Farmakologi Pada Gangguan Sistem
Farmakologi Pada Gangguan Sistem
MUSKULOSKELETAL
OSTEOPOROSIS
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi
rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat,
sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh
memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan
hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormone pertumbuhan,
kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria).
Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari
makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan
kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun).
Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu
mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih
rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
FARMAKOLOGI OSTEOPOROSIS
Pengobatan Antiresoptif
1. Kalsium
Kalsium harus diberikan dalam jumlah yang cukup untuk mencegah hipertiroidisme sekunder
dan perusakan tulang. Asupan kalsium lebih tinggi telah menunjukkan mencegah atau
mengurangi hilangnya massa tulang pada dewasa
Kalsium karbonat adalah garam pilihan karena mengandung konsentrasi tertinggi kalsium
(40%) dan paling murah. Kalsium karbonat sebaiknya diberikan dengan makanan untuk
meningkatkan absorpsi dengan peningkatan sekresi asam.
2. Diuretik
Thiazide meningkatkan reabsorpsi kalsium urin, tapi meresepkannya tunggal hanya untuk
osteoporosis.
3. Vitamin D
Defisiensi vitamin D muncul karena asupan yang kurang, kurang terkena sinar matahari, atau
penurunan produksi di kulit. Lebih jarang, penurunan sintesis calcitriol di ginjal terjadi
karena usia atau disfungsi liver atau ginjal.
Kebanyakan tablet multivitamin mengandung 400 IU vitamin D, dan produk kombinasi
kalsium-vitamin D mengandung 100-200 IU per dosis. Untuk manula, satu tablet
multivitamin sehari (dua tablet sehari untuk yang berusia di atas 70 tahun) cukup untuk
asupan vitamin D harian.
Vitamin D dosis tinggi bisa menyebabkan hiperkalsimea dan hiperkalsiuria.
4. Bifosfonat
Bifosfonat terserap ke apatite (grup kalsium fosfat pada tulang) tulang dan menyatu
permanen dengan tulang. Osteoklast tidak mampu menempel pada permukaan tulang yang
mengandung bifosfonat. Perkiraan waktu paruh terminal bifosfonat serupa
dengan turnover tulang (1-10 tahun).
Alendronate (Fosamax) diindikasikan untuk pencegahan (5 mg/hari) dan perawatan (10
mg.hari) osteoporosis pada wanita postmenopause. Pemberian sekali seminggu (70 mg)
memberikan hasil BMD (Bone Mineral Density) yang serupa.
Risedronate (Actonel: 5 mg/hari) diindikasikan untuk perawatan dan pencegahan
osteoporosis pada wanita postmenopause serta pria dan wanita yang menerima
glukokortikoid sistemik (prednisone setara 7,5 mg/hari atau lebih besar) untuk penyakit
kronik. Pemberian risendronate sekali seminggu (30-35 mg) masih dalam penyelidikan.
Efek samping paling umum untuk bifosfonat adalah rasa sakit pada abdominal; dispepsia;
diare; dan iritasi, ulserasi atau perdarahan esophageal, lambung atau duodenal.
5. Estrogen dan Terapi Hormon
Estrogen menurunkan aktivitas dan recruitment osteoklast, menginhibisi parathyroid
hormone (PTH), meningkatkan konsentrasi calcitriol dan absorbsi kalsium intestinal, dan
menurunkan ekskresi kalsium ginjal.
6. Selective Estrogen Modulator (SERM)
Ralofexine 60 mg sehari diterima untuk pencegahan dan perawatan
osteoporosispostmenopause.
Ralofexine merupakan antagonis estrogen di jaringan uterine dan payudara sehingga tidak
meningkatkan resiko endometrial carcinoma, seperti pada estrogen dan tamoxifen.
7. Testosteron dan Anabolik Steroid
Metil testosteron (1,25 atau 2,5 mg) dan testosteron yang ditanam (50 mg tiap 3bulan)
terkadang diberikan bersama dengan Estrogen pada wanita dengan depresi atau libido yang
menurun. Terapi bersama umumnya memberikan efek BMD (Bone Mineral Density) yang
lebih baik daripada diberikan tunggal.
Anabolik steroid merangsang aktivitas osteoblast, efek predominannya adalah mengurangi
resorpsi tulang, setelah peningkatan massa otot dan kekuatan.
8. Hormon paratiroid (PHT)
Meski PTH bisa meningkatkan resportion tulang, Aktivitas anabolik bisa timbul dari
menurunnya apoptosis osteoblas dan peningkatan pembentukan tulang dari osteoblas yang
hidup lebih lama.