupang Richard, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta 1996

Depdikas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Balan Pustaka, Jakarta, 1994.

Friedman, Jack. P, Dictionary of Business Term. New York, USA, Baron’s Educational
Services, Inc, 1987:66

Fuadi Munir, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern Di Era Global, Citra

Adytya Bakti, Bandung 2002.

Nurani.nina, Hukum Bisnis Suatu Pengantar, Insan Mandiri, Bandung 2009

Seto Bayu H., Diktat Kuliah Kapita Selekta Hukum Bisnis, Program Magister Hukum

Bisnis – Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 1996.

http://ilmuhukum.net/contoh-kasus-hukum-bisnis-di-indonesia-terkait-perlindungan-
konsumen/

http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/02/18/090643512/kasus-kalbe-farma-aktivitas-
produksi-dan-izin-dibekukan

Anda mungkin juga menyukai