Anda di halaman 1dari 9

Kreano 8 (2) (2017): 199-207

Ju r n a l M a t e m a t i k a K r e a t i f - I n o v a t i f
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano

Penalaran Proporsional Siswa SMP Kelas IX dalam


Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Gender

Defi Indah Permatasari1; Siti M. Amin2; Pradnyo Wijayanti3

1,2,3
Universitas Negeri Surabaya

Email: defi.indah.permatasari@gmail.com1; amin3105@yahoo.com2;


pradnyo_wija@yahoo.com3

DOI: http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v8i2.9537
Received : May 2017; Accepted: December 2017; Published: December 2017

Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan penalaran proporsional siswa
smp laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan masalah matematika. Subjek penelitian terdiri dari siswa laki-
laki dan perempuan kelas IX SMPN 2 Bangsal Mojokerto. Penelitian ini dimulai dengan memberikan Tes Kemamp-
uan Matematika (TKM) untuk mendapatkan dua subjek dengan kemampuan matematika yang setara. Kemudian
dilanjutkan dengan pemberian Tugas Penalaran Proporsional (TPP) dan wawancara. Pengecekan keabsahan data
menggunakan triangulasi waktu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa laki-laki dan perempuan menun-
jukkan aktivitas penalaran proporsional pada komponen 1) memahami kovariasi, 2) mengenali situasi proporsional
dan non-proporsional, 3) mengaplikasikan strategi multiplikatif dan 4) memahami syarat penggunaan rasio, pada
saat menyelesaikan masalah jenis “missing value”. Kemudian untuk jenis masalah “numerical comparison” diperoleh
hasil bahwa hanya siswa laki-laki yang menunjukkan aktivitas penalaran proporsional sedangkan siswa perempuan
mengenali bahwa jenis masalah tersebut merupakan situasi non-proporsional.

Abstract
This research is a qualitative research which aimed to describe the proportional reasoning of male and fe-
male students on solving mathematical problems. The subject of this research are two students, they are
male and female students at IX grade of SMPN 2 Bangsal Mojokerto. This study begins by giving the Math-
ematical Ability Test (TKM) to get two subjects with similar mathematical abilities and then it continued with
Proportional Reasoning Task (TPP) and interviews. The checking of the data validity using triangulation of
time. The results of this study showed that in the reasoning of proportional component, there is activity of
the male and female students in 1) understand covariation, 2) recognize proportional and non-proportional
situations, 3) apply multiplicative strategies and 4) understand terms of use of ratios, when resolving type
problems “missing value”. For the type of “numerical comparison” problem, only male student showed pro-
portional reasoning activities whereas female students recognize that the type of problem as a non-propor-
tional situation.

Keywords: proportional reasoning; missing value problem; numerical comparison

PENDAHULUAN (2011) menegaskan bahwa penalaran meru-


Penalaran tidak dapat terlepas dari ke- pakan “cognitive process of looking for reasons,
hidupan sehari-hari manusia. Hal ini didukung beliefs, conclusions, and actions” dimana per-
oleh pendapat Vince (2011) yang menyebut- nyataan tersebut mengandung arti bahwa
kan bahwa “We, humans, reason at almost penalaran merupakan proses kognitif mencari
every moment in our life”. Lebih lanjut, Vince alasan, keyakinan, kesimpulan, dan tindakan.

© 2017 Semarang State University. All rights reserved UNNES JOURNALS


p-ISSN: 2086-2334; e-ISSN: 2442-4218
200 Defi Indah Permatasaridkk, Penalaran Proporsional Siswa SMP Kelas IX dalam Menyelesaikan ...

