Kelompok 3
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dewasa ini, semakin banyak terjadinya resistensi penyakit terhadap suatu obat ataupun
terapi. Selain itu juga sering terjadi kasus over dosis sehingga menyebabkan efek samping
atau gangguan kesehatan lainnya bagi konsumen atau pasien. Sehi diperlukan suatu metode
penghantaran obat yang dapat dengan selektif mengenali lokasi spesifik tertentu sehingga
dapat meningkatkan efektivitas dari obat tersebut di lokasi tertentu. Oleh karena itu, saat ini
banyak dilakukan penelitian dan perkembangan teknologi dalam bidang sistem penghantaran
obat tertarget atau Targeted Drug Delivery System (TDDS). Komponen yang menjadi target
suatu sediaan TDDS dapat berupa enzim, reseptor, kanal ion, transporter, dll. Perkembangan
teknologi TDDS banyak dikembangkan antaralain dengan tujuan untuk menurunkan dosis
yang diperlukan oleh tubuh, meningkatkan efektivitas terapi dan pengobatan, serta
meminimalisir efek samping daari suatu sediaan konvensional.
BAB I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
I.2. Perumusan Masalah
I.3. Tujuan Penulisan Makalah
I.4. Metode Penulisan
I.5. Sistematika Penulisan
1.1
BAB II
PENGHANTARAN OBAT TERTARGET
Oleh karena itu, untuk membuat system penghantaran obat dengan mekanisme
passive targeting, harus diperhatikan beberapa hal, yaitu mempelajari kondisi fisologis
dari area dan sel/jaringan akan ditargetkan dalam pengobatan, menyiapkan pembawa
yang mempunyai berat molekul lebih dari 30kDa dengan ukuran molekul 100-200 nm
dan mempunyai sifat hidrofilik dan bermuatan netral, kemudian menyesuaikan system
penghantaran agar sensitive pada pH, temperature, muatan. System pembawa yang
sensitive pH harus di design agar stabil pada pH fisiologis yaitu 7,4, namun harus dapar
terdegradasi dalam pH yang lebih kecil dari pH fisiologis (pH lebih asam) agar dapat
melepaskan zat aktifnya System pembawa juga harus di desain agar dapat stabil saat
mengalami sirkualsi dalam darah, namun saat akan memasuki sel target dimana
temperaturnya lebih tinggi pembawa akan rusak sehingga obat yang dibawa akan dapat
masuk ke sel yang ditarget. Jadi pembawa yang digunakan harus termosensitif.
Tabel 1. penyiapan sistem passive targeting
Obat yang digunakan dalam system passive targeting ini merupakan suatu
nanopartikel yang cukup besar untuk dapat bertahan akibat adanya aliran darah dalam
pembuluh darah, namun harus mempunyai ukuran yang cukup kecil agar dapat terhindar
dari makrofag. Ukuran nano partikel yang disarankan 100 nm agar dapat terhindar dari 2
kejadian di atas. Selain ukurannya nano partikel yang digunakan harus mempunyai
permukaan yang hidrofilik adar terhindar dari “termakan” oleh makrofag. Hal ini dapat
dilakukan dengan melapisi permukaan nano partikel dengan polimer hidrofilik seperti
polietilen glikol (PEG) yang dapat melindungi nano partikel dari opsonisasi.
b. Active Targeting
Terjadi modifikasi obat atau sistem pembawa dengan komponen aktif yang memiliki
afinitas spesifik untuk mengenali dan berinteraksi dengan sel yang dituju Pada system
active targeting suatu terdapat homing device (pengenal target) yang terikat pada system
pembawa untuk menghantarkan obat ke sel, jaringan atau organ spesifik. Oleh karena itu
system pengahntaran active targeting ini terisir dari tiga bagian, yaitu pembawa, homing
device, dan obat. Homing device yang biasa digunakan pada active targeting merupakan
suatu ligan spesifik seperti antibody, hormone, dan protein yang mempunyai afinitas
tinggi terhadap reseptor pada sel target spesifik yang dituju Sebaiknya homing device
adalah yang kovalen melekat pada pembawa, meskipun perangkan pelacak yang tidak
kovalen melekat pada pembawa juga sukses di targetkan.
Pada aktif targeting, digunkan ligan/anti bodi sebagai target moiet, polimer/lipid sebagai
carrier.
Ada tiga orde untuk aktif targeting, yaitu :
Target orde pertama, istilah ini mengacu pada jalur terlarang untuk distribusi sistem obat-
carrier, misalnya ke pembuluh-pembuluh kapiler di sekitar situs target, pembuluh limfe,
rongga peritoneal, dan barrier otak.
Target orde kedua, Selektivitas penghantaran obat ke sel spesifik, misal sel-sel tumor,
tanpa mengenai dan memberi efek ke sel-sel normal disekitarnya. Contoh lain adalah
penghantaran selektif untuk sel kupffer pada liver.
Target orde ketiga, Didefinisikan sebagai obat yang sistem penghantarannya dibuat
spesifik untuk situs-situs target intraseluler. Contoh aplikasi pada pelepasan kompleks
obat dalam sel melalui endositosis yang dimediasi oleh ligan.
Reseptor dalam membrane sel
Resptor dalam membrane sel akan menimbulkan interaksi spesifik antara pembawa obat
dengan sel. Berdasarkan uptake via receptor mediated endocytosis
Komponen lipid dalam membrane sel
Interaksi antara analog fosfolipidsyntesis dengan membrane sel, akan mengubah
komposisi lipid, permeabilitas membrane dan fluiditas.
Antigen atau Protein dalam permukaan sel
Suatu sel yang rusak akan mengeluarkan suatu protein. Protein ini akan dilawan dengan
antibody monoclonal.
Non-Competitive
Inhibitor nonkompetitif biasanya berupa senyawa kimia yang tidak mirip
dengan substrat dan berikatan pada sisi selain sisi aktif enzim. Ikatan ini
menyebabkan perubahan bentuk enzim sehingga sisi aktif enzim tidak sesuai
lagi dengan substratnya.
2) Reseptor
Suatu makromolekul seluler yang secara spesifik dan langsung berikatan dengan agonis/
ligan untuk memicu signaling kimia antara dan dalam sel, sehingga menimbulkan efek.
Reseptor digunakan sebagai target obat karena reseptor dapat berfungsi sebagai situs
pengenalan dan pengikatan suatu ligan sehingga mempengaruhi aktivitas sel.
Contoh ligan yang dapat berikatan dengan reseptor dan mempengaruhi aktivitas sel:
1. Hormon: insulin, testosteron, dsb.
2. Autocrine/paracrine factors: hormon yang beraksi lokal (contoh: prostaglandin).
3. Neurotransmitters: dilepaskan oleh ujung syaraf sebagai respon dari depolarisasi
(contoh: asetilkolin, norepinefrin, noradrenalin).
4. Cytokines: diproduksi oleh sel-sel pada sistem imunitas. Targetnya bisa jauh atau
dekat (cth: interferon, interleukin).
5. Membrane-bound ligands: terdapat pada permukaan sel, mengikat pada reseptor
komplementer sel yang lain sehingga menjembatani interaksi antar sel.
6. Drug/chemicals: senyawa yang dipaparkan dari luar.
Mekanisme obat pada reseptor :
Agonis
1) Agonisme Langsung
Respon berasal dari interaksi agonis dengan reseptornya, menyebabkan
perubahan konformasi reseptor sehingga reseptor aktif dan menginisiasi proses
biokimiawi sel (stimulus atau penghambatan respon seluler).
2) Agonisme Tidak Langsung
Senyawa obat mempengaruhi senyawa endogen dalam menjalankan fungsinya.
(potensiasi atau modulasi). Agonis tidak langsung biasanya merupakan alosterik
dimana obat berikatan dengan reseptor pada tempat yang berbeda dari tempat
berikatannya endogen sehingga reaksi biokimia yang terjadi lebih efisien.
Contoh: Benzodiazepin dan barbiturat pada reseptor GABAA yang dapat
memperkuat aksi GABA pada reseptor tersebut.
Antagonis
Antagonis melibatkan suatu senyawa yang akan menurunkan aksi suatu agonis atau
ligan dalam memberikan efek.
1. Antagonis kompetitif
Suatu obat yang mengikat reseptor secara reversibel pada daerah yang sama
dengan tempat ikatan agonis, tetapi tidak menyebabkan efek.
Efek antagonis kompetitif dapat diatasi dengan peningkatan konsentrasi agonis,
sehingga meningkatkan proporsi reseptor yang dapat diduduki oleh agonis.
2. Antagonis irreversibel
Antagonis yang dapat mengikat reseptor secara kuat dan bersifat irreversibel,
tidak bisa diatasi dengan penambahan agonis.
3. Antagonis non-kompetitif
Suatu antagonis yang dapat mengurangi efektifitas suatu agonis melalui
mekanisme selain berikatan dengan tempat ikatan agonis pada reseptor.
Reseptor folat, yang diekspresikan pada sel kanker, dapat digunakan sebagai
target pemberian obat tumor spesifik pada kanker seperti payudara, ovarium, otak, dan
paru-paru. Reseptor yang overekspresi tersebut dapat digunakan sebagai target dengan
cara obat kanker tersebut ditempelkan dengan suatu ligan berupa asam folat bisa dalam
bentuk liposom, asam folat ini sangat dibutuhkan oleh sel-sel kanker untuk
pertumbuhannya sehingga ketika obat disuntikan/diberikan asam folat akan dimakan
oleh sel kanker, dan disitulah obat kanker akan dilepaskan dan mulai bekerja.
Pada reseptor peptida dalam beberapa sel tumor disajikan dalam jumlah yang banyak,
sehingga analog peptida dikonjugasikan ke pembawa obat yang memungkinkan
penargetan tumor-spesifik agen sitotoksik, memastikan interaksi dengan reseptor
peptida. Sebagai contoh liposom yang dikopling dengan RGD (arginin-Glisin-Aspartat),
dengan mekanisme kerja hampir sama seperti reseptor asam folat.
4) Kanal Ion
Kanal ion merupakan sebuah protein yang bertindak sebagai pori pada membran sel dan
memungkinkan bagian selektif ion (seperti ion kalium, ion natrium, dan ion kalsium),
dengan cara yang arus listrik melewati masuk dan keluar dari sel. Saluran ion juga
melayani banyak fungsi penting lainnya, termasuk bahan kimia sinyal, transportasi
transelular, regulasi pH, dan pengaturan volume sel. Kerusakan saluran ion dapat
menyebabkan penyakit pada banyak jaringan. Kanal ion yang meregulasi dan
merupakan tranpor ion secara selektif dalam proses fisiologi manusia. Mulai dari
pemberi sinyal di jantung dan sistem saraf, sekresi cairan di paru-paru, saluran GI dan
ginjal, sistem imun, remodelling tulang dan poliferasi sel tumor. Mekanisme kerja dari
kanal ion saluran Voltage-gated diatur oleh perubahan perbedaan potensial listrik
melintasi membran (yaitu, potensial membran) sedangkan ligan dan saluran sensory-
gated merespon perubahan di berbagai intraseluler atau ekstraseluler dan ligan terhadap
rangsangan mekanik atau termal, masing-masing. Masalah yang dihadapi yaitu untuk
saluran ion ini bermasalah karena reproduksi otentik sifat fungsional dan farmakologis
asli tergantung pada ekspresi yang efisien, lokalisasi, dan orientasi dari suatu kombinasi
yang tepat dari subunit, masing-masing yang mungkin memiliki beberapa domain
transmembran yang melipat masuk dan keluar dari membran. Akibatnya ada potensi
besar untuk kesalahan berikatan dan kesalahan perakitan. Dalam banyak kasus
komposisi subunit yang tepat dari saluran target dalam jaringan kurang dikarakterisasi.
Demikian pula, kebutuhan untuk faktor selular lain yang mungkin memainkan peran
modulasi spesifik jaringan seringkali kurang dipahami.
5) DNA, RNA
DNA merupakan makromolekul polinukleotida yang tersusun atas polimer nukleotida
yang berulang-ulang, tersusun rangkap, membentuk DNA heliks ganda dan berpilin ke
kanan. Setiap nukleotida terdiri dari 3 gugus molekul, yaitu :
Mekanisme :
5 karbon
basa nitrogen, yaitu adenin (A), guanin (G), sitosin (C) dan Urasil (U)
gugus fosfat
RNA memegang peranan penting dalam proses biologis :
Sintesis protein
Pemotongan mRNA
Regulasi transkripsi
Pengikatan obat ke RNA target spesifik dapat pengaruhi aktivitas biologis dari RNA
dengan cara :
Cisplatin merupakan obat kemoterapi untuk mengurangi ukuran tumor, RNA di tumor
sangat berbeda dengan RNA pada sel normal. Cisplatin akan melepaskan Pt yang akan
mengikat dengan kuat ke situs spesifik di RNA menyebabkan konsentrasi yang tinggi di
RNA. Ciplastin dapat dibuat dalam bentuk liposom dengan tipe penargetan passive.
6) Ligan
Ligan (dari bahasa latin ligandum : mengikat) merupakan molekul pemicu sinyal yang
terikat ke sebuah daerah ikatan pada protein target. Ikatan ini terjadi oleh gaya
antarmolekul, seperti ikatan ion, hidrogen dan gaya van der waals.
Sebagai contoh pasangan reseptor ligan yaitu EGF dan EGFR. EGFR merupakan
reseptor glikoprotein transmembran yang dikode oleh proto onkogen Her 1, yang terdiri
dari ekstraseluler dan intraseluler. Ekstraseluler terdiri atas reseptor yang berfungsi
sebagai tempat ikatan antara ligan dengan EGFR. Ligan yang dapat berikatan dengan
EGFR yaitu EGF (Epidermal Growth Factor), Amphiregulin , Transforming Growth
Factor-α (TGF- α), Heparin-binding EGF-like growth factor (HB-EGF), Betacellulin,
dan Epiregulin. Pada intraseluler terdapat domain tirosin kinase yang berperan pada
proses tranduksi sinyal dalam pertumbuhan kanker. Ikatan antara EGFR dengan ligan
dapat mengaktifkan berbagai jalur transduksi sinyal yang berperan dalam regulasi siklus
sel sehinga terjadi proses diferensiasi, apoptosis, proliferasi nan angiogenesis. Pada
terapi anti kanker untuk menghambat kerja EGFR digunakan EGFR Inhibitor.
Tabel 5 Contoh Obat Antikanker yang bekerja dengan Targeting Drugs Delivery