Anda di halaman 1dari 8

Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada bank syariah

A. Latar Belakang
Bank sebagai lembaga intermediasi antara pihak surplus dengan pihak deposit
mempunyai sedikitnya 2 fungsi, yaitu: pengumpulan dana dan penyaluran dana.
Penyaluran dana terdapat di bank konvensional dengan yang terdapat di bank syariah
mempunyai perbedaan essensial, baik dalam hal nama, akad maupun transaksinya.
Dalam perbankan konvensional penyaluran dana ini dikenal dengan nama kredit
sedangkan diperbankan syariah adalah pembiayaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit merupakan perkataan asing bagi
masyarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat di kota-kota
besar, tetapi sampai di desa-desa pun kata kredit tersebut sudah sangat populer. Istilah
kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau
faith), oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu.1
Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.2 Tulusan ini
memuat, apa yang dimaksud pembiayaan bermasalah? apa saja kategori pembiayaan
bermasalah? Apa saja faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah? dan
Bagaimana upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah?

A. Pengertian Pembiayaan Bermasalah


Pembiayaan bermasalah atau dalam bahasa Inggris disebut Non Performing
Financings (NPFs), sama dengan Non Performing Loan (NPL) untuk fasilitas kredit,
yang merupakan rasio pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan adalah
pembiayaan kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar, diragukan, dan macet.

1
Reza Yudistira, ”Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Syariah Mandiri”, Skripsi (Jakarta:
Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2011), Hlm. 3-4.
2
Rahmat Ilyas, “Konsep Pembiayaan dalam Perbankan Syariah”,Jurnal Penelitian Vol. 9 No. 1, Februari 2015,
hlm. 186

1
Dalam pengertian lain, pembiayaan bermasalah atau NPFs adalah Pembiayaan Non-
Lancar mulai dari kurang lancar sampai macet.3
Secara umum pengertian pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang
diakibatkan oleh nasabah yang tidak menempati dan tidak memenuhi persyaratan
yang tertuang dalam akad. Mahmoeddin mengemukakan pengertian pembiayaan
bermasalah lebih spesifik lagi yaitu pembiayaan yang kurang lancar, dimana
nasabahnya tidak memenuhi persyaratan yang telah dituangkan dalam akad,
pembiayaan yang tidak menempati jadwal angsuran, sehingga terjadinya
penunggakan. Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang tidak menempati
janji pembayaran, sehingga memerlukan tindakan hukum untuk menagihnya,
kemudian Mahmoeddin juga menyimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang berpotensi untuk merugikan bank sehingga berpengaruh terhadap
kesehatan bank itu sendiri.4
B. Kategori Pembiayaan Bermasalah
Secara umum penggolongan pembiayaan dibagi menjadi 4 kategori yakni: lancar,
kurang lancar, diragukan dan macet. Pembiayaan lancar tidak termasuk kategori
bermasalah, sehingga prosedurnya berlaku umum. Penjelasan 3 kategori lainnya, yaitu
sebagai berikut:
1. Pembiayaan Lancar (Kolektibilitas I)
1) Tidak ada tunggakan angsuran pokok maupun bagi hasil.
2) Tidak termasuk kategori kolektibilitas II.
2. Pembiayaan Kurang Lancar (Kolektibilitas II)
Pembiayaan digolongkan kurang lancar jika memenuhi kriteria, berikut:
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok.
2) Terdapat tunggakan bagi hasil atau margin.
3) Jika pengembalian pinjaman dilakukan tidak mengangsur.
3. Pembiayaan Diragukan (Kolektibilitas III)
Pembiayaan digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan jika pembiayaan
tersebut tidak memenuhi kriteria kurang lancar, tetapi berdasarkan penilaian
dapat disimpulkan bahwa:

3
Ubaidillah, “ Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Syariah: Strategi Penanganan Dan Penyelesaiannya”, El-
Jizya Jurnal Ekonomi Islam Vol. 6 No. 2, Juli- Desember 2018, hlm. 290.
4
Suhaini dan Asnaini, “Pembiayaan Masalah di Bank Syariah”, Al-Intaj Vol. 4 No. 2, September 2018, hlm. 177-
178.

