Anda di halaman 1dari 11

MATHEdunesa

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 11 No.1 Tahun 2022


ISSN :2301-9085

PROFIL PENALARAN ANALOGI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA


DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

Dinda Fasya Purnomo Putri


Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail: dindafasya.18069@mhs.unesa.ac.id

Masriyah
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail: masriyah@unesa.ac.id

Abstrak
Penalaran induktif yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penalaran analogi. Gaya belajar setiap siswa
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan penalaran matematika. Penelitian ini bertujuan
mendiskripsikan kemampuan penalaran analogi siswa dalam pemecahan masalah ditinjau dari gaya belajar
visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan instrumen tes dan wawancara. Subjek pada
penelitian ini adalah tiga siswa yang terdiri dari satu siswa bergaya belajar visual, satu siswa bergaya belajar
auditorial, dan satu siswa bergaya belajar kinestetik dengan kemampuan matematika setara serta berjenis
kelamin perempuan. Profil penalaran analogi dianalisis sesuai dengan indikator yang peneliti gunakan yaitu:
(1) Encoding, (2) Inferring, (3) Mapping, (4) Applying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek
tersebut dapat memenuhi indikator dari tahap Encoding dan Inferring. Ketiga subjek mampu
mengidentifikasi informasi masalah sumber dan masalah target, serta mampu menyelesaikan masalah
sumber berdasarkan konsep yang ditemukan. Subjek dengan gaya belajar visual dan auditorial mampu
memenuhi indikator pada tahap Mapping dan Applying. Subjek yang memiliki gaya belajar visual dan subjek
yang memiliki gaya belajar auditorial masing-masing memiliki kemampuan penalaran analogi tinggi.
Sedangkan subjek yang memiliki gaya belajar kinestetik tidak memenuhi indikator pada tahap Mapping dan
Applying sehingga subjek yang memiliki gaya belajar kinestetik memiliki kemampuan penalaran analogi
sedang. Subjek yang memiliki gaya belajar kinestetik tidak dapat menyebutkan hubungan antara masalah
sumber dan masalah target, tetapi subjek dapat menyelesaikan masalah target dengan benar.
Kata Kunci: Penalaran Analogi, Masalah Matematika, Visual, Auditorial, Kinestetik.

Abstract
Inductive reasoning was used in this study, namely analogical reasoning. Each student’s learning style has a
significant effect on mathematical reasoning abilities. This research aims to describe students' analogical
reasoning in problem solving in terms of visual learning styles, auditory learning styles, and kinesthetic
learning styles. This research is descriptive research conducted with a qualitative approach using test and
interview instruments. The subjects in this study were three students which consisted of one student with a
visual learning style, one student with an auditory learning style, and one student with a kinesthetic learning
style with equivalent and diverse mathematical abilities, female genital. The analogy reasoning profile was
analyzed based on the indicators used by the researcher, namely: (1) Encoding, (2) Inferring, (3) Mapping,
(4) Applying. The results showed that the three subjects that could meet the indicators of the encoding and
inferring stages. The three subjects were able to identify information on source problems and target problems
and were able to solve source problems based on the concepts found. Subjects with visual and auditory
learning styles can meet the indicators at the stages of mapping and applying. Subjects whit visual learning
styles and subjects with auditory learning styles each have high analogical reasoning abilities. Meanwhile,
subjects whit kinesthetic learning styles do not meet the indicators at the stages of mapping and applying so
that subjects with kinesthetic learning styles have moderate analogy reasoning abilities. Subject whit
kinesthetic learning styles cant mention the relationship between the source problem and the target problem,
but the subjects can solve the target problem correctly.
Keywords: Analogy Reasoning, Mathematical Problems, Visual, Auditorial, Kinesthetic.

134
PROFIL PENALARAN ANALOGI SISWA DALAM…

standar proses kemampuan matematis yaitu pemecahan


PENDAHULUAN
masalah (problem solving), penalaran (reasoning),
Pada Permendiknas Republik Indonesia No. 22 Tahun komunikasi (communications), koneksi (connections) dan
2006 Tentang Standar Isi menyatakan bahwa salah satu representasi (representations). Dalam pembelajaran
tujuan mata pelajaran matematika di sekolah adalah agar matematika melibatkan dua aspek penalaran yaitu,
siswa mampu menggunakan penalaran pada pola dan sifat, penalaran deduktif dan penalaran induktif. Menurut
melakukan manipulasi matematika dalam membuat Fathima (2008) ada beberapa jenis penalaran, salah satunya
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan penalaran induktif. Soekadijo (2001) dan Keraf (1987)
dan pernyataan matematika. National Council of Teachers membagi penalaran induktif menjadi tiga jenis penalaran
of Mathematics atau NCTM (2000) menyatakan bahwa induktif dalam bukunya, yaitu generalisasi, penalaran
rencana pembelajaran dari taman kanak-kanak hingga analogi dan sebab akibat. Kemampuan penalaran induktif
sekolah menengah harus memungkinkan siswa untuk merupakan bagian dari aspek kognitif yang patut untuk
memilih dan menggunakan berbagai jenis penalaran dan dibahas secara mendalam. Dari tiga jenis penalaran
berbagai metode pembuktian (select and use various types induktif, pada penelitian ini membahas penalaran analogi.
of reasoning and methods of proof). Analogi adalah persamaan atau perbedaan dari dua
Putri (2019) menjelaskan bahwa penalaran adalah objek dengan melihat hal-hal yang dianggap serupa. Hal ini
proses menarik kesimpulan dengan menghubungkan satu sesuai dengan Keraf (2007) yang menunjukkan bahwa
atau lebih informasi yang diketahui untuk memecahkan analogi adalah membandingkan dua hal yang memiliki
masalah. Sidharta (2010), berpendapat bahwa penalaran banyak persamaan. Menurut Soekadijo (2001) analogi
adalah suatu proses dalam otak yang menghubungkan satu merupakan kegiatan membandingan dua hal yang berbeda,
pemikiran dengan pemikiran yang lainnya dalam bentuk yang hanya memusatkan perhatian pada persamaan-
aktivitas untuk menarik kesimpulan. Menurut Wulandari persamaan tanpa melihat perbedaannya. Sedangkan
(2018) Penalaran adalah kegiatan berpikir yang dapat penalaran analogi merupakan proses penarikan kesimpulan
menarik kesimpulan berdasarkan pernyataan sebelumnya berdasarkan kesamaan atau kemiripan dari hubungan
yang telah terbukti kebenarannya. Berdasarkan beberapa antara dua kasus. Sesuai dengan Wulandari (2018) yang
pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa penalaran menyatakan bahwa penalaran analogi adalah kegiatan
adalah proses berpikir yang dilakukan oleh manusia untuk berpikir dan menarik kesimpulan dengan membandingkan
dapat menarik kesimpulan berdasarkan fakta atau dua hal yang berbeda serta hanya memperhatikan
pernyataan yang ada. persamaannya saja. Menurut Sternberg dari English (2004)
Kemampuan penalaran berperan penting dalam proses kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
pembelajaran matematika, juga merupakan kemampuan matematika dengan penalaran analogi adalah kemampuan
yang diperlukan untuk belajar matematika (Ridwan: 2017). siswa dalam menggunakan kesamaan sifat (masalah
Penalaran matematika adalah suatu proses menarik sumber) dari hal-hal yang telah diketahui sebelumnya
kesimpulan yang logis berdasarkan fakta dan sumber yang untuk menyimpulkan masalah terget. Selain itu English
relevan. Siswa sangat memerlukan kemampuan penalaran (2004) juga menunjukkan bahwa dengan mengambil
matematika baik dalam proses memahami matematika penalaran analogi sebagai contoh, dimungkinkan untuk
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran memahami keadaan yang sebelumnya tidak diketahui dan
matematika, kemampuan penalaran berperan dalam menarik kesimpulan baru.
memahami konsep dan memecahkan masalah. Dalam Dalam penalaran analogi ada suatu kondisi yang biasa
kehidupan sehari-hari, ketrampilan bernalar berguna dalam disebut dengan masalah sumber dan masalah target.
memecahkan masalah yang terjadi pada individu, Masalah sumber adalah masalah yang sudah pernah
masyarakat dan jangkauan yang lebih luas. Mengajarkan diperoleh siswa yang bertujuan untuk mencari solusi dari
matematika dengan analogi tidah hanya dapat memberikan masalah lain yang sejenis, sedangkan masalah target
keuntungan dalam pengetahuan prosedural, tetapi juga merupakan masalah baru yang penyelesaiannya didapat
dalam pengetahuan konseptual dan fleksibel jika didukung dari adaptasi permasalahan sumber. Menurut Purwanti dkk
dengan baik (Richland dan Begolli: 2016). (2016) masalah sumber adalah masalah yang berkaitan
Sumaeni dkk (2020) mengungkapkan bahwa penalaran dengan materi selanjutnya, yang telah dipelajari
merupakan salah satu kompetensi dasar yang ada pada sebelumnya. Sedangkan masalah target adalah masalah
matematika selain memahami, mengkomunikasikan, dan yang diselesaikan dengan mencari kesamaan pada masalah
memcahkan masalah. Kemampuan penalaran setiap sumber. Hal tersebut sesuai dengan English (2004) yang
individu dinilai sesuai dengan tingkat perkembangan menyebutkan bahwa karakter dari masalah sumber dan
individu. Serta menurut NCTM (2000) pada pelaksanaan masalah target sebagai berikut, masalah sumber: diberikan
pembelajaran matematika, guru harus memperhatikan sebelum masalah target, berupa permasalahan yang

135
Volume 11 No. 1 Tahun 2022, HAL 134-144

tergolong mudah dan sedang, yang dapat membantu memecahkan masalah baru diperlukan konsep-konsep
memecahkan masalah target atau sebagai pengetahuan. sebelumya yang relevan. Siswa mempunyai cara tersendiri
Sedangkan masalah target: berupa masalah sumber yang dalam memecahkan masalah. Cara meningkatkan
dimodifikasi atau diperbarui, menjadi masalah yang kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
kompleks, struktur masalah target berhubungan dengan matematika dapat menggunakan kemampuan penalaran
struktur pada masalah sumber. siswa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti
Salah satu contoh masalah untuk penalaran analogi kemampuan penalaran analogi siswa dalam memecahkan
siswa yang ditulis oleh English (2004) ialah “(masalah masalah.
sumber) Sarah memiliki 52 buku. Jumlah buku Sue adalah Polya (1973) menjelaskan bahwa pemecahan masalah
4 kali buku Sarah. Dapatkah anda menentukan jumlah buku merupakan usaha mencari cara untuk menyelesaikan suatu
Sue? (Masalah target) Jika jumlah buku Mary adalah 72. masalah yang sulit guna mencapai suatu tujuan yang tidak
Buku Mary adalah 3 kali jumlah buku Peter, berapa jumlah mudah dicapai. Mendorong siswa untuk merefleksikan
buku Peter?”. Untuk mengatasi masalah ini, yaitu jumlah pemikirannya selama proses pemecahan masalah sehingga
buku Peter. Masalah pertama yang harus diselesaikan dapat menerapkan strategi yang mereka kembangkan untuk
adalah jumlah buku Sue, Lalu setelah diperoleh masalah lain dan dalam konteks lain. Siswono (2008)
penyelesaian dari masalah awal (permasalahan jumlah mengatakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu upaya
buku Sue), dengan prosedur yang sama, permasalahan individu untuk bereaksi atau mengatasi hambatan, ketika
mengenai jumlah buku Peter dapat diselesaikan. jawaban atau metode jawaban belum jelas. Dengan
English (2004) menunjukkan bahwa siswa dikatakan memecahkan masalah matematika, siswa memperoleh cara
menggunakan penalaran analogi dalam memecahkan berpikir, kebiasaan, keingintahuan, dan kepercayaan diri
masalah, jika siswa dapat mengenali ada tidaknya dalam situasi baru dan menjalankan dengan baik di luar
hubungan antara masalah yang dihadapi dengan kelas matematika. Polya (1973) membagi tahap pemecahan
pengetahuan yang telah dimiliki. Siswa terlebih dahulu masalah menjadi 4 tahap penting, yaitu (1) Understanding
mampu memahami dengan benar struktur masalah sumber the problem (memahami masalah) dapat dilihat dari siswa
untuk menyelesaikan masalah target, dan siswa mampu memahami masalah dengan menuliskan atau
mengetahui cara menggunakan masalah sumber untuk menyampaikan informasi diketahui dan ditanyakan pada
menyelesaikan masalah target. English (2004) juga soal, (2) Devising a plan (membuat rencana) dilihat dari
mengungkapkan bahwa proses penalaran analogi memiliki siswa memikirkan langkah-langkah mana yang penting dan
empat komponen, yaitu (1) Encoding (Pengkodean) adalah menyebutkan konsep-konsep matematika yang berkaitan
proses mengidentifikasi informasi yang terkandung dalam dengan informasi yang diketahui, (3) Carrying out the plan
masalah sumber dan masalah target, (2) Inferring (melaksanakan rencana) dapat dilihat dari siswa sudah
(Penyimpulan) adalah proses pencarian hubungan dengan mulai menjalankan rencana penyelesaiannya dari memilih
tingkat rendah (low order) pada masalah sumber, misalnya strategi yang sesuai, dengan apa yang sudah disusun
menarik kesimpulan untuk menggunakan ide atau objek sebelumnya, (4) Looking back (memeriksa kembali) dapat
matematika yang terkait untuk memecahkan masalah dilihat dari siswa yang melakukan refleksi, dengan
sumber, (3) Mapping (Pemetaan) adalah proses struktur memerikasa setiap langkah apakah jawaban sudah benar
pemecahan masalah sumber ke masalah target atau mencari dan sesuai dengan pertanyaan.
hubungan dengan tingkat yang lebih tinggi (high order) Hubungan antara penalaran analogi dengan pemecahan
yang bearti, bahwa ide-ide matematika dalam masalah masalah pada matematika terlihat dari kesesuaian antara
sumber tidak hanya digunakan untuk menyelesaikan empat tahap penalaran analogi yaitu encoding
masalah sumber, tetapi juga ide-ide tersebut terkait atau (pengkodean), inferring (penyimpulan), mapping
dihubungkan dengan masalah target, (4) Applying (pemetaan), applying (penerapan) beserta indikatornya
(Penerapan) adalah proses penerapan struktur pemecahan dengan teori pemecahan masalah menurut Polya mencakup
masalah sumber ke masalah target dengan disertai alasan empat tahap yaitu understanding the problem (memahami
yang tepat dan sesuai. masalah), devising a plan (membuat rencana), carrying out
Alexander dan Buehl (2004) menemukan bukti bahwa the plan (melaksanakan rencana), looking back (memeriksa
terdapat hubungan antara kemampuan penalaran analogi kembali). Penyusunan indikator dalam penelitian ini
dengan kemampuan matematis siswa dalam penelitiannya. berdasarkan pada penelitian Mu’achiroh (2018).
Polya (1973) juga mengungkapkan bahwa menarik Guru harus mendorong dan memungkinkan siswa
kesimpulan dengan analogi merupakan salah satu strategi untuk menggunakan penalaran analogi secara optimal
pemecahan masalah yang paling penting dan banyak dalam pembelajaran matematika (Azizah, Rooselyna, dan
digunakan oleh siswa. Artinya penalaran analogi Mariyah: 2021). Dalam penelitian Sholihah,dkk (2021)
diperlukan ketika memecahkan masalah, karena ketika mengungkapkan bahwa rendahnya kemampuan penalaran

136
PROFIL PENALARAN ANALOGI SISWA DALAM…

analogi disebabkan karena metode pembelajaran yang tersebut, gaya belajar yang dimiliki masing-masing siswa
dipilih guru tidak bisa mendorong siswa menyelesaikan kemampuan penalarannya juga berbeda.
soal dengan analogi. Dalam memecahkan masalah, siswa Deporter (2000) dan Dryden (2000), menuliskan dalam
tidak dapat menerapkan pengetahuan yang telah mereka bukunya, bahwa setidaknya ada tiga gaya utama dalam
ketahui untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan belajar: (1) Pelajar kinestetik, (2) Pelajar visual, (3) Pelajar
pengetahuan sebelumnya. Siswa hanya fokus pada auditorial. Dalam Al-Zayed (2017) telah diidentifikasi
pengetahuan yang baru ditemukan, menyebabkan siswa karakteristik utama peserta didik bergaya belajar visual,
melupakan apa yang sudah mereka ketahui. Menggunakan peserta didik bergaya auditorial, dan peserta didik bergaya
materi baru untuk mengingat materi sebelumnya, di sinilah belajar kinestetik sebagai berikut: (1) Visual learners
penalaran analogi siswa berperan. adalah siswa yang belajar paling baik dengan melihat dan
Menurut Sailatul (2013), menyimpulkan bahwa lebih memilih informasi yang akan diasajikan secara visual
perbedaan gaya belajar dapat menyebabkan perbedaan dalam bentuk gambar, poster, peta, diagram, film, dan lain-
dalam pemahaman suatu informasi. Perbedaan ini dapat lain. Mereka menyukai warna dan menunjukkan minat
menyebabkan perbedaan cara setiap individu dalam pada dunia di sekitar mereka. (2) Auditory learners adalah
memecahkan masalah. Berdasarkan penelitian yang siswa yang lebih suka belajar dengan mendengarkan dan
diakukan Sumaeni dkk (2020), gaya belajar siswa mengumpulkan informasi, sebagian merasa belajar paling
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap baik ketika guru menjelaskan sesuatu secara lisan. (3)
kemampuan penalaran matematika siswa. Dalam penelitian Kinesthetic learners ialah siswa yang merasa belajar paling
Sumaeni dkk (2020), guru menemukan dalam proses baik ketika mereka dapat ikut secara aktif dalam
pembelajaran banyak siswa yang masih bingung saat melakukan atau menyentuh sesuatu, perlu berjalan-jalan
menjawab pertanyaan tersebut. Serta guru juga atau berdiri saat melakukan suatu pekerjaan. Sari (2014)
menyatakan dalam proses pembelajaran, sulit bagi siswa mengungkapkan bahwa salah satu karakteristik belajar
untuk membuat asumsi tentang masalah yang berbeda. yang berhubungan dengan menyerap, mengolah, dan
Beberapa faktor yang mempengaruhi kurang memadainya menyampaikan informasi merupakan gaya belajar siswa.
kemampuan penalaran matematika siswa adalah gaya Dari beberapa pernyataan tersebut, penelitian ini memilih
belajar, kecemasan matematika, kepercayaan guru, melakukan penelitian mengenai kemampuan penalaran
kurangnya rasa percaya diri, lingkungan, kurangnya analogi yang ditinjau dari gaya belajar visual, gaya belajar
perhatian orang tua, dan jenis kelamin (Afif, Suyitno, dan auditorial, dan gaya belajar kinestetik.
Wardono: 2017). Pada suatu keadaan, sebenarnya siswa sering
Seorang siswa tidak selalu sama dengan siswa lainnya menjumpai dan melakukan penalaran analogi namun tidak
ketika melakukan penalaran analogi, karena setiap siswa pada tempatnya atau kurang tepat dalam mengerjakan dan
memiliki cara berpikir yang berbeda. Setiap siswa memecahkan masalahnya. Hal ini berdasarkan temuan
mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Hal ini penelitian yang dilakukan Manuaba dkk (2016) ditemukan
membuat proses berpikir yang digunakan siswa dalam kesalahan siswa yang terjadi pada penalaran analogi yaitu
memecahkan masalah matematika menjadi berbeda. pada saat mengidentifikasi hubungan objek-objek pada
Dalam memahami masalah biasanya dipengaruhi oleh matematika, kesalahan saat mengadaptasi dan menerapkan
karakteristik siswa yang berbeda-beda, salah satunya cara atau strategi yang berasal dari masalah sumber menuju
dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. masalah target dalam tahap applying, kesalahan terjadi
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk menyerap dan karena siswa tidak melakukan tahap verifying dan
memahami pelajaran dengan cara yang berbeda, yaitu ada kesalahan pada proses tahap verifying. Alwyn & Dindyal
yang cepat, sedang dan sangat lambat (Ridwan, 2017). (2009) juga mengemukakan bahwa kesalahan siswa dalam
Siswa mempunyai cara atau gaya sendiri dalam penalaran analogi disebabkan oleh kegagalan melakukan
memecahkan suatu masalah maupun dalam belajar. Gaya analisis hubungan antara masalah sumber dengan masalah
belajar dalam pembelajaran matematika merupakan salah target.
satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses Rahmawati (2017) menyatakan kemampuan penalaran
pembelajaran guna mencapai tujuan dari pembelajaran analogi dalam pembelajaran matematika digunakan untuk
yang diharapkan. Gaya belajar merupakan metode belajar mengajarkan konsep matematika kepada siswa dengan
yang unik yang dimiliki setiap individu dalam proses menggambarkan konsep-konsep abstrak menjadi konkrit,
belajar yaitu memilih, menerima, menyerap, menyimpan, sehingga membuat siswa mampu memahami konsep-
mengolah, dan memproses informasi (Ridwan, 2017). konsep yang ada dalam matematika. Penelitian yang
Kemampuan seseorang untuk menyerap dan memahami dilakukan Aula (2018) menyatakan bahwa jika siswa dapat
suatu pelajaran berbeda tingkatannya, ada yang lambat, ada mencapai keempat indikator tersebut dengan benar, maka
yang sedang, dan ada yang cepat. Berkaitan dengan hal dikatakan memiliki kemampuan penalaran analogi dalam

