Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/312175455

Patofisiologi Infeksi Bakteri pada Kulit

Article  in  Sari Pediatri · December 2016


DOI: 10.14238/sp2.4.2001.205-9

CITATIONS READS
2 13,398

1 author:

Herry Garna
Universitas Padjadjaran
59 PUBLICATIONS   120 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Herry Garna on 03 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001 Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001: 205 - 209

Patofisiologi Infeksi Bakteri pada Kulit


Herry Garna

Kulit merupakan barier penting untuk mencegah mikroorganisme dan agen perusak
lain masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam. Kelainan kulit yang terjadi dapat langsung
disebabkan mikroorganisme pada kulit, penyebaran toksin spesifik yang dihasilkan
mikroorganisme, atau penyakit sistemik berdasarkan proses imunologik. Sistem imun
berkembang dengan fungsi yang khusus dan bekerja di kulit. Sel Langerhans, keratinosit,
sel endotel, dendrosit dan sel lainnya semua ikut berperan dalam skin associated lymphoid
tissue (SALT). Mediator yang berperan antara lain IL-1, IL-2, IL-3, produk sel mast,
limfokin dan sitokin lain yang sebagian besar dihasilkan oleh keratinosit.

Kata kunci: infeksi bakteri – kulit – SALT

T
ubuh manusia mempunyai berbagai cara dukungan dan pencegahan banyak elemen seperti saraf,
untuk melakukan proteksi. Pertahanan pembuluh darah, dan lain-lain sedangkan subkutis
pertama adalah barier mekanik, seperti merupakan insolator panas dan persediaan kalori.
kulit yang menutupi permukaan tubuh. 1 Kulit Kekurangan kolagen akan memudahkan terjadinya
termasuk lapisan epidermis, stratum korneum, edema, terutama pada bayi prematur.2
keratinosit dan lapisan basal bersifat sebagai barier yang
penting, mencegah mikroorganisme dan agen perusak
potensial lain masuk ke dalam jaringan yang lebih Biologi Kulit
dalam.1,2 Misalnya asam laktat dan substansi lain dalam
keringat mengatur pH permukaan epidermis dalam Kulit terdiri dari tiga lapisan utama4 1. Epidermis
suasana asam yang membantu mencegah kolonisasi (lapisan bagian luar tipis), 2. Dermis (lapisan tengah),
oleh bakteri dan organisme lain.1 3. Subkutis (bagian paling dalam).
Terdapat berbagai infeksi pada anak disertai dengan
kelainan (tanda) pada kulit. Pada beberapa kasus
kelainan kulit dapat merupakan tanda penting Epidermis
penyebab infeksi yang merupakan indikator bermakna
adanya infeksi yang mendasarinya. Walaupun Lapisan epidermis tebalnya relatif, bervariasi dari 75-
kebanyakan penyakit eksantema pada anak bersifat 150µ, kecuali pada telapak tangan dan kaki lebih tebal;
ringan, diagnosis banding penting sekali oleh karena terdiri dari stratum korneum dan lapisan Malpighi,
beberapa infeksi pada anak yang fatal sering mem- terdapat desmosom, melanosit dan lain-lain.
punyai kelainan (tanda) pada kulit sebagai manifestasi
awal.3
Dermis dengan kolagen dan elastin memberikan Dermis

Ketebalan dermis bervariasi di berbagai tempat tubuh,


Alamat korespondensi: biasanya 1-4mm. Dermis merupakan jaringan metabolik
Prof. Dr. H Herry Garna, Sp.A(K), PhD.
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK-UNPAD/RSUP Hasan Sadikin,
aktif, mengandung kolagen, elastin, sel saraf, pembuluh
Jl. Pasteur No. 38 Bandung. darah dan jaringan limfatik. Juga terdapat kelenjar ekrin,
Tel. 022-2034426. Fax. 022-2032216, 2011282, 2035957. apokrin, sebaseus di samping folikel rambut.

205
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001

Subkutis Patogenesis Kelainan Kulit karena


Infeksi
Terletak di bawah dermis, terdiri dari jaringan ikat dan
lemak. Patogenesis kelainan kulit yang ditimbulkan infeksi
dapat dibagi dalam 3 kategori:3
1. Mikroorganisme patogen dari aliran darah
Perbedaan Struktur Kulit Bayi dan dan menyebabkan infeksi sekunder pada kulit.
Dewasa 2. Penyebaran toksin spesifik yang berasal dari
mikroorganisme patogen menyebabkan kelainan
Kulit bayi dibandingkan dengan kulit orang dewasa pada kulit.
mempunyai struktur yang agak berbeda.(Tabel 1) 3. Penyakit sistemik menimbulkan kelainan kulit
karena proses imunologik.