Lohman & Lakin (2009) menyatakan dalam penalaran proporsional, yaitu: (1) Mis-
bahwa “reasoning refers to the process of dra- sing Value Problems (mencari satu nilai yang
wing conclusions or inferences from informati- belum diketahui). Untuk jenis masalah ini,
on” (Penalaran mengacu kepada suatu proses siswa diberikan tiga dari empat kuantitas dari
menarik suatu kesimpulan dari informasi-in- direct proportion ataupun indirect proportion.
formasi yang ada). Sependapat dengan Loh- Kemudian siswa diminta untuk mencari satu
man & Lakin (2009), Suriasumantri (2010) me- nilai yang belum diketahui; dan (2) Numerical
nyatakan bahwa “penalaran merupakan suatu Comparison Problem. Pada jenis masalah ini,
proses berpikir dalam menarik suatu simpulan siswa diberikan empat kuantitas. Kemudian
yang berupa pengetahuan” Berdasarkan be- siswa diminta untuk melihat hubungan antara
berapa pendapat tersebut di atas, penalaran dua rasio yang tebentuk.
merupakan aktivitas berpikir yang mengorga- Lamon (dalam Walle, 2013) mengung-
nisasikan pengetahuan-pengetahuan untuk kapkan bahwa terdapat empat karakteristik
menarik suatu kesimpulan. yang dimiliki seseorang ketika melakukan
Penalaran tidak hanya aktivitas yang penalaran proporsional, yaitu, 1) Memahami
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manu- kovariasi, 2) Mengenali situasi proporsional
sia, tetapi juga dalam belajar matematika. Hal dan non-proporsional, 3) Mengaplikasikan
ini ditegaskan oleh Ball dan Bass (dalam Bro- strategi multiplikatif, dan 4) Memahami sya-
die, 2010) yang menjelaskan bahwa penalaran rat penggunaan rasio.
adalah keterampilan dasar dalam matemati- Penalaran proporsional merupakan sa-
ka dan diperlukan untuk mencapai beberapa lah satu penalaran yang penting dalam pem-
tujuan, misalnya saja digunakan untuk me- belajaran matematika. Seperti yang diung-
mahami konsep-konsep matematika, untuk kapkan oleh Berk et al (2009) bahwa penalaran
dapat menggunakan ide-ide dan prosedur proporsional terdapat dalam materi-materi
matematika lebih fleksibel dan untuk mere- seperti kesebangunan, peluang ataupun arit-
konstruksi pengetahuan yang telah dipahami matika sosial. Selain dalam belajar matemati-
sebelumnya tapi terlupakan. Oleh karena itu, ka, penalaran proporsional juga dekat dalam
penalaran merupakan salah satu keterampi- kehidupan sehari-hari. Hal ini didukung oleh
lan yang perlu dikembangkan dalam matema- pendapat Boyer et al (2008) yang menyatakan
tika. penalaran proporsional digunakan dalam to-
Terdapat berbagai macam penalaran pik-topik di bidang geografi, kecepatan, kom-
matematis, salah satunya adalah penalaran posisi kimia maupun formula dari suatu resep.
proporsional. Boyer et al (2008) menyatakan Namun pada kenyataannya, siswa yang
bahwa penalaran proporsional melibatkan mampu menyelesaikan suatu masalah yang
pemahaman tentang hubungan perkalian melibatkan situasi proporsional, belum tentu
antara dua besaran atau lebih. Sedangkan, siswa tersebut mampu menjelaskan alasan
Walle (2013) mengungkapkan bahwa penala- prosedur penyelesaian dari apa yang telah
ran proporsional melibatkan kemampuan mereka kerjakan. Hal ini didukung oleh hasil
untuk memahami hubungan multiplikatif. penelitian Berk et al (2009) yang menunjuk-
Hubungan multiplikatif pada perbandingan kan bahwa mahasiswa calon guru SD yang
ini adalah hubungan yang melibatkan perkali- mampu menyelesaiakan masalah yang me-
an. Selain melibatkan kemampuan untuk me- libatkan situasi proporsional, tidak mampu
mahami hubungan multiplikatif, Walle (2013) memberikan argumen mengapa ia menyeles-
menyatakan bahwa kemampuan untuk me- aikan soal dengan cara demikian.
mahami perbedaan antara situasi yang meng- Berk et al (2009) menegaskan bahwa sa-
gunakan hubungan aditif dan multiplikatif lah satu penyebab dari kurangnya kemampu-
merupakan salah satu indikasi dari penalaran an mahasiswa calon guru SD dalam bernalar
proporsional. proporsional dikarenakan mereka sewaktu di
Lebih lanjut, menurut Bexter & Junker sekolah terbiasa fokus dan menghafal tam-
(2001) dan Park dkk (2010) menyatakan bah- pilan langkah-langkah untuk mendapatkan
wa secara umum terdapat dua jenis masalah hasil selesaian dari suatu soal. Padahal menu-
UNNES JOURNALS
Kreano 8 (2) (2017): 199-207 | 201

rut Ausubel (dalam Wellington & Ireson, 2013) dukung oleh hasil penelitian Steinthorsdottir
jika seorang siswa berkeinginan untuk men- & Sriraman (2007) yang menunjukkan bahwa
gingat sesuatu tanpa mengaitkan hal yang strategi siswa perempuan lebih beragam da-
satu dengan hal yang lain, maka baik proses ripada siswa laki-laki dalam menyelesaikan
maupun hasil belajarnya dapat dinyatakan se- masalah yang melibatkan situasi proporsio-
bagai hafalan dan tidak akan bermakna sama nal. Selain itu, hasil studi yang dilakukan oleh
sekali baginya. Merujuk pada hasil penelitian Benbow dkk (2000) juga menyebutkan bahwa
Berk dan Ausubel tersebut menunjukkan bah- kemampuan penalaran siswa laki-laki lebih
wa belajar matematika melalui hafalan tanpa unggul daripada siswa perempuan. Dengan
ada penalaran merupakan hal yang harus di- demikian, perbedaan kemampuan yang di-
hindari, karena hafalan membuat belajar ma- miliki antara siswa laki-laki dan perempuan
tematika menjadi tidak bermakna. Dengan mempengaruhi perbedaan penalaran propor-
demikian, penalaran proporsional merupakan sional dalam menyelesaikan masalah mate-
aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari be- matika.
lajar matematika. Berdasarkan penjelasan beberapa hal
Mengingat penalaran proporsional me- tersebut di muka, penelitian tentang penala-
rupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan ran proporsional siswa SMP kelas IX dalam
dalam belajar matematika, peneliti tertarik menyelesaikan masalah matematika ditinjau
untuk mengetahui penalaran proporsional dari gender, penting untuk dilakukan.
siswa SMP. Adapun hal ini dikarenakan, secara
umum siswa pada jenjang SMP memiliki kisa- METODE
ran usia antara 13 hingga 16 tahun. Menurut Penelitian ini merupakan penelitian
teori perkembangan kognitif Piaget (dalam kualitatif.. Tempat penelitian di SMP Nege-
Santrock, 2013), anak-anak pada kisaran usia ri 2 Bangsal, Mojokerto dengan waktu pen-
tersebut berada pada tahapan operasi formal. gembalian data mulai 4 oktober 2016 sampai
Pada tahapan ini, pemikiran anak berkem- tanggal 13 oktober 2016. Subjek dalam pen-
bang dan anak sanggup berpikir abstrak dan elitian ini adalah siswa di kelas IX SMP N 2
logis. Selain itu, hasil studi Piaget & Inhelder Bangsal, Mojokerto sebanyak 2 siswa, yang
(dalam Boyer et al, 2008) juga mengungkap- terdiri dari satu siswa laki-laki dan satu siswa
kan bahwa anak-anak tidak mampu melaku- perempuan dengan kemampuan matematika
kan penalaran proporsional sampai sekitar 11 yang setara. Adapun, kedua siswa dikatakan
tahun. Konsisten dengan hasil studi Piaget memiliki kemampuan matematika yang re-
(dalam Boyer et al, 2008) disebutkan juga latif sama jika perbedan nilai TKM tidak lebih
bahwa anak yang berusia di bawah 12 tahun, besar dari 5 poin untuk rentang nilai 0-100.
tidak mampu untuk melakukan penalaran Instrumen dalam penelitian ini terdiri
proporsional. Adapun alasan lain peneliti ter- dari instrumen utama yaitu peneliti sendiri
tarik dengan penalaran proporsional siswa serta instrumen pendukung yang terdiri dari
SMP dikarenakan berdasarkan kurikulum soal Tes Kemampuan matematika (TKM),
2013 materi perbandingan telah diperoleh sis- Tugas Penalaran Proporsional (TPP), dan Pe-
wa kelas IX, sehingga memungkinkan mereka doman Wawancara (PW). Untuk teknik pen-
dapat melakukan penalaran proporsional da- gumpulan data digunakan teknik tes tulis dan
lam menyelesaikan masalah matematika. wawancara yang bersifat konfirmasi terhadap
Dalam menyelesaikan masalah yang jawaban subjek pada TPP. Selanjutnya, untuk
melibatkan situasi proporsional, siswa dapat analisis data dalam penelitian ini meliputi: (A)
menggunakan berbagai macam strategi, yaitu Analisis Data Tes Kemampuan Matematika
strategi unit rate, strategi faktor perubahan, (TKM). Data hasil TKM dianalisis menggu-
build-up method, strategi kali silang, dan uniti- nakan kunci jawaban dan pedoman penskoran
zing (Avcu & Avcu, 2010). Penggunaan strategi tes kemampuan matematika. Analisis data ini
tersebut dalam menyelesaikan masalah yang digunakan untuk memilih subjek penelitian
melibatkan situasi proporsional antara siswa dengan kemampuan yang setara; (B) Analisis
laki-laki dan perempuan berbeda. Hal ini di- Data Tugas Penalaran Proporsional (TPP) dan
UNNES JOURNALS
202 Defi Indah Permatasaridkk, Penalaran Proporsional Siswa SMP Kelas IX dalam Menyelesaikan ...

Wawancara. Analisis data TPP dan wawancara Mengenali situasi proporsional dan non-
mengacu pada komponen penalaran propor- proporsional
sional siswa. Analisis data TPP dan wawanca- Pada komponen mengenali situasi pro-
ra ini dilakukan untuk melihat penalaran pro- porsional dan non-proporsional, adapaun
porsional siswa. Adapun langkah-langkahnya aktivitas yang dilakukan oleh siswa adalah
meliputi (1) Reduksi Data, (2) Penyajian Data, sebagai berikut; (A) Pada saat menyelesai-
dan (3) Penarikan Kesimpulan. kan masalah jenis “missing value”, siswa laki-
Untuk menjamin keabsahan data dalam lakimembandingkan tiga dari kuantitas yang
penelitian ini akan dilakukan triagulasi waktu, diketahui untuk mencari satu nilai yang dita-
yaitu membandingkan hasil tes siswa beserta nyakan. Siswa laki-laki juga mengemukakan
wawancaranya dengan hasil dari tes yang se- bahwa untuk masalah jenis ini tidak dapat
tara beserta wawancaranya pada waktu yang dikerjakan dengan hubungan aditif; (B) Pada
berbeda. saat menyelesaikan masalah jenis “numerical
HASIL DAN PEMBAHASAN comparison”, siswa laki-laki mengemukakan
Berdasarkan penelitian yang telah dila- bahwa kuantitas-kuantitas yang ada, yaitu
kukan diperoleh hasil penelitian sebagai beri- banyaknya hewan ternak/seragam yang layak
kut. dijual dengan banyak hewan ternak/seragam
yang laku terjual sebagai hasil dari hubungan
multiplikatif. Siswa laki-laki juga mengemu-
Penalaran Proporsional Siswa Laki-
kakan bahwa untuk masalah jenis ini tidak da-
laki
pat dikerjakan dengan hubungan aditif.
Dari uraian tersebut, diperoleh aktivitas
Memahami Kovariasi yang ditujukkan siswalaki-laki dalam menye-
Pada komponen memahami kovariasi, lesaikan jenis “missing value”dan “numerical
siswa menunjukkan aktivitas sebagai berikut: comparison” menunjukkan bahwa ia menge-
(A) Pada saat menyelesaikan masalah jenis nali situasi masalah yang diberikan merupa-
“missing value” siswa mengemukakan bahwa kan situasi proporsional. Langrall&Swafford
kuantitas-kuantitas pada ruang ukuran yang (2000) menyebutkan bahwa bahwa salah satu
berbeda saling berubah bersama-sama. Se- komponen dalam melakukan penalaran pro-
lain itu, siswa laki-laki juga mengidentifika- porsional adalah mengenali perbedaan peru-
si jenis perbandingan yang digunakan, baik bahan kuantitas-kuantitas yang disebabkan
direct proportion maupun indirect proportion oleh hubungan aditif atau multiplikatif dari
berdasar arah perubahan kuantitas tersebut; situasi masalah yang diberikan.
(B) Pada saat menyelesaikan masalah jenis Mengaplikasikan Strategi Multiplikatif
“numerical comparison” siswa laki-laki menge-
mukakan bahwa dua rasio yang disajikan be- Terkait komponen mengaplikasikan
rubah bersama terhadap rasio lain yang ekui- strategi multiplikatif, adapun aktivitas yang
valen terhadap masing-masing rasio tersebut. dilakukan oleh siswaperempuan adalah se-
Dari uraian tersebut diperoleh data bagai berikut: (A) Pada saat menyelesaikan
masalah jenis “missing value”, siswa laki-laki
bahwa penalaran proporsional siswa laki-laki
merepresentasikan kuantitas-kuantitas ke
terkait memahami kovariasi yang meliputi ak-
dalam rasio-rasio yang membentuk proporsi,
tivitas menjelaskan kuantitas-kuantitas yang
kemudian siswa menggunakan operasi perka-
saling berkovariasi, baik pada saat menyeles-
lian dan pembagian untuk mendapatkan nilai
aikan masalah jenis “missing value” maupun
yang ditanyakan. Lebih lanjut, siswa laki-laki
“numerical comparison”. Hal ini sejalan dengan
mengemukakan bahwa ia tidak mengetahui
pernyataan Lamon (Park, dkk, 2010) bahwa
strategi selain strategi kali silang untuk me-
seseorang melakukan penalaran proporsional
nyelesaikan masalah tersebut; (B) Pada saat
saat ia menghadapi situasi yang melibatkan
menyelesaikan masalah jenis “numerical com-
hubungan kovariasi yang terjadi dantara ku-
parison”, siswalaki-laki merepresentasikan
antitas-kuantitas yang digunakannya.
kuantitas-kuantitas ke dalam rasio kemudian
UNNES JOURNALS
Kreano 8 (2) (2017): 199-207 | 203

laki-laki juga menyebutkan bentuk rasio yang


menyederhanakan rasio menjadi bentuk
membentuk suatu proporsi yang lain, yaitu
, dimana dua kuantitas yang dibanding-
kan tersebut merupakan kuantitas dalam ru- dalam bentuk (between ratio) dan
ang ukuran yang sama.
Pada komponen mengaplikasikan stra- juga bentuk (within ratio); (C) Pada
tegi multiplikatif, siswa laki-laki menyeles- saat menyelesaikan masalah jenis “numerical
aikan masalah jenis “missing value” dengan comparison” siswa laki-laki menyajikan kuan-
menggunkan strategi kali silang sedangkan titas-kuantitas kedalam bentuk dan , di-
pada saat menyelesaikan masalah “numeri-
mana a dan c merupakan kuantitas dari ruang
cal comparison”siswa menggunakan strategi
ukuran yang sama yaitu banyak ayam yang
unit rate. Aktivitas yang ditunjukkan siswa
dijual sedangkan b dan d merupakan kuanti-
tersebut sejalan dengan hasil penilitian yang
tas dari ruang ukuran yang sama yaitu banyak
dilakukan oleh Park dkk (2010) yang men-
ayam yang laku dijual. Selain itu, siswa laki-
gemukakan bahwa strategi yang digunakan
laki juga menyebutkan bentuk rasio yang lain,
siswa tergantung dari konteks masalah yang
diberikan. yaitu dalam bentuk ; (D) Pada
saat menyelesaikan masalah jenis “numerical
Memahami Syarat Penggunaan Rasio comparison” siswa laki-laki menyajikan kuan-
Terkait komponen memahami syarat titas-kuantitas antar ruang ukuran kedalam
penggunaan rasio terdapat aktivitas-aktivitas
bentuk dan , dimana a dan c merupakan
yang dilakukan oleh siswa adalah sebagai be-
kuantitas dari ruang ukuran yang sama yaitu
rikut; (A) Pada saat menyelesaikan masalah
banyak seragam yang laku terjual sedangkan
jenis “missing value” siswalaki-laki menyaji-
b dan d merupakan kuantitas dari ruang uku-
kan kuantitas-kuantitas antar ruang ukuran
ran yang sama yaitu banyak seragam yang
melibatkan direct proportion, kedalam bentuk
dipasarkan. Selain itu, siswa laki-laki juga me-
, dimana a dan b merupakan kuan- nyebutkan bentuk rasio yang lain, yaitu dalam
titas dari ruang ukuran yang sama yaitu bany-
ak pekerja/banyak ayam. Sedangkan c dan d bentuk .
merupakan kuantitas dari ruang ukuran yang Pada komponen memahami syarat
sama yaitu seragam yang dihasilkan oleh se- penggunaan rasio, baik dalam menyelesaikan
jumlah pekerjadalam waktu tertentu/bany- masalah jenis “missing value” dan “numerical
ak makanan dalam karung. Selain itu, siswa comparison” siswa laki-laki menyajikan ku-
laki-laki juga menyebutkan bentuk rasio yang antitas-kuantitas antar ruang ukuran yang ia
membentuk suatu proporsi yang lain, yaitu bandingkan ke dalam bentuk rasio. Selain itu
diketahui bahwa siswa telah mengerti bentuk
dalam bentuk (between ratio) dan rasio dalam (within ratio) maupun rasio antara
(between ratio). Hal ini sejalan dengan perny-
juga bentuk (within ratio); (B) Pada ataan Steinthorsdottir (2005) menambahkan
saat menyelesaikan masalah jenis “missing bahwa, kemampuan mengenali “within real-
value” siswa laki-laki menyajikan kuantitas- tionship” dan “between relationship” yang di-
kuantitas antar ruang ukuran yang melibat- miliki suatu rasio dalam membentuk proporsi
kan indirect proportion, kedalam bentuk merupakan salah satu ciri seseorang bernalar
proporsi.
, dimana a dan b merupakan kuantitas
Penalaran Proporsional Siswa Perem-
dari ruang ukuran yang sama yaitu banyak
hewan ternak (ayam/kambing). Sedangkan c puan
Memahami Kovariasi
dan d merupakan kuantitas dari ruang ukuran
yang sama yaitu waktu yang digunakan un- Pada komponen memahami kovaria-
tuk menghabiskan makanan. Selain itu, siswa si, siswaperempuan menunjukkan aktivitas
UNNES JOURNALS
204 Defi Indah Permatasaridkk, Penalaran Proporsional Siswa SMP Kelas IX dalam Menyelesaikan ...

sebagai berikut; (A) Pada saat menyelesai- mengenali bahwa situasi yang diberikan me-
kan masalah jenis “missing value” siswa pe- rupakan situasi non-proporsional.Siswa pe-
rempuan mengemukakan bahwa kuantitas- rempuan yang tidak mampu mengidentifikasi
kuantitas pada ruang ukuran saling berubah jenis “numerical comparison” kedalam situasi
bersama-sama. Selain itu, siswa perempuan proporsional diperkuat oleh hasil penelitian
juga mengidentifikasijenis perbandingan Ben-Chaim dkk dan hasil penelitian Karlpus
yang digunakan, baik menggunakan direct dkk (dalam Norton, 2005) yang mengindikasi-
proportion maupun indirect proportion ber- kan bahwa antara 50%-70% siswa tidak mam-
dasar arah perubahan kuantitas tersebut; (B) pu bernalar proporsional apabila hubungan
Pada saat menyelesaikan masalah jenis “nu- rasio dalam informasi yang diberikan bersifat
merical comparison”, siswa perempuan tidak implisit (less obvious).
dapat mengemukakan bahwa dua rasio yang
disajikan berubah bersama terhadap rasio lain Mengaplikasikan Strategi Multiplikatif
yang ekuivalen terhadap masing-masig rasio
Terkait komponen mengaplikasikan
tersebut.
strategi multiplikatif, adapun aktivitas yang
Dari uraian tersebut diperoleh data bah-
dilakukan oleh siswaperempuan adalah se-
wa penalaran proporsional siswaperempuan
bagai berikut: (A) Pada saat menyelesaikan
terkait memahami kovariasi yang meliputi ak-
masalah jenis “missing value”, siswaperempu-
tivitas menjelaskan kuantitas-kuantitas yang
an merepresentasikan kuantitas-kuantitas ke
saling berkovariasi ditunjukkan oleh siswa
dalam rasio-rasio yang membentuk proporsi,
perempuan saat menyelesaikan masalah jenis
kemudian siswa perempuan menggunakan
“missing value”. Akan tetapi untuk jenis masa-
operasi perkalian dan pembagian untuk men-
lah “numerical comparison”, siswa perempuan
tidak memahami adanya hubungan antara dapatkan nilai yang ditanyakan. Lebih lanjut,
kuantitas-kuantitas yang saling berkovariasi. siswa perempuan mengemukakan bahwa ia
tidak mengetahui strategi selain strategi kali
Mengenali Situasi Proporsional dan Non- silang untuk menyelesaikan masalah terse-
Proporsional but; (B) Pada saat menyelesaikan masalah
Pada komponen mengenali situasi pro- jenis “numerical comparison”, siswa perempu-
porsional dan non-proporsional, adapaun ak- an tidak menyelesaikan dengan menerapkan
tivitas yang dilakukan oleh siswa adalah se- strategi multiplikatif.
bagai berikut: (A) Pada saat menyelesaikan Pada komponen mengaplikasikan stra-
masalah jenis “missing value”, siswa perempu- tegi multiplikatif, siswa perempuan menye-
anmembandingkan tiga dari kuantitas yang lesaikan masalah jenis “missing value” dengan
diketahui untuk mencari satu nilai yang dita- menggunkan strategi kali silang sedangkan
nyakan. Siswa juga menjelaskan bahwa untuk pada saat menyelesaikan masalah “numerical
masalah jenis ini tidak dapat dikerjakan den- comparison”siswa perempuan tidak menggu-
gan hubungan aditif; (B) Pada saat menyeles- nakan strategi multiplikatif karena ia menge-
aikan masalah jenis “numerical comparison”, nali bahwa situasi masalah jenis ini merupa-
siswa perempuan mengemukakanbahwa kan situasi non-proporsional.
hubungan antara dua kuantitas yaitu banyak Aktivitas yang ditunjukkan siswape-
hewan/banyak seragam yang layak dijual ter- rempuan tersebut sejalan dengan pernya-
hadap banyak hewan yang laku terjual seba- taanNorton (2005) yang menyebutkan bahwa
gai hasil dari relasi lebih besar dari, lebih kecil pengguaan operasi perkalian dan pembagian
dari, atau sama dengan. untuk menyelesaikan masalah yang melibat-
Dari uraian tersebut, diperoleh aktivitas kan situasi proporsional belum tentu men-
yang ditujukkan siswa perempuan dalam me- gembangkan pemahaman yang lebih dalam
nyelesaikan jenis “missing value”, ia mengena- penalaran proporsional. Hal ini diperkuat den-
li situasi masalah yang diberikan merupakan gan pernyatan Park dkk (2010) yang meny-
situasi proporsional. Sedangkan untuk jenis atakan bahwa “an area identified as a problem
“numerical comparison” siswa perempuan type for which students not having learned a
UNNES JOURNALS
Kreano 8 (2) (2017): 199-207 | 205

formal proportional expression cannot under- disajikan kedalam bentuk rasio.


stand the multiplicative relationship very well”. Pada komponen memahami syarat
penggunaan rasio, pada saat menyelesaikan
Memahami Syarat Penggunaan Rasio
masalah jenis “missing value”siswaperempuan
Terkait komponen memahami syarat menyajikan kuantitas-kuantitas yang ia ban-
penggunaan rasio terdapat aktivitas-aktivitas dingkan ke dalam bentuk rasio. Selain itu di-
yang dilakukan oleh siswaperempuan adalah ketahui bahwa siswa perempuanhanya dapat
sebagai berikut: (A) Pada saat menyelesaikan menyebutkan bentuk rasio antara (between
masalah jenis “missing value” siswa perem- ratio). Sedangkan pada saat menyelesaikan
puan menyajikan kuantitas-kuantitas yang masalah “numerical comparison”, siswa pe-
melibatkan direct proportion, kedalam bentuk rempuan tidak merepresentasikan kuantitas-
kuantitas yang ada kedalam bentuk rasio.
, dimana a dan b merupakan kuan- Akan tetapi siswa dengan benar menyebut-
titas dari ruang ukuran yang sama. Sedang- kan bahwa untuk memilih siapa penjual yang
kan c dan d merupakan kuantitas dari ruang lebih sukses dilihat banyak barang yang laku
ukuran yang sama. Selain itu, siswa perem- terjual.
puan menganggap bentuk bukan PENUTUP
merupakan bentuk proporsi lain yang bernilai
benar. Akan tetapi, siswa menyatakan dengan Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan
benar bahwa bentuk merupakan
data dapat diambil simpulan sebagai berikut:
bentuk proporsi lain yang bernilai benar. Hal ini
(A) Pada komponen memahami kovariasi, sis-
menyatakan bahwa siswa perempuan hanya
wa laki-laki mengidentifikasi kuantitas-kuan-
dapat menyebutkan bentuk rasio antara (bet-
titas pada ruang ukuran berbeda yang saling
ween ratio); (B) Pada saat menyelesaikan ma-
berkovariasi, baik pada saat menyelesaikan
salah jenis “missing value”siswaperempuan
masalah jenis “missing value” maupun “nu-
menyajikan kuantitas-kuantitas yang meli-
merical comparison”. Selain itu siswa laki-laki
batkan indirect proportion, hubungan antara
mengidentifikasi jenis perbandingan sesuai
kuantitas-kuantitas disajikan kedalam bentuk
dengan arah perubahan kuantitas-kuantitas
, dimana a dan b merupakan kuan- tersebut pada jenis masalah “missing value”.
titas dari ruang ukuran yang sama. Sedang- Selanjutnya, siswa laki-laki mengenali situa-
kan c dan d merupakan kuantitas dari ruang si masalah yang diberikan merupakan situasi
ukuran yang sama.Selain itu, siswa prempuan proporsional baik pada saat menyelesaikan
menganggap bentuk proporsi yang lain tidak masalah jenis “missing value” maupun “nume-
rical comparison”. Kemudian, pada komponen
tepat, yaitu bentuk . Akan tetapi, mengaplikasikan strategi multiplikatif, sis-
siswa perempuan menyatakan dengan benar wa laki-laki menggunakan strategi kali silang
pada jenis “missing value” sedangkan pada
bahwa bentuk merupakan ben- saat menyelesaikan masalah jenis “numeri-
tuk proporsi lain yang bernilai benar. Hal ini cal comparison”,siswa laki-laki menggunakan
menyatakan bahwa siswa perempuan hanya strategi unit rate. Kemudian pada komponen
dapat menyebutkan bentuk rasio antara memahami syarat penggunaan rasio, siswa
(between ratio); (C) Pada saat menyelesaikan laki-laki pada komponen ini memahami syarat
masalah jenis “numerical comparison”, siswa penggunaan rasio, baik dalam menyelesaikan
perempuan menjelaskan dengan benar sesuai masalah jenis “missing value” dan “numerical
logika alasannya bahwa kuantitas-kuantitas comparison”siswa laki-laki menyajikan kuan-
dari ruang ukuran yang disebutkan yaitu ba- titas-kuantitas yang iabandingkan ke dalam
nyak hewan/seragam yang laku menentukan bentuk rasio. Selain itu diketahui bahwa siswa
keseuksesan seorang penjual walaupun kuan- laki-laki telah mengerti bentuk rasio dalam
titas-kuantitas yang digunakan tersebut tidak (within ratio) maupun rasio antara (between
UNNES JOURNALS
206 Defi Indah Permatasaridkk, Penalaran Proporsional Siswa SMP Kelas IX dalam Menyelesaikan ...

ratio); (B) Pada komponen memahami kova- elesaian siswa dengan lebih dari satu macam
riasi, siswa perempuan mengidentifikasi ku- strategi multiplikatif; (B) Berdasarkan hasil
antitas-kuantitas pada ruang ukuran berbeda penelitian, diperoleh informasi bahwa, walau-
yang saling berkovariasi pada jenis masalah pun siswa mengaplikasikan strategi multipli-
“missing value”. Selain itu siswa perempuan katif dalam menyelesaikan masalah yang me-
mengidentifikasi jenis perbandingan sesuai libatkan proporsi. Siswa hanya terfokus pada
dengan arah perubahan kuantitas-kuantitas satu bentuk proporsi saja dan menganggap
tersebut pada jenis masalah “missing value”. bentuk proporsi yang lain tidak benar. Sehing-
Akan tetapi untuk jenis masalah “numerical ga disarankan dalam pembelajaran matema-
comparison”, siswa perempuan tidak mema- tika, guru lebih memperhatikan pemahaman
hami adanya hubungan kovariasi antara ku- siswa mengenai konsep direct proportion atau
antitas-kuantitas yang ada.Kemudian, siswa indirect proportion.
perempuan mengenali situasi masalah yang DAFTAR PUSTAKA
diberikan merupakan situasi proporsional. Avcu, R., & Avcu, S. (2010). 6 th grade students’ use of
Sedangkan untuk jenis “numerical compari- different strategies in solving ratio and propor-
son”, siswa perempuan mengenali bahwa si- tion problems. Procedia-Social and Behavioral
Sciences, 9, 1277-1281.
tuasi yang diberikan merupakan situasi non-
Benbow, C. P., Lubinski, D., Shea, D. L., & Eftekhari-San-
proporsional. Selanjutnya, pada komponen jani, H. (2000). Sex differences in mathematical
mengaplikasikan strategi multiplikatif, siswa reasoning ability at age 13: Their status 20 years
perempuan menyelesaikan masalah jenis later. Psychological science, 11(6), 474-480.
Berk, D., Taber, S. B., Gorowara, C. C., & Poetzl, C. (2009).
“missing value” dengan menggunkan strategi
Developing prospective elementary teachers’
kali silang. Sedangkan pada saat menyeles- flexibility in the domain of proportional reason-
aikan masalah “numerical comparison”, siswa ing.  Mathematical Thinking and Learning,  11(3),
perempuan tidak menggunakan strategi mul- 113-135.
tiplikatif karena ia mengenali bahwa situasi Boyer, T. W., Levine, S. C., & Huttenlocher, J. (2008).
Development of proportional reasoning: where
masalah jenis ini merupakan situasi non-pro- young children go wrong. Developmental Psy-
porsional. Kemudian, pada komponen mema- chology, 44(5), 1478.
hami syarat penggunaan rasio, siswa perem- Brodie, K. (2010). Teaching mathematical reasoning in
puanpada saat menyelesaikan masalah jenis secondary school classrooms (Vol. 775). New York:
Springer Science & Business Media.
“missing value” menyajikan kuantitas-kuanti- Langrall, C. W., & Swafford, J. (2000). Three balloons
tas pada ruang ukuran ke dalam bentuk rasio. for two dollars: Developing proportional rea-
Selain itu diketahui bahwa siswa perempuan- soning.  Mathematics teaching in the middle
hanya dapat menyebutkan bentuk rasio anta- school,6(4), 254.
Lohman, D. F., & Lakin, J. M. (2009). Reasoning and in-
ra (between ratio). Sedangkan pada saat me-
telligence. Handbook of intelligence, 1-47.
nyelesaikan masalah “numerical comparison”, Norton, S. J. (2005, July). The construction of propor-
siswa perempuan tidak merepresentasikan tional reasoning. In Proceedings of the 29th Con-
kuantitas-kuantitas yang ada kedalam bentuk ference of the International Group for the Psychol-
ogy of Mathematics Education (Vol. 4, pp. 17-24).
rasio. Akan tetapi siswa perempuan dengan
Park, J. S., Park, J. H., & Oh, N. K. (2010). Characteriz-
benar menyebutkan bahwa untuk memilih ing the proportional reasoning of middle school
siapa penjual yang lebih sukses dilihat banyak students.
barang yang laku terjual. Santrock, J.W. (2007). Psikologi Perkembangan. (Ed. 11
Jilid 1). Jakarta: Erlangga
Saran Steinthorsdottir, O. B. (2005). Girls journey towards pro-
Saran pada penelitian ini adalah: (A) portional reasoning.International Group for the
Psychology of M athematics Education, 225.
Pada penelitian ini, tugas penalaran yang di- Steinthorsdottir, O. B., & Sriraman, B. (2007). Gender
gunakan kurang mampu mengarahkan siswa and strategy use in proportional situations: an
untuk menyelesaikan soal dengan lebih dari Icelandic study. Nordic Studies in Mathematics
satu macam strategi multiplikatif. Sehingga Education, 12(3), 25-56.
Suriasumantri, J. S. (2010). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengan-
diharapkan pada penelitian selanjutnya, tugas tar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
penalaran proporsional dibuat sedemikan se- Vince, M. (2011). Reasoning in every day life. Diunduh
hingga dapat mengarahkan munculnya peny- dari http://dai.fmph.uniba.skpada tanggal 12
UNNES JOURNALS
Kreano 8 (2) (2017): 199-207 | 207

November 2016.
Walle, J. A., Karp, K. S., & Williams, J. M. B. (2013).  El-
ementary and middle school mathematics. Teach-
ing development. Boston: Pearson.
Wellington, J., & Ireson, G. (2013). Science learning, sci-
ence teaching. New York: Routledge.

UNNES JOURNALS

Anda mungkin juga menyukai