137
Volume 11 No. 1 Tahun 2022, HAL 134-144

memecahkan masalah yang sangat baik. Jika mereka dapat Applying. Sedangkan dalam penelitian Iqlima (2020)
mencapai indikator (1, 2, dan 3), maka dapat dikatakan menemukan bahwa hanya siswa berkemampuan tinggi
bahwa mereka memiliki kemampuan penalaran analogi yang dapat melalui semua tahap pada penalaran analogi,
yang baik dalam mecahkan masalah. Jika mereka dapat sedangkan siswa berkemampuan sedang dan rendah hanya
dengan tepat mencapai indikator (1 dan 2), maka mereka memenuhi tahap penalaran analogi Encoding dan Inferring
dianggap cukup baik untuk memiliki kemampuan saja. Dalam penelitian Azizah (2021) yang berjudul
penalaran analogi dalam memecahkan masalah. Jika siswa Students’ Aanalogical Reasoning in Solving Trigonometric
dapat mencapai 1 indikator dengan benar, maka mereka Problems in Terms of Cognitive Style: A Case Study
dapat dikatakan memiliki kemampuan penalaran analogi menemukan bahwa penalaran analogi dari siswa yang
yang kurang baik dalam memecahkan masalah. Jika siswa mempunyai gaya belajar systematic cognitive style dan
gagal mencapai 1 indikator dengan benar atau tidak siswa yang mempunyai gaya belajar intuitive cognitive
menjawab soal, maka mereka dianggap tidak memiliki style hanya memiliki perbedaan pada tahap Applying.
kemampuan penalaran analogi dalam memecahkan Siswa yang mempunyai gaya belajar systematic cognitive
masalah. Dalam penelitian Safitri (2020) kemampuan style pada tahap ini menerapkan cara terstruktur untuk
penalaran analogi dibagi menjadi 3 kategori, yaitu memecahkan masalah target yang telah direncakan
kelompok siswa dengan kemampuan penalaran analogi sebelumnya dari masalah sumber. Sedangkan siswa yang
tinggi dapat memenuhi semua indikator penalaran analogi mempunyai gaya belajar intuitive cognitive style
dengan baik yaitu structuring, mapping, applying, dan menerapkan metode pemecahan masalah sumber untuk
verifying. Kelompok siswa dengan kemampuan penalaran memecahkan masalah target yang telah direncanakan
analogi sedang dapat memenuhi indikator structuring dan sebelumnya namun tidak secara terstruktur dan siswa tidak
mapping dengan baik, tetapi pada tahap applying, dan dapat menjelaskan alasan menggunakan metode untuk
verifying subjek sudah cukup dalam melakukannya. pemecahan masalah.
Kelompok siswa dengan kemampuan penalaran analogi Ada berbagai cabang materi dalam matematika, salah
rendah hanya memenuhi indikator structuring. Sedangkan satunya yaitu trigonometri. Trigonometri merupakan salah
penelitian yang dilakukan Azimi (2017) menunjukkan satu materi yang diajarkan pada tingkat sekolah menengah.
bahwa siswa dengan kategori kemampuan penalaran Pada penelitian menggunakan materi trigonometri
analogi tinggi mampu melakukan tahapan pengodean, dikarenakan pada materi trigonometri mempunyai banyak
penyimpulan, pemetaan, dan penerapan dengan baik. impikasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ikrom
Siswa dengan kategori penalaran analogi sedang mampu (2016), permasalahan yang dihadapi siswa ketika
melakukan dengan baik tahapan pengodean, pemetaan, dan mempelajari materi trigonometri selain keabstrakannya
penyimpulan. Siswa dengan kategori penalaran analogi adalah banyaknya rumus yang harus dipahami. Sehingga
rendah mengalami hambatan pada semua tahapan siswa melakukan kesalahan dalam memecahkan masalah
penalaran analogi. Berdasarkan hal tersebut peneliti trigonometri.
mengkategorikan kemampuan penalaran analogi pada tabel Akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh
1 sebagai berikut. profil kemampuan penalaran analogi siswa dalam
Tabel 1. Kemampuan Penalaran Analogi pemecahan masalah matematika yang ditinjau dari gaya
Kategori Kemampuan Tahap Penalaran Analogi yang belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar
Penalaran Analogi Dicapai kinestetik. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada
Dapat memenuhi 4 tahap gambaran kemampuan penalaran analogi matematika yang
Penalaran Analogi
penalaran analogi yang telah ditinjau dari gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
Tinggi
ditentukan
Tujuan penelitan ini yaitu untuk mendikripsikan profil
Dapat memenuhi 2 sampai 3
Penalaran Analogi penalaran analogi matematika siswa dalam memecahkan
tahap penalaran analogi yang
Sedang masalah yang ditinjau dari gaya belajar. Penelitian ini
telah ditentukan
Dapat memenuhi 1 tahap dimaksudkan untuk menggali, mendeskripsikan dan
Penalaran Analogi memaparkan mengenai bagaimana profil kemampuan
penalaran analogi yang telah
Rendah
ditentukan penalaran analogi matematika siswa pada materi
trigonometri ditinjau dari gaya belajar visual, auditorial,
Penelitian yang dilakukan Nurma (2021) menemukan
kinestetik.
bahwa siswa berkemampuan matematika tinggi dengan
interval nilai 85 ≤ 𝑥 ≤ 100 memenuhi semua tahap pada
METODE
penalaran analogi yaitu Encoding, Inferring, Mapping, dan
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Applying. Dalam penelitian ini hanya siswa berkemampuan
kualitatif, yang merupakan penelitian deskriptif. Tujuan
tinggi dan rendah saja yang dapat memenuhi tahap
dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran atau

138
PROFIL PENALARAN ANALOGI SISWA DALAM…

deskripsi tentang keadaan yang objektif. Pada penelitian Hasil tes penalaran analogi matematika yang diperoleh
ini, data yang diperoleh dideskripsikan untuk mendapat dalam memecahkan masalah matematika dianalisis sesuai
gambaran secara jelas dan terperinci mengenai profil dengan komponen indikator yang telah dibuat peneliti.
kemampuan penalaran analogi matematika siswa dalam Komponen indikator pencapaian penalaran analogi dalam
memecahkan masalah matematika yang ditinjau dari gaya pemecahan masalah yang dibuat oleh peneliti berdasarkan
belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Sumber data dari pendapat English (2004) dan Polya (1973).
penelitian ini adalah 28 siswa kelas XI IPA SMA Hang Tabel 3. Indikator Penalaran Analogi English dalam Tahap
Tuah 2 Sidoarjo semester ganjil tahun akademik Pemecahan Masalah Polya
2021/2022. Tahap
Pemecahan
Subjek dari penelitian ini terdiri dari tiga siswa (satu Penalaran Indikator
Masalah
siswa memiliki gaya belajar visual, satu siswa memiliki Analogi
gaya belajar auditorial, dan satu siswa memiliki gaya Understanding Encoding − Mengidentifikasi
the problem (Pengkodean) informasi yang diketahui
belajar kinestetik). Subjek yang terpilih memiliki jenis
(memahami dari masalah sumber dan
kelamin yang sama dan kemampuan matematika yang
masalah) masalah target (E1)
setara serta perbedaan nilai antar subjek yang terpilih dari
− Menyebutkan
hasil tes kemampuan matematika kurang dari atau sama permasalahan dari
dengan 5 pada kisaran nilai 0-100. Sehingga ketika terjadi masalah sumber dan
perbedaan kemampuan penalaran analogi siswa itu masalah target (E2)
dikarenakan adanya perbedaan dari gaya belajar yang Devising a plan Inferring − Menentukan konsep dan
dimiliki setiap siswa, bukan akibat dari tingkat kemampuan (membuat (Penyimpula menyelesaikan masalah
matematika setiap subjek dan perbedaan jenis kelamin. rencana) n) sumber berdasarkan
Instrumen utama penelitian ini yaitu peneliti sendiri, konsep yang didapatkan
sedangkan instumen pendukung yang digunakan pada (I1)
− Menyebutkan
penelitian ini antara lain tes kemampuan matematika
keterkaitan atau
(TKM), angket gaya belajar, tes penalaran analogi
hubungan antara
matematika, dan pedoman wawancara. Tes penalaran masalah sumber dengan
analogi matematika ini digunakan untuk mendeskripsikan masalah target. (I2)
kemampuan penalaran analogi matematika yang dimiliki Carrying out Mapping − Menentukan dan
siswa dalam memecahkan masalah matematika. Sebelum the plan (Pemetaan) menghubungkan konsep
tes penalaran analogi matematika semua siswa diberikan (melaksanakan yang sama antara
angket gaya belajar untuk mengetahui justifikasi siswa rencana) masalah sumber dan
memiliki salah satu gaya belajar visual, auditorial, dan masalah target (M1)
kinestetik. Setelah menerima angket gaya belajar, siswa − Menjelaskan atau
diberikan tes kemampuan matematika yang terdiri dari 5 menguraikan keterkaitan
konsep yang digunakan
soal uraian untuk mengetahui kemampuan matematika
pada masalah sumber
yang dimiliki siswa. Tes penalaran analogi dilakukan dan masalah target. (M2)
kepada subjek yang telah terpilih dan terdiri dari 2 soal Looking back Applying − Menyelesaikan masalah
essay diantaranya sebagai berikut. (memeriksa (Penerapan) target (A1)
Tabel 2. Instrumen Tes Penalaran Analogi kembali) − Menentukan kesimpulan
Soal 1 Soal 2 jawaban dengan
Tentukan himpunan Tentukan himpunan mengunakan konsep
penyelesaian dari penyelesaian dari atau cara
persamaan berikut ini persamaan trigonometri penyelesaiannya dari
berikut ini cos 2𝑥 ° −
2𝑥 2 − 11𝑥 + 14 = 0 masalah sumber ke
3 cos 𝑥 ° + 2 = 0 untuk 0° ≤
masalah target. (A2)
𝑥 ≤ 360°
Soal 1: Masalah Sumber Sedangkan untuk analisis data hasil wawancara
Soal 2: Masalah Target dilakukan dengan tahapan seperti mereduksi data,
Setelah didapatkan tiga subjek mengerjakan tes menyajikan data, dan menarik kesimpulan.
pealaran analogi, selanjutnya dilakukan wawancara sesuai
dengan pedoman wawancara yang telah dibuat untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mendapatkan informasi yang belum terlihat dari lembar Angket gaya belajar diberikan kepada 28 siswa kelas XI
jawaban siswa. IPA 3 SMA Hang Tuah Sidoarjo dan diperoleh 11 siswa
memiliki gaya belajar visual, 10 siswa memiliki gaya

139
Volume 11 No. 1 Tahun 2022, HAL 134-144

belajar auditorial, dan 7 siswa memiliki gaya belajar diketahui dan ditanyakan dalam soal yang diberikan,
kinestetik. Setelah mengerjakan angket, 28 siswa diberikan tetapi subjek menyebutkannya unsur-unsur tersebut
tes kemampuan matematika (TKM) kemudian dipilih 3 saat wawancara. Karena materi yang dugunakan pada
subjek berjenis kelamin sama dan memiliki skor akhir tes permasalahan masih baru dan subjek sering menjumpai
kemampuan matematika yang sama atau berbeda antar permasalahan dengan model tersebut, subjek hanya
siswa kurang dari atau sama dengan 5. Sehingga diperoleh perlu membaca soal sebanyak satu kali dan merasa
1 siswa perempuan memiliki gaya belajar visual, 1 siswa unsur-unsur dalam soal sudah cukup untuk menentukan
perempuan memiliki gaya belajar auditoral, dan 1 siswa penyelesaian permasalahan tersebut.
perempuan memiliki gaya belajar kinestetik dengan Dalam tahap Inferring (Penyimpulan) subjek telah
masing-masing kemampuan matematika yang setara. memenuhi indikator I1 dan I2 yaitu subjek mampu
Kemudian melakukan tes penalaran analogi matematika menentukan konsep dan menyelesaikan masalah
serta wawancara, kepada 3 subjek yang terpilih. Berikut sumber berdasarkan konsep yang didapatkan, serta
daftar 3 subjek yang terpilih. menyebutkan keterkaitan atau hubungan antara
Tabel 4. Hasil Angket Gaya Belajat dan TKM masalah sumber dengan masalah target. Pada saat
Jenis Gaya Nilai wawancara subjek menjelaskan konsep atau cara yang
Nama Kode
Kelamin Belajar TKM digunakan yaitu menggunakan metode pemfaktoran,
LSA Perempuan Visual 100 PV dan menyebutkan keterkaitan atau kemiripan dari
EDC Perempuan Auditorial 96 PA kedua soal yakni memiliki 3 variabel, membentuk
NKZ Perempuan Kinestetik 100 PK persamaan kuadrat, dan mencari himpunan
Hasil dan pembahasan profil penalaran analogi penyelesaian. Subjek juga mampu menjelaskan
matematika siswa dalam memecahkan masalah perbedaan dari kedua soal yang diberikan, pada soal 1
matematika yang ditinjau dari gaya belajar sebagai berikut. subjek menyebutkan bahwa bentuknya adalah
pertidaksamaan sedangkan soal kedua bentuknya
1. Profil Penalaran Analogi Siswa dalam Pemecahan persamaan.
Masalah Matematika dengan Gaya Belajar Visual Subjek mampu menggunakan konsep atau pola
penyelesaian pada soal pertama untuk menyelesaiakn
permasalahan pada soal kedua. Menurut subjek
permasalahan pada soal kedua memiliki beberapa unsur
yang sama, sehingga dapat diterapkan metode
pemfaktoran untuk menyelesaikan soal kedua. Pada
soal 2 sebelum melakukan pemfaktoran subjek
mengumbah bentuk agar dapat menggunakan metode
pemfaktoran, dan untuk mempermudah dalam
pemfaktoran subjek memisalakan bentuk dari
trigonometrinya. Dalam hal ini subjek dapat melalui
tahap Mapping (Pemetaan) dan memenuhi indikator
menentukan dan menghubungkan konsep yang sama
antara masalah sumber dan masalah target (M1),
Gambar 1. Penyelesaian Soal Tes Penalaran menguraikan dan menjelaskan keterkaitan konsep yang
Analogi Subjek PV digunakan pada masalah sumber dan masalah target
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan (M2).
diketahui bahwa subjek dengan gaya belajar visual Subjek dapat menarik kesimpulan dengan tepat dan
mempunyai kemampuan penalaran analogi tinggi. Hal benar, ketika diminta menjelaskan ulang metode yang
tersebut sesuai dengan penelitian Aula (2018) yang digunakan dalam penyelesaiannya subjek mampu
mengatakan bahwa subjek dapat di kategorikan menjelaskan dengan baik dan sama seperti apa yang
mempunyai kemampuan penalaran analogi tinggi jika dikerjakan pada lembar jawaban. Dalam hal tersebut
dapat mencapai semua tahap pada penalaran analogi. subjek mampu menyelesaikan masalah target (A1)
Dalam tahap Encoding subjek mampu memenuhi dengan menggunakan metode pennyelesaian yang
indikator E1 dan E2 yaitu mengidentifikasi informasi sama dengan masalah sumber (A2). Subjek sudah
yang diketahui, serta menyebutkan permasalahan dari menuliskan dengan rapi dan jelas penyelesaian serta
masalah sumber dan masalah target. Pada lembar hasil akhir yang ditanyakan permasalahan soal 1 dan
jawaban subjek tidak menuliskan unsur-unsur yang soal 2. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Haryono (2018) menunjukkan bahwa subjek dengan

140
PROFIL PENALARAN ANALOGI SISWA DALAM…

gaya belajar visual mampu melalui dan memenuhi Sehingga subjek dapat memenuhi tahap Inferring
keempat tahap penalaran analogi. (Penyimpulan) dengan indikatornya yaitu menentukan
konsep dan menyelesaikan masalah sumber
2. Profil Penalaran Analogi Siswa dalam Pemecahan berdasarkan konsep yang didapatkan (I1), serta
Masalah Matematika dengan Gaya Belajar menyebutkan keterkaitan atau kesamaan hubungan dari
Auditorial masalah sumber dengan masalah target (I2).
Dalam tahap Mapping (Pemetaan) subjek mampu
memenuhi indikator M1 dan M2 yaitu menghubungkan
dan menentukan konsep yang sama antara masalah
sumber dan masalah target, kemudian subjek dapat
menyebutkan keterkaitan konsep yang digunakan pada
masalah sumber dan masalah target. Subjek
menyebutan persamaan dari kedua soal adalah sama-
sama mencari himpunan penyelesaian dan perbedaan
kedua soal yaitu pada soal 1 merupakan pertidaksamaan
linier sedangkan pada soal 2 persamaan trigonometri.
Sebelum melakukan pemfaktoran subjek juga
melakukan perubahan pada bentuk trigonometrinya
agar dapat difaktorkan dengan metode yang sama
seperti soal 1. Tanpa memisalkan bentuk pada soal 2
subjek mampu menyelesaiakan permasalahan
trigonometri yang ada dengan metode pemfaktoran.
Pada gambar 3 subjek menuliskan jawaban dengan
benar untuk soal 2, namun untuk soal 1 subjek belum
Gambar 2. Penyelesaian Soal Tes Penalaran menuliskan jawaban dengan tepat. Subjek mampu
Analogi Subjek PA memenuhi tahap Applying (Penerapan) hanya saja pada
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan hasil akhir soal 1 subjek tidak membuat garis bilangan
didapatkan bahwa subjek dengan gaya belajar untuk menentukan himpunan penyelesaian yang
auditorial mempunyai kemampuan penalaran analogi diinginkan soal. Pada saat wawancara subjek sudah
tinggi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Aula menyebutkan himpunan penyelesaian soal 1 dengan
(2018) yang mengatakan bahwa subjek dapat di benar. Serta subjek mampu menemukan letak
kategori mempunyai kemampuan penalaran analogi kekurangan penyelesaian pada soal 1. Ketika diminta
tinggi jika dapat mencapai empat tahap pada penalaran menjelaskan ulang metode yang digunakan untuk
analogi. Pada tahap Encoding (Pengkodean) dengan menyelesaiakan masalah sumber dan target subjek
indikator yaitu mengidentifikasi informasi yang mampu menjelaskan dengan baik dan tepat seperti pada
diketahui (E1), serta menyebutkan permasalahan (E2) lembar jawaban. Dengan hal tersebut subjek dapat
dari masalah sumber dan masalah target. Hanya dengan menyelesaiakan masalah target (A1) dengan
sekali membaca soal yang diberikan subjek merasa menggunakan metode penyelesaian pada masalah
bahwa unsu-unsur yang ada pada soal sudah cukup sumber (A2). Tanpa ragu-ragu subjek yakin mengenai
untuk menyelesaiakn permasalahan pada soal. Subjek jawaban yang dituliskan serta metode yang digunakan.
menuliskan unsu-unsur yang diketahui dan ditanyakan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haryono
pada masalah sumber dan masalah target. Selain (2018) menunjukkan bahwa subjek dengan gaya belajar
menuliskan dengan rapi subjek mampu menjelaskan auditorial mampu melalui dan memenuhi keempat
kembali dengan baik mengenai masalah sumber dan tahap penalaran analogi.
masalah target.
Subjek dapat menentukan metode atau cara yang 3. Profil Penalara Analogi Siswa dalam Pemecahan
digunakan pada masalah sumber dengan metode yang Malasah Matematika dengan Gaya Belajar
dipilih ialah pemfaktoran. Serta subjek mampu Kinestetik
menyebutkan keterkaitan atau hubungan dari masalah
sumber ke masalah target. Subjek menggunakan cara
pemfaktoran yang dituliskan pada gambar 3 untuk
menyelesaiakan soal 1 kemudian subjek menggunakan
cara pemfaktoran untuk menyelesaiakan soal 2.

141
Volume 11 No. 1 Tahun 2022, HAL 134-144

dengan baik karena indikator I1 dan I2 terpenuhi yaitu


menyebutkan keterkaitan konsep pada masalah sumber
dan masalah target, serta mampu menentukan konsep
dan menyelesaiakan masalah sumber dengan konsep
yang didapatkan. Meski hasil akhir yang subjek
dapatkan untuk masalah sumber masih belum tepat.
Subjek tidak menentukan konsep penyelesaian yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah target, namun
subjek sudah menjelaskan ide yang digunakan pada
masalah sumber dengan baik. Subjek menyebutkan ada
hubungan antara konsep yang dugunakan, namun disini
subjek tidak menggunakan metode yang digunakan
pada soal 1. Subjek tidak menguraikan keterkaitan
konsep atau metode penyelesaian yang digunakan pada
masalah sumber dan masalah target. Subjek tidak
memenuhi tahap Mapping (Pemetaan) karena tidak
mencapai indikator M1 dan M2 dengan baik. Metode
penyelesaian yang digunakan oleh subjek pada gambar
4 untuk menyelesaikan soal 1 dan soal 2 berbeda, meski
subjek menyebutkan adanya keterkaitan antara soal 1
dengan soal 2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Manuaba (2016) yang menyebutkan bahwa
Gambar 3. Penyelesaian Soal Tes Penalaran
kesalahan penalaran analogi dapat terjadi pada tahap
Analogi Subjek PK
pemetaan. Kesalahan dalam tahap pemetaan dapat
Berdasarkan jawaban wawancara dengan subjek terjadi karena subjek kurang berusaha dalam
yang telah dilakukan, diketahui bahwa subjek dengan mengindentifikasi hubungan semua objek matematika
gaya belajar kinestetik mempunyai kemampuan yang sama pada masalah sumber dan masalah target.
penalaran analogi sedang. Hal tersebut sesuai dengan Dalam tahap terakhir yakni Applying (Penerapan)
penelitian Aula (2018) yang mengatakan bahwa subjek subjek hanya memenuhi indikator A1 yakni mampu
dapat di kategori mempunyai kemampuan penalaran menyelesaikan masalah target dengan tepat, namun
analogi sedang jika dapat mencapai dua samapai tiga subjek tidak menggunakan metode penyelesaian pada
tahap pada penalaran analogi. Subjek pada tahap masalah sumber. Karena pilihan metode penyelesaian
Encoding (Pengkodean) dengan indikator E1 dan E2 yang kurang tepat, subjek tidak dapat menarik
yaitu mampu mengidentifikasi informasi yang kesimpulan dari kedua soal yang diberikan. Dalam
diketahui, serta mampu menyebutkan permasalahan gambar 4 subjek sudah menuliskan kesimpulan hanya
dari masalah sumber dan masalah target. Pada gambar saja pada soal 1 kesimpulan yang didapatkan belum
4 di lembar jawaban subjek tidak menuliskan unsur- sesuai. Subjek tidak memenuhi tahap Applying
unsur yang diketahui dan ditanyakan pada soal yang (Penerapan) karena subjek tidak mencapai indikator A1
diberikan, tetapi subjek sudah menyebutkan dengan dan A2 yang telah ditentukan. Dalam wawancara
benar dalam wawancara. Subjek mampu subjek dapat menemukan kesalahan dan menyebutkan
mengidentifikasi unsur-unsur yang ada dalam soal kebenaran metode penyelesaian yang benar, tanpa
melalui pembacaan ganda dan merasa bahwa unsur- bantuan dari peneliti. Hal ini sesuai dengan penelitian
unsur dalam soal sudah cukup untuk memecahkan yang dilakukan Manuaba (2016) yang menyebutkan
permasalahan pada soal. bahwa kesalahan penalaran analogi juga dapat terjadi
Subjek menyebutkan bahwa ada kemiripan antara pada tahap penerapan. Kesalahan dalam tahap
soal 1 dengan soal 2 yaitu sama-sama mencari penerapan dapat terjadi akibat kurang telitinya subjek
himpunan penyelesaian dan perbedaan dari kedua soal dalam menerapkan strategi pada masalah sumber yang
tersebut yakni soal 1 mengenai pertidaksamaan linier sudah diadaptasi dengan masalah target. Menurut
sedangkan soal 2 mengenai persamaan trigonometri. penelitian yang dilakukan oleh Haryono (2018)
Subjek menyebutkan metode penyelesaian yang menunjukkan bahwa subjek dengan gaya belajar
digunakan pada soal 1 yakni dengan mengunakan titik kinestetik mampu melalui dan menyelesaikan empat
potong sumbu x dan y lalu disubtitusikan. Dalam hal ini tahap penalaran analogi. Pada penelitian ini didapatkan
subjek sudah memenuhi tahap Inferring (Penyimpulan) subjek dengan gaya belajar kinestetik hanya melalui

142
PROFIL PENALARAN ANALOGI SISWA DALAM…

dan menyelesaikan dua tahap penalaran analogi yaitu mencapai kedua indikatork karena siswa menggunakan
Encoding (Pengkodean) dan Inferring (Penyimpulan). metode penyelesaian yang berbeda antara masalah target
dan masalah sumber. Pada tahap Applying (Penerapan)
PENUTUP siswa menyelesaiakan masalah target dengan tepat, siswa
Simpulan hanya mencapai satu dari dua indikator pada tahap
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti, Applying. Siswa tersebut hanya mencapai dua tahap
menunjukkan bahwa profil penalaran analogi siswa yang penalaran analogi yaitu Encoding dan Inferring.
memiliki gaya belajar visual mampu memenuhi 4 tahap
penalaran analogi sehingga siswa memiliki kemampuan Saran
penalaran analogi tinggi. Pada tahap Encoding Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti
(Pengkodean) siswa mampu mengidentifikasi informasi dapat memberikan saran sebagai berikut. Bagi guru
yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada masalah disarankan untuk membiasakan pelaksanaan pembelajaran
sumber dan masalah target, siswa hanya menyebutkannya yang dapat melatih penalaran analogi melalui masalah
saat wawancara. Siswa dalam tahap Inferring sumber serta masalah target, sehingga kemampuan siswa
(Penyimpulan) mampu menyelesaikan masalah sumber dalam menggunakan penalaran analogi dapat ditingkatkan.
berdasarkan konsep yang ditemukan serta mampu Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan meneliti
menyebutkan keterkaitan dari masalah sumber dengan kemampuan penalaran analogi matematika dengan
masalah target. Pada tahap Mapping (Pemetaan) siswa menggunakan materi dan tinjauan yang berbeda. Karena
dapat menentukan konsep yang sama, serta mampu pada penelitian ini, peneliti menggunakan materi
mendeskripsikan keterkaitan konsep antara masalah trigonometri dan hanya meninjau dari gaya belajar visual,
sumber dan masalah target. Dalam tahap Applying auditorial, kinestetik.
(Penerapan) siswa menyelesaikan masalah target
menggunakan metode penyelesaian masalah sumber. DAFTAR PUSTAKA
Profil penalaran analogi siswa yang memiliki gaya
belajar auditorial mampu memenuhi 4 tahap penalaran Afif, A., Suyitno, H., & Wardono, W. (2017). Analisis
analogi sehingga siswa memiliki kemampuan penalaran Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau dari Gaya
analogi tinggi. Dalam tahap Encoding (Pengkodean) Belajar Siswa dalam Problem Based Learning (PBL).
PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika,
mampu mengidentifikasi informasi yang diketahui dan apa
328-336.
yang ditanyakan pada masalah sumber dan masalah target.
Pada tahap Inferring (Penyimpulan) siswa sudah mencapai Alexander, P. A., & Buehl, M. M. (2004). Seeing the
possibilities: Constructing and validating measures of
dua indikator, tetapi siswa belum menuliskan jawaban
mathematical and analogical reasoning for young
akhir dengan tepat. Pada tahap Mapping (Pemetaan) siswa children. Routledge.
mampu menentukan konsep yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah sumber dan masalah target. Siswa Alwyn, P. W.-K., & Dyndyal, J. (2009). Analogical
Reasoning Errors in Mathematics at Junior College
mampu menguraikan keterkaitan konsep antara masalah
Level. 32th Annual Conference of the Mathematics
sumber dan masalah target. Dalam tahap Applying Education Research Group of Australasia, 1-9.
(Penerapan) siswa dapat meyebutkan hubungan antara
Al-Zayed, N. N. (2017). An Investigation of Learning
masalah sumber dengan masalah target dan menyelesaikan
Style Preferences on the Students’ Academic
masalah target menggunakan metode pada masalah Achievements of English. International Journal of
sumber, tetapi pada masalah sumber kesimpulan untuk English Linguistics, 176-183.
hasil akhir masih belum tepat.
Aula, N. (2018). Kemampuan Penalaran Analogi Siswa
Profil penalaran analogi siswa yang memiliki gaya dalam Materi Persamaan Linier Satu Variabel di SMP
belajar kinestetik hanya mampu memenuhi 2 tahap Kelas VII. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
penalaran analogi sehingga siswa memiliki kemampuan Khatulistiwa.
penalaran analogi sedang. Pada tahap Encoding
Azimi, S. N., Purwanto, & Abadyo. (2017). Penalaran
(Pengkodean) siswa mampu mengidentifikasi informasi Analogi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Keliling
yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada masalah dan Luas Segiempat. Jurnal Kajian Pembelajaran
sumber dan masalah target, tetapi siswa hanya Matematika, 144-154.
menyebutkan dalam wawancara. Siswa dalam tahap Azizah, U. Q., Rooselyna, E., & Masriyah. (2021).
Inferring (Penyimpulan) mampu menyelesaikan masalah Students' Analogical Reasoning in Solving
sumber berdasarkan konsep yang ditemukan, serta mampu Trigonometric Problems in Terms of Cognitive Style:
menyebutkan kesamaan antara masalah sumber dan A Case Study. International Journal for Educational
masalah target. Dalam tahap Mapping (Pemetaan) belum and Vocational Studies, 71-79.

143
Volume 11 No. 1 Tahun 2022, HAL 134-144

DePorter, B., & Mike, H. (2000). Quantum Learning : Putri, F. F., & Masriyah. (2019). Profil Kemampuan
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Penalaran Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah
Bandung: Kaifa. Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian dan Jenis
Kelamin. MATHEdunesa, 38-45.
English, L. (2004). Mathematical and Analogical
Reasoning of Young Learners. New Jersey: Lawrence Rahmawati, D. I., & Pala, R. H. (2017). Kemampuan
Erlbaum Associates. Penalaran Analogi dalam Pembelajaran Matematika.
Jurnal Euclid.
Fathima, S. (2008). Reasoning Ability of Adolescents
Students. Discovery Publishing House. Richland, L. E., & Begolli, K. N. (2016). Analogy and
Higher Order Thinking: Learning Mathematics as an
Haryono, A., & Tanujaya, B. (2018). Profil Kemampuan
Example. SAGE Journals, 160-168.
Penalaran Induktif Matematika Mahasiswa Pendidikan
Mamtematika UNIPA Ditinjau dari Gaya Belajar. Ridwan, M. (2017). Profil Kemampuan Penalaran
Journal of Honai Math, 127-138. Matematis Siswa Ditinjau dari Gaya Belajar.
KALAMATIKA Jurnal Pendidikan Matematika, 193-
Iqlima, T. W., & Susanah. (2020). Profil Penalaran
206.
Analogi Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika
Ditinjau dari Kemampuan Matematika. Safitri, D. R., Basir, M. A., & Maharani, H. R. (2020).
MATHEdunesa, 35-39. Analisis Kemampuan Penalaran Analogi Siswa SMP
dalam Memecahkan Masalah Fungsi. Konferensi
Keraf, G. (2007). Argumentasi & Narasi: Komposisi
Ilmiah Mahasiswa UNISSULA (KIMU), 595-605.
Lanjutan III. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sari, A. K. (2014). Analisis Karakter Gaya Belajar VAK
Manuaba, I. B., Sutawidjaja, A., & Susanto, H. (2016).
(Visual, Auditorial, Kinestetik) Mahasiswa Pendidikan
Kesalahan Penalaran Analogi Siswa Kelas XII SMA
Informatika Angkatan 2014. Jurnal Ilmiah Edutic, 1-
dalam Memecahkan Masalah Nilai Maksimum.
12.
Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad
Dahlan, 105-115. Sholihah, R., Siswanto, J., Roshayanti, F., & Nugroho, A.
S. (2021). Profil Analogical Reasoning Siswa SMA.
Mu'achiroh, S. (2018). Profil penalaran analogi siswa
INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA, 46-49.
dalam memecahkan masalah Matematika dari gaya
belajar learning style inventory David A Kolb. Digital Sidharta, B. A. (2010). Logika Pengantar. Bandung: PT
Library UIN Sunan Ampel. Refika Aditama.
NCTM. (2000). Principles and Standarts for School Siswono, T. Y. (2008). Model Pembelajaran Matematika
Mathematics. Virginia: Reston. Berbasis Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.
Nurma, N., & Rahaju, E. B. (2021). Penalaran Analogi
Surabaya: Unesa University Press.
Siswa dalam Menyelesaiakan Soal Persamaan
Logaritma Ditinjau dari Kemampuan Matematika. Soekadijo, R. (2001). Logika Dasar: Tradisional, Simbolik
MATHEdunesa, 339-349. dan Induktif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Permendiknas Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Sumaeni, S., Kodirun, & Salim. (2020). Pengaruh Gaya
Tentang Standar Isi. (t.thn.). Belajar Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa. Jurnal Edukasi Matematika, 79-87.
Polya, G. (1973). How to Solve It, A New Aspect for
Mathematical Method. New Jersey: Princeton Wulandari, D., & Setianingsih, R. (2018). Penalaran
Universioty Press. Analogi Siswa SMA Kelas XI dalam Memecahkan
Masalah Barisan dan Deret Ditinjau dari Gaya Kognitif
Purwanti, R., Hartoyo, A., & Suratman, D. (2016).
Reflektif-Impulsif. MATHEdunesa, 214-220.
Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa
SMP dalam Materi Bangun Ruang. Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Khatulistiwa.

144

Anda mungkin juga menyukai