LAEMBO
NIM : G70120102
KELAS :C
TUGAS PATOFISIOLOGI
Jawab
a. Gejala asidosis tergantung pada penyebabnya, apakah gangguan metabolisme
asam (asidosis metabolik) atau gangguan pertukaran oksigen dan karbon dioksida
(asidosis respiratorik).
c. Gejala Alkalosis
Gejala yang ditunjukkan alkalosis berbeda-beda. Pada tahap awal, gejala
ditunjukkan dengan:
- Mual
- Tubuh terasa kaku
- Otot yang tegang dan mengalami kedutan
- Tremor pada tangan
- Cepat marah
- Gangguan kecemasan yang menimbulkan napas cepat dan kesemutan pada
wajah, tangan, atau kaki.
Pada beberapa kasus, alkalosis tidak menimbulkan gejala sama sekali. Di sisi lain,
gejala yang parah dapat terjadi jika alkalosis tidak segera ditangani, yaitu sesak
napas dan penurunan kesadaran (hingga koma).
Penyebab Alkalosis
Keseimbangan kadar asam-basa dalam tubuh dijaga ketat dengan mekanisme dari
paru-paru, ginjal, dan sistem penyangga kimia dalam tubuh. Saat terjadi gangguan
keseimbangn di mana nilai pH berbeda dari normal, maka kondisi banyak organ
dapat terganggu. Berdasarkan penyebabnya, terdapat empat jenis alkalosis, yaitu:
Alkalosis metabolik. Jenis ini terjadi jika kandungan asam tubuh terlalu rendah,
sehingga tubuh lebih banyak mengandung basa. Kondisi ini dapat disebabkan
karena muntah yang berlebihan dan berkepanjangan hingga kehilangan elektrolit
(terutama klorida dan kalium), konsumsi obat tertentu yang berlebihan (diuretik,
antasida, atau obat pencahar), penyakit kelenjar adrenal, konsumsi bikarbonat,
serta kecanduan alkohol.
Untuk asidosis tubulus renalis, dokter mungkin akan memberikan sodium sitrat
dan melakukan penanganan untuk gangguan ginjal yang dialami. Sedangkan bagi
penderita asidosis diabetik, akan dilakukan pemberian insulin dan bersamaan
dengan cairan infus untuk menyeimbangkan kadar asam.
b. Asidosis respiratorik
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk memperbaiki fungsi paru. Pada
kasus asidosis respiratorik akut, pengobatan dilakukan dengan menangani
penyebabnya. Sedangkan, untuk asidosis respiratorik kronis, penanganan biasanya
dilakukan untuk mencegah kondisi bertambah parah.
c. Alkalosis Metabolik
Pada sejumlah kasus, dokter dapat memberikan beberapa jenis obat di bawah ini
untuk mengatasi alkalosis metabolik:
d. Alkalosis respiratorik
Pada alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hiperventilasi, dokter dapat
menyarankan pasien menghirup karbondioksida (CO2), yaitu dengan membuang
napas ke dalam kantong kertas, kemudian menghirupnya kembali. Cara tersebut
harus diulang hingga beberapa kali untuk membantu menaikkan kadar CO2 dalam
darah.
Perlu diketahui bahwa metode di atas hanya boleh dilakukan bila dokter telah
memastikan gangguan keseimbangan asam basa terjadi akibat hiperventilasi.
Mekanisme lintasan jalur ekstrinsik melibatkan faktor jaringan, faktor VII,X serta
Ca2+ dan menghasilkan faktor Xa. Produksi faktor Xa dimulai pada tempat cedera
jaringan dengan ekspresi faktor jaringan pada sel endotel. Factor jaringan berinteraksi
dengan faktor VII dan mengaktifkannya; faktor VII merupakan glikoprotein yang
mengandung Gla, beredar dalam darah dan disintesis di hati. Factor jaringan bekerja
sebagai kofaktor untuk faktor VIIa dengan menggalakkan aktivitas enzimatik untuk
mengaktifkan faktor X. faktor VII memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam
faktor X yang dipotong oleh kompleks tenase pada lintasan intrinsic. Aktivasi faktor
X menciptakan hubungan yang penting antara lintasan intrinsic dan ekstrinsik.
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa
kompleks faktor jaringan dengan faktor VIIa juga mengaktifkan faktor IX dalam
lintasan intrinsic. Sebenarna, pembentukan kompleks antara faktor jaringan dan faktor
VIIa kini dianggap sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan
darah secara in vivo. Makna fisiologik tahap awal lintasan intrinsic, yang turut
melibatkan faktor XII, prekalikrein dan kininogen dengan berat molekul besar.
Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting dari fibrinolisis dibandingkan dalam
koagulasi, karena kalikrein, faktor XIIa dan Xia dapat memotong plasminogen, dan
kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan faktor jaringan (TFPI: tissue faktor fatway inhibitior) merupakan
inhibitor fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein
yang beredar didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung
faktor Xa dengan terikat pada enzim tersebut disekitar area aktifnya. Kemudian
kompleks faktor Xa-TFPI ini manghambat kompleks faktor VIIa-faktor jaringan.