Anda di halaman 1dari 5

Kangpandoe’s Weblog

April 7, 2008

AKUNTANSI BERASAL DARI KAUM MUSLIMIN

Diarsipkan di bawah: Finance — kangpandoe @ 9:04 am 

“Islam adalah agama yang komprehensif, semua diatur dalam Islam dari bangun tidur sampai
mau tidur, dari masalah rumah tangga sampai masalah bernegara hingga ilmu pengetahuan
semuanya tercakup di dalam Islam. Bahkan masalah Akuntansi sekalipun, ternyata juga menjadi
bagian yang diatur oleh Islam. Di dalam Alqur’an kita dapat menemukan adanya ayat
akuntansi yang secara panjang lebar membicarakan akuntansi lho…”

Demikianlah paparan yang di sampaikan kakak Mentor pada suatu sore yang teduh di pelataran
Masjid Baitul Maal ketika saya dulu untuk pertama kalinya megikuti pertemuan Halaqoh
pekanan di kampus. “Oh..ternyata tidak hanya ilmu-ilmu esakta seperti fisika, biologi ato’ kimia
aja ya yang bisa kita temui’in ayat – ayat Al Qur’an yang membicarakannya secara spesial,
Akuntansi juga ada lho di Al Qur’an.” Batinku waktu itu. Dengan rasa ketertarikan untuk
mengetahui lebih lanjut masalah ini, kemudian aku mencoba untuk mempelajari referensi yang
berhubungan dengan masalah ini melalui internet dan sumber bacaan lain, eh…hasilnya ternyata
mengarahkanku pada satu kesimpulan kalau Akuntansi pada awalnya adalah milik kaum
Muslimin bukan milik orang-orang Eropa. Gak percaya? Berikut ini beberapa argumen yang bisa
penulis kemukakan, selamat membaca.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu
mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka
hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan
dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang
lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka
dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan
persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu
itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak
ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual
beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

” Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Qur’an Surat Al Baqarah : 282-283)

Bukti-Bukti Otentik Peradaban Islam Telah mengenal Akuntansi

Al Qur’an Surah Albaqarah ayat 282-283 diatas telah mendorong umat Islam untuk peduli
terhadap pencatatan kegiatan mu’amalah yang dilakukan tidak secara tunai dan menimbulkan
tradisi pencatan transaksi keuangan dan perdagangan dikalangan umat Islam. Disamping itu,
adanya kewajiban pembayaran zakat membawa konsekuensi bagi Pemerintah Islam untuk
membuat laporan keuangan periodik Baitul Mal. Adapun bagi para pengusaha Muslim kewajiban
membayar zakat membuat mereka melakukan klasifikasi asetnya sesuai ketentuan zakat dan
membayarkan zakatnya jika telah memenuhi hisab dan haul.

Berikut ini kronologis bukti sejarah yang bisa menggambarkan perkembangan Akuntansi di
dunia Islam :
1. Di masa rasulullah sudah ada sahabat yang memiliki tugas sebagai “Hafazhatul Amwal” (
Pengawas Keuangan ) Baitul maal.
2. Perkembangan pemerintahan Islam pada masa Khalifah Umar Bin Khotob r.a. hingga ke
wilayah Afrika, Timur Tengah, Asia telah meningkatkan penerimaan dan pengeluaran
negara. Para sahabat kemudian merekomendasikan perlunya pencatatan untuk
pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran negara, sehingga Khalifah mendirikan
lembaga yang khusus menangani masalah tersebut dan lembaga tersebut di beri nama
“Diwan” ( Dawwana = tulisan )
3. Reliabilitas laporan keuangan di kembangkan oleh Khalifah Umar Bin Abdul Aziz (681-
720 M) dengan kewajiban mengeluarkan bukti penerimaan uang. Kemudian Al Waleed
bin Abdul Malik (705-715 M) mengenalkan catatan dan register yang tidak terpisah-pisah
seperti catatan-catatan sebelumnya. ( Lasheen, 1973 )
4. Perkembangan Akuntansi mencapai puncaknya pada masa Daulah Abbasiah dimana
Akuntansi di klasifikasikan pada beberapa Spesialisasi, yaitu Akuntansi peternakan,
Akuntansi pertanian, Akuntansi Bendahara, Akuntansi Konstruksi, Akuntansi Mata uang,
Pemeriksaan Buku / Auditing ( Al- Kalkashandy, 1913 ).
5. Ditemukannya sebuah manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H./1363 M. Manuskrip ini
adalah karya seorang penulis muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al
Mazindarani, dan diberi judul “Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqat”. Tulisan ini
disimpan di perpustakaan Sultan Sulaiman Al-Qanuni di Istambul Turki, tercatat di
bagian manuskrip dengan nomor 2756, dan memuat tentang akuntansi dan sistem
akuntansi di negara Islam. Huruf yang digunakan dalam tulisan ini adalah huruf Arab,
tetapi bahasa yang digunakan terkadang bahasa Arab, terkadang bahasa Parsi dan
terkadang pula bahasa Turki yang populer di Daulat Utsmaniyah,. Buku ini telah ditulis
kurang lebih 131 tahun sebelum munculnya buku Pacioli “Luca Pacioli Summa de
Arithmatica Geometria et Proportionalita” pada tahun 1494 yang menjadi cikal bakal di
daulatnya Pacioli sebagai Bapak Akuntansi lantaran dalam salah satu Bab di bukunya
dianggap telah memperkenalkan Double Entry Accounting System.

Lalu mengapa ya Akuntansi sampai bisa di-claim oleh orang-orang Barat sebagai produk
mereka? Para sejarawan menduga sejak dulu para Entrepreuner Muslim telah menjalin kerjasama
perdagangan dengan bangsa Italia sehingga secara otomatis telah terjadi transfer nilai sosial
budaya dan ilmu pengetahuan. Hal ini bisa kita analogikan dengan pengaruh yang di bawa oleh
para pedagang Muslim yang datang ke Nusantara dimana transfer nilai yang terjadi pada saat itu
turut membawa perubahan signifikan bagi penduduk lokal Nusantara dari berbagai segi termasuk
di dalamnya segi ilmu pengetahuan dan budaya.

Memang, buku Pacioli termasuk buku yang pertama kali dicetak tentang sistem pencatatan sisi-
sisi transaksi (double entry), dan buku Al Mazindarani masih dalam bentuk manuskrip, belum di
cetak dan belum diterbitkan. Al Mazindarani berkata bahwa ada buku-buku (barangkali yang
dimaksudkan adalah manuskrip-manuskrip yang menjelaskan aplikasi-aplikasi akuntansi yang
populer pada saat itu, sebelum dia menulis bukunya yang dikenal dengan judul :”Risalah
Falakiyah Kitab As Sayaqat”. Dia juga mengatakan bahwa secara pribadi, dia telah mengambil
manfaat dari buku-buku itu dalam menulis buku “Risalah Falakiyah” tersebut. Dalam bukunya
yang masih dalam bentuk manuskrip itu, Al Mazindarani menjelaskan hal-hal beriktu ini:

· Sistem akuntansi yang populer pada saat itu, dan pelaksanaan pembukuan yang khusus bagi
setiap sistem akuntansi.

· Macam-macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk mencatat transaksi keuangan.

·   Cara menangani kekurangan dan kelebihan, yakni penyetaraan.

Praktek Sistem Pembukuan Yang Pernah Dilakukan oleh Kaum muslimin

1. Jaridah Al Kharaj; menunjukan utang individu atas zakat tanah, hasil pertanian, utang
hewan ternak, dan cicilan. Utang individu dicatat di satu kolom dan cicilan pembayaran
di kolom yang lain menyerupai receivable subsidiary ledger ( Lasheen, 1973)
2. Jaridah Annafakat; jurnal pengeluaran
3. Jaridah Al Mal (Jurnal Dana); mencatat penerimaan dan pengeluaran dana zakat
4. Jaridah Al Musadareen; mencatat penerimaan denda atau sita dari individu yang tidak
sesuai syariah, termasuk korupsi.
Adapun bentuk laporan keuangan yang telah dikenal oleh kaum Muslimin adalah sebagai berikut
:

1. Al Khitmah; menunjukan total pendapatan dan pengeluaran yang dibuat setiap bulan
( Bin Jafar, 1981 )
2. Al Khitmah Al Jami’ah; laporan keuangan komprehensif gabungan antara income
statement dan balance sheet ( pendapatan, pengeluaran, surplus/defisit, belanja untuk aset
lancar maupun aset tetap ) dan dilaporkan setiap akhir tahun.

Wah ternyata benerkan klo Akuntansi telah lebih dulu di kenal oleh kaum Muslimin daripada
oleh orang-orang Italia. So, tertarik untuk mempelajari keuangan syari’ah lebih lanjut?

Wallahu’alam

Anda mungkin juga menyukai