Anda di halaman 1dari 18

ANALISA JURNAL KEPERAWATAN NEUROREHABILITASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEPATUHAN REHABILITASI

DENGAN KEMANDIRIAN PASIEN PASCA STROKE

(Relationship of Family Support And Rehabilitation Compliance With The


Possibility Of Post Stroke Patients)

Nama : Ruth Kasitai

Nim : C1814201224

Kelas : B (S1 Khusus)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIK

STELLA MARIS MAKASSAR

TAHUN 2021

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

Makassar -3 februari-2021
ABSTRAK

Pendahuluan : Keluarga yang tidak mendukung pasien dapat mempengaruhi tingkat


kepatuhan rehabilitasi, yang akan mengurangi tingkat kemandirian pasien pasca stroke.
Tujuannya adalah untuk menjelaskan hubungan antara dukungan keluarga dan kepatuhan
rehabilitasi dengan kemandirian pasien stroke.

Metode : Studi cross-sectional, 96 pasien pasca stroke diambil dengan teknik consecutive

sampling. Variabel independen adalah tingkat dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan

rehabilitasi. Variabel dependen adalah tingkat kemandirian pasien pasca stroke.

Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan Spearman's Rho α≤0.05.

Hasil : Ada hubungan antara dukungan keluarga dan kemandirian pasien pasca-stroke

(α≤0,05, p = 0,001 dan r = 0,384). Ada hubungan antara kepatuhan rehabilitasi dengan
kemandirian pasien pasca-stroke (α≤0,05, p = 0,000 dan r = 0,473).

Simpulan : Dukungan keluarga dan kepatuhan rehabilitasi yang baik tidak memengaruhi

pasien pasca stroke dengan derajat kecacatan yang parah.

Kata Kunci Kepatuhan rehabilitasi; dukungan keluarga; mandiri; pasca stroke


PENDAHULUAN stroke iskemik lebih banyak, yaitu sebesar
87% dari seluruh penderita stroke (AHA,
Stroke merupakan sebuah penyakit yang
2019). Hasil Riset Kesehatan Dasar
menyerang arteri menuju ke otak. Penyakit
(Riskesdas) tahun 2018 menyatakan 10,9
ini merupakan penyakit nomor 5 yang
orang per mil di antaranya mengalami
paling mematikan dan penyakit nomor satu
stroke. Jumlah ini meningkat dari riset
yang menyebabkan kecacatan di Amerika
sebelumnya pada tahun 2013 yang
Serikat (ASA, 2019). Kecacatan yang
mendapatkan hasil 7 orang per mil
dialami pasien pasca stroke dapat
(Riskesdas Kemenkes RI, 2018).
menghambat mereka dalam melakukan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
aktivitas sehari-hari seperti mandi, berjalan,
pada tahun 2017 melaporkan penderita
menaiki tangga, menyiapkan makan dan
stroke meninggal sebanyak 6,7 juta jiwa
bepergian (Cameron et al., 2014; Jiménez-
(38,3%) dan mengalami kecacatan sebanyak
caballero & Ramírez-moreno, 2016).
65% dari seluruh penderita (Depkes RI,
Friedman (2010) menjelaskan bahwa
2013, 2017). Penderita stroke dan jantung
dukungan keluarga sangat berperan penting
berada pada usia produktif sebanyak
dalam mendampingi pasien stroke karena
1.236.825 jiwa. Penderita terbanyak
dapat meningkatkan keberhasilan dalam beradapada usia 55 sampai 64 tahun dengan
menjalani rehabilitasi. Selain itu, dengan jumlah 363.955 orang (Riskesdas dan
adanya dukungan dari keluarga, pasien akan Pusdatin Kemenkes RI, 2013). Penderita
merasakan adanya dorongan semangat dan stroke yang mengalami kesulitan dalam
motivasi dalam menjalani rehabilitasi melakukan aktivitas sehari-hari disebabkan
sehingga kepatuhan pasien juga akan oleh gangguan fungsional sebanyak 75%
meningkat (Setyoadi, Nasution, & (Kim, Mi Kim, & Kyung Kim, 2014). WHO
Kardinasari, 2018). Ketidakpatuhan dalam (2003) melaporkan bahwa tingkat kepatuhan
mengikuti proses pengobatan akan dapat pasien pada terapi jangka panjang terhadap
meningkatkan risiko berkembangnya atau penyakit kronis di negara maju hanya
memperburuk penyakit yang diderita (Arifin sebesar 50%, sedangkan untuk negara
& Damayanti, 2015). Terdapat dua jenis berkembang mendapatkan nilai lebih
penyakit stroke, yaitu stroke iskemik dan rendah. Anggleni (2010) dalam
hemoragik. Jumlah penderita penyakit penelitiannya di RSUP dr. M. Djamil
Padang melaporkan bahwa pasien stroke menyebabkan citra diri penderita terganggu,
yang tidak patuh mengikuti rehabilitasi merasa diri tidak mampu, jelek, memalukan,
sebanyak 66,7%. Penelitian sebelumnya dan sebagainya. Sebagian penderita stroke
juga melaporkan bahwa tingkat kepatuhan bahkan tidak dapat melakukan pekerjaan
pasien stroke yang menjalani rehabilitasi seperti biasa. Upaya yang dapat dilakukan
medik di RSU Haji Surabaya sebesar 68,2%, diantaranya adalah program rehabilitasi atau
sedangkan yang tidak patuh sebesar 31,8%. pengobatan stroke meliputi terapi fisik dan
Tingkat dukungan keluarga pada responden latihan untuk mengontrol gerakan pasien.
yang sama mendapatkan nilai sebesar 86,4% Hal ini pentingdiberikan untuk mencegah
(Wardhani & Martini, 2014). Cheiloudaki & kekakuan dan imobilisasi (Hayyi Wildani &
Alexopoulos (2019) dalam penelitiannya Rosdiana, 2010). Penderita dalam menjalani
melaporkan bahwa tingkat kepatuhan pasien program neurorehabilitasi, banyak factor
stroke pada unit rehabilitasi di rumah sakit yang akan mempengaruhi kepatuhannya,
umum kota Chania, Crete sebanyak 68,6% seperti keterbatasan dana, pengetahuan serta
pasien optimal, 25,7% sedang, dan 7% motivasi dan dukungan keluarga
rendah dengan didominasi oleh laki-laki. (Wurtiningsih, 2012). Pasien stroke yang
Penderita stroke akan mengalami gejala- memiliki dukungan sosial yang kuat dan
gejala seperti lumpuh separuh badan, mulut fungsi keluarga yang baik akan membantu
mencong, afasia, kemampuan berfikir yang kebutuhan pemulihan kearah yang lebih
menurun, penglihatan dan pendengaran baik. Dukungan ini dapat berupa membawa
terganggu, mudah lupa atau demensia, penderita ke unit fisioterapi, melakukan
gangguan seksual, mengompol,bahkan pengawasan pada saat latihan mobilitas,
sampai tidak dapat buang air besar sendiri. memotivasi penderita untuk melanjutkan
Perubahan- perubahan yang menunjukkan hidupnya sembari meyakinkan bahwa
keterbatasan fisik ini membuat mereka banyak orang berhasil pulih dari stroke
merasa terasing dan memiliki persepsi kemudian melakukan aktivitas normal
bahwa dirinya tidak berguna lagi karena (Wurtiningsih, 2012). Pelayanan untuk
hidup mereka lebih banyak bergantung pada rehabilitasi telah diatur dalam dalam
orang lain (Hasan & Raharisti R, 2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 65 tahun 2015 tentang
Keterbatasan-keterbatasan fisik tersebut
standar pelayanan fisioterapi. Pelayanan
akan menjadi bentuk kecacatan
tersebut dikembangkan dalam promotif, dunia). Variabel independen adalah tingkat
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan
bersifat umum maupun kekhususan pada rehabilitasi pasien pasca stroke, variabel
berbagai tingkat fasilitas kesehatan seperti dependen adalah tingkat kemandirian
puskesmas, rumah sakit umum, rumah sakit pasien pasca stroke. Data karakteristik
khusus, dan di tempat praktik mandiri. responden yang diambil dalam penelitian ini
Adanya peraturan ini akan membuat antara lain usia, jenis kelamin, tingkat
pelayanan rehabilitasi yang diberikan pendidikan, pekerjaan, status pekerjaan,
kepada individu akan mengacu pada standar jaminan kesehatan, diagnosa stroke.
atau pedoman sesuai ilmu pengetahuan Pengukuran variabel independen
teknologi fisioterapi secara aman, bermutu, menggunakan kuesioner dukungan keluarga
efektif, dan efisien serta dapat dan kepatuhan rehabilitasi (MMAS),
dipertanggungjawabkan. sedangkan untuk pengukuran variabel
dependen menggunakan kuesioner Barthel
Index. Penelitian ini telah lolos uji etik oleh
2. METODE Komite Etik Fakultas Keperawatan

