PERKULIAHAN II
TEORI DALAM HUKUM PERPAJAKAN
2. Teori Asuransi
Teori Asuransi merupakan satu diantara teori dalam hukum
perpajakan. Namun teori ini dinilai tidak memiliki kekuatan untuk
digunakan. Adapun teori dimaksud:
“Adalah termasuk dalam tugas negara untuk melindungi orang
dan segala kepentingannya: keselamatan dan keamanan jiwa, juga
harta bendanya. Sebagaimana juga halnya dengan setiap
perjanjian asuransi (pertanggungan), maka untuk perlindungan
tersebut di atas diperlukan pembayaran premi, dan di dalam hal
ini, pajak inilah yang dianggap sebagai preminya, yang pada
waktu-waktu tertentu harus dibayar oleh masing-masing.”13
12KKBI Online.
13
R. Santoso Brotodihardjo. Op.cit. Hlm. 30
11
3. Teori Kepentingan
Teori Kepentingan merupakan teori yang cukup relevan bila
ditafsirkan jelas subjek pajaknya. Namun dipandang ambigu (memiliki
dua sisi yang saling bertolak belakang) sebagaimana isi dari teori:
“Pajak dipungut dari penduduk seluruhnya dengan pembagian
beban didasarkan pada kepentingan orang masing-masing dalam
tugas-tugas pemerintahan (yang bermanfaat baginya) termasuk
juga perlindungan atas jiwa orang-orang itu beserta harta
bendanya. Maka sudah selayaknyalah bahwa biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh negara untuk menunaikan kewajibannya
dibebankan kepada mereka itu.” 14
14Ibid. Hlm. 31
12
miskin berada pada angka yang sangat besar ketimbang yang kaya dan
rakyat miskin memiliki kepentingan besar terhadap negara untuk
mendapatkan jaminan sosial. Logika terbalik menjadi argumentasi
yang tidak relevan karena akan terbersit maksud dan tujuan menutupi
sumber perolehan harta berharga si kaya itu berasal dari hak seluruh
rakyat dan menganggap perlindungan terhadap dirinya bisa dengan
kekayaannya (pola pemikiran membangun kekuasaan di dalam negara).
Teori ini juga mengalami kejatuhan akibat ketidakjelasan
kepentingannya diperuntukan bagi siapa.
15Ibid. Hlm. 32
13
Menurut de Langen:
“Teori gaya pikul ini memiliki tekanan yang sama atas individu
dengan tolok ukurnya berupa luasnya pemuasan kebutuhan yang
dapat dicapai oleh seseorang.” Lebih lanjut dijelaskan oleh de
Langen: bahwasanya kebutuhan yang bersifat mutlak bagi setiap
individu (seperti memiliki rumah tempat berteduh, cukup
memiliki makanan, dan yang bersifat takaran rata kebutuhan
utama) tidak untuk dijadikan ukuran pajak melainkan
kelebihannya itu yang menjadi gaya pikul.”16
16Ibid. Hlm. 33
17Ibid.
14
Latihan