Anda di halaman 1dari 4

FARMAKOLOGI PADA GANGGUAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELATAL


Padatnya pekerjaan atau aktivitas fisik seseorang dapat menyebabkan permasalahan pada
otot, tulang dan sendi atau disebut sistem muskuloskeletal. Nyeri otot, tulang, sendi dan saraf
terjepit adalah keluhan yang paling sering dijumpai di masyarakat dan hampir 80 persen dari
masyarakat perkotaan pernah mengalami gangguan pada sistem muskuloskeletal.
Gangguan pada sistem muskuloskeletal adalah
1. Osteomyelitis
2. Osteophorosis
3. Osteoartritis
4. Rheumatoid Arthritis
5. Penyakit gout
OSTEOMIELITIS
Osteomielitis merupakan penyakit tulang yang di tandai dengan adanya infeksi pada tulang,
dan infeksi itu di sebabkan oleh bakteri sejenis staphylococcus aureus. Namun kadang
disebabkan oleh jamur yang berhasil memasuki tulang melalui aliran darah ataupun melalui
tulang patah terbuka. Jika tulang terinfeksi maka bagian dalam tulang yang lunak atau
sumsum tulang membengkak Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah
luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke tulang. Beberapa gejala dari penyakit osteomyelitis:
 Tulang terasa nyeri dan peka
 Kesulitan dalam menggunakan anggota tubuh dikarenakan nyeri yang parah
 Badan terasa demam
 Terjadinya pembengkakan atau adanya warna kemerahan yang diakibatkan pengaruh
nyeri tulang tersebut.
Infeksi pada tulang bisa disebabkan beberapa faktor, diantaranya:
 Kurangnya pasokan darah akibat pembengkakan sumsum tulang sehingga
mengakibatkan bagian dari tulang mati.
 Terbawanya bakteri dalam aliran darah. Infeksi dari bagian tubuh lain terbawa aliran
darah dan menyebar ke tulang. Akibatnya, terjadi infeksi di ujung tulang dan di tulang
belakang.
 Memiliki riwayat patah tulang. Bakteri bisa langsung masuk ke tulang pada saat
dilakukan proses perbaikan patah tulang dengan menempelkan potongan logam.
Organisme juga bisa masuk ke tulang saat dilakukan pembedahan tulang atau dari
benda yang terkontaminasi bakteri dan menembus tulang.
 Mengidap penyakit yang bisa memicu terjadinya infeksi tulang, seperti penyakit
diabetes, trauma, hemodialisis.
FARMAKOLOGI OSTEOMIELITIS
 Pemberian antibiotik contohnya Ceftazidime atau antibiotik yang lain. Tujuannya
adalah untuk menghentikan penyebaran membunuh kuman (bakteri) yang sering
menyebabkan osteomielitis.
 Pengobatan dengan jalan operasi biasanya diperlukan jika infeksi menjadi parah atau
persisten
 Bila mengalami pembengkakan dan pengumpulan nanah maka akan dilakukan
Tindakan pembedahan. Pengobatan akan lebih kompleks bila infeksi tulang berasal
dari jaringan lunak di dekatnya.
 Tindakan pembedahan bertujuan untuk menekan penyebaran infeksi ke tulang
lainnya.
 Sebelum dibedah, penderita akan diberikan antibiotik beberapa minggu sebelumnya,
sehingga sendi buatan yang terinfeksi tersebut bisa diangkat dan digantikan oleh sendi
buatan yang baru.

OSTEOPOROSIS
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi
rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat,
sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh
memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan
hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormone pertumbuhan,
kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria).
Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari
makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan
kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun).
Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu
mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih
rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
FARMAKOLOGI OSTEOPOROSIS
Pengobatan Antiresoptif
1.  Kalsium
Kalsium harus diberikan dalam jumlah yang cukup untuk mencegah hipertiroidisme sekunder
dan perusakan tulang. Asupan kalsium lebih tinggi telah menunjukkan mencegah atau
mengurangi hilangnya massa tulang pada dewasa
Kalsium karbonat adalah garam pilihan karena mengandung konsentrasi tertinggi kalsium
(40%) dan paling murah. Kalsium karbonat sebaiknya diberikan dengan makanan untuk
meningkatkan absorpsi dengan peningkatan sekresi asam.
2. Diuretik
Thiazide meningkatkan reabsorpsi kalsium urin, tapi meresepkannya tunggal hanya untuk
osteoporosis.
3.   Vitamin D
Defisiensi vitamin D muncul karena asupan yang kurang, kurang terkena sinar matahari, atau
penurunan produksi di kulit. Lebih jarang, penurunan sintesis calcitriol di ginjal terjadi
karena usia atau disfungsi liver atau ginjal.
Kebanyakan tablet multivitamin mengandung 400 IU vitamin D, dan produk kombinasi
kalsium-vitamin D mengandung 100-200 IU per dosis. Untuk manula, satu tablet
multivitamin sehari (dua tablet sehari untuk yang berusia di atas 70 tahun) cukup untuk
asupan vitamin D harian.
Vitamin D dosis tinggi bisa menyebabkan hiperkalsimea dan hiperkalsiuria.
4.  Bifosfonat
Bifosfonat terserap ke apatite (grup kalsium fosfat pada tulang) tulang dan menyatu
permanen dengan tulang. Osteoklast tidak mampu menempel pada permukaan tulang yang
mengandung bifosfonat. Perkiraan waktu paruh terminal bifosfonat serupa
dengan turnover tulang (1-10 tahun).
Alendronate (Fosamax) diindikasikan untuk pencegahan (5 mg/hari) dan perawatan (10
mg.hari) osteoporosis pada wanita postmenopause. Pemberian sekali seminggu (70 mg)
memberikan hasil BMD (Bone Mineral Density) yang serupa.
Risedronate (Actonel: 5 mg/hari) diindikasikan untuk perawatan dan pencegahan
osteoporosis pada wanita postmenopause serta pria dan wanita yang menerima
glukokortikoid sistemik (prednisone setara 7,5 mg/hari atau lebih besar) untuk penyakit
kronik. Pemberian risendronate sekali seminggu (30-35 mg) masih dalam penyelidikan.
Efek samping paling umum untuk bifosfonat adalah rasa sakit pada abdominal; dispepsia;
diare; dan iritasi, ulserasi atau perdarahan esophageal, lambung atau duodenal.
5.      Estrogen dan Terapi Hormon
Estrogen menurunkan aktivitas dan recruitment osteoklast, menginhibisi parathyroid
hormone (PTH), meningkatkan konsentrasi calcitriol dan absorbsi kalsium intestinal, dan
menurunkan ekskresi kalsium ginjal.
6. Selective Estrogen Modulator (SERM)
Ralofexine 60 mg sehari diterima untuk pencegahan dan perawatan
osteoporosispostmenopause. 
Ralofexine merupakan antagonis estrogen di jaringan uterine dan payudara sehingga tidak
meningkatkan resiko endometrial carcinoma, seperti pada estrogen dan tamoxifen.
7.  Testosteron dan Anabolik Steroid
Metil testosteron (1,25 atau 2,5 mg) dan testosteron yang ditanam (50 mg tiap 3bulan)
terkadang diberikan bersama dengan Estrogen pada wanita dengan depresi atau libido yang
menurun. Terapi bersama umumnya memberikan efek BMD (Bone Mineral Density) yang
lebih baik daripada diberikan tunggal.
Anabolik steroid merangsang aktivitas osteoblast, efek predominannya adalah mengurangi
resorpsi tulang, setelah peningkatan massa otot dan kekuatan.
8.  Hormon paratiroid (PHT)
Meski PTH bisa meningkatkan resportion tulang, Aktivitas anabolik bisa timbul dari
menurunnya apoptosis osteoblas dan peningkatan pembentukan tulang dari osteoblas yang
hidup lebih lama.

Anda mungkin juga menyukai