Tabel 1. Perbedaan Struktur Kulit Bayi dan Dewasa

Prematur Cukup-Bulan Dewasa

Epidermis Lebih tipis Stratum korneum tampak sebagai Stratum korneum tampak
Desmosom lebih sedikit lapisan sel adheren sebagai lapisan terpisah
Stratum korneum lebih sedikit Produksi melanin rendah
Produksi melanin rendah
Dermis Jaringan ikat elastin lebih sedikit Jaringan ikat elastin lebih sedikit Penuh dengan jaringan,
Lebih tipis daripada dewasa Lebih tipis daripada dewasa elastin
Kelenjar ekrin Lebih menyerupai pada fetus Sama strukturnya dengan dewasa Distribusi kurang padat
Saluran poten Distribusi lebih tersebar daripada daripada bayi (144-
Sel sekretori tak berdiferensiasi dewasa (977/cm2 pada lengan) 241/cm2 pada lengan)
Kelenjar apokrin Kecil, tidak berfungsi Pengeluaran keringat
apokrin dalam respons ter
hadap stimuli, mekanik dan
farmakologik
Rambut Lanugo dapat ada Rambut vellus khas Rambut vellus
Pertumbuhan rambut sinkron Pertumbuhan rambut sinkron Pertumbuhan rambut tak
sinkron
Kelenjar sebaseus Besar dan aktif Besar dan aktif, tapi menurun Besar dan aktif
cepat ukuran/aktivitasnya beberapa
minggu sesudah lahir
Sistem saraf dan Tak terorganisasi sempurna Sistem vaskular tak terorganisasi Pola dewasa
vaskular Kebanyakan saraf berukuran kecil, sempurna sampai 3 bulan
tak bermielin, saraf sensorik Jaringan saraf kulit tak berkembang
/autonom sempurna, berkembang terus sampai
Saraf tak bermielin strukturnya pubertas
khas seperti fetus Kebanyakan saraf berdiameter kecil,
Reseptor Meissner tak terbentuk tak bermielin, saraf sensorik/autonom
sempurna Reseptor Meissner tak terbentuk
sempurna

206
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001

1. Mikroorganisme patogen yang me- antibakteri yang tidak tergantung dari pengenalan
nyebar ke dalam darah, menyebabkan antigen. Kulit dan permukaan epitel mempunyai sistem
infeksi sekunder pada kulit non-spesifik atau innate protective system yang
membatasi masuknya organisme invasif.5 Asam lemak
Kelainan kulit pada keadaan ini dapat langsung akibat yang dihasilkan kulit juga bersifat toksik terhadap
mikroorganisme patogen itu pada epidermis, dermis, banyak organisme.5
atau endotel kapiler dermis, atau dapat disebabkan Kulit merupakan barier fisik yang dapat mem-
respons imun antara organisme dan antibodi atau pertahankan tubuh dari agen patogen. Apabila terdapat
faktor selular pada kulit. kerusakan kulit, maka kulit akan mempertahankan
Tahap pertama pertahanan adalah mekanisme tubuh dengan proses imunologik yang cepat terhadap
agen patogen tersebut dan mengeluarkan mikro-
Tabel 2. Sel yang berperan dalam SALT organisme tersebut dari epidermis dan dermis.6
Sistem imun berkembang dengan fungsi yang
Sel Mekanisme Kerja khusus dan bekerja pada kulit. Sel Langerhans,
dendrosit kulit, sel endotel, keratinosit dan sel lainnya
Keratinosit Sekresi sitokin semuanya ikut berpartisipasi dalam skin associated
Sekresi IL-1 dan melepaskannya ke lymphoid tissue (SALT) yang mempunyai sistem imun
daerah yang mengalami kerusakan pada kulit.6,7 Ketika mikroorganisme menembus barier
Melepaskan mediator kulit akan merangsang respons imun. Kulit seperti
Memproses antigen dan halnya organ lain akan merusak mikroorganisme
mempresentasikan tersebut dan mengeliminasi antigen.6
Sel Langerhans Memproses antigen
Mempresentasikan antigen ke sel T Tabel 3. Sitokin yang Dihasilkan Keratinosit6
helper
Melepaskan mediator Sitokin Jenis
Dendrosit kulit Memproses dan mempresentasikan
antigen Interleukin IL-1
Makrofag kulit Memproses dan mempresentasikan IL-3
antigen IL-6
Fagositosis IL-7
Melepaskan mediator IL-8
Sel vailed Transport antigen ke kelenjar limfe IL-10
Sel T gamma/delta Memulai respons imun non-spesifik IL-12
Mempresentasikan antigen ke sel T Colony-stimulating factor GM CSF
supresor (?) G-CSF
Limfosit Respons imun selular M-CSF
Mengontrol dan mengatur respons Lain-lain Asetilkolin
imun dan inflamasi TGFα
Sekresi limfokin TGFβ
Bersifat sitotoksik TNFα
Leukosit PMN Fagositosis IP-10, dll
Melepaskan mediator
Sel mast Aktivitas anafilaksis
Melepaskan mediator Varisela, infeksi enterovirus dan meningococcemia
Cairan jaringan Penghantar antibodi merupakan contoh mikroorganisme sampai ke kulit
Sel endotel Permeabilitas melalui aliran darah dan menyebabkan kelainan pada
pembuluh darah kulit tanpa kontribusi faktor imun pejamu. Pada
Entrapment limfosit penyakit seperti morbili, rubela dan gonococcemia
sukarnya mikroorganisme ditemukan pada kultur

207
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001

menandakan kemungkinan efek langsung atau peranan epidermis, merupakan flora bakteri pada kulit yang
respons imun (immune-mediated response). sering ditemukan.10
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menen- Infeksi nosokomial karena bakteri pada bayi baru
tukan keasaman yang berbeda pada kulit yang berbeda lahir selama perawatan di ruang bersalin terutama
pada waktu yang berbeda dan pada individu yang disebabkan S. aureus. Penelitian yang dilaporkan
berbeda. Umumnya dikatakan bahwa pH normal kulit Meberg dan Schoyen menunjukkan terjadi penurunan
berfluktuasi antara 4,2 dan 7,0 (rata-rata 5,2)8 insidens infeksi S. aureus (pioderma, infeksi umbilikus)
Reaksi asam kulit dapat membunuh kebanyakan selama 3 minggu pertama kehidupan sesudah
bakteri patogen. Asam laktat telah lama dipakai untuk pemberian Hibiscrub sebagai disinfeksi umbilikus.11
keasaman kulit sejak tahun1934, Marchionini
melaporkan keberhasilan terapi dengan asam laktat
pada pasien seborrheic eczema. Sedangkan Pennoyer dan 3. Terjadinya kelainan kulit pada penyakit
Sullivan melaporkan pada tahun 1954 bahwa mereka sistemik yang kurang dimengerti, namun
telah berhasil dalam menurunkan insidens impetigo tampaknya mempunyai dasar imuno-
pada bayi dari 2% menjadi 0,13% dengan memakai logik
preparat yang mengandung asam laktat.8
Penelitian multisenter pemakaian Lactacyd di Umumnya tidak dapat diidentifikasi baik lokasi antigen
Perancis telah dilaporkan oleh dokter umum, dokter ataupun toksin yang dibebaskan. Kelainan kulit yang
kulit dan dokter anak pada pasien dengan seborrheic terpenting pada kategori ini adalah eritema nodosum
dermatitis, hiperhidrosis dan diaper rash menunjukkan dan eritema multiforme.
efikasi 87,6% dan tidak ditemukan efek samping. 9
Proses terjadinya respons imun
2. Patogenesis berhubungan dengan
penyebaran toksin spesifik yang berasal Antigen terikat pada sel yang dapat mempresentasikan
dari mikroorganisme patogen antigen seperti sel Langerhans, makrofag dan dendrosit
dermis. Sel tersebut akan memproses antigen dan
Infeksi mikroorganisme pada daerah lokal, namun mempresentasikan fragmen antigen kepada limfosit
toksin yang dibebaskan mencapai kulit melalui aliran spesifik. 6 Dalam keadaan normal sejumlah kecil
darah. Seperti diketahui bakteri mempunyai banyak limfosit akan melalui dermis di luar pembuluh darah.
antigen permukaan yang berbeda dan mengeluarkan Limfosit kemudian akan membentuk sel inflamasi
bermacam-macam faktor virulen (misalnya toksin) perivaskular. Banyak ahli imunologis berpendapat
yang dapat merangsang respons imun.10 bahwa populasi limfosit di kulit dilengkapi oleh suatu
Contoh penyakit eksantema yang disebabkan program untuk beraksi dengan antigen yang se-
toksin ini adalah demam skarlet karena streptokokus, belumnya telah pernah kontak dengan kulit. Sirkulasi
toxic shock syndrome, dan lain-lain. Streptokokus limfosit dari kulit ke kelenjar limfe kembali ke kulit
merupakan kokus Gram-positif, anaerob, me- disebut homing. Limfosit homing masuk ke dalam kulit
nyebabkan infeksi toksigenik dan piogenik pada yang tidak mengalami inflamasi untuk mencari adanya
manusia, seperti pada demam skarlet (eksotoksin).10 antigen. Bila ada antigen, limfosit akan mengaktivasi
Stafilokokus merupakan kokus Gram-positif, sel endotel gepeng untuk mengumpulkan limfosit lain
fakultatif anaerob, merupakan patogen kulit yang sebagai bagian dari reaksi inflamasi yang ditim-
paling prevalen. Pertahanan pertama terhadap bulkannya. Bila limfosit spesifik yang telah tersentisisasi
stafilokokus adalah leukosit PMN yang memfagositosis bereaksi dengan antigen, respons imun dapat timbul.
dan membunuh bakteri. Staphylococcus aureus Kurang lebih 5% dari limfosit di dermis pada reaksi
menghasilkan sejumlah faktor virulen termasuk toksin imun yang diperantarai oleh sel adalah limfosit yang
yang menentukan patogenisitasnya. S. aureus secara spesifik bereaksi terhadap antigen. Limfosit
mengeluarkan exfoliative toxin yang menyebabkan tambahan dapat dikumpulkan ke area tersebut oleh
nekrolisis epidermis dan eksotoksin yang menyebabkan limfokin yang dikeluarkan oleh limfosit spesifik sebagai
toxic shock syndrome. Galur stafilokokus lain yang respons terhadap adanya antigen. Respons imun dapat
menyebabkan penyakit pada manusia adalah S. pula ditimbulkan di epidermis. Sel T masuk ke dalam

208
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001

epidermis dari dermis. Agar hal ini dapat terjadi sel T Daftar Pustaka
harus melewati daerah membran basalis dan menembus
keratinosit. Substansi mediator seperti IL-8 dianggap 1. Parslow TG, Baunston DF. Innate immunity. Dalam:
berperan terhadap penarikan limfosit ke dalam Stites DP, Terr AL, Parslow TG, penyunting. Medical
immunology; edisi ke-9. London: Prentice-Hall Internat
epidermis. Keratinosit memproduksi IL-8 terutama Inc, 1977. h. 25-42.
bila dirangsang oleh gamma-interferon. Bila telah 2. Giam YC. Neonatal physiology and skin care. Diajukan
terdapat dalam epidermis, limfosit dapat diaktivasi oleh pada 3rd Regional Scientific Meeting on Pediatric
sel Langerhans. Keadaan ini dapat memperkuat respons Dermatology, South Easat Asia & Western Pacific,
Singapore 5-8 Nov 1999.
imun dan membantu eliminasi antigen atau meng- 3. Thisyakom U. Skin signs of pediatric infection. Diajukan
hancurkan sel yang terinfeksi. Sejumlah sel helper dan pada 3rd Regional Scientific Meeting on Pediatric
sel supresor pada infiltrat akan mengatur proses Dermatology, South East Asia & Western Pacific,
inflamasi yang terjadi.6 Singapore 5-8 Nov 1999.
4. Johnson & Johnson. Principles of infant skin care.
Johnson & Johnson Consumer Product, Inc:6-12.
5. Roitt I, Brostoff J, Male D. Immunology; edisi ke-4.
Kesimpulan London: Mosby 1996. h. 1-13.
6. Dahl MV. Clinical immunodermatology; edisi ke-3. St.
Epidermis saat ini tidak lagi dapat dipandang hanya Louis: Mosby 1996. