Anda di halaman 1dari 8

FRAMEWORK ETHICAL THEORY

“EUTANASIA DALAM PANDANGAN ETIK ”

MATA KULIAH ETIK DAN LEGAL DALAM KEPERAWATAN


Dosen Pengajar : Rr. Sri Endang Pujiastuti, SKM, MNS

OLEH :

SATYA NUR AZIZAH


P1337420821004

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021

1
DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................3

B. Tujuan Penelitian.............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori...................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN

A. Kerangka berpikir ...........................................................................................5

B. Implikasi Etika ................................................................................................5

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................8

B. Saran................................................................................................................8

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pada perkembangan ilmu pengetahuan dan Iptek yang sangat pesat di zaman
sekarang ini, khususnya dalam bidang kedokteran. Hal itu ditandai dengan
berbagai tindakan atau pelayanan yang semakin canggih dan berkualitas yang
diberikan bagi pasien. Seiring berkembangnya hal tersebebut, muncul suatu
praktik dalam kedokteran yang disebut euthanasia. Munculnya praktik euthanasia
berdasarkan adanya konsep tentang kematian. Ilmu pengetahuan membagi
kematian menjadi tiga golongan berdasarkan cara terjadinya yaitu kematian
alamiah (orthothanasia), kematian tidak wajar (dysthanasia) dan kematian
direncanakan (euthanasia).
Euthanasia merupakan tindakan sengaja merencanakan kematian seseorang
atau pasien tanpa rasa sakit, untuk menghilangkan penderitaan yang dialami.
Dalam praktik euthanasia di dunia kedokteran dianggap menjadi hal positif karena
bertujuan meringankan penderitaan pasien. Tetapi, tak sedikit pula yang
menimbulkan berbagai perspektif negatif dikalangan masyarakat yang melihat
praktik euthanasia dari sudut pandang yang berbeda. Perspektif negatif yang
timbul dapat berupa anggapan bahwa praktik euthanasia dilakukan karena faktor
perekonomian yang lemah. Sehingga praktik euthanasia dilakukan untuk
meminimalisir biaya pengobatan yang dikeluarkan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, saya tertarik untuk melakukan
identifikasi dan analisis tentang “ Bagaimana pandangan euthanasia pada moral
dan kode etik?”.

B. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian Eutanasia


2. Membuat kerangka berpikir.
3. Mendiskusikan implikasi etika

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep

1. Eutanasia

Euthanasia berasal dari bahasa yunani yaitu kata ―eu artinya baik dan
―thonetos artinya mati. Jadi, euthanasia memiliki arti mati sentosa atau
mati bahagia karena tanpa rasa sakit. Sehingga euthanasia merupakan
pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja terhadap seseorang atau
pasien yang memiliki harapan kecil untuk hidup atau sembuh kembali.
Euthanasia umumnya dilakukan pada pasien yang sudah tidak memiliki
harapan sembuh, namun masih bertahan hidup dengan penyakit yang
diderita.

2. Jenis Euthanasia
Dilihat dari segi tindakan yang dilakukan oleh pelaku, euthanasia dibagi
dua yaitu
a. euthanasia indirect (pasif) : merupakan euthanasia yang dilakukan
tanpa memberikan perawatan ataupun dengan cara menghentikan
pengobatan yang berpotensi memperpanjang hidup pasien. Beberapa
bentuk euthanasia pasif adalah menarik perawatan medis dari pasien
yang sakit parah, menahan perawatan medis dari pasien yang sakit
parah, obat pereda nyeri yang dapatmempercepat kematian pasien yang
sakit parah sebagai efek samping, menghentikan sistem pendukung
kehidupan seperti ventilator, menolak perawatan medis untuk pasien
yang sakit parah.
b. Mercy Killing (aktif): yaitu euthanasia dengan cara sengaja
mememberikan tindakan yang dapat mempercepat kematian seseorang.
Contoh, pada penderita kanker ganas yang merasakan sakit luar biasa
hingga sering pingsan. Hal ini dokter berkeyakinan bahwa pasien tidak
mampu bertahan lebih lama lagi. Kemudian dokter memberi obat
dengan dosis tinggi (overdosis) yang dapat menghilangkan rasa sakit
yang dialami, dengan kata lain menghentikan nafasnya juga.

