Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
TARMIZI ARIFIN ( C1F018059 )
DOSEN PENGAMPU :
Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si
Asslamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan Puji beserta syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalahini dengan baik. Sholawat
serta salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Besar Muhammad SAW , berserta keluarganya dan para
sahabatnya.
Makalah ini penulis susun,dalam rangka memenuhi tugas dalam mata kuliah Akuntansi Syariah
dengan dosen pengampu bapak. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si. Saya ucapkan terima kasih kepada bapak
atas bimbingan dan sarannya sehingga terwujudnya makalah ini.
Penulis berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dalam
mengetahui tentang sejarah dan perkembangan pemikiran akuntansi syariah. Menyadari bahwa suatu
karya dibidang apapun tidak terlepas dari kekurangan, oleh karenanya, saran dan kritik yang bermanfaat
dari setiap pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
2.1 Sistem Keuangan Syariah...................................................................................................................5
2.2 Konsep Memelihara Harta Kekayaan.................................................................................................5
2.3 Akad/Kontrak/Transaksi...................................................................................................................6
2.4 Transaksi yang Dilarang Hukum Islam...............................................................................................7
2.5 Instrumen Keuangan Syariah...........................................................................................................12
BAB III........................................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................14
3.2 saran................................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan bisnis syariah telah tumbuh dengan pesat diindonesia. Seiring dengan
perkembangannya, maka kebutuhan akuntansi syariah sebagai media untukmelaporkan kegiatan
bisnis syariah kepada stake holdernya juga semakindibutuhkan oleh masyarakat
indonesia.Pesatnya pertumbuhan bisnis syariah dalam3 berbagai bidang diindonesia maupun
berbagai bidang di indonesia maupun di duniamendorong adanya kebutuhan yang tinggi akan
akuntansi syariah. Dengan itu islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan
menghindari meminta-minta dalam mencari harta kekayaan sebagai alat untukmemenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari termasuk untuk memenuhi sebagianperintah allah seperti, infak,
zakat, pergi, haji, perang, dan sebagainya.Harta dikatakan halal dan baik apabila niatnya benar,
tujuannya benar dan caraatau sarana untuk memperolehnya juga benar, sesuai dengan rambu-
rambu yang telah ditetapkan dalam al-qur’an dan as-sunah.
PEMBAHASAN
2.3 Akad/Kontrak/Transaksi
Akad dalam bahasa Arab ‘al-aqd’, jamaknya al-uqud, berarti ikatan atau mengikat (alrabth).
Menurut terminologi hukum Islam, akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan
penerimaan (qabul) yang dibenarkan oleh syariah, yang menimbulkan akibat hukum terhadap
objeknya (Ghufron Mas’Adi, 2002). Menurut Abdul Razak Al-Sanhuri dalam Nadhariyatul
‘agdi, akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan kewajiban hukum
yaitu konsekuensi hak dan kewajiban, yang mengikat pihak-pihak yang terkait langsung maupun
tidak langsung dalam kesepakatan tersebut.
Jenis akad dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, fiqih muamalat membagi lagi akad
menjadi dua bagian, yakni akad tabarru’ dan akad tijarah/mu’awadah. Akad tabarru’ adalah
perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak ditujukan untuk memperoleh laba (transaksi
nirlaba). Tujuan dari transaksi ini adalah pihak dalam rangka berbuat kebaikan yang tidak
berhak mendapatkan imbalan apapun kepada pihak lainnya, karena ia hanya mengharapkan
imbalan dari Allah SWT, bukan dari manusia. Ada 3 bentuk akad tabarru’:
a) Meminjamkan uang, karena tidak boleh melebihkan pembayaran atas pinjaman yang kita
berikan, karena setiap kelebihan tanpa iwad adalah riba. Ada 3 jenis pinjaman, yaitu Qardh,
Rahn, Hiwalah.
b) Meminjamkan Jasa, berupa keahlian atau ketrampilan. Ada 3 jenis pinjaman, yaitu wakalah,
wadi’ah, kafalah.
c) Memberikan sesuatu, bentuk akadnya adalah waqaf, hibah, shadaqah.
Akad tijarah merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh keuntuungan. Dari sisi
kepastian hasil yang diperoleh, akad ini dapat dibagi 2, yaitu:
a) Natural uncertainty contract: merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pencampuran,
dimana pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asset yang mereka miliki menjadi
satu, kemudian menanggung resiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan.
b) Natural certainty contract: merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pertukaran, dimana
kedua belah pihak saling mempertukarkan aset yang dimilikinya, sehingga objek
pertukarannya (baik barang maupun jasa) pun harus ditetapkan di awal akad dengan pasti
tentang jumlah (quantity), mutu (quality), harga (price) dan waktu penyerahan (time
delivery).
2) Riba Fadhl
Adalah riba yang muncul karena transaksi pertukaran atau barter. pertukaran
atau jual beli barang ribawi dengan kuantitas, kualitas, atau kadar takaran yang
berbeda. Barang ribawi itu sendiri disebutkan dalam hadits sebagai emas, perak,
gandum, gandum merah, garam, dan kurma.
Contoh praktik riba fadhl misalnya seseorang menukar 10 gram emas (20 karat)
dengan 11 gram emas (19 karat). Contoh lainnya 2 kilo gandum berkualitas baik
ditukar dengan 3 kilo gandum berkualitas buruk.
3) Riba Qardh
Adanya persyaratan kelebihan pengembalian pinjaman yang dilakukan di awal
akad perjanjian hutang-piutang oleh pemberi pinjaman terhadap yang berhutang tanpa
tahu untuk apa kelebihan tersebut digunakan.
Contoh Rentenir yang meminjamkan uang sebesar Rp 5 juta dengan syarat bunga 20
persen saat tiap pengembalian pinjaman
4) Riba Yad
Riba yad adalah riba yang diakibatkan oleh kegiatan jual beli atau pertukaran
barang ribawi maupun bukan ribawi dengan perbedaan nilai ketika terjadi penundaan
transaksi. Dengan kata lain, riba ini terjadi saat transaksi tak ada ketegasan terhadap
nominal pembayaran dan tak ada kesepakatan serah terima barang.
Contoh ada seseorang menjual mobilnya. Ia memberi penawaran harga Rp40 juta jika
dibeli tunai dan Rp50 juta jika dibeli dengan sistem pembayaran dicicil. Kemudian,
penjual dan pembeli tidak menegaskan berapa yang harus dibayarkan hingga akhir
transaksi.
5) Riba Jahiliyah
Adanya tambahan nilai hutang karena adanya tambahan tempo pembayaran
hutang disebabkan peminjam tidak mampu membayar hutang pada waktunya. Praktik
riba seperti ini banyak diterapkan pada masa jahiliyah.
Contoh jika seseorang meminjam uang 20 juta rupiah dan harus dikembalikan dalam 6
bulan. Jika tak bisa melunasi tepat waktu, pengembalian uang bisa ditunda namun
harus memberikan tambahan dari total pinjaman.
Imam Razi menjelaskan bahwa pengaruh riba pada kehidupan manusia, antara lain:
1) Riba merupakan transaksi yang tidak adil dan mengakibatkan peminjam jatuh miskin
karena dieksploitasi, karena riba mengambil harta orang lain tanpa imbalan.
2) Riba akan menghalangi orang untuk melakukan usaha karena pemilik dapat
menambah hartanya dengan transaksi riba baik secara tunai maupun berjangka.
3) Riba akan menyebabkan terputusnya hubungan baik antar masyarakat dalam bidang
pinjam meminjam.
4) Pada umumnya orang yang memberikan pinjaman adalah orang kaya, sedang yang
meminjam adalah orang miskin. Pendapat yang memperoleh riba berarti memberikan
jalan bagi orang kaya untuk menerima tambahan harta dari orang miskin yang lemah.
Perbedaan Riba dan Jual Beli Jual Beli Riba
Jual Beli Riba
Dihalalkan Allah SWT Diharamkan Allah SWT
Harus ada pertukaran barang/manfaat Tidak ada pertukaran barang dan
yang diberikan sehingga ada keuntungan/ manfaat hanya diperoleh
keuntungan/manfaat yang diperoleh oleh penjual Karena ada yang
pembeli dan penjual. ditukarkan.
harus ada beban yang ditanggung oleh Tidak ada beban yang ditanggung oleh
penjual. penjual.
Memiliki resiko untung rugi, sehingga Tidak memiliki resiko sehingga tidak
perlu kerja/usaha, kesungguhan dan perlu kerja/usaha, kesungguhan dan
keahlian.. keahlian.
1. Akad investasi, merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty contract.
Kelompok akad ini antara lain:
a. Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara dua belah pihak atau lebih, dimana
pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan yang
diperoleh menurut kesepakatan dimuka, sedangkan apabila terjadi kerugian hanya
ditanggung pemilik dana sepanjang tidak ada unsur kesengajaan atau kelalaian oleh
mudharib.
b. Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik modal (mitra
musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama
dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
c. Sukuk (obligasi syariah) merupakan surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah.
2. Akad jual beli/sewa menyewa, merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk certainty
contract. Kelompok akad ini antara lain:
a. Murabahah, adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli.
b. Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada.
Barang diseranhkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan secara
tunai.
c. Istishna’ memiliki sistem yang mirip dengan salam, anmun dalam istishna’
pembayaran dapat dilakukan dimuka, cicilan dalam beberapa kali atau ditangguhkan
selama jangka waktu tertentu.
d. Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.
3. Akad lainnya, meliputi:
a. Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.
b. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang kepada
pihak yang menerima titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil pihak
penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut. Wadiah
terdiri dari dua, yaitu Wadiah Amanah dan Wadiah Yadhamanah.
c. Qardhul Hasan adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan, waktu
pengembalian pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima pinjaman.
d. Al-Wakalah adalah jasa pemberian jaminan atau penanggungan atas pembayaran
utang satu pihak pada pihak lain.
e. Hiwalah adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama kepada pihak lain
atas dasar saling memercayai.
f. Rahn merupakan sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan aset
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sisem keuangan syariah merupakan bagian dari upaya memelihara harta agar harta yang
dimiliki seseorang diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan syariah. Harta dikatakan
halal dan baik apabila niatnya benar, tujuannya benar dan cara memperolehnya juga benar
sesuai dengan yang ditetapkan dalam al-quran dan sunah. Transaksi yang dilarang dalam islam
adalah riba, penipuan, perjudian, gharar, penimbunan barang, monopoli dll. Maka dari itu
pelarangan transaksi tersebut merupakan sistem keuangan syariah sebagaimana diatur melalui
al-quran dan as sunah untuk melaksanakan aktivitas ekonomi.
3.2 saran
Seagai umat muslih hendaknya kita harus mengetahui serta mempelajar dan menerapkan serta
mengamalan anjuran yang telah ditentakan oleh Al-qur’an agar tercipta berkahan dalam
kehidupan sehari hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin, Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, cet. 1
https://www.merdeka.com/jabar/macam-macam-riba-dan-pengertiannya-wajib-diketahui-
setmuslim-kln.html diakses minggu pukul 13.02