2
a) Pembiayaan masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai
sekurang-kurangnya 75% dari total hutangnya termasuk bagi hasil dan
margin.
b) Pembiayaan tidak dapat diselamatkan, tetapi jaminannya sekurang-
kurangnya bernilai 100% dari total hutangnya termasuk bagi hasil atau
margin.
4. Pembiayaan Macet (Kolektibilitas IV)
Pembiayaan digolongkan macet, jika:
a) Tidak memenuhi kriteria kurang lancar dan diragukan.
b) Memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak
digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan
pembiayaan.
c) Pembiayaan tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada
Pengadilan Negeri atau telah diajukan penggantian ganti rugi kepada
perusahaan asuransi kredit (bagi pembiayaan yang diasuransikan
jaminannya).5
C. Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Ada beberapa factor penyebab pembiayaan bermasalah:
1. Faktor Intern (Berasal dari pihak Bank)
a. Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah
b. Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah
c. Kesalahan setting fasilitas pembiayaan (berpeluang melakukan side
streaming)
d. Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah
e. Proyeksi penjual anter lalu optimis
f. Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang
memperhitungkan aspek industri
g. Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek industri
h. Lemahnya supervise dan monitoring
i. Terjadinya erosi mental
2. Faktor Ekstern

5
Reza Yudistira, ”Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Syariah Mandiri”, Skripsi (Jakarta:
Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2011), Hlm.28-29.

3
a. Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan informasi dan
laporan tentang kegiatannya)
b. Melakukan side streaming penggunaan dana
c. Kemampuan mengelolah nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam
persaingan usaha
d. Usaha yang dijalankan relatif baru
e. Bidang usaha nasabah telah jenuh
f. Tidak mampu menanggulangi masalah/kurang menguasai bisnis
g. Meninggalkan key person
h. Perselisihan sesama direksi
i. Terjadi bencana alam
j. Adanya kebijakan pemerintah.6
D. Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Pada tahapan penyelesaian pembiayaan bermasalah, kebijakan yang dilakukan


terhadap pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut :

1. Penyelesaian Melalui On The Spot (OTS)

Kebijakan ini dilakukan dengan cara turun kelapangan untuk melihat langsung
jaminan dan prospek usaha nasabah. Tujuannya adalah untuk melihat jika jaminan
tersebut biasterback-ap dengan sisa pembayaran angsuran. Selanjutnya melihat
prospek usaha dan keadaan ekonomi nasabah untuk menentukan apakah sudah
menutupi sisa angsuran.

2. Penyelesaian Melalui Eksekusi Jaminan

Penyelesaian melalui jaminan dilakukan oleh bank syariah bilamana


berdasarkan evaluasi ulang pembiayaan, prospek usaha nasabah tidak ada, dan atau
nasabah tidak kooperatif untuk menyelesaikan pembiayaan atau upaya penyelamatan
dengan upaya restrukturisasi tidak membawa hasil melancarkan kembali pembiayaan
tersebut.

Jika hal tersebut terjadi, maka upaya selanjutnya adalah penyelesaian


pembiayaan bermasalah dengan cara eksekusi jaminan. Eksekusi jaminan disesuaikan
dengan lembaga jaminan yang membebani benda jaminan tersebut, rahn (gadai

6
Suhaini dan Asnaini, “Pembiayaan Masalah di Bank Syariah”, Al-Intaj Vol. 4 No. 2, September 2018, hlm. 179.

4
syariah), jaminan hipotik, jaminan hak tanggungan, dan jaminan fiduasia.Pada
jaminan hipotik, eksekusi diatur pada Pasal 1178 BW. Pada jaminan hak tanggungan
diatur berdasarkan pasal 20 Undang-undang No. 4 Tahun 1996, bilamana debitur
cidera janji ada 3 alternatif yang dapatdilakukan oleh bank yaitu:
a. Berdasarkan hal pemegang, hak tanggungan pertama untuk menjual obyek
hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dipasal 6, atau
b. Berdasarkan title eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak
tanggungan sebagaimana pada pasal 14 (2)

Objek hak tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang
ditentukan dalam peraturan perundang –undang untuk pelunasan piutang pemegang
hak tanggungan dengan hak mendahulukan para kreditur-kreditur.

Pada jaminan fisudia berdasarkan pasal 29 Undang-undangNomor 42 Tahun


1999 apabila debitur wanprestasi maka obyek jaminan dapat dieksekusi dengan cara:

a. Pelaksanaan title eksekutorial.


b. Penjualan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaan
penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum.
c. Penjualan dibawah tangan berdasarkan kesepakatan.7
3. Penyelesain Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Non Litigasi)

Berdasarkan klausula dalam perjanjian pembiayaan, jika salah satu pihak


menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan diantaranya kedua belah pihak dan
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah, maka penyelesaiannya bisa
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS).

BASYARNAS berwenang: 1) Menyelesaikan secara adil dan cepat sengketa


muamalah (pendata) yang timbul dalam bidang perdagangan, keuangan, industry, jasa
dan lain-lain yang menurut hokum dan peraturan perundang-undang dikuasai
sepenuhnya olehpihak yang bersengketa, dan para pihak sepakat secara tulis untuk
menyerahkan penyelesaiannya kepada BASYARNAS sesuai dengan prosedur
BASYARNAS; 2) Memberikan pendapat yang mengikat atas permintaan para pihak
tanpa adanya suatu sengketa mengenai persoalan berkenan dengan suatu perjanjian.

