Luka Bakar “
Disusun oleh :
Nama : Wirmando
Nim : 186070300111014
Luka bakar adalah salah satu jenis trauma yang paling umum yang sering terjadi
dan merupakan cedera dinamis dan kompleks yang memberikan tantangan bagi pasien,
dokter dan perawat (Frear et al., 2019). Perkembangan manajemen pada pasien luka
akibat luka bakar di Australia dan Amerika masing-masing 3% dan 2% yang dirawat di
Pasien luka bakar memerlukan perawatan segera untuk dehidrasi, cedera inhalasi
dan pengendalian infeksi. Tantangan dalam merawat pasien dengan luka bakar terutama
luka bakar luas adalah mengelola eksudat pada tahap awal dan memberikan perawatan
pasca operasi setelah pencangkokan kulit. Secara optimal, perawatan luka yang
dilakukan harus dapat melindungi luka dari kontaminasi eksternal, mencegah trauma
luka atau kerusakan serta mengurangi ketidaknyamanan pasien (Kantak et al., 2016).
keperawatan harus mengembangkan suatu metode perawatan luka pada pasien dengan
Perawatan luka sekarang ini terus berkembang semakin baik sesuai dengan
Perkembangan teknologi ini dapat berupa kemajuan alat-alat medis berkonteks teknologi
maupun alat-alat medis yang tidak berkonteks teknologi tetapi dimunculkan karena
pada proses penyembuhannya. Konsep dasar mekanisme kerja negative pressure yakni
menarik cairan seperti darah yang memiliki kandungan racun atau iritan pada jaringan
sekitar luka sekaligus men-support proses penyembuhan luka yang lebih cepat dengan
cara merubah lingkungan mikroseluler lokal. Banyak bukti empiris yang telah ditunjukan
oleh ilmuan dunia bahwa NPWT memiliki tingkat efisiensi yang lebih besar dalam
menyembuhkan luka. Oleh sebab itu penulis tertarik melakukan literature review tentang
NPWT terkait dengan keefektifan metode ini dalam menyembuhkan luka bakar (Smolle
et.,2017).
luka yang memanfaatkan tekanan subatmosfir. Permukaan luka akan tertutup oleh Foam
dressing yang terdiri dari foam yang terbuat dari open-pori dari poliuretan eter atau
polivinil alkohol 8,8%. Adanya pori-pori di foam dressing ini memungkinkan sistem sel
terbuka untuk menciptakan pemerataan tekanan negatif topikal ke seluruh luka. Foam
dressing akan terhubung dengan suction tube (terhubung dengan kontrol unit) yang
mempunyai tekanan negatif terhadap permukaan luka dengan tekanan 50-175 mmHg.
Biasanya yang sering digunakan adalah 125 mmHg. Cairan yang di suction akan
dikumpulkan dalam sebuah kontainer pada kontrol unit (Teng, 2016). Pemberian terapi
NPWT ini sebaiknya diberikan selama 4-6 jam pada tekanan 75-125 mmHg (Blome-
eberwein et al., 2018). Menurut literature review yang dilakukan oleh Anghel & Kim.,
(2016) NPWT ini lebih baik dibandingkan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Menurut Labertus (2016) mekanisme kerja dari NPWT dalam membantu proses
penyembuhan luka yaitu melalui efek primer dan efek sekunder. Efek primer terdiri dari
luka dan apabila telah melebih 3 L/hari maka cairan akan diganti dan dikoreksi. Selain
itu, manfaat paling penting bagi perawat adalah mampu menurunkan secara signifikan
rasa nyeri dan kecemasan pasien dibandingkan perawatan luka secara tradisional dan
juga terapi ini mampu mengontrol eksudat, tidak perlu diganti setiap hari sehingga
meringankan beban perawat dan meminimalkan rasa nyeri pasien serta meminimalkan
responden didapatkan bahwa pasien yang diberikan terapi NPWT menghasilkan rata-
rata penyembuhan luka dihari ke 5 dan pada luka pasien tidak didapatkan tanda-tanda
infeksi. Selain itu, penelitian ini juga mendapatkan bahwa terapi ini aman dan efektif
untuk diberikan pada pasien dengan luka bakar yang luas karena terapi ini mampu
kecemasan serta rasa nyeri. Lebih lanjut Fischer et al., (2016) mengatakan bahwa terapi
manajemen cairan dapat lebih baik yang berpotensi mengurangi kejadian Acute Kidney
Injury (AKI) dan edema paru bahkan terapi ini telah dimasukkan sebagai standar
Sebuah studi kasus juga yang dilakukan oleh April et al., (2016) pada seorang laki-
laki yang berusia 17 tahun yang mengalami luka bakar elektrik dengan luas luka bakar
60% dan diberikan terapi NPWT pada luka bakar pasien. Dari hasil studi kasus ini
didapatkan bahwa setelah 8 minggu penggunaan NPWT, terapi ini ternyata mampu
menutupi jaringan luka kronik pasien sehingga mencegah dilakukan amputasi pada
pasien. Selain itu pasien memiliki fungsi kaki yang dapat berjalan, lebih terintegrasi
secara sosial, serta peningkatan kualitas hidup dengan terlibat dalam olahraga ringan
NPWT jika dikombinasikan dengan pembedahan dan terapi oksigen hiperbarik akan
menghasilkan hasil penyembuhan yang lebih baik pada pasien yang mengalami luka
bakar dengan diabetes mellitus. Hasil penelitian ini menunjukan setelah terapi diberikan
Kelebihan lain dari terapi NPWT ini adalah aman dan juga efektif digunakan pada
anak-anak. Menurut penelitian Frear et al., (2019) yang meneliti selama 9 bulan pada
104 pasien pediatrik (<17 tahun) dengan luka bakar mendapatkan bahwa terapi NPWT
biaya. Hal ini juga didukung oleh penelitian Ren (2017) yang meneliti pada 29 anak-anak
(usia kisaran 2 bulan-18 tahun) dengan luas luka bakar 1-95% dari total tubuh. Hasil
penelitian ini mendapatkan bahwa manfaat dari terapi NPWT pada anak-anak adalah
mengurangi frekuensi penggatian verban dan granulasi luka yang lebih cepat. Selain itu,
terapi ini juga tidak berhubungan dengan kejadian perdarahan pada luka, mengurangi
Menurut Labertus (2016) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penggunaan
4. Peradangan akan muncul apabila adhesive drape tidak dibalut sesuai dengan ukuran
luka.
1. Tidak diiberikan pada organ-organ yang menimbulkan perdarahan atau yang mudah
3. Tida diberikan pada pasien yang rutin mengkonsumsi obat antikoagulan atau platelet
aggregation inhibitors.
Di Indonesia penggunaan NPWT pada pasien dengan luka bakar belum familiar.
Alat NPWT sebenarnya sudah ada di Indonesia tetapi pada umumnya hanya digunakan
pada pasien dengan luka ulkus diabetes dan belum digunakan untuk luka bakar (Kartika,
2018). Oleh sebab itu, penting bagi perawat di Indonesia untuk mengembangkan metode
III. Kesimpulan
Terapi NPWT pada pasien dengan luka bakar sangat efektif dan aman digunakan
untuk semua kelompok usia. Terapi ini lebih baik daripada terapi perawatan luka pada
umumnya atau perawatan luka tradisional. Terapi ini terbukti menunjukkan granulasi
yang lebih baik, membantu manajemen cairan, meminimalkan infeksi dan perdarahan,
meringankan beban kerja perawat, meningkatkan estetika, mengurangi rasa nyeri dan
kecemasan serta mampu meningkatkan kualitas hidup pasien. Selain itu, terapi ini juga
menunjukkan hasil penyembuhan luka yang lebih baik pada pasien diabetes mellitus