Anda di halaman 1dari 5

NAMA : HESTI NURAINI

NIM :856757573
M.K : PENELITIAN TINDAKAN KELAS
SEMESTER : SATU
DOSEN : FATHUR M.PD

TUGAS PTK

TUGAS 2
1. Berdasarkan pengalaman mengajar Anda selama ini, coba identifikasi masalah-
masalah pembelajaran yang pernah Anda hadapi di kelas tempat Anda
mengajar! Berilah contoh 4 peristiwa penting yang dapat menimbulkan masalah
pembelajaran di kelas! Lakukan sesuai pedoman cara mengidentifikasi masalah
seperti di atas!
2. Buatlah analisis dan perumusan masalah serta rencana tindak lanjut dari
penyelesaian Contoh Kasus 1 di atas!
3. Identifikasi masalah-masalah pembelajaran apa yang pernah Anda hadapi di
kelas yang Anda ajar? Berilah contoh minimal 4 peristiwa penting yang dapat
menimbulkan masalah pembelajaran di kelas! Lakukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sesuai pedoman cara mengidentifikasi masalah seperti di
atas!
4. Apa yang dimaksud dengan hipotesis tindakan? Kapan Anda perlu merumuskan
hipotesis tindakan? Buatlah hipotesis tindakan dari masalah pembelajaran di atas
(butir 1)!
5. Sebagai peneliti PTK, kapan Anda perlu melakukan refleksi? Mengapa Anda
perlu melakukan refleksi?
Jawaban

1. Masalah-masalah di kelas yang perlu dicerrmati guru dapat berkaitan dengan


masalah pengelolan kelas, proses belajar mengajar, penggunaan sumber-sumber
belajar,serta masalah personal dan kopersonalan guru.
Masalah maslah yang sering terjadi dalam kelas
a. permasalahan berkelahi sama teman
b. masalah pembulian
c. masalah pinjam –meminjam benda pelajaransperti pena
d. masalah menyebut nyebut nama orang tua.

2. Analisis dalam masalah pembulian


Perilaku bullying selama ini sering sekali terjadi di kalangan siswa, baik di
tingkat SLTA, SLTP maupun di SD (Sekolah Dasar). Perilaku tersebut tentu saja
tidak boleh dibiarkan karena bisa menimbulkan masalah lebih besar, yang dapat
menghambat keberhasilan studi bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicari faktor-
faktor yang menimbulkan perilaku tersebut, yang selanjutnya dapat dicari
alternatif penanggulangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
penyebab perilaku bullying pada siswa SD Negeri Kecamatan Bukit Kabupaten
Bener Meriah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Subjek penelitian ini adalah siswa SD yang pernah terlibat dalam kasus bullying
di sekolah sebanyak 6 orang dan guru-guru yang pernah menangani kasus
bullying pada siswa di sekolah sebanyak 6 orang. Sedangkan objek penelitian
adalah faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada siswa.Pengumpulan data
dilakukan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab perilaku
bullying pada siswa SD Negeri Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah adalah
faktor keluarga yang melakukan kekerasan kepada anak atau menampakkan
praktek kekerasan di hadapan anaknya, teman sebaya (di sekolah dan luar
lingkungan sekolah) yang berperilaku bullying, sekolah yang membiarkan atau
tidak menerapkan sanksi yang tegas kepada siswa pelaku bullying serta media
yang sering menampilkan adegan perilaku bullying. Oleh karena itu, diharapkan
kepada pihak sekolah untuk mengadakan seminar edukasi atau sosialisasi
mengenai bullying kepada orang tua, agar orang tua memiliki pemahaman yang
baik mengenai masalah bullying ini. Selain itu, sekolah hendaknya
mensosialisasikan peran guru BK dalam masalah bullying, sehingga murid
menjadi tahu kemana mereka harus pergi dan bercerita mengenai masalah
bullying yang sedang dihadapinya.

3. Dalam pengertian masalah belajar di atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis siswa
yang mengalami permasalahan dalam belajar, yaitu sebagai berikut:
a. Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar. Sesuai
dengan tujuan belajar yang tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa
dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika telah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang
studi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian) siswa di dalam kelas.
Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria tersebut, maka yang
bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran tersebut.
b. Siswa yang mengalami keterlambatan akademik.Yakni siswa yang
diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak
menggunakan kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa yang
terdapat dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa
siswa dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super. Kondisi
inilah yang menyebabkan siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan
asupan kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga
siswa yang seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa
menerima kondisi sekitarnya.
c. Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkat
IQ yang diatas rata-rata).Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki intelegensi
diatas rata-rata normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang optimal.
Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian nilai yang
dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan tingkat intelegensi seperti itu, yang
bersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80 bahkan lebih.
d. Siswa yang sangat lambat dalam belajar.
Yaitu keadaan siswa yang memilki bakat akademik yang kurang memadai
dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran
khusus. Siswa yang mengalami kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki
tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan sangat sering bermasalah dalam
pembelajaran. Seringkali Guru kehabisan ide untuk menangani siswa yang
seperti ini, bimbingan pelajaran tambahan atau ekstra menjadi salah satu
alternatif penyelesaian masalah semacam ini.

4. Yang dimaksud dengan hipotesis tindakan adalah Hipotesis tindakan


mencerminkan dugaan sementara atau memprediksi perubahan apa yang akan
terjadi pada objek penelitian jika suatu tindakan dilakukan. Jika dipandang perlu,
peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan pada PTK pada
umumnya dalam bentuk kecendrungan atau keyakinan pada proses atau hasil
belajar yang akan muncul setelah suatu tindakan diberlakukan (diterapkan).
Dalam masalah hipotesis tindakan pembelajaran Aktivitas belajar siswa
cendrung meningkat dengan penerapan model pembelajaran Role Playing pada
mata diklat Kewirausahaan dan Penerapan model pembelajaran Role Playing
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Kewirausahaan.

5. Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses


belajar mengajar dalam bentuk penilaian tertulis dan lisan oleh guru untuk siswa
dan oleh siswa untuk guru untuk mengekspresikan kesan konstruksif, pesan,
harapan, dan kritik terhadap proses pembelajaran. Melalui refleksi diperoleh
informasi positif tentang bagaimana guru dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, serta bahan observer untuk mengetahui sejauhmana hasil belajar
dicapai. Selain itu kegiatan ini dapat membawa kepuasaan siswa. Refleksi diri
ini penting dilakukan oleh guru karena dengan melakukan hal tersebut, guru akan
bisa melakukan perbaikan dalam pelaksanaan tugas. Logikanya, guru akan jujur
ketika melakukan refleksi, karena memang tidak ada yang mengawasi.
Refleksi dapat diterapkan dengan beberapa langkah dan cara, antara laian:
siswa mengungkapkan segala bentuk rasa dan kesan setelah pembelajaran
dipresentasikan; siswa didorong untuk bisa mengungkapkan segalanya dengan
jujur dan terbuka; siswa mengungkapkan apa saja hal positif dan negatif dari
aktivitas pembelajaran; siswa memberikan apa saja yang diinginkan dan
diharapkan pada aktivitas pembelajaran selanjutnya; siswa bisa memberikan pesan
yang pribadi kepada guru apakah kritik dan saran yang mereka ungkapkan bisa
dipublikasikan (diumumkan) atau tidak; Guru akan melihat setiap lemba refleksi
guna untuk melakukan evaluasi yang berkelanjutan.
Tehnik atau alat ungkapan/ekspresi, ini mengacu dapat berupa: refleksi
dengan lisan, refleksi melalui jurnal, refleksi dengan video, refleksi menggunakan
catatan. Bila dalam pelaksanaanya sudah terjadi persamaan dalam pendapat dan
ungkapan/ekspresi. Maka refleksi pada siswa bisa dikatakan sukses.
Oleh karena itu refleksi perlu dilatihkan atau dituntun secara kontinyu
pada guru dan siswa untuk menjalin komunikasi positif guru agar menjadi suatu
kebiasaan bermakna dalam proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai