Anda di halaman 1dari 9

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

Rini Yurika Nariyati, Halini, Dian Ahmad BS


Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak
Email: riniyurika1995@gmail.com

Abstract
This research aims to describe the level mathematical literacy which can be achieved by the
students on Change and Relationship content to the eighth-grade students of SMPN 07 Kubu
Raya observed from their learning style. Method used was descriptive in form survey. The
subject in this research was 22 students of the VIII B class of SMPN 07 Kubu Raya. Tools of
data collection are written test to discover the level of students’ mathematical literacy on
Change and Relationship content; questionnaire to cluster based on their learning style;
and interview as the follow up. The data analysis results showed that the students’
mathematical literacy on Change and Relationship content with auditory learning style
achieved varied mathematical literacy, such as the level of 1,3,5, and 6, the students with
visual learning style achieved varied mathematical literacy such as the level of 1,2,3,5, and
6, and the students with kinesthetic learning style achieved varied mathematical literacy
such as the level of 1,4, and 5.
Keywords: Mathematical Literacy, Change and Relationship Content, Learning Style,
Algebra Expression.

PENDAHULUAN bahwa sebagian besar siswa Indonesia memiliki


Tujuan pembelajaran matematika dalam lampiran tingkat literasi matematis yang rendah.
Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Berdasarkan hasil tes PISA 2012 yang diikuti
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/ oleh 65 negara termasuk Indonesia, memberikan
Madrasah Tsanawiyah (Permendikbud, 2014: hasil bahwa Indonesia berada pada peringkat
325-327) yaitu: (1) memahami konsep kedua dari bawah setelah Peru (OECD, 2013:
matematika, (2) menggunakan pola sebagai 19). Hasil yang juga tidak jauh berbeda pada
dugaan dalam penyelesaian massalah, (3) PISA tahun sebelumnya (2000, 2003, 2006, dan
menggunakan penalaran untuk pemecahan 2009) Indonesia selalu berada pada posisi bawah.
masalah, (4) mengkomunikasikan gagasan, dan Dalam kerangka PISA (Programme for
(5) menggunakan alat peraga tradisional dan International Student Assesment), literasi
modern. Tujuan ini sejalan dengan kemampuan matematis didefinisikan sebagai kemampuan
literasi matematis yang akhir-akhir ini ramai individu untuk merumuskan, menggunakan, dan
dibicarakan dalam dunia pendidikan Internasional. menafsirkan matematika dalam berbagai konteks
Tuntutan di dunia Internasional yang meliputi penalaran matematis dan
menghendaki anak-anak melek (berliterasi) penggunaan konsep, prosedur, fakta, dan alat
terhadap matematika dan bisa memecahkan untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan
persoalan–persoalan dalam kehidupan sehari- menduga suatu fenomena (OECD, 2010: 4).
hari. Kompetensi yang diharapkan dalam penilaian Bentuk soal literasi matematis yang diujikan
literasi matematis PISA (OECD, 2009: 31 – 33) adalah dalam PISA terbagi dalam 6 level atau tingkatan.
sebagai berikut: (1) mathematical thinking and Soal literasi matematis level 1 dan 2 termasuk
reasoning, (2) mathematical argumentation, (3) kelompok soal dengan skala bawah yang
modelling, (4) problem posing, and solving, (5) mengukur kompetensi reproduksi. Soal literasi
representation, (6) symbol and formalism, (7) matematis level 3 dan 4 termasuk kelompok soal
communication, (8) aids and tools. Pentingnya dengan skala menengah yang mengukur
literasi matematis ini, ternyata belum sejalan kompetensi koneksi. Sedangkan, soal literasi
dengan prestasi siswa Indonesia di mata matematis level 5 dan 6 termasuk kelompok soal
Internasional. Hasil tes PISA mengungkapkan dengan skala tinggi yang mengukur kompetensi

1
refleksi (Johar, 2012: 7). Dari hasil tes PISA yaitu belum mencapai batas ketuntasan, pada
2012 diketahui bahwa literasi matematika hasil ulangan harian tersebut dapat terlihat bahwa
Indonesia berada pada level 1, sedangkan rata- kemampuan penalaran siswa untuk
rata literasi matematika Internasional berada menyelesaikan soal-soal yang diberikan masih
pada level 3. Hasil ini menggambarkan bahwa rendah sedangkan kemampuan penalaran juga
kemampuan matematika siswa Indonesia masih merupakan satu diantara cakupan literasi
sebatas kemampuan reproduksi yaitu matematis, lemahnya kemampuan siswa dalam
kemampuan siswa untuk mengoperasikan mengidentifikasikan data yang ada dalam soal ke
matematika pada konteks yang sederhana. dalam bentuk gambar, tabel, dan formula/rumus
Hasil pengamatan selama enam bulan pada ke dalam konsep matematika yang relevan,
saat program pengalaman lapangan (PPL) kemampuan siswa yang rendah untuk
didasarkan pada hasil tes siswa di SMP 07 Kubu menghubungkan soal matematika ke dalam
Raya masih bermasalah. Seperti fakta yang model matematika, serta siswa juga tidak terbiasa
diamati langsung oleh peneliti, ketika siswa mengerjakan soal sesuai konteks nyata.
ditanya alasan “dapatkah 9t + 6 dioperasikan ?” Hal tersebut juga dikarenakan kemampuan
masih ada siswa yang menjawab “dapat” padahal menyerap informasi setiap siswa cenderung
9t + 6 tidak dapat dioperasikan. Ketika ditanya berbeda berdasarkan modalitas belajarnya.
“mengapa 9t + 6 tidak dapat dioperasikan?” Menurut Uno (2006: 180) gaya belajar
Siswa kesulitan dalam mengungkapkan ide merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk
matematisnya, argumentasinya, baik dalam memahami dan menyerap pelajaran. Setiap siswa
bentuk simbol ataupun kata-kata. Demikian juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam
pada soal konstektual berikut. “Buku Putri dua belajar di kelas. Cara yang mereka gunakan
kali lebih banyak dari buku Eci. Jika buku Intan untuk menerima pelajaran merupakan gaya
enam buah lebih banyak dari buku Eci . jika belajar mereka masing-masing. Menurut
buku Eci memiliki x buku. Berapa buku yang DePorter, dkk (2014: 110) gaya belajar adalah
dimiliki ketiga anak tersebut ?”. Siswa kesulitan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam
dalam menginterpretasi soal cerita tersebut ke pekerjaan, sekolah, dan dalam situasi-situasi
model matematika. Siswa kesulitan dalam antar pribadi. Ghufran (2013: 42) menyatakan
mengungkapkan pemikiranya ke dalam tulisan gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang
ketika memaparkan langkah penyelesaian soal. menjelaskan mengenai bagaimana individu
Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-
interpretasi, komunikasi dan representasi masing orang untuk berkonsentrasi pada proses,
matematis siswa masih terdapat masalah. Selain dan menguasai informasi yang sulit serta baru
itu, siswa juga cenderung sering keliru dalam melalui persepsi yang berbeda. Menurut Yaumi
melakukan perhitungan. (2013) gaya atau kesukaan belajar dipandang
Soal-soal PISA menguji tiga aspek dalam dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
menilai literasi matematis yaitu konten, konteks, Gaya belajar yang pada umumnya dapat dilihat
dan kompetensi (OECD, 2013: 33). Salah satu dari para siswa yaitu gaya belajar menurut
aspek konten dalam PISA yaitu Change and prefensi sensori. Gaya belajar menurut prefensi
Relationship (perubahan dan hubungan). Konten sensori ada tiga yaitu gaya belajar visual
Change and Relationship sering dinyatakan (melihat), gaya belajar auditory (mendengar) dan
dengan persamaan atau hubungan yang bersifat gaya belajar kinestesik (menyentuh).
umum, seperti penambahan, pengurangan, dan Penelitian Widodo dkk (2015) terhadap
pembagian. Hubungan itu juga dinyatakan dalam level literasi matematis siswa kelas XI-4 SMA
berbagai simbol aljabar, grafik, bentuk Negeri 01 Ambulu memberikan hasil bahwa
geometris, dan tabel. terdapat 8,57% siswa berada pada level 2, 60%
Peneliti memilih konten Change and siswa berada pada level 3, 20% siswa berada
Relationship karena salah satu satu aspek konten pada level 4, dan 11,43% siswa berada pada level
dalam PISA tersebut berkaitan dengan aspek 5. Berdasarkan hasil tes PISA tahun 2003 siswa
konten matematika pada kurikulum yaitu materi Indonesia diketahui bahwa terdapat 49,7% siswa
aljabar. Berdasarkan hasil penilaian ulangan mencapai level 1, sebanyak 25,9% siswa
harian yang diberikan peneliti, siswa ternyata mencapai level 2, siswa yang mencapai level 3
kurang mampu memahami materi ajar terkait sebanyak 15,5%, siswa yang mencapai level 4
dengan aritmatika dan aljabar didasarkan pada sebanyak 6,6% dan siswa yang mencapai level
hasil ulangan harian siswa yang masih rendah literasi matematis 4 dan 5 sebanyak 2,3%.

2
Terdapat perbedaan antara hasil penelitian METODE PENELITIAN
widodo dan hasil tes PISA yaitu pada hasil tes Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yang dilakukan widodo sebagian besar siswa adalah penelitian deskriptif. Menurut Muliawan
berada pada level 3 sedangkan pada hasil tes (2014: 84) metode deskriptif adalah metode
PISA sebagian besar siswa berada pada level 1. penelitian yang berisi pemaparan atau
Perbedaan hasil literasi matematis yang dicapai penggambaran sesuatu. Sedangkan bentuk
siswa dipengaruhi beberapa faktor. Menurut penelitian dalam penelitian ini adalah survei.
Wardhani (2016) Dua faktor yang mempengaruhi Menurut Nazir (2009: 56) penelitian survei
tingkat literasi matematis siswa yaitu dari dalam adalah penyelidikan yang diadakan untuk
diri siswa dan dari luar siswa. Faktor dari dalam memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang
siswa yaitu faktor psikologis, tingkat kecerdasan, ada dan mencari keterangan-keterangan secara
gaya belajar, dan perkembangan kognitif. Faktor faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi,
dari luar siswa yaitu metode pembelajaran, atau politik dari suatu kelompok atau suatu
materi pelajaran matematika dan lingkungan daerah. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
sosial. Pada penelitian ini peneliti ingin meneliti kelas VIII B SMP Negeri 07 Kubu Raya. Objek
faktor dari dalam diri siswa yaitu gaya belajar dalam penelitian ini adalah level literasi
terhadap tingkat literasi matematis siswa. matematis dan kompetensi yang dimiliki siswa
Faktor-faktor tersebut juga didukung hasil pada konten Change and Relationship,
pengamatan selama praktek pengalaman khususnya pada materi aljabar ditinjau dari gaya
lapangan yang dilakukan oleh peneliti di SMP belajar siswa.
Negeri 07 Kubu Raya pada bulan Agustus Teknik pengumpulan data pada penelitian
sampai Desember 2016, bahwa siswa dengan ini adalah teknik tes, teknik komunikasi tidak
gaya belajar yang berbeda-beda memiliki langsung dan teknik komunikasi langsung.
kemampuan matematika dan hasil belajar Teknik tes yang dimaksud dalam penelitian ini
matematika yang berbeda-beda pula. Selama berupa soal tes uraian literasi matematis pada
proses pembelajaran satu semester peneliti konten Change and Relationship sebanyak 6
mengajar kelas VIII, peneliti memperhatikan soal. Teknik komunikasi tidak langsung dalam
gaya belajar atau cara masing-masing siswa penelitian ini yaitu angket gaya belajar sebanyak
menerima dan mengolah informasi yang 36 pernyataan. Dan teknik komunikasi langsung
didapatnya, setelah mengetahui masing-masing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
gaya belajar siswa-siswa tersebut, pada setiap teknik pengumpulan data dengan melakukan
hasil-hasil tes yang diberikan selama wawancara terhadap subjek penelitian untuk
pembelajaran menunjukkan siswa dengan gaya memverifikasi data hasil tes literasi matematis
belajar kinestetik memiliki hasil belajar yang siswa.
lebih baik daripada gaya belajar auditori dan Instrumen penelitian berupa kisi-kisi angket
visual. gaya belajar, angket gaya belajar, kisi-kisi tes,
Hasil prariset yang dilakukan oleh peneliti soal tes, alternatif penyelesaian, indikator
pada hari Jum’at, tanggal 17 Februari 2017 pedoman penilaian dan pedoman wawancara
kepada tiga orang siswa kelas VIII dengan yang telah divalidasi oleh satu orang dosen
memberikan soal yang mengandung indikator Pendidikan Matematika FKIP Untan dan satu
literasi matematis, yang setiap gaya belajar orang guru Matematika SMP Negeri 07 Kubu
audio, visual, dan kinestetik diwakilkan oleh satu Raya dengan hasil validasi bahwa instrumen
orang siswa memberikan hasil bahwa terdapat yang digunakan valid dengan beberapa perbaikan
siswa dengan gaya belajar visual berada pada terkait pernyataan dalam angket, pertanyaan
level 1, siswa dengan gaya belajar auditori dalam soal dan redaksi kalimat yang digunakan.
berada pada level 2, dan siswa dengan gaya Berdasarkan hasil uji coba soal yang dilakukan di
belajar kinestetik berada pada level 3. Hal ini SMP Negeri 07 Kubu Raya diperoleh bahwa
memberikan sedikit gambaran bahwa perbedaan tingkat reliabilitas soal tes yang disusun
gaya belajar siswa juga memberikan hasil tingkat tergolong tinggi dengan koefisien reliabilitas
literasi matematis yang berbeda. sebesar 0,68. Sedangkan untuk tingkat reliabilitas
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka angket gaya belajar tergolong sangat tinggi
peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut terkait dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,84.
literasi matematis siswa khususnya pada konten Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3
Change and Relationship ditinjau dari gaya tahap, yaitu : (1) Tahap persiapan, (2) Tahap
belajar di kelas VIII SMP Negeri 07 Kubu Raya. pelaksanaan, dan (3) Tahap akhir.

3
Tahap Persiapan Tahap Akhir
Langkah-langkah yang dilakukan pada Pada tahap akhir ialah menyusun laporan
tahap persiapan antara lain: (1) Menyusun desain penelitian.
penelitian, (2) Membuat instrumen penelitian
berupa kisi-kisi angket gaya belajar, pernyataan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
angket gaya belajar, kisi-kisi soal tes, soal tes
literasi matematis pada konten Change and Hasil Penelitian
Relationship, alternatif penyelesaiannya, Instrumen pengumpulan data yang
pedoman indikator literasi matematis pada digunakan dalam penelitian ini berupa angket
konten Change and Relationship, dan pedoman gaya belajar, soal tes literasi matematis pada
wawancara, (3) Seminar desain penelitian, (4) konten Change and Relationship, dan
Melakukan revisi desain penelitian berdasarkan wawancara. Angket terdiri dari 36 item
hasil seminar, (5) melakukan validasi terhadap pernyataan yang terdiri dari 3 kategori gaya
instrumen penelitian bersama dua orang validator belajar yaitu gaya belajar auditori, visual, dan
yang terdiri atas satu orang dosen pendidikan kinestetik. Hasil analisis angket gaya belajar
matematika dan satu orang guru matematika menghasilkan pengkategorian gaya belajar siswa.
SMP Negeri 07 Kubu Raya, (6) melakukan revisi Soal tes literasi matematis pada konten Change
instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi, and Relationship berbentuk essay terdiri atas 6
(7) melakukan uji coba instrumen penelitian, (8) soal dimana setiap soalnya memuat masing-
Menganalisis data hasil uji coba tes, (9) Merevisi masing indikator pada setiap level literasi
instrumen penelitian berdasarkan hasil uji coba, matematis pada konten Change and
(10) Mengurus perizinan untuk melakukan Relationship. Dalam kegiatan wawancara,
penelitian di SMP Negeri 07 Kubu Raya, dan peneliti mengungkap lebih lanjut mengenai
(11) Menentukan waktu pelaksanaan penelitian indikator level literasi matematis pada konten
dengan berkonsultasi dengan guru matematika Change and Relationship yang tidak terlihat pada
yang mengajar di kelas VIII SMP Negeri 07 hasil tes tertulis.
Kubu Raya. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bagaimana level dan
Tahap Pelaksanaan kompetensi literasi matematis siswa pada konten
Langkah-langkah yang dilakukan pada Change and Relationship di tinjau dari gaya
tahap pelaksanaan antara lain : (1) Memberikan belajar di kelas VIII SMP Negeri 07 Kubu Raya.
angket gaya belajar kepada subjek penelitian, (2) Analisis data dilakukan secara kualitatif dimana
Menganalisis hasil angket gaya belajar dan peneliti menyajikan data dalam bentuk narasi dan
pengelompokkan gaya belajar siswa berdasarkan tabel. Berikut ini adalah analisis data terhadap
hasil angket gaya belajar siswa, (3) Memberikan pengelompokkan gaya belajar, hasil tes literasi
soal tes literasi matematis pada konten Change matematis pada konten Change and
and Relationship pada subjek penelitian, (4) Relationship, dan hasil wawancara.
Melakukan wawancara kepada subjek penelitian,
(5) Pengelompokkan hasil tes berdasarkan gaya 1. Angket Gaya Belajar
belajar siswa dan menganalisis hasil tes literasi Pengelompokkan gaya belajar siswa
matematis untuk mengetahui indikator mana saja berdasarkan persentase skor angket gaya belajar
yang mampu dipenuhi oleh siswa, (6) masing-masing siswa yang dapat dikategorikan
Mendeskripsikan hasil analisis data, dan (7) menjadi tiga aspek, yaitu gaya belajar auditori,
Menarik kesimpulan dari data hasil angket gaya visual dan kinestetik.. Hasil angket gaya belajar
belajar, tes dan wawancara. siswa dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil Angket Gaya Belajar

Gaya Belajar Nama Siswa Jumlah Persentase


Auditori NU, FV, SR, NV, PP, MP, SH 7 31,82 %
Visual IF, AD, GE, RA, FG, MA, AG, VM, TS 9 40,91 %
Kinestetik DW, VQ, HM, BI, AR, YM 6 27,27 %

4
Berdasarkan Tabel 1. Yaitu hasil perolehan belajar visual lebih banyak dibandingkan dengan
angket gaya belajar siswa, siswa dengan gaya gaya belajar auditori dan kinestetik.
belajar auditori berjumlah 7 orang atau 31,82%
dari total keseluruhan siswa kelas VIII B, siswa 2. Literasi Matematis Siswa Pada Konten
dengan gaya belajar visual berjumlah 9 orang Change and Relationship Ditinjau Dari
atau 40,91% dari total keseluruhan siswa kelas Gaya belajar Auditori
VIII B, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik Berdasarkan hasil tes, pencapaian level dan
berjumlah 6 orang atau 27,27% dari total kompetensi literasi matematis siswa pada konten
keseluruhan siswa kelas VIII B. Hal ini Change and Relationship pada siswa dengan
menunjukan bahwa jumlah siswa dengan gaya gaya belajar auditori dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pencapaian Level dan Kompetensi Literasi Matematis Siswa pada Konten Change and
Relationship dengan Gaya Belajar Auditori

No Subjek Level Kompetensi

1 NU 6 Refleksi
2 MP 5 Refleksi
3 SH 5 Refleksi
4 NV 3 Koneksi
5 PP 3 Koneksi
6 SR 3 Koneksi
7 FV 1 Reproduksi

Berdasarkan Tabel 2, diperoleh bahwa pada pada level 3 atau kompetensi koneksi berjumlah
kelompok siswa dengan gaya belajar auditori 3 siswa yaitu NV, PP dan SR, dan siswa yang
memiliki kemampuan literasi matematis pada memiliki kemampuan literasi matematis pada
konten Change and Relationship pada level 1, 3, konten Change and Relationship pada level 1
5, dan 6. Siswa yang memiliki kategori belajar atau kompetensi reproduksi berjumlah 1 siswa
auditori dan memiliki kemampuan literasi yaitu FV.
matematis pada konten Change and Relationship
pada level 6 atau kompetensi refleksi berjumlah 3. Literasi Matematis Siswa Pada Konten
1 siswa yaitu NU, siswa yang memiliki Change and Relationship Ditinjau Dari
kemampuan literasi matematis pada konten Gaya Belajar Visual
Change and Relationship pada level 5 atau Berdasarkan hasil tes, pencapaian level dan
kompetensi refleksi berjumlah 2 siswa yaitu MP kompetensi literasi matematis siswa pada konten
dan SH, siswa yang memiliki kemampuan literasi Change and Relationship pada siswa dengan
matematis pada konten Change and Relationship gaya belajar visual dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pencapaian Level dan Kompetensi Literasi Matematis Siswa pada Konten Change and
Relationship dengan Gaya Belajar Visual

No Subjek Level Kompetensi

1 TS 6 Refleksi
2 IF 5 Refleksi
3 GE 5 Refleksi
4 AG 5 Refleksi
5 AD 3 Koneksi
6 FG 2 Reproduksi
7 VM 2 Reproduksi

5
8 MA 1 Reproduksi
9 RA 1 Reproduksi

Berdasarkan Tabel 3, diperoleh bahwa pada memiliki kemampuan literasi matematis pada
kelompok siswa dengan gaya belajar visual konten Change and Relationship pada level 2
memiliki kemampuan literasi matematis pada atau kompetensi reproduksi berjumlah 2 siswa
konten Change and Relationship pada level 1, 2, yaitu FG dan VM, dan siswa yang memiliki
3, 5, dan 6. Siswa yang memiliki kategori belajar kemampuan literasi matematis pada konten
visual dan memiliki kemampuan literasi Change and Relationship pada level 1 atau
matematis pada konten Change and Relationship kompetensi reproduksi berjumlah 2 siswa yaitu
pada level 6 atau kompetensi refleksi berjumlah MA dan RA.
1 siswa yaitu TS, siswa yang memiliki
kemampuan literasi matematis pada konten 4. Literasi Matematis Siswa Pada Konten
Change and Relationship pada level 5 atau Change and Relationship Ditinjau Dari
kompetensi refleksi berjumlah 3 siswa yaitu IF, Gaya Belajar Kinestetik
GE dan AG, siswa yang memiliki kemampuan Berdasarkan hasil tes, pencapaian level dan
literasi matematis pada konten Change and kompetensi literasi matematis siswa pada konten
Relationship pada level 3 atau kompetensi Change and Relationship pada siswa gaya
koneksi berjumlah 1 siswa yaitu AD, siswa yang belajar kinestetik dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pencapaian Level dan Kompetensi Literasi Matematis Siswa pada Konten Change and
Relationship dengan Gaya Belajar Kinestetik

No Subjek Level Kompetensi


1 YM 5 Refleksi
2 BI 5 Refleksi
3 HM 4 Koneksi
4 DW 1 Reproduksi
5 AR 1 Reproduksi
6 VQ 1 Reproduksi

Berdasarkan Tabel 4, diperoleh bahwa pada mampu dicapai siswa pada konten Change and
kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik Relationship di kelas VIII SMP Negeri 07 Kubu
memiliki kemampuan literasi matematis pada Raya ditinjau dari gaya belajar siswa.
konten Change and Relationship pada level 1, 4, Berdasarkan hasil angket gaya belajar, tes literasi
dan 5. Siswa yang memiliki kategori belajar matematis dan hasil wawancara pada konten
kinestetik dan memiliki kemampuan literasi Change and Relationship, dapat diketahui bahwa
matematis pada konten Change and Relationship level literasi matematis siswa di kelas VIII B
pada level 5 atau kompetensi refleksi berjumlah SMP Negeri 07 Kubu Raya pada konten Change
2 siswa yaitu YM dan BI, siswa yang memiliki and Relationship pada tiap kelompok gaya
kemampuan literasi matematis pada konten belajar bervariasi. Selain itu, siswa yang berada
Change and Relationship pada level 4 atau pada kelompok gaya belajar yang sama juga
kompetensi koneksi berjumlah 1 siswa yaitu HM, dapat memiliki level literasi matematis pada
dan siswa yang memiliki kemampuan literasi konten Change and Relationship yang berbeda-
matematis pada konten Change and Relationship beda juga.
pada level 1 atau kompetensi reproduksi Hal ini sesuai dengan pendapat Wardhani
berjumlah 3 siswa yaitu DW, AR, dan VQ. (2016) Dua faktor yang mempengaruhi tingkat
literasi matematis siswa yaitu dari dalam diri
Pembahasan siswa dan dari luar siswa. Faktor dari dalam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui siswa yaitu faktor psikologis, tingkat kecerdasan,
dan mendekripsikan literasi matematis yang gaya belajar, dan perkembangan kognitif. Faktor

6
dari luar siswa yaitu metode pembelajaran, 2. Literasi matematis siswa pada konten
materi pelajaran matematika dan lingkungan Change and Relationship ditinjau dari
sosial. gaya belajar visual
Hasil angket gaya belajar diperoleh siswa
1. Literasi matematis siswa pada konten dengan gaya belajar visual berjumlah 9 orang
Change and Relationship ditinjau dari siswa. Berdasarkan hasil tes literasi matematis
gaya belajar auditori pada konten Change and Relationship
Hasil angket gaya belajar diperoleh siswa kesembilan siswa tersebut memperoleh
dengan gaya belajar auditori berjumlah 7 orang ketercapaian level literasi matematis pada konten
siswa. Berdasarkan hasil tes literasi matematis Change and Relationship yang berbeda beda.
pada konten Change and Relationship ketujuh Pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual
siswa tersebut dapat memperoleh ketercapaian memiliki kemampuan literasi matematis pada
level literasi matematis pada konten Change and konten Change and Relationship masing-masing
Relationship yang berbeda-beda atau bervariasi. di level 1, 2, 3, 5, dan 6.
Siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar Siswa yang berada pada level 6 dan
auditori setelah diberikan tes literasi matematis kompetensi refleksi yaitu TS, soal tes literasi
pada konten Change and Relationship diperoleh matematis dapat dikerjakan dengan baik oleh TS
bahwa ketercapaian kemampuan literasi sehingga semua indikator pada level literasi
matematis pada konten Change and Relationship matematis dapat terpenuhi. Siswa yang berada
masing-masing berada di level 1, 3, 5, dan 6. pada level 5 dan kompetensi refleksif berjumlah
Siswa yang berada pada level 6 dan 3 orang yaitu IF, GE dan AG. Dari hasil tes IF
kompetensi refleksi berjumlah 1 siswa yaitu NU, mampu memenuhi semua indikator sampai level
NU dapat mengerjakan soal tes dengan baik 5, IF ada memenuhi satu indikator pada level 6
sehingga NU dapat memenuhi semua indikator karena hanya sebagian indikator pada level 6
literasi matematis pada konten Change and yang mampu dicapainya maka IF berada pada
Relationship. Pada level 5 dan kompetensi level 5, menurut IF, IF tidak mngerti langkap apa
refleksi berjumlah 2 siswa yaitu MP dan SH, MP yang harus selanjutnya dikerjakan pada soal
dan SH hanya mampu mengerjakan soal tes nomor 6. Sedangkan GE dan AG hanya sampai
sampai indikator level 5, menurut MP dia tidak pada level 5, IF dan AG tidak tau dengan soal
bisa mengerjakan soal nomor 6 sehingga soal nomor 6, sehingga mereka tidak
nomor 6 tidak dikerjakannya sedangkan menurut mengerjakannya. Pada level 3 dan kompetensi
SH dia tidak mengerti dengan soal nomor 6 koneksi terdapat 1 orang siswa yaitu AD,
sehingga dia tidak mengerjakannya. Siswa yang berdasarkan hasil tes tertulis AD dapat
berada pada level 3 dan kompetensi koneksi memenuhi semua indikator sampai level 3. Siswa
berjumlah 3 siswa yaitu NV, PP dan SR, NV dan yang berada pada level 2 dan kompetensi
PP hanya dapat memenuhi semua indikator pada reproduksi yaitu FG dan VM, FG dan VM hanya
level 3 mereka tidak mengerjakan soal mengerjakan soal sampai nomor 2 dengan semua
selanjutnya dikarenakan mereka tidak mengerti indikator terpenuhi. Serta siswa yang hanya
dengan soal nomor selanjutnya, sedangkan SR mampu memenuhi level 1 dan kompetensi
dapat memenuhi sebagian indikator pada level 4 reproduksi berjumlah 2 siswa yaitu MA dan RA.
namun karena hanya sebagian maka SR berada Siswa dengan gaya belajar visual tidak ada
pada 1 level dibawahnya yaitu level 3. Pada level yang menempati level 4. Dikarenakan ada siswa
1 dan kompetensi reproduksi ada 1 orang siswa yang hanya mampu memenuhi semua indikator
yaitu FV, menurut FV dia hanya mengerti sampai level di bawah 4 dan ada siswa yang
mengerjakan soal nomor 1. mampu memenuhi semua indikator sampai level
Siswa di kelas VIII B dengan gaya belajar di atas 4. Faktor ini juga dipengaruhi oleh
auditori tidak ada yang menempati tepat di level kemampuan siswa yang berbeda-beda.
2 dan 4, dikarenakan ada siswa yang hanya
mampu menempati 1 level dibawah level 2 yaitu 3. Literasi matematis siswa pada konten
level 1, ada siswa yang mampu memenuhi level Change and Relationship ditinjau dari
di atas level 2 dan 4 yaitu level 5 dan 6 yang gaya belajar kinestetik
berarti telah melewati level 2 dan 4, dan ada Berdasarkan angket gaya belajar diperoleh
siswa yang mampu menempati level 3 literasi siswa dengan gaya belajar kinestetik berjumlah 6
matematis pada konten Change and siswa. Hasil tes literasi matematis pada konten
Relationship. Change and Relationship keenam siswa tersebut

7
memperoleh ketercapaian level literasi matematis mengkomunikasikan pendapatanya; (2) Literasi
pada konten Change and Relationship yang matematis siswa pada konten Change and
berbeda-beda. Pada kelompok siswa dengan gaya Relationship dengan gaya belajar visual dapat
belajar visual memiliki kemampuan literasi mencapai level yang bervariasi diantaranya level
matematis pada konten Change and Relationship 1, 2, 3, 5, dan 6. Pada gaya belajar visual, siswa
masing-masing di level 1, 4, dan 5. lebih banyak mencapai level 5, yaitu siswa telah
Siswa yang mencapai level 5 dan mampu menemukan dan menghubungkan ide
kompetensi refleksi berjumlah 2 siswa yaitu YM matematika yang ada didalam masalah yang
dan BI, berdasarkan hasil tes YM dan BI mampu disajikan, merumuskan masalah, membuat model
memenuhi semua indikator sampai level 5 yang matematikanya, melakukan analisis untuk
merupakan capaian level literasi matematis pada memecahkan masalah, melakukan serangkaian
konten Change and Relationship tertinggi perhitungan, dan mengkomunikasikan
dengan gaya belajar kinestetik. Siswa yang pendapatnya secara tertulis; (3) Literasi
berada pada level 4 dan kompetensi koneksi matematis siswa pada konten Change and
yaitu HM, dari hasil tes HM mampu memenuhi Relationship dengan gaya belajar kinestetik dapat
sebagian indikator pada level 5, karena hanya mencapai level yang bervariasi diantaranya level
sebagian indikator pada level 5 maka HM tetap 1, 4, dan 5. Pada gaya belajar kinestetik, siswa
berada pada level 4. Serta siswa yang mencapai lebih banyak mencapai level 1, yaitu siswa hanya
level terendah atau level 1 dan kompetensi mampu mengenal fakta yang ada di dalam soal
reproduksi berjumlah 3 orang yaitu DW, AR dan level 1, menggunakan prosedur pengerjaan yang
VQ, mereka hanya mampu memenuhi semua sesuai, serta dapat melakukan perhitungan
indikator pada level 1, berdasarkan hasil sederhana.
wawancara terhadap DW, AR dan VQ. Mereka
mengungkapkan pendapatnya yaitu mereka tidak Saran
paham harus bagaimana mengerjakan soal Saran yang perlu peneliti sampaikan
selanjutnya dan mereka merasa bosan membaca berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai
soal yang terlalu panjang. berikut: (1) Bagi guru matematika disarankan
Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih hendaknya memperhatikan perbedaan gaya
banyak hanya mencapai level 1 hal ini belajar siswa, agar guru dapat memberikan
dikarenakan instrumen penelitian yang pembelajaran sesuai dengan kategori gaya
digunakan berbentuk uraian, berdasarkan hasil belajar siswa; (2) Sebelum melaksanakan
wawancara dengan siswa yang bergaya belajar penelitian, alokasi waktu yang dipergunakan
kinestetik dan menurut teori, bahwa siswa dalam penelitian juga harus dipertimbangkan
dengan gaya belajar kinestetik tidak suka dengan baik agar saat penelitian peneliti tidak
membaca soal uraian yang terlalu panjang dan kekurangan waktu; (3) Bagi peneliti lainnya,
banyak, siswa tersebut akan merasa sangat bosan diharapkan dapat melaksanakan penelitian
jika dihadapkan pada soal yang terlalu panjang. lanjutan baik berupa penelitian eksperimental
dengan memberikan perlakuan suatu metode
SIMPULAN DAN SARAN pembelajaran materi aljabar yang bertujuan
untuk meningkatkan literasi matematis siswa.
Simpulan
Berdasarkan masalah, hasil analisis data, DAFTAR RUJUKAN
wawancara serta pembahasannya maka Departemen Pendidikan Nasional 2014.
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini Permendikbud Nomor 58 tahun 2014
adalah sebagai berikut: (1) Literasi matematis Tentang Kurikulum 2013 Sekolah
siswa pada konten Change and Relationship Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.
dengan gaya belajar auditori dapat mencapai Jakarta: Depdiknas.
level yang bervariasi diantaranya level 1, 3, 5, DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2015.
dan 6. Pada gaya belajar auditori, siswa lebih Quantum Learning. Jakarta: Kaifa.
banyak mencapai level 3, yaitu siswa hanya Ghufran, M. Nur dan Rini Risnawati. S. 2013.
mampu sampai pada kemampuan membuat Gaya Belajar Kajian Teoretik. Yokyakarta:
hubungan antara beberapa informasi, dapat Pustaka Pelajar
melakukan representasi dari konteks nyata ke Johar, Rahmah. 2012. Domain Soal PISA Untuk
model matematika yang ada, melakukan Literasi Matematika. Journal Peluang. Vol:
serangkaian perhitungan dan 1. No: 1.

8
Muliawan, Jasa Ungguh. 2014. Metodelogi Result: Ready to Learn Student’
Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Gava Engagement, Drive and Self-Beliefs Volume
Media. III. Paris: PISA, OECD Publishing. (online).
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: (http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-
Ghalia Indonesia 2012-result-volume-iii.htm diakses tanggal
Organisation for Economic Coorperation and 7 Februari 2017).
Development (OECD). 2009. Learning Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru Dalam
Mathematics for Life: A View Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Perspective From PISA. Paris: PISA, Aksara.
OECD Publishing. (Online). Wardhani, Isti Retno Pramudya. 2016. Tingkat
(http://www.oecd.ilibrary.org/education/l Literasi Matematis Siswa Kelas X SMA
earning-mathematics-for Dalam Mengerjakan Soal PISA. Tesis.
life_9789264075009-en diakses tanggal Program Studi Pendidikan Matematika,
25 Februari 2017). Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.
Organisation for Economic Coorperation and Widodo, Sugeng Arif, dkk. 2015. Identifikasi
Development (OECD). 2010. PISA 2012 Kemampuan Literasi Matematika Siswa
Mathematics Framework. Paris: PISA, Kelas XIA-4 SMA Negeri 1 Ambulu.
OECD Publishing. Artikel Ilmiah Mahasiswa. Vol: 1 No: 1.
Organisation for Economic Coorperation and Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip
Development (OECD). 2013. PISA 2012 Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai