Anda di halaman 1dari 9

Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dengan Vulnus

Laceratum Regio Femur (D) Di Ruangan IGD Bedah


RS Ibnu Sina Makassar
Nurhalimah Saleh 1,
I Kade Wijaya 2,
Syamsuddin3,
Mardiyah Muh Tabil4
1 Program Studi S1 Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar
2 Program Studi Profesi Ners STIKES Panakkukang Makassar

Email: nurhlimahs22@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Kejadian vulnus laceratum atau luka akibat benda tumpul sangat sering dijumpai,
hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya terjadi kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja maupun
kecelakaan di jalan raya. Perawatan luka adalah suatu tindakan dimana seorang perawat
membersihkan luka dan mengganti verban pada luka yang harus dilakukan secara aseptic dan
antiseptic, sehingga mikroorganisme tidak masuk ke dalam luka dan tidak terjadi infeksi (Prayogi
et al., 2019).
Tujuan: Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengeetahui gambaran dan pengalaman langsung
dalam mengaplikasikan manajemen asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan
diagnosa medis Vulnus Laceratum di Ruang IGD Bedah RS Ibnu Sina YW-UMI Makassar.
Metode: Metode yang digunakan yaitu pengambilan data primer yang dimana peneliti untuk
mengumpulkan data secara langsung, bukan tergantung pada data yang dikumpulkan dari
penelitian yang dilakukan sebelumnya. Secara teknis semata-mata dilakukan untuk menjawab
suatu masalah tertentu, yang memerlukan analisis mendalam.
Hasil: Hasil penyusunan karya ilmiah akhir ini terdiri dari pengkajian keperawatan tidak
ditemukan adanya kesengjangan antara teori dengan fakta, diagnosa keperawatan ditemukan
adanya beberapa kesenjangan sedangkan untuk intervensi, implementasi dan evaluasi tidak
ditemukan ada kesenjangan
Kesimpulan dan saran: Kesimpulan dalam penelitian ini pada pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan telah sesuai dengan teori yang ada. Penanganan paling
utama pada pasien dengan vulnus laceratum lebih mengacu pada pencegahan pedarahan dan
memanajemen nyeri. Saran untuk peneliti selanjutnya yakni penyusunan diagnosa keperawatan
lebih lengkap dan penyusunan intervensi secara efektif dan terstruktur agar memudahkan
penanganan awal pada pasien

Kata Kunci: Vulnus Laceratum, Asuhan Keperawatan, Gawat Daruat

ABSTRACT

Introduction: Vulnus laceratum or injuries from blunt objects are very common, this can be
caused by the number of accidents, both work accidents and road accidents. Wound care is an
action where a nurse cleans the wound and replaces the dressing on the wound which must be done
aseptic and antiseptic, so that microorganisms do not enter the wound and infection does not occur
(Prayogi et al., 2019).
Objective: This scientific work aims to obtain an overview and direct experience in applying
emergency nursing care management to patients with a medical diagnosis of Vulnus Laceratum in
the Surgical Emergency Room at Ibnu Sina Hospital YW-UMI Makassar.
Method: The method used is primary data collection in which researchers collect data directly, not
depending on data collected from previous research. Technically it is solely done to answer a
certain problem, which requires in-depth analysis.
Results: The results of the preparation of this final scientific paper consisting of a nursing
assessment did not find any discrepancies between theory and facts, nursing diagnoses found some
gaps while for intervention, implementation and evaluation there were no gaps found.
Conclusions and suggestions: The conclusions in this study on the assessment, diagnosis,
intervention, implementation and evaluation of nursing are in accordance with the existing theory.
The main treatment for patients with vulnus laceratum is more about preventing bleeding and
managing pain. Suggestions for further researchers are the preparation of more complete nursing
diagnoses and the preparation of effective and structured interventions to facilitate initial treatment
of patients.

Keywords: Vulnus Laceratum, Nursing Care, Emergency Treatment

PENDAHULUAN goresan benda tumpul. Vulnus


Menurut Dorland, laceratum adalah luka yang terjadi
kegawatdaruratan adalah kejadian akibat trauma oleh benda yang tidak
yang tidak diduga atau terjadi secara tajam, misalnya tepi meja, terkena
tiba-tiba, seringkali merupakan bagian dari kendaraan bermotor dan
kejadian yang berbahaya. Campbell sebagainya, tapi tidak rata (Prayogi et
berpendapat bahwa kegawatdaruratan al., 2019).
dapat juga didefinisikan sebagai Berdasarkan latar belakang diatas
situasi serius dan kadang kala penulis tertarik mengambil untuk
berbahaya yang terjadi secara tiba- kasus tentang Vulnus Laceratum
tiba dan tidak terduga dan (Luka robek) karena pada kasus kali
membutuhkan tindakan segera guna ini penulis berkesempatan untuk
menyelamatkan jiwa/nyawa. Selain mengambil manajemen asuhan
itu, gawat darurat adalah keadaan keperawatan kegawatdaruratan kasus
klinis pasien yang membutuhkan trauma pada pasien dengan vulnus
tindakan medis segera guna laceratum di ruangan Instalasi Gawat
penyelamatan nyawa dan pencegahan Darurat RS Ibnu Sina YW-UMI
lebih lanjut (Hutabarat & Putra, Makassar.
2016). Tujuan penulisan: diketahui
Trauma adalah keadaan yang gambaran dan pengalaman langsung
disebabkan oleh luka atau cedera. dalam mengaplikasikan manajemen
Dewasa ini trauma melanda dunia asuhan keperawatan kegawat-
bagaikan wabah karena kehidupan daruratan pada pasien dengan
modern penggunaan kendaraan dan diagnosa medis Vulnus Laceratum di
senjata api semakin luas. Namun Ruang IGD Bedah RS Ibnu Sina YW-
sering terjadi penelantaran sehingga UMI Makassar.
menyebabkan kematian pada
kelompok usia produktif. Hal ini METODE PENELITIAN
dapat dicegah dengan Metode yang digunakan yakni
penanggulangan yang optimal dari data primer sebuah data yang
tempat kejadian sampai di rumah langsung didapatkan dari sumber dan
sakit (Zuhan & Rahman, 2016). diberi kepada pengumpul data atau
Vulnus laceratum atau luka peneliti. Sumber data primer ini
robek adalah luka dengan tepi yang meliputi wawancara dengan subjek
tidak beraturan atau compang penelitian baik secara langsung
camping, biasanya karena tarikan atau ataupun pengamatan langsung.
HASIL dalam bentuk tindakan keperawatan
Pelaksanaan proses keperawatan atau sering disebut dengan
pada masalah vulnus laceratum dapat implementasi keperawatan dengan
ditemukan berbagai macam masalah menentukan jenis tindakan dan waktu
keperawatan. Beberapa masalah pemberian tindakan. Setelah
tersebut dapat ditemukan dengan dilakukan tindakan keperawatan
dilakukannya pengkajian secara dilakukan evaluasi keperawatan
komprehensif. Pada pengkajian dengan durasi waktu tertentu untuk
didapatkan hasil yakni pasien menilai apakah ada perubahan
berinisial Tn. F usia 47 tahun dengan sebelum dan sesudah diberikan
diagnosa medis vulnus laceratum tindakan.
masuk dengan keluhan luka terbuka
pada paha sebelah kanan. Saat PEMBAHASAN
dilakukan pengkajian pada diruang Dalam pelaksanaan praktik
IGD Bedah, pasien mengeluh nyeri, keperawatan gawatdarurat pada Tn. F
nyeri yang dirasakan seperti tertusuk- dengan diagnosa medis vulnus
tusuk di daerah femur dextra dengan laceratum (luka robek) pada paha
skala 6, kesadaran composmentis kanan telah dilakukan upaya tindakan
dengan GCS: E4 M5 V6, CRT <2 keperawatan semaksimal mungkin
detik, keadaan umum baik, suhu untuk mengatasi masalah
36.5˚C, TD 140/90 mmHg, nadi 92 keperawatan yang dialami pasien
x/menit, RR 22 x/menit. Pasien tidak dengan menggunakan pendekatan
memiliki riwayat penyakit proses keperawatan yang meliputi:
sebelumnya. Tidak ditemukan adanya pengkajian, diagnosis keperawatan,
kelainan bagian pernafasan, sirkulasi, perencanaan keperawatan,
persyarafan, perkemihan, pencernaan, implementasi dan evaluasi
terdapat luka terbuka pada kulit. keperawatan dengan tidak
Setelah dilakukan pengkajian, maka mengabaikan pendekatan medis.
dilakukan perumusan masalah terkait Secara garis besar ada beberapa
dengan diagnosa keperawatan yang kesenjangan antara tinjauan teori
dimana terdapat tiga masalah yang dengan kasus yang didapatkan baik
muncul yaitu risiko perdarahan, dari pengkajian maupun masalah-
ditandai dengan faktor risiko trauma masalah yang muncul. Hal ini
(luka robek), nyeri akut berhubungan disebabkan oleh adanya perbedaan
dengan agen pencedera fisik (trauma), respon dari individu. Untuk
risiko infeksi, ditandai dengan faktor memudahkan dalam pembahasan
risiko efek prosedur invasive selanjutnya penulis menggunakan
(hecting). Dalam mengatasi masalah proses asuhan keperawatan yang
yang muncul dilakukanlah meliputi pengkajian, diagnosis
perencanaan tindakan atau intervensi keperawatan, perencanaan
keperawatan agar kiranya masalah keperawatan, implementasi dan
tersebut bisa berkurang. Adapun evaluasi.
intervensi yang diberikan meliputi a. Pengkajian
balut tekan, manajemen nyeri dan 1) Pengkajian Primer
perawatan luka. Pelaksanaan tindakan Airway
yang telah direncanakan dilakukan
Pada kasus Tn. F yang Ventilasi yang baik meliputi
ditemukan tidak terdapat fungsi paru yang baik, tidak
masalah pada jalan napas ada ekspansi paru dan
pasien, tidak ada sumbatan penggunaan otot bantu
dan obstruksi pada jalan pernapasan. Biasanya pasien
napas. Dan menurut teori Paul dengan trauma akan
Kristanty (2016) dalam mengalami sesak nafas,
Noorisa R et al (2017) penggunaan otot bantu
penilaian airway pada pasien pernafasan. Berdasarkan teori
yang mengalami kecelakaan dan kasus tersebut yang telah
lalu lintas dengan luka dianalisis didapatkan
robekan meliputi, pemeriksaan kesenjangan antara kasus dan
adanya obstruksi atau teori dimana Tn. F tidak
sumbatan jalan nafas yang mengalami sesak nafas dan
disebabkan oleh benda asing. tidak ada penggunaan otot
Jika terdapat obstruksi pada bantu pernapasan dikarenakan
jalan nafas maka usaha untuk pada saat terjadi trauma pada
membebaskan jalan nafas Tn. F tidak mengalami cedera
yaitu dengan tekhnik chin lift pada bagian tubuh atas dan
jika tidak ada trauma servikal tidak ada jejas atau trauma
kemudian jaw trust jika yang didapatkan pada bagian
dicurigai ada trauma pada tubuh atas.
vertebral servikal. Circulation
Berdasarkan kasus dan teori Pada kasus Tn. F
tersebut yang telah dianalisis didapatkan capillary refill
didapatkan adanya time (CRT) normal <2 detik,
kesenjangan antara teori dan temperature kulit hangat, akral
kasus karena jalan napas hangat, tidak ada perdarahan
pasien paten akibat tidak aktif dan nadi 92x/i. Saat
terdapat trauma pada kepala dilakukan pengukuran tekanan
pasien walaupun trauma darah didapatkan 140/90
diakibatkan oleh kecelakaan mmHg yaitu terdapat
lalu lintas. peningkatan tekanan darah.
Breathing Pada teori Paul Kristanty
Pada kasus Tn. F (2016) dalam Noorisa R et al
pemeriksaan breathing yaitu (2017) saat pemeriksaan
pernapasan paten, tidak ada circulation yaitu CRT > 2
sesak nafas dengan frekuensi detik, tekanan darah
pernapasan 22x/i, suara nafas meningkat atau menurun,
vesikuler, ekspansi dada sebagai tanda dari adanya
simetris. Dan pada teori Paul perdarahan atau sirkulasi tidak
Kristanty (2016) dalam efektif yang disebabkan oleh
Noorisa R et al (2017) setelah trauma. Berdasarkan teori dan
jalan napas dipastikan aman kasus tersebut yang telah
maka kita harus memeriksa dianalisis didapatkan bahwa
keadaan ventilasi pasien. tidak terdapat kesenjangan
antara kasus dan teori dimana suhu tubuh Tn. F tidak terjadi
pada teori biasanya pasien peningkatan ataupun
yang mengalami trauma luka penurunan suhu tubuh yaitu
robekan akan terjadi 36,5ºC. Pada teori Paul
perdarahan aktif tergantung Kristanty (2016) dalam
pada kondisi robekan pada Noorisa R et al (2017) jika
luka. mengalami perdarahan aktif
Disability maka kemungkinan akan
Pada kasus Tn. F yang terjadi peningkatan suhu
didapatkan pengkajian tingkat tubuh, tetapi pada pasien
kesadaran Tn. F yaitu dengan trauma vulnus
Composmentis dengan GCS laceratum tidak didapatkan
15 yaitu respon membuka peningkatan suhu tubuh.
mata spontan nilai 5, respon Berdasarkan hasil analisis
verbal spontan nilai 4, dan kasus dan teori menunjukkan
respon motoric dapat menahan tidak terdapat kesenjangan
tahanan yang diberikan nilai 6. antara teori dan kasus karena
Pada teori Paul Kristanty pada teori dan kasus tidak
(2016) dalam Noorisa R et al terdapat peningkatan suhu
(2017) dikaji keadaan tubuh.
neurologis secara cepat yaitu 2) Pengkajian Sekunder
penilaian tingkat kesadaran Hasil pengkajian sekunder
menggunakan Glasgow Coma pada kasus diatas didapatkan
Scale (GCS), ukuran dan pasien mengeluh nyeri pada
reaksi pupil. Penurunan area luka robek, tampak luka
tingkat kesadaran pada pasien robek luas luka 8 cm dengan
trauma dapat disebabkan kedalaman 2 cm yang
adanya tekanan pada pada disebabkan oleh kecelakaan
pembuluh darah atau lalu lintas. Pada teori
perdarahan sehingga kadar Mansjoer Arief (2014) dalam
oksigen ke otak mengalami Noorisa R et al (2017)
penurunan. Berdasarkan kasus pengkajian sekunder dengan
dan teori tersebut yang telah trauma vulnus laceratum
dianalisis menunjukkan tidak ditemukan keluhan utama
adanya kesenjangan antara nyeri pada area luka, biasanya
kasus dan teori karena disebabkan oleh tusukan
keduanya pada pasien vulnus benda tumpul dan kecelakaan
laceratum didapatkan lalu lintas. Berdasarkan kasus
kesadaran Composmentis dan teori tersebut maka
GCS 15; E4; V5; M6. didapatkan hasil analisis tidak
Exposure terdapat kesenjangan antara
Pada pengkajian teori dan kasus dimana sama-
exposure meliputi pengkajian sama terdapat keluhan utama
suhu tubuh berupa adanya nyeri dan penyebab trauma.
hipertermia dan hipotermia. b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan kasus didapatkan
Diagnosis keperawatan prioritas masalah yang
yang ditegakkan pada kasus disesuaikan dengan manifestasi
vulnus laceratum pada Tn. F klinis. Setelah masalah
setelah dilakukan pengkajian ditetapkan, maka ditentukan
yaitu nyeri akut berhubungan tujuan keperawatan. Tujuan bisa
dengan agen pencedera fisik ditetapkan dalam jangka panjang
(trauma), risiko perdarahan maupun pendek, harus jelas,
ditandai dengan factor risiko dapat diukur, dan realitas. Setelah
trauma dan risiko infeksi ditandai itu mendapat kriteria hasil yang
dengan factor risiko efek menjadi acuan intervensi berhasil
prosedur invasive (hecting). Pada atau tidak. Waktu perencanaan
teori (Zuhan & Rahman, 2016) yang dibuat harus disesuaikan
dikemukakan diagnosis dengan pencapaian kriteria hasil
keperawatan yang ditegakkan misalnya pada kasus
pada kasus vulnus laceratum kegawatdaruratan waktu
yaitu nyeri akut, gangguan pencapaian kriteria hasil
mobilitas fisik, ganggauan maksimal 1x6 jam. Setelah
integritas kulit/jaringan, risiko rencana dibuat, selanjutnya
infeksi dan gangguan pola tidur. dilakukan implementasi
Berdasarkan kasus dan teori keperawatan, yang mengacu pada
tersebut menunjukkan hasil rencana tindakan yang telah
analisis terdapat kesenjangan dibuat. Perencanaan yang dibuat
antara teori dengan kasus karena sesuai dengan SDKI, SLKI, SIKI
pada kasus tidak didapatkan sehingga kesenjangan
diagnosis gangguan mobilitas perencanaan antara kasus dan
fisik, gangguan pola tidur. Hal ini teori disesuaikan dengan keluhan
disebabkan adanya perbedaan yang dirasakan pasien (DPP
pada respon tubuh pasien PPNI, 2018).
berbeda-beda, sesuai dengan d. Implementasi Keperawatan
tanda dan gejala yang dialami Implementasi keperawatan
oleh pasien serta diagnosis yang dilakukan berdasarkan
tersebut tidak mendukung perencanaan yang telah disusun
sebagai diagnosis keperawatan sebelumnya. Setelah dilakukan
gawatdarurat, sehingga penulis tindakan tersebut jangan lupa
hanya mengangkat diagnosis melihat respon pasien baik dari
keperawatan yang sesuai dengan data subyektif maupun data
kegawatdaruratan dan gejala objektif.
yang dialami oleh pasien. Implementasi pada diagnosis
c. Perencanaan Keperawatan resiko perdarahan yaitu balut
Perencanaan dalam proses tekan. Seluruh intervensi yang
keperawatan dimulai setelah disusun dilaksanakan dalam
tahap pengumpulan data, impelementasi yang diberikan
pengkajian, dan menentukan kepada pasien sesuai dengan
diagnosa yang sesuai dengan masalah yang dialami.
tanda dan gejala yang muncul. Implementasi pada diagnosis
Perencanaan disusun berdasarkan nyeri akut yaitu manajemen
nyeri. Tidak semua intervensi Setelah penulis membahas
yang disusun dilaksanakan dalam asuhan keperawatan gawatdarurat
impelementasi yang diberikan pada Tn. F dengan diagnosis medis
kepada pasien sesuai dengan Vulnus Laceratum dengan luka robek
masalah yang dialami. Karena pada paha kanan dengan perdarahan
ada beberapa intervensi yang aktif di ruang Instalasi Gawat Darurat
tidak sesuai dengan kondisi (IGD) RS Ibnu Sina YW-UMI
pasien saat dilakukan perawatan. Makassar. maka penulis
Implementasi resiko infeksi menyimpulkan sebagai berikut;
yaitu perawatan luka. Dimana Pada pengkajian kasus
perawatan yang diberikan itu didapatkan pasien mengalami
untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas dengan
infeksi pada luka/trauma yang kendaraan bermotor, terdapat luka
pasien alami. Seluruh intervensi robekan pada paha kanan disertai
yang disusun dilaksanakan alam dengan luas luka 8 cm dan kedalaman
implementasi yang diberikan 2 cm, nyeri pada area luka robekan
kepada pasien karena sesuai skala 6 (nyeri sedang), tidak ada sesak
dengan kondisi pasien saat napas. Kemudian dianalisis dengan
dilakukan perawatan. hasil didapatkan kesenjangan antara
Berdasarkan teori (Rohmah kasus dengan teori pada pengkajian.
& Walid, 2012) dan kasus Sesuai dengan hasil pengkajian
pelaksanaan implementasi tidak ditemukan beberapa masalah
terdapat kesenjangan dikarenakan keperawatan yang terjadi pada pasien
implementasi disesuaikan dengan antara lain: risiko perdarahan,
kebutuhan perawatan pasien. ditandai dengan factor risiko trauma
e. Evaluasi Keperawatan (luka robek), nyeri akut berhubungan
Evaluasi keperawatan antara dengan agen pencedera fisik (trauma
teori (Rohmah & Walid, 2012) luka robek) dan risiko infeksi,
dengan kasus mengacu pada ditandai dengan factor risiko efek
tujuan perencanaan keperawatan prosedur infasive (hecting).
sesuai dengan kriteria hasil yang Kemudian dianalisis dengan
diharapkan. Evaluasi hasil didapatkan kesenjangan antara
keperawatan dilakukan dengan kasus dengan teori pada pengkajian
evaluasi SOAP selama 1x6 jam karena kondisi atau permasalahan
sesuai dengan waktu rawat pasien pasien yang berbeda-beda.
di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Perencanaan keperawatan
Hal tersebut menunjukkan tidak disesuaikan dengan data terkait
ada kesenjangan antara teori kondisi pasien yang telah diperoleh
dengan kasus yang didapatkan sebelumnya dari hasil pengkajian.
karena evaluasi keperawatan Perecanaan pada teori dan kasus yang
mengacu pada evaluasi yang ada didapatkan berbeda karena
pada teoritis menurut SDKI. disesuaikan dengan kondisi pasien.
Pelaksanaan implementasi
KESIMPULAN DAN SARAN keperawatan disesuaikan dengan
Kesimpulan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya sesuai dengan tanda dan Hardianti, S., & Dirdjo, M. M.
gejala yang dialami oleh pasien. (2015). Analisis Praktik Klinik
Evaluasi pada pasien dilakukan Keperawatan Pada Pasien
setelah seluruh tindakan selesai Vulnus Laceratum Dengan
dilakukan mengacu pada tujuan dan Perawatan Luka Modern Di
kriteria hasil yang telah direncanakan Ruang Instalasi Gawat Darurat
pada perencanaan keperawatan. RSUD. Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Tahun 2015. UMKT
Saran DR, 6, 20–25.
Diharapkan kepada perawat agar Hudda, R., Tahir, T., & Yusuf, S.
lebih meningkatkan ilmu pengetahuan (2018). Gambaran Karakteristik
mengenai asuhan keperawatan Luka dan Perawatannya di
gawatdarurat pada pasien Ruangan Poliklinik Luka di RS
gawatdarurat khusunya dengan kasus Dr. Wahidin Sudirohusodo
Vulnus Laceratum agar mampu Makassar. Jurnal Luka
meningkatkan potensi diri sehingga Indonesia, 4(3)(November), 65–
tercapai pelayanan optimal kepada 70.
pasien. Hutabarat, R., & Putra, C. (2016).
Asuhan Keperawatan
UCAPAN TERIMA KASIH Kegawatdaruratan (1st ed.). IN
Terima kasih tak terhingga MEDIA.
kepada bapak Ns. I Kade Wijaya, Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta
S.Kep., M.Kep sebagai pembimbing Kedokteran (3rd ed.). EGC Buku
yang telah membantu dan Kedokteran.
mengarahkan penulis demi https://doi.org/10.31219/osf.io/rz
penyempurnaan karya ilmiah ini. kst
Prayogi, R., Norma, & Lopulalan, O.
DAFTAR PUSTAKA
(2019). Perbedaan Efektivitas
Afida, N. N. (2019). Pengelolaan Perawatan Vulnus Laceratum
Pelambatan Pemulihan Pasca (Luka Robek) Menggunakan
Bedah Pada Tn. N Dengan Betadine dan NaCl Terhadap
Vulnus Laceratum Di Ruang Kecepatan Penyembuhan. The
Bougenvile RSUD Ungaran. American Journal of Nursing,
ResearchGate, 4. 54(3), 359.
DPP PPNI, T. P. (2016). Standar https://doi.org/10.2307/3460668
Diagnosis Keperawatan Purwanto, H. (2016). Buku Ajar
Indonesia (1st ed). DPP PPNI. Keperawatan Medikal Bedah II.
DPP PPNI, T. P. (2018). Standar Pusat Pendidikan SDM
Luaran Keperawatan Indonesia: Kesehatan.
Definisi dan Kriteria Hasil Putra, G. M. (2018). Hubungan
Keperawatan (1st ed). DPP Pengetahuan Dan Lama Kerja
PPNI. Perawat Dengan
DPP PPNI, T. P. (2018). Standar Penatalaksanaan Pertolongan
Intervensi Keperawatan Pertama Pada Pasien Vulnus
Indonesia: Definisi dan Laceratum Di IGD Puskesmas
Tindakan Keperawatan (1st ed.). Maek Kecamatan Bukik Barisan
DPP PPNI.
Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2017. Jakarta
Riswanda, N., Apriliwati, D., Aziz,
A., & Bayusentono, S. (2017).
The Characteristic Of Patients
With Femoral Fracture In
Department Of Orthopaedic And
Traumatology RSUD Dr.
Soetomo Surabaya 2013 – 2016.
Journal of Orthopaedi and
Traumatology Surabaya, 6(I),
259.
http://journal.unair.ac.id/journal-
of-orthopaedic-and-
traumatology-surabaya-media-
104.html
Rohmah, N., & Walid, S. (2012).
Proses Keperawatan Teori &
Aplikasi. Jakarta: Ar-Ruzz
Media.
Zuhan, A., & Rahman, H. (2016).
Profil Penanganan Luka pada
Pasien Trauma di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit
Umum Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Jurnal Kedokteran, 5(3),
21–26.

Anda mungkin juga menyukai