Penelitian Cross-sectional dengan jenis Universitas Airlangga dengan nomor

analisis observasional dilakukan dari bulan sertifikat etik No.1519-KEPK. Uji

Juli 2019 di Instalasi Rehabilitasi Medik RS statistik menggunakan metode Spearman’s

Bayangkara Besar populasi pasien pasca Rho dengan α ≤ 0,05 menggunakan

stroke yang melakukan rehabilitasi di perangkat lunak IBM SPSS Statistics 21.

Instalasi Rehabilitasi Medik RSU Haji


Surabaya berjumlah 126 orang. 3. HASIL
Pengambilan besar sampel sebanyak 96
orang dengan rumus Slovin, menggunakan Penelitian ini melibatkan 73 orang sebagai

consecutive sampling dengan kriteria responden sampel penelitian. Berikut

inklusi (pasien pasca stroke serangan karakteristik responden: 1) jenis kelamin; 2)

pertama, kondisi stabil berdasarkan rekam usia; 3) tingkat pendidikan; 4) pekerjaan; 5)

medik, dan menjalani rehabilitasi di status pekerjaan; dan 6) diagnose stroke.

Instalasi Rehabilitasi Medik RSU Haji Rentang usia yang digunakan oleh peneliti

Surabaya) dan eksklusi (pasien meninggal


diambil dari pedoman Depkes RI tahun PNS 5 6.8
2009. Tabel Pensiun 22 30.1

Jumlah 73 100
1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, status Status pekerjaan

pekerjaan dan lama terdiagnosa pasien pasca Masih bekerja 7 9.6

stroke Berhenti bekerja 66 90.4

Jumlah 73 100
Karakteristik n %
Jaminan Kesehatan
Usia
BPJS 67 91,6
Dewasa akhir (36-45 th) 8 11.0
KIS 1 1,4
Lansia awal (46-55 th) 13 17.8
Tidak memiliki 5 6,8
Lansia akhir (56-65 th) 33 45.2
Jumlah 73 100
Manula (>66 th) 19 26.0
Diagnosa Stroke
Jumlah 73 100
≤ 1 th 27 37.0
Jenis Kelamin
1-2 th 26 35,6

3-4 th 11 15,1
Laki-laki 44 60.3
5-6 th 6 8,2
Perempuan 29 39.7
7->8 th 3 4,1
Jumlah 73 100
Jumlah 73 100
Tingkat pendidikan
Berdasarkan data yang didapat, dari jumlah
SD 15 20.5
total 73, mayoritas memiliki fasilitas
SMP 3 4.1
jaminan kesehatan, hanya 5 orang yang
SMA 34 46.6
tidak memiliki jaminan kesehatan.
Diploma/Sarjana 21 28.8
Responden yang memiliki fasilitas jaminan
Jumlah 73 100
kesehatan, sebanyak 66 orang memakai
Pekerjaan fasilitas tersebut dalam melakukan
Ibu rumah tangga 20 27.4 rehabilitasi di Instalasi Rehabilitasi Medik
Karyawan swasta 16 21.9 RSU Haji Surabaya Pasien pasca stroke
Wiraswasta 10 13.7 datang ke Instalasi Rehabilitasi RSU Haji
Surabaya mayoritas ingin diantar oleh anak Tabel 2 menunjukkan dari 73 orang
sebanyak 38 orang (52,1%), istri atau suami responden, didapatkan mayoritas dukungan
sebanyak 33 orang (45,2%) dan saudara keluarga pada pasien pasca stroke adalah
sebanyak 2 orang (2,7%). Responden positif pada 55 orang responden (75.3%).
dengan pengantar rehabilitasi yang sesuai Responden dengan dukungan keluarga
dengan keinginan adalah sebanyak 51 orang positif mayoritas mendapatkan dukungan
(69,9%) dan yang tidak 22 orang (30,1%). emosional dalam bentuk selalu
mendampingi pasien ketika melakukan
Tabel 2. Hasil Penilaian Dukungan
rehabilitasi serta dukungan informasional
Keluarga, Kepatuhan Rehabilitasi dan
dalam bentuk selalu mengingatkan jadwal
Kemandirian di Instalasi Rehabilitasi Medik
kontrol. Nilai kepatuhan rehabilitasi pada
RS RSU Haji Surabaya
pasien pasca stroke yang tertinggi adalah
Karakteristik n % kepatuhan rehabilitasi rendah dengan jumlah
Dukungan Keluarga 27 orang responden (37.0%). Responden
dengan tingkat kepatuhan rendah mayoritas
Negatif 18 24.7
tidak mengikuti rehabilitasi karena merasa
Positif 55 75.3
tidak ada perubahan yang dirasakan.
Jumlah 73 100
Kemandirian pada pasien pasca stroke yang
Kepatuhan Rehabilitasi tertinggi adalah pada tingkat sedang dengan
Rendah 27 37.0 jumlah 33 orang responden (45.2%).

Sedang 29 39.7 Responden dengan tingkat kemandirian


sedang mayoritas membutuhkan bantuan
Tinggi 17 23.3
orang lain pada kegiatan membersihkan diri
Jumlah 73 100
seperti mencuci muka dan menggosok gigi,
Kemandirian serta ketika menggunakan jamban dan
Ketergantungan total 6 8.2 keluar masuk toilet.
Ketergantungan parah 20 27.4
Tabel 3. Hasil penilaian antara dukungan
Ketergantungan sedang 33 45.2 keluarga dan kemandirian pasien pasca
Ketergantungan ringan 14 19.2 stroke di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU

Jumlah 73 100 Haji Surabaya


Dukungan Keluarga sebanyak 29 orang responden, yang
mengalami ketergantungan sedang sebanyak
Kemandirian Positif Negatif Total
14 orang (48.2%). Responden dengan
n % n % n %
kepatuhan rehabilitasi tinggi sebayak 17
Total 2 3.6 4 22.2 6 8.2
orang didapatkan sebanyak 10 orang
Parah 12 21.8 8 44.4 20 27.4
(58.8%) responden yang mengalami
Sedang 28 50.9 5 27.8 33 45.2
ketergantungan sedang. Setelah dilakukan
Ringan 13 23.6 1 5.6 14 19.2 uji Spearman’s Rho dengan α ≤ 0,05
Jumlah 55 100 18 100 73 100 didapatkan nilai p sebesar 0,000 dan nilai r
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari total 73 sebesar 0,473 yang dapat diartikan terdapat
orang responden didapatkan 55 orang di hubungan antara kepatuhan rehabilitasi
antaranya mendapatkan dukungan positif dengan kemandirian pasien pasca stroke
dan dialami oleh responden yang mengalami dengan kekuatan korelasi cukup.
ketergantungan sedang, yaitu sebanyak 28
4. PEMBAHASAN
orang (50.9%). Sedangkan, untuk 18 orang
responden dengan dukungan keluarga Dukungan keluarga Berdasarkan hasil
negatif di antaranya mengalami penelitian, terdapat 18 orang yang
ketergantungan parah dengan jumlah mendapatkan dukungan keluarga negatif.
sebanyak 8 orang (44.4%). Hasil uji Responden penelitian ini juga sebagian
Spearman’s Rho didapatkan α≤0,05 besar berusia 56 hingga 65 tahun yang
didapatkan nilai p=0,001 dan nilai r=0,384 berada pada lanjut usia akhir. Hasil
yang dapat diartikan terdapat hubungan penelitian ini sejalan dengan penelitian
antara dukungan keluarga dengan Setyoadi, dkk (2017) tentang hubungan
kemandirian pasien pasca stroke dengan dukungan keluarga dengan kemandirian
kekuatan korelasi cukup. Tabel 4 pasien stroke di instalasi rehabilitasi medik
menunjukkan bahwa dari total 73 rumah sakit dr. Iskak Tulungagung yang
didapatkan 27 orang responden kepatuhan melaporkan pasien pasca stroke rata-rata
rehabilitasi rendah dan dialami oleh berusia 58 tahun. Selain itu juga didapatkan
responden yang mengalami ketergantungan bahwa mayoritas pasien pasca stroke sudah
parah yaitu sebanyak 11 orang (40.7%). berhenti bekerja. Hasil ini didukung oleh
Sedangkan kepatuhan rehabilitasi sedang penelitian Karunia (2016) yang menyatakan
bahwa kebanyakan penderita pasca stroke dukungan keluarga dengan tingkat
berhenti bekerja. Berdasarkan laporan kemandirian activity daily living (ADL)
Riskesdas Kemenkes RI (2013) penderita pada pasien pasca stroke di poliklinik kasih
stroke dan jantung berada pada usia Manado bahwa keluarga yang sibuk bekerja
produktif sebanyak 1.2 juta jiwa dengan tidak memberikan waktu yang cukup untuk
penderita terbanyak berada pada usia antara membantu atau menemani pasien pasca
55 hingga 64 tahun. NHLBI juga stroke. Selain itu, Karunia (2016) juga
melaporkan bahwa usia merupakan faktor melaporkan bahwa pasien pasca stroke
risiko utama dari penyakit stroke. Usia dapat dengan dukungan keluarga yang kurang
menjadi faktor utama penyakit stroke karena dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah
terjadi penurunan fungsi kardiovaskuler satu di antaranya adalah keluarga yang sibuk
pada usia lanjut sehingga akan memicu bekerja. Akumulasi nilai terendah dari hasil
terjadinya penyakit degeneratif (Boehme, kuesioner dengan dukungan keluarga negatif
Esenwa, & Elkind, 2017). Berkaitan dengan berada pada item nomor 6 yang merupakan
dukungan keluarga, usia sangat pertanyaan unfavorable. Item tersebut berisi
berhubungan dengan perkembangan status tentang keluarga membiarkan saya ketika
kesehatan pasien serta diidentifikasi sebagai saya terlihat sedang sedih dengan masalah
faktor yang berhubungan dengan yang saya hadapi pada bagian dukungan
kemampuan pasien dalam menentukan emosional. Hal ini menunjukkan bahwa
tindakan dalam memenuhi kebutuhan keluarga pasien pasca stroke harus
perawatan diri dan kemampuan untuk memberikan perhatian dan tempat untuk
merawat diri (Sari, Dewi, & Setyopranoto, pasien agar dapat mencurahkan perasaan
2017). Sehingga pasien dengan usia semakin yang mereka rasakan. Responden pasien
tua akan membutuhkan dukungan keluarga pasca stroke dengan dukungan keluarga
yang semakin tinggi. Tingginya kebutuhan positif, item soal yang paling banyak
dukungan keluarga pada lansia dengan dijawab benar adalah tentang keluarga
kondisi pasca stroke harus diimbangi dengan pasien yang selalu mendampingi ketika
adanya keluarga yang bersedia meluangkan perawatan pada bagian dukungan emosional,
waktu untuk merawat pasien pasca stroke serta tentang keluarga yang selalu
tersebut. Tatali, dkk (2018) melaporkan mengingatkan jadwal kontrol pasien pada
dalam penelitiannya tentang hubungan bagian dukungan informasional. Peneliti
berpendapat bahwa sebaiknya keluarga Kepatuhan rehabilitasi
pasien pasca stroke sebaiknya menyediakan Kemandirian rendah sedang tinggi Total
waktu khusus untuk merawat pasien dan f % f % f % f %
memberikan perhatian khusus seperti Total 6 22.2 0 0 0 0 6 8.2