7
Suhaini dan Asnaini, “Pembiayaan Masalah di Bank Syariah”, Al-Intaj Vol. 4 No. 2, September 2018, hlm. 185.

5
Kesepakatan untuk menyerahkan penyelesaian sengketa kepada
BASYARNAS, dilakukan oleh pihak;

1. Dengan mencantumkan klausula arbitase dalam suatu naskah perjanjian atau


2. Dengan perjanjian arbitase tersendiri yang dibuat dan disetujui oleh para
pihak, baik sebelum maupun sesudah timbul sengketa.8

4. Penyelesaian Melalui Litigasi

Penyelesaian melalui litigasi akan ditempuh oleh bank bilamana nasabah tidak
ada niat baik atautidak menunjukkan kemauan untuk memenuhi kewajibannya,
padahal nasabah masih memiliki hartakekayaan yang tidak dikuasai oleh bank atau
sengaja disembunyikan atau mempunyai sumber-sumber lain untuk menyelesaikan
masalahnya.
Undang-undang Perbankan Syariah pada Pasal 55 juga menjelaskan bahwa:
a. Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Agama;
b. Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan
isi akad;
c. Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh
bertentangan dengan prinsip syariah.
Pasal ini memberi peluang bahwa penyelesaian yang mungkin timbul pada
bisnis keuangan Syariah, dapat melalui ligitasi atau melalui pengadilan, dan
pengadilannya adalah di Peradilan Agama. Namun demikian, penyelesaian sengketa
juga bisa melalui musyawarah, mediasi perbankan, lembaga arbitrase, dan melalui
pengadilan di lingkungan Peradilan Umum sepanjang disepakati oleh para pihak
dalam akad.9

A. Kesimpulan

Secara umum pengertian pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang


diakibatkan oleh nasabah yang tidak menempati dan tidak memenuhi persyaratan
yang tertuang dalam akad. Faktor penyebab pembiayaan bermasalah, yaitu Faktor
Intern (Berasaldari pihak Bank) dan Faktor Ekstern, Pada tahapan penyelesaian
8
Ibid., 187.
9
Ibid., 188-190.

6
pembiayaan bermasalah, kebijakan yang dilakukan terhadap pembiayaan bermasalah
adalah Penyelesaian Melalui On The Spot (OTS) Kebijakan ini dilakukan dengan cara
turun kelapangan untuk melihat langsung jaminan dan prospek usaha nasabah.
Tujuannya adalah untuk melihat jika jaminan tersebut bias terback-ap dengan sisa
pembayaran angsuran, Penyelesaian Melalui Eksekusi Jaminan Penyelesaian melalui
jaminan dilakukan oleh bank syariah bila mana berdasarkan evaluasi ulang
pembiayaan, prospek usaha nasabah tidak ada, dan atau nasabah tidak kooperatif
untuk menyelesaikan pembiayaan atau upaya penyelamatan dengan upaya
restrukturisasi tidak membawa hasil melancarkan kembali pembiayaan tersebut. Jika
hal tersebut terjadi, maka upaya selanjutnya adalah penyelesaian pembiayaan
bermasalah dengan cara eksekusi jaminan, Penyelesain Melalui Badan Arbitrase
Syariah Nasional (Non Litigasi) Berdasarkan klausula dalam perjanjian pembiayaan,
jika salah satu pihak menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan diantaranya
kedua belah pihak dan tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah, maka
penyelesaiannya bias dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional
(BASYARNAS). Dan Penyelesaian Melalui Litigasi Penyelesaian melalui litigasi
akan ditempuh oleh bank bilamana nasabah tidak ada niat baik atautidak
menunjukkan kemauan untuk memenuhi kewajibannya, padahal nasabah masih
memiliki hartakekayaan yang tidak dikuasai oleh bank atau sengaja disembunyikan
atau mempunyai sumber-sumber lain untuk menyelesaikan masalahnya

7
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Ilyas, Konsep Pembiayaan dalam Perbankan Syariah, Jurnal


Penelitian Vol. 9 No. 1, Februari 2015.

Reza Yudistira, 2011, Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada


Bank Syariah Mandiri, Skripsi (Fakultas Syariah Dan Hukum, Perbankan Syariah,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)
Ubaidillah, Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Syariah: Strategi
Penanganan Dan Penyelesaiannya, El-Jizya Jurnal Ekonomi Islam Vol. 6 No. 2, Juli-
Desember 2018.

Suhaini dan Asnaini, Pembiayaan Masalah di Bank Syariah, Al-Intaj Vol. 4


No. 2, september 2018.

Anda mungkin juga menyukai