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kerangka Berpikir

Konflik
moral
Penurunan
Euthanasia
harapan hidup
Konflik
Etika

Kerangka Berpikir

B. Implikasi Etika
1. Tanggung jawab perawat
Menurut Park (2012) terdapat enam langkah efektif yang membantu didalam
penyelesaian dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan etik yaitu :
a. Identifikasi Masalah Etik
Sebelum seorang perawat dapat mengidentifikasi masalah etik, seorang
perawat harus menyadari adanya masalah etik. Menyadari masalah etik ini
terbentuk dari adanya hubungan yang dekat antara pasien dengan perawat.
Masalah etik yang terjadi di perawat karena tidak mampunya memenuhi
kebutuhan pasien dan tujuan yang diharapkan. Pengakhiran kehidupan
membuat perawat berada pada situasi etik yang tidak menentu, membuat
perawat berada di ujung tanduk antara menghormati pasien akan
otonominya, memberitahukan diagnose penyakitnya,dan memberikan
banyak informasi yang tidak sesuai dengan keinginan pasien. Disini
perawat mengalami situasi yang sama ketika merawat pasien terminal
dengan kondisi tidak stabil atau seperti ketika perawat memberikan
perawatan yang tidak adekuat.
b. Mengumpulkan informasi
Perawat mengumpulkan data melalui banyak cara, dapat melalui pasien,
keluarga, atau tenaga kesehatan. Dan dalam mengidentifikasi masalah etik

5
dapat terkaji melalui teknik perawatan pada pasien, situasi , usia , tingkat
perkembangan, tingkat kemampuan dan perhatian terhadap kesehatan. Dan
masalah etik akan berbedatergantung dari area klinik yang ada. Kasus
pasien mengalami kanker stadium lanjut yang telah menjalar keseluruh
tubuh dan tidak ada kemungkinan untuk sembuh. Sehingga perlu perhatian
lebih berkaitan dengan pengobatan, pendekatan pada pasien, dan
kompetensi tenaga kesehatan yang terlibat didalamnya
c. Mengembangkan analisa alternative dan membandingkan
Alternatif yang dipilih berdasarkan tidak ada resiko terhadap perawat, tidak
menimbulkan reaksi yang negative dari pihak lain (termasuk didalamnya
tenaga medis dan administrasi rumah sakit). Alternatif yang dapat
diberikan pada pasien disini oleh seorang perawat dengan memberikan
informasi akan euthanasia atau melalui komunikasi antara pasien, keluarga,
tim medis dan lainnya. Perawat disini memberikan informasi berkaitan
dengan hal tersebut Alternatif yang lain dengan mendiskusikan terapi yang
diberikan pada pasien dengan dokter yang menangani sehingga didapatkan
informasi yang lengkap dan jelas sebelum pasien memutuskan euthanasia.
Tentunya didalam teknik perawatan juga harus diperhatikan seperti
perhatian, sentuhan, pemberian informasi merupakan hal yang penting
didalam perawatan paliatif terhadap pasien.
d. Memilih alternative
Diperoleh melalui diskusi dengan teman kerja, atasan, hal ini akan
membantu
didalam sensitivitas akan masalah etik yang ada dan penyelesaiannya.
e. Melaksanakan keputusan
Ketika sudah direncanakan alternative-alternatif yang ada dibuatlah
keputusan
untuk menyelesaikan masalah etik. Terkait dengan kasus setelah alternative
diberikan dan pasien yang tetap dengan pendirian dilakukan tindakan
euthanasia, maka perawat harus siap dengan keputusan tersebut. Perawat
tetap melaksanakan perawatan terminal pada pasien sehingga pada tahap
kematian. Konflik perasaan yang terjadi di dalam diriperawat harus diatasi.

6
Perasaan bersalah, takut, menyesal disingkirkan setelah keputusan tersebut
dibuat.
f. Mengevaluasi
Dalam tahap evaluasi perlu dilihat kembali apakah hasil yang didapatkan
sesuai dengan keinginan pasien, adanya konflik baru diantara perawat atau
tenaga kesehatan lain. Dalam kenyataan ketika memenuhi kewajiban untuk
merawat pasien dalam menyelesaikan masalah etik sering menyebabkan
menurunnya kualitas kerja yang efektif antara perawat itu sendiri dan juga
berdampak terhadap struktur organisasi. Perlu dievaluasi juga alasan moral
yang terbentuk didalam mengambil keputusan dan cara kerja perawat
dalam mengatasi masalah etik. Sehingga didapatkan kualitas personal,
pendidikan, pengalaman dan lingkungan kerja yang berkualitas. Dalam
kasus euthanasia ini tentunya perawat mendapat pengalaman untuk
melakukan perawatan pada pasien yang memutuskan tindakan euthanasia.
Tindakan ini tidak hanya melibatkan diri perorangan perawat tetapi juga
struktur organisasi di rumah sakit tersebut. Sehingga dari pengalaman ini
didapatkan evaluasi yang obyektif didalam menilai pelayanan yang
diberikan selama ini sehingga didapatkan kualitas pelayanan pada masa
berikutnya.

7
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan diatas, dapat disimpulkan bahwa tantangan etik yang

dihadapi perawat pada kasus euthanasia yakni konflik etika yang terjadi

internal hingga menyebabkan rasa bersalah.

B. Saran :

Sebagai upaya pencegahan terjadinya sengketa dan tuntutan hukum,

maka tenaga kesehatan khususnya dokter dan perawat harus selalu sadar bahwa

dalam melaksanakan tugas profesinya ia harus mematuhi standard prosedur

dan etika profesi.

Anda mungkin juga menyukai