keluarga mengingatkan jadwal dan
Parah 11 40.7 7 24.1 2 11.7 20 27.4
mengantarkan pasien ketika rehabilitasi,
Sedang 9 33.3 14 48.2 10 58.8 33 45.2
atau menyediakan tempat untuk
Ringan 1 3.7 8 27.5 5 29.4 14 19.1
mencurahkan perasaan pasien. Keluarga
∑ responden 27 100 29 100 17 100 73 100
pasien yang memberikan perhatian misalnya
seperti waktu khusus untuk pasien pasca
stroke untuk dapat bercerita akan membuat Kepatuhan rehabilitasi
pasien merasa nyaman dan secara tidak
Penelitian ini dilakukan pada pasien pasca
langsung akan meningkatkan tingkat
stroke yang menjalani rehabilitasi di
dukungan keluarga serta motivasi untuk
Instalasi Rehabilitasi Medik RSU Haji
dapat sembuh dari penyakit stroke. Perhatian
Surabaya menunjukkan bahwa sebagian
kecil seperti pengantar pasien yang sesuai
besar responden memiliki tingkat kepatuhan
dengan keinginan mungkin dapat menambah
rehabilitasi rendah dan sedang. Jumlah
semangat dan motivasi pasien yang akan
antara responden dengan tingkat rehabilitasi
mengakibatkan kepatuhan rehabilitasi
rendah dan sedang tidak terpaut jauh.
meningkat sehingga proses rehabilitasi juga
Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa
akan semakin baik. Hasil penelitian ini juga
mayoritas responden dengan kepatuhan
telah didapatkan bahwa pasien pasca stroke
rehabilitasi rendah, sedang dan tinggi
yang memperoleh dukungan keluarga yang
semuanya berada pada usia lansia akhir.
positif akan mendapatkan tingkat
Pendidikan terakhir responden pasca stroke
kemandirian yang lebih baik dari pada
mayoritas berada pada tingkat SMA.
pasien dengan dukungan keluarga negatif.
Temuan ini sejalan dengan penelitian
Tabel 4. Hasil penilaian antara kepatuhan Manurung (2017) tentang dukungan
rehabilitasi dan kemandirian pasien pasca keluarga dengan motivasi dalam melakukan
stroke di Instalasi Rehabilitasi Medik RS ROM pada pasien pasca stroke di RS HKBP
Bayangkara. Balige Kabupaten Toba Samosir yang
melaporkan bahwa hampir setengah dari
responden penelitian tersebut berada pada motivasi yang baik terhadap sesuatu yang
tingkat pendidikan SMA. Pasien pasca akan diinginkan seperti ingin cepat sembuh
stroke yang menjadi responden dalam dari penyakitnya. Hasil penelitian ini
penelitian ini mayoritas memiliki dan didapatkan bahwa jumlah penderita pasca
menggunakan fasilitas jaminan kesehatan stroke dengan tingkat kepatuhan rehabilitasi
dalam melakukan rehabilitasi. La Grecea rendah dan sedang hanya terdapat berbedaan
dalam Wardhani & Martini (2017) yang sedikit. Peneliti berpendapat bahwa hal
menjelaskan bahwa usia merupakan faktor ini disebabkan oleh usia penderita pasca
yang penting dalam perilaku kepatuhan stroke yang mayoritas berada pada lansia
seseorang. Semakin muda usia seseorang, akhir. Hal tersebut dapat menyebabkan
maka tingkat kepatuhan juga semakin tinggi. tingkat kepatuhan yang rendah karena
Usia sangat mempengaruhi motivasi penderita pasca stroke lansia akhir akan
seseorang, motivasi yang sudah berusia lebih memilih untuk di rumah saja dan
lanjut lebih sulit dari orang yang masih dirawat oleh keluarga. Selain itu lansia juga
muda. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan akan lebih tergantung dengan keluarga yang
menurun sejalan dengan bertambahnya usia, merawatnya. Jika anggota keluarga lainnya
khususnya pada beberapa kemampuan yang disibukkan dengan bekerja sehingga tidak
lain (Manurung, 2017). Munro dalam bisa menyempatkan mengantar pasien
penelitian Arianti, Ginting, dan Tampubolon tersebut ke layanan kesehatan, maka akan
(2018) menjelaskan bahwa semakin tinggi mempengaruhi kepatuhan rehabilitasi pasien
pengetahuan pasien, maka semakin baik pasca stroke. Tingkat pendidikan juga
penerimaan informasi tentang pengobatan penting dalam mempengaruhi tingkat
yang diterimanya sehingga pasien stroke kepatuhan rehabilitasi pasien pasca stroke.
akan patuh dalam pengobatan penyakitnya. Peneliti berpendapat dalam penelitian ini,
Tingkat pengetahuan dan pemahaman yang usia lansia dapat mempengaruhi pola pikir
rendah terhadap suatu penyakit dan dalam mengambil keputusan. Lansia
bagaimana pemulihan kondisi pasca stroke mungkin akan pasrah dengan kondisi fisik
dapat menghambat proses pemulihan yang dialaminya dan lebih memilih untuk
(Endriyani, 2011). Ipaenin (2018) dirawat oleh keluarganya di rumah. Selain
menjelaskan bahwa tingkat pendidikan yang itu, meskipun mayoritas responden pasca
baik membuat responden akan mempunyai stroke penelitian ini setara tingkat SMA,
tetapi mayoritas usia responden juga akan kasus ini, rehabilitasi stroke merupakan
berpengaruh terhadap proses penerimaan salah satu cara yang penting dalam
informasi tentang penyakit stroke dan mengembalikan fungsi tubuh pasien pasca
prinsip rehabilitasinya. Jaminan kesehatan stroke yang mengalami kelemahan. Jika
juga dapat berperan dalam tingkat kepatuhan telah mengetahui pentingnya kepatuhan
rehabilitasi, karena dengan adanya fasilitas rehabilitasi pasca stroke, maka pasien akan
jaminan kesehatan yang dimiliki pasien, rutin dalam mengikuti program tersebut.
mereka tidak akan dibebankan dalam
Kemandirian
pembayaran secara tunai. Hal tersebut
mungkin akan meningkatkan minat pasien Hasil penelitian ini didapatkan tingkat
pasca stroke dalam melakukan rehabilitasi. kemandirian pasien pasca stroke didominasi
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada lansia akhir yang berada pada tingkat
pasien pasca stroke dengan kepatuhan ketergantungan sedang. Hasil ini selaras
rehabilitasi sedang, item dengan nilai dengan penelitian Chayati (2018) yang
terendah mayoritas berada pada item nomor menyatakan bahwa faktor usia memang
4 yang berisi tentang pasien pernah tidak memiliki peranan yang penting dalam
mengikuti rehabilitasi karena merasa tidak pemulihan kondisi pasien pasca stroke.
ada perubahan yang dirasakan. Sedangkan Parekh dalam (Chayati et al., 2018)
untuk pasien dengan kepatuhan rehabilitasi menyebutkan bahwa semakin tua usia
rendah, item soal dengan nilai terendah penderita maka akan membutuhkan waktu
berada pada nomor 7 tentang perasaan kesal pemulihan yang lebih lama karena terjadi
pasien ketika menjalani program rehabilitasi penurunan kemampuan fisik. Penelitian
dengan jangka waktu yang lama. Kedua sebelumnya melaporkan bahwa terdapat
item soal tersebut termasuk dalam soal hubungan yang bersifat terbalik antara usia
unfavorable. Peneliti berpendapat bahwa pasien pasca stroke dengan tingkat
usia dan tingkat pendidikan responden kemandiriannya (Mansoor Rayegani et al.,
pasien pasca stroke dapat mempengaruhi 2016). Berdasarkan hasil penelitian tersebut
cara pengambilan keputusan. Seseorang dapat diartikan bahwa semakin muda usia
dengan tingkat pengetahuan yang lebih maka kemandirian orang tersebut juga
tinggi akan lebih memahami cara mengatasi semakin tinggi. Peneliti berpendapat bahwa
masalah yang dia hadapi. Seperti dalam pada lansia akhir yang menjalani rehabilitasi
pasca stroke, akan membutuhkan waktu bantuan kursi roda untuk mobilisasinya.
yang lama agar dapat mencapai tingkat Pasien dengan ketergantungan parah,
kemandirian yang baik. Jika pasien pasca mayoritas membutuhkan bantuan dalam
stroke ingin mencapai tingkat kemandirian melakukan aktivitas membersihkan diri dan
yang baik maka mereka harus memiliki mandi. Keampuan pasien pasca stroke
kepatuhan rehabilitasi yang baik pula. Selain sangat bervariasi tergantung dengan tingkat
itu, usia yang semakin tua juga akan kemandirian mereka, semakin rendah
menyebabkan individu ingin mendapatkan tingkat kemandirian maka akan semakin
perhatian yang lebih, yang akhirnya akan membutuhkan bantuan orang lain.
menurunkan tingkat kemandirian individu
Hubungan dukungan keluarga dengan
tersebut. Selain itu, keparahan serangan
kemandirian
stroke pada masa akut juga dapat berperan
dalam tingkat kemandirian pasien pasca Hasil penelitian ini ditemukan adanya
stroke. Hal tersebut dapat terjadi jika pasien hubungan antara dukungan keluarga dengan
dengan serangan yang parah terjadi pada kemandirian pasien pasca stroke dengan
otak dan tidak segera mendapatkan nilai korelasi sedang. Angka koefisien
pertolongan, maka kerusakan yang terjadi di korelasi tersebut memiliki nilai positif
otak akan sulit untuk dikembalikan. Derajat sehingga dapat diartikan bahwa hubungan
kecacatan yang semakin tinggi akan dukungan keluarga dan kemandirian pasien
menyebabkan tingkat kemandirian pasien pasca stroke bersifat searah. Hubungan
pasca stroke akan semakin rendah. searah memiliki arti apabila dukungan
Berdasarkan akumulasi nilai item terendah keluarga yang didapatkan pasien pasca
dari responden dengan ketergantungan total, stroke baik, maka tingkat kemandirian juga
pasien membutuhkan bantuan orang lain akan meningkat. Sebaliknya, jika keluarga
dalam melakukan kegiatan membersihkan pasien tidak mendukung atau memberi
diri (seperti cuci muka dan sikat gigi), dukungan yang buruk, maka kemandirian
penggunaan jamban, serta memakai baju. pasien juga akan semakin rendah. Hasil
Selain itu, untuk melakukan perpindahan penelitian ini masih didapatkan responden
posisi dari tidur ke duduk, pasien dengan pasien pasca stroke yang mendapatkan
ketergantungan total ini membutuhkan dukungan keluarga positif dengan
bantuan dua orang, serta menggunakan ketergantungan total sebanyak 2 orang dan
ketergantungan parah sebanyak 12 orang. keluarga yang positif terjadi karena kondisi
Selain itu, untuk responden yang derajat kecacatan yang buruk karena
mendapatkan dukungan keluarga negatif serangan stroke yang parah. Hal tersebut
dengan ketergantungan parah sebanyak 8 dapat menyebabkan pasien mengalami
orang. Tatali, dkk (2018) menjelaskan gangguan aktivitas sehari-hari, seperti
bahwa pasien pasca stroke mengalami membutuhkan bantuan ketika ambulasi,
ketakutan dalam melakukan aktivitas secara aktivitas kebersihan diri, atau bahkan tidak
mandiri. Selain itu, pasien pasca stroke bisa mengendalikan rangsangan berkemih
pernah terjatuh ketika latihan fisik atau dan defekasi. Sehingga pasien pasca stroke
kejadian jatuh di kamar mandi yang sering dengan kondisi tersebut akan sangat
diketahui dapat menjadikan trauma membutuhkan bantuan keluarganya.
tersendiri bagi pasien. Selain itu, usia yang
Hubungan kepatuhan rehabilitasi dan
semakin tua juga dapat menyebabkan
kemandirian
tingkat kemandirian yang rendah. Hal
tersebut dapat terjadi karena proses Hasil penelitian ini ditemukan adanya
regenerasi sel-sel yang berlangsung pada hubungan antara kepatuhan rehabilitasi
lansia mengalami perlambatan sehingga dengan kemandirian pasien pasca stroke.
kemampuan pengembalian fungsi tubuh juga Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
ikut melambat (Tatali et al., 2018). Hasil pada pasien rehabilitasi pasca stroke dengan
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian tingkat kepatuhan rehabilitasi rendah
Erlina dalam Octaviani (2017) melaporkan mayoritas memiliki tingkat ketergantungan
bahwa dukungan keluarga merupakan salah parah. Pasien dengan tingkat kepatuhan
satu faktor yang dapat mempengaruhi rehabilitasi sedang mayoritas memiliki
kualitas hidup terhadap status kesehatan. tingkat ketergantungan sedang. Pasien
Keberadaan dukungan keluarga yang rehabilitasi pasca stroke dengan tingkat
adekuat dapat menurunkan mortalitas, lebih kepatuhan rehabilitasi rendah yang
mudah sembuh dari penyakit serta mayoritas memiliki tingkat ketergantungan
meningkatkan fungsi fisik, kognitif dan parah, dengan jumlah 11 orang. Hasil
emosional. Peneliti berpendapat bahwa penelitian oleh Jannah & Azam, (2017)
tingkat kemandirian yang rendah yang tentang faktor-faktor yang berhubungan
terjadi pada responden dengan dukungan dengan kepatuhan menjalani rehabilitasi
medik pada pasien stroke melaporkan bahwa lansia akhir sebanyak 50,87%. Karunia
penderita stroke yang menjalani rehabilitasi dalam penelitian Setyoadi et al. (2018)
harus memiliki motivasi yang tinggi. Hal menyatakan bahwa usia merupakan faktor
tersebut dikarenakan motivasi yang tinggi yang berperan dalam kemandirian pasien
pasien akan lebih bersemangat dalam stroke. Usia lanjut dapat menghambat proses
menjalani rehabilitasi sehingga akan rehabilitasi karena pada pasien usia tersebut
mempercepat proses pemulihan fungsi kemampuan regenerasi sel mengalami
fisiknya. Peneliti juga mendapatkan hasil penurunan, sehingga membutuhkan waktu
wawancara dengan pasien bahwa dengan yang lebih lama daripada pada usia yang
merubah mind set dalam melakukan lebih muda (Tatali et al., 2018). Peneliti
rehabilitasi sangat penting berkaitan dengan berpendapat bahwa selain usia lanjut dapat
kepatuhan. Salah satu pasien berpendapat menghambat proses rehabilitasi karena
bahwa merubah mind set dengan terdapat penurunan fungsi, pada lansia
menganggap program rehabilitasi yang sering kali terjadi perubahan kondisi di
dijalani adalah salah satu usaha untuk mana lansia kembali bersifat seperti anak
pemulihan kondisi fisiknya. Sehingga begitu kecil yang manja dan ingin selalu
pasien akan mendapatkan tingkat kepatuhan mendapatkan perhatian. Hal tersebut dapat
rehabilitasi yang tinggi dan akhirnya tingkat menyebabkan tingkat kemandirian pasien
kemandirian pasien juga akan naik. pasca stroke menurun. Tingkat kemandirian
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan dan tingkat kepatuhan rehabilitasi saling
pasien dengan tingkat kepatuhan rehabilitasi berhubungan satu sama lain. Pasien pasca
sedang mayoritas memiliki tingkat stroke dengan tingkat kemandirian yang
ketergantungan sedang, dengan jumlah 14 semakin rendah dapat menyebabkan mereka
orang. Hasil penelitian ini sejalan dengan tidak bisa menuju unit pelayanan
penelitian Setyoadi, Nasution, & Kardinasari rehabilitasi, mereka hanya akan dirawat di
(2018) yang membahas tentang dukungan rumah oleh keluarganya. Hal tersebut dapat
keluarga dalam peningkatan kemandirian mengakibatkan tingkat kepatuhan
pasien stroke menyatakan bahwa rehabilitasi juga akan ikut menurun.
kebanyakan pasien stroke mengalami Sebaliknya, tingkat kepatuhan yang rendah
ketergantungan sedang. Pasien stroke dalam juga dapat berpengaruh dengan tingkat
penelitian tersebut juga didominasi oleh kemandirian pasien. Pasien dengan
kepatuhan yang rendah, tidak rutin MEDAN TAHUN 2016. Jurnal Ilmiah
menjalani rehabilitasi yang telah disarankan PANNMED, 13(1), 50–56. Arifin, &
oleh dokter ataupun berlatih sendiri di Damayanti, S. (2015). Hubungan Dukungan
rumah. Hal tersebut akan menurunkan Keluarga Dengan Kepatuhan Dietdiabetes
tingkat kemandirian karena pada pasien Melitus Tipe 2 Di Poli Penyakit Dalam.
pasca stroke disarankan untuk segera Jurnal Keperawatan Respati, II(September),
melakukan rehabilitasi untuk 1–18. Boehme, A. K., Esenwa, C., & Elkind,
menyelamatkan fungsi-fungsi tubuh yang M. S. V. (2017). Stroke Risk Factors ,
masin dapat dipulihkan. Genetics , and Prevention. 472– 495.
https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.116.
SIMPULAN
3083 98 Cameron, J. I., Naglie, G., Gignac,
Terdapat hubungan yang cukup antara tiap M. A. M., Bayley, M., Warner, G., & Green,
variabel independen dengan variabel T. (2014). Randomized clinical trial of the
dependen. Dukungan keluarga dan timing it right stroke family support
kepatuhan rehabilitasi yang baik tidak program : research protocol. Chayati, N.,
memengaruhi pasien pasca stroke dengan Putranti, D. P., & Firmawati, E. (2018).
derajat kecacatan yang parah. Perkembangan dan Faktor-faktor yang
Memengaruhi Tingkat Kemandirian Pasien
DAFTAR PUSTAKA
Strok Selama Rawat Inap di Yogyakarta
AHA, A. H. A. (2019). Ischemic stroke. berdasar atas Skor Development and Factors
Anggleni, T. (2010). Faktor-Faktor yang Affecting the Level of Independence of
Berhubungan dengan Kepatuhan Klien Stroke Patients During Hospitalization in
Pasca Stroke dalam Mengikuti Rehabilitasi Yogyakarta based o. Majalah Kedokteran
di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. M. Bandung, 50(4), 208–214. Cheiloudaki, E.,
Djamil Padang. Universitas Andalas. & Alexopoulos, E. C. (2019). Adherence to
Arianti, W. D., Ginting, S., & Tampubolon, treatment in stroke patients. International
A. C. (2018). HUBUNGAN Journal of Environmental Research and
PENGETAHUAN PASIEN TENTANG Public Health, 16(2).
STROKE DENGAN KEPATUHAN https://doi.org/10.3390/ijerph16020196
MENJALANI FISIOTERAPI DI RUANG Endriyani, L. (2011). KEMANDIRIAN
FISIOTERAPI RSUD DR . PIRNGADI ACTIVITIES OF DAILY LIVING
KEMANDIRIAN ACTIVITIES OF DAILY & Karimzadeh, A. (2016). Evaluation of
LIVING. Hasan, N., & Raharisti R, E. complete functional status of patients with
(2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial stroke by Functional Independence Measure
Dengan Strategi Coping Pada Penderita scale on admission , discharge , and six
Stroke Rsud Dr. Moewardi Surakarta. months poststroke. Iranian Journal of
Universitas Sahid Surakarta, Vol 2, No, 41– Neurology, 15(4), 202–208. Manurung, M.
62. Hayyi Wildani, M., & Rosdiana, I. (2017). DUKUNGAN KELUARGA
(2010). Pengaruh Fisioterapi Terhadap DENGAN MOTIVASI DALAM
Kekuatan Otot Ekstremitas pada Penderita MELAKUKAN ROM PADA PASIEN
Stroke Non Hemoragik. Fakultas PASCA STROKE DI RSU HKBP BALIGE
Kedokteran UNISSULA, Azam, M. (2017). KABUPATEN TOBA SAMOSIR. Idea
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Nursing Journal, VIII(3). Octaviani, R.
Kepatuhan Menjalani Rehabilitasi (2017). Hubungan dukungan keluarga
Medikpada Pasien Stroke. 1, 801–811. dengan kualitas hidup lanjut usia pasca
Jiménez-caballero, P. E., & Ramírez- stroke di wilayah kerja puskesmas gajahan
moreno, J. M. (2016). Functional Status and surakarta. Sari, F., Dewi, T., &
disability in patients after acute stroke: a Setyopranoto, I. (2017). Dukungan keluarga
longitudinal study. 25(2), 144– 151. dan kualitas hidup penderita stroke pada fase
Karunia, E. (2016). Hubungan Antara pasca akut di Wonogiri. Berita Kedokteran
Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Masyarakat (BKM Journal of Community
Activity of Daily Living (ADL) Pasca Medicine and Public Health) Volume, 33(8),
Stroke. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 383–390. Setyoadi, Handayani Nasution, T.,
4(September), 213–224. & Kardinasari, A. (2017). HUBUNGAN
https://doi.org/10.20473/jbe.v4i2.2016.213 DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
Kim, K., Mi Kim, Y., & Kyung Kim, E. KEMANDIRIAN PASIEN STROKE DI
(2014). Correlation between the Activities of INSTALASI REHABILITASI MEDIK
Daily Living of Stroke Patients in a RUMAH SAKIT DR. ISKAK
Community Setting and Their Quality of TULUNGAGUNG. Majalah Kesehatan
Life. J. Phys. Ther. Sci, 26, 417–419. FKUB, 4(3), 139–148. Setyoadi, Nasution,
Mansoor Rayegani, S., Seyed, A. R., T. H., & Kardinasari, A. (2018). Family
Alikhani, E., Bayat, M., Bahrami Hasan, M., support in improving independence of stroke
patients. 6(1), 96–107. Tatali, A. J., Kundre,
R., & E katuuk, M. (2018). HUBUNGAN
DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY
DAILY LIVING ( ADL ) PADA PASIEN
PASCA STROKE DI POLIKLINIK KASIH
MANADO. E-Journal Keperawatan (e-
Kep), 6(1), 1–8. Wardhani, I. O., & Martini,
S. (2014). Hubungan Antara Karakteristik
Pasien Stroke Dan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Menjalani Rehabilitasi.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 3, 24– 34.
Wardhani, I. O., & Martini, S. (2017).
HUBUNGAN ANTARA
KARAKTERISTIK PASIEN STROKE
DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN KEPATUHAN MENJALANI
REHABILITASI. 24–34. WHO, W. H. O.
(2003). Adherence to long-term therapies:
evidence for action. World Health
Organization., 211. Wurtiningsih, B. (2012).
Dukungan Keluarga pada Pasien Stroke di
Ruang Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Jurnal Medica Hospitalia, Vol 1, No, 57–
59.

Anda mungkin juga menyukai