Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ETIKA PROFESI HAKIM

Disusun Oleh :

NAMA NPM
NOVI HIKMAWATI 2008010422

Kelas / Semester : 1A REG MALAM / I


Dosen MK : Nasrullah Jamaluddin, SH, MH

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI


FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................................3
1.2. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................3
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN......................................................................................3
BAB II ISI...................................................................................................................................4
2.1. PENGERTIAN PROFESI HAKIM................................................................................................4
2.2. TANGGUNG JAWAB MORAL HAKIM......................................................................................5
2.3. ETIKA PROFESI SEORANG HAKIM...........................................................................................5
2.3.1 ETIKA PROFESI SEORANG HAKIM DIDALAM PERSIDANGAN...............................................6
2.3.2 ETIKA PROFESI SEORANG HAKIM DILUAR PERSIDANGAN...................................................7
2.3.3 ETIKA PROFESI SEORANG HAKIM TERHADAP SESAMA REKAN............................................7
2.3.4 ETIKA PROFESI SEORANG HAKIM TERHADAP BAWAHAN ATAU PEGAWAI.........................7
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................8
3.1. KESIMPULAN..........................................................................................................................8
3.2. SARAN....................................................................................................................................8

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional. Tugas hakim
adalah mengkonstatir, mengkwalifisir dan kemudian mengkonstituir. Apa yang harus
dikonstatirnya adalah peristiwa dan kemudian peristiwa ini harus dikwalifisir, Maka oleh
karena itu hakim harus mengenal hukum di samping peristiwanya.
Seorang hakim haruslah independen, tidak memihak kepada siapapun juga walaupun itu
keluarganya, kalau sudah dalam sidang semuanya diperlakukan sama.
Hakim harus berpegang kepada Tri Parasetya Hakim Indonesia. Hakim harus dapat
membedakan antar sikap kedinasan sebagai jabatannya sebagai pejabat negara yang bertugas
menegakkan keadilan dengan sikap hidup sehari-hari sebagai bagian dari keluarga dan
masyarakat.
Untuk membedakan itu hakim mempunyai kode etik sendiri bagaimana supaya dia
dapat mengambil sikap. Zaman sekarang kadang-kadang hakim salah menempatkan
sikapnya, yang seharusnya sikap itu harus dilingkungan keluarga, ia bawa waktu persidangan.
Ini tentunya akan mempengaruhi putusan.
Masalah kode etik inilah yang menjadi latar belakang penulisan makalah ini. Supaya hakim-
hakim agar lebih memperhatikan lagi tugasnya sebagai penegak keadilan di dalam
masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan profesi Hakim?
2. Apa tanggung jawab moral Hakim?
3. Bagaimana etika profesi seorang Hakim?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
1. Untuk mengetahui tentang profesi Hakim.
2. Untuk mengetahui tanggung jawab moral Hakim.
3. Untuk mengetahui etika profesi seorang Hakim.

3
BAB II
ISI

2.1. PENGERTIAN PROFESI HAKIM


Sebagai sebuah profesi yang berkaitan dengan proses di pengadilan, definisi hakim
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau yang
biasa disebut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Pasal 1 angka 8 KUHAP
menyebutkan, hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk mengadili. Sedangkan mengadili diartikan sebagai serangkaian tindakan hakim
untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak
memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-
undang.
Hakim memiliki kedudukan dan peranan yang penting demi tegaknya negara hukum. Oleh
karena itu, terdapat beberapa nilai yang dianut dan wajib dihormati oleh penyandang profesi
hakim dalam menjalankan tugasnya. Nilai di sini diartikan sebagai sifat atau kualitas dari
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Bagi manusia, nilai
dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari
maupun tidak. Nilai-nilai itu adalah sebagai berikut:
1. Profesi hakim adalah profesi yang merdeka guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia.
2. nilai keadilan juga tercermin dari kewajiban hakim untuk menyelenggarakan peradilan
secara sederhana, cepat, dan biaya ringan, agar keadilan tersebut dapat dijangkau semua
orang.
3. Hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan
dengan dalih bahwa hukumnya tidak ada atau kurang jelas. 
4. Hakim wajib menjunjung tinggi kerja sama dan kewibawaan korps.
5. Hakim harus senantiasa mempertanggungjawabkan segala sikap dan tindakannya. Secara
vertikal berarti ia bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
6. Hakim wajib menjunjung tinggi nilai obyektivitas.
Profesi hakim sebagai salah satu bentuk profesi hukum sering digambarkan sebagai pemberi
keadilan. Oleh karena itu, hakim juga digolongkan sebagai profesi luhur (officium nobile), yaitu
profesi yang pada hakikatnya merupakan pelayanan pada manusia dan masyarakat. Sebagai
suatu profesi di bidang hukum yang secara fungsional merupakan pelaku utama dalam

4
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, hakim dituntut untuk memiliki suatu keahlian khusus
sekaligus memahami secara mendalam mengenai ruang lingkup tugas dan kewajibannya. Salah
satu unsur yang membedakan profesi hakim dengan profesi lainnya adalah adanya proses
rekrutmen serta pendidikan bersifat khusus yang diterapkan bagi setiap orang yang akan
mengemban profesi ini.

2.2.TANGGUNG JAWAB MORAL HAKIM


Secara filosofis, tujuan akhir profesi hakim adalah ditegakkannya keadilan. Cita hukum
keadilan yang terapat dalam das sollen (kenyataan normatif) harus dapat diwujudkan dalam das
sein (kenyataan alamiah) melalui nilai-nilai yang terdapat dalam etika profesi. Salah satu etika
profesi yang telah lama menjadi pedoman profesi ini sejak masa awal perkembangan hukum
dalam peradaban manusia adalah The Four Commandments for Judges dari Socrates. Kode etik
hakim tersebut terdiri dari empat butir di bawah ini:
1. To hear corteously (mendengar dengan sopan dan beradab);
2. To answer wisely (menjawab dengan arif dan bijaksana);
3. To consider soberly (mempertimbangkan tanpa terpengaruh apapun);
4. To decide impartially (memutus tidak berat sebelah).
Sebagai perwujudan dari sikap dan sifat di atas, maka sebagai pejabat hukum, hakim harus
memiliki etika kepribadian, yakni:
1. percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. menjunjung tinggi citra, wibawa, dan martabat hakim;
3. berkelakuan baik dan tidak tercela;
4. menjadi teladan bagi masyarakat;
5. menjauhkan diri dari perbuatan asusila dan kelakuan yang dicela oleh masyarakat;
6. tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim;
7. bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab;
8. berkepribadian, sabar, bijaksana, berilmu; 
9. bersemangat ingin maju (meningkatkan nilai peradilan);
10. dapat dipercaya; dan
11. berpandangan luas

2.3. ETIKA PROFESI SEORANG HAKIM

5
Etik Profesi hakim meliputi sifat-sifat hakim, sikap hakim dalam persidangan, terhadap
sesama rekan, terhadap bawahan, terhadap masyarakat, terhadap keluarga atau rumah tangga
serta kewajiban dan larangan profesi hakim.

Sifat hakim tercermin dalam lambang Hakim yang dikenal dengan "Panca Dharma Hakim" :
1.  Kartika, yaitu memiliki sifat percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
2. Cakra, yaitu sifat mampu memusnahkan segala kebathilan, kezaliman dan ketidakadilan.
3. Candra, yaitu memiliki sifat bijaksana dan berwibawa.
4. Sari, yaitu berbudi luhur dan berkelakuan tidak tercela.
5. Tirta yaitu sifat jujur.

2.3.1. ETIKA PROFESI HAKIM DALAM PERSIDANGAN


1. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan dalam hukum acara yang
berlaku, dengan memperhatikan azas-azas peradilan yang baik, yaitu :
A. Menjunjung tinggi hak seseorang untuk mendapat putusan (right to a decision)
dimana setiap orang berhak untuk mengajukan perkara dan dilarang menolak untuk
mengadilinya kecuali ditentukan lain oleh undang-undang serta putusan harus
dijatuhkan dalam waktu yang pantas dan tidak terlalu lama.
B.  Semua pihak yang berperkara berhak atas kesempatan dan perlakuan yang sama
untuk didengar, diberikan kesempatan untuk membela diri, mengajukan bukti-bukti
serta memperoleh imformasi dalam proses pemeriksaan.(a fair hearing).
C. Putusan dijatuhkan secara obyektif tanpa dicemari oleh kepentingan pribadi atau
pihak lain (no bias) dengan menjunjung tinggi prinsip (nemo judex in resua).
D. Putusan harus memuat alasan-alasan hukum yang jelas dan dapat dimengerti serta
bersifat konsisten dengan penalaran hukum yang sistematis (reasones and
argumentation of decision), dimana argumentasi tersebut harus diawasi
(controlerbaarheid) dan diikuti serta dapat dipertanggungjawabkan (accountability)
guna menjamin sifat keterbukaan (transparency) dan kepastian hukum (legal
certainity) dalam proses peradilan.
E. Menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia.

6
2.  Tidak dibenarkan menunjukkan sikap memihak atau bersimpati ataupun
antipati kepada pihak-pihak yang berperkara, baik dalam ucapan maupun
tingkah laku.
3. Harus bersifat sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam ucapan
maupun dalam perbuatan.
4. Harus menjaga kewibawaan dan kehidmatan persidangan antara lain serius dalam
memeriksa, tidak melecehkan pihak-pihak baik dengan kata-kata maupun perbuatan.
5. Bersungguh-sunguh mencari kebenaran dan keadilan.

2.3.2. ETIKA PROFESI HAKIM DILUAR PERSIDANGAN


Di samping itu, di luar kedinasannya berprofesi di pengadilan, hakim juga harus
senantiasa menjaga sikap dan perilakunya. Terhadap diri pribadi, seorang hakim harus:
1. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani.
2. Berkelakuan baik dan tidak tercela.
3. Tidak menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi maupun golongan.
4. Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan asusila dan kelakuan yang dicela oleh
masyarakat.
5. tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang merendahkan martabat hakim.

2.3.3. ETIKA PROFESI HAKIM TERHADAP SESAMA REKAN


1. Memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik antara sesama rekan.
2. Memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa dan saling menghargai antara sesama
rekan.
3. Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap korps Hakim secara wajar.
4. Menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di luar
kedinasan.

2.3.4. ETIKA PROFESI HAKIM TERHADAP BAWAHAN ATAU PEGAWAI


1. Harus mempunyai sifat kepemimpinan.
2. Membimbing bawahan atau pegawai untuk mempertinggi pengetahuan.
3.  Harus mempunyai sikap sebagai sebagai seorang bapak atau Ibu yang baik.
4. Memelihara sikap kekeluarga

7
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Hakim merupaka sebuah profesi yang berkaitan dengan proses pengadilan yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, yang mana disebutkan bahwa hakim
adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili.
Sebagai seorang hakim harus memiliki etika profesi didalam persidangan maupun diluar
persidangan. Etika profesi didalam persidangan antara lain Bersikap dan bertindak menurut
garis-garis yang ditentukan dalam hukum acara yang berlaku, dengan memperhatikan azas-azas
peradilan yang baik, Tidak dibenarkan menunjukkan sikap memihak atau bersimpati
ataupun antipati kepada pihak-pihak yang berperkara, baik dalam ucapan maupun
tingkah laku. Harus bersifat sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam
ucapan maupun dalam perbuatan, Harus menjaga kewibawaan dan kehidmatan persidangan
antara lain serius dalam memeriksa, tidak melecehkan pihak-pihak baik dengan kata-kata
maupun perbuatan, Bersungguh-sunguh mencari kebenaran dan keadilan
Sedangkan diluar persidangan etika profesi yang harus dimiliki oleh hakim adalah memiliki
kesehatan jasmani dan rohani, berkelakuan baik dan tidak tercela, tidak menyalahgunakan
wewenang untuk kepentingan pribadi maupun golongan, menjauhkan diri dari perbuatan-
perbuatan asusila dan kelakuan yang dicela oleh masyarakat, dan tidak melakukan perbuatan-
perbuatan yang merendahkan martabat hakim.

3.2.SARAN
Demikian makalah yang Saya tulis, jika ada kekurangan Saya menampung kritik dan
saran dari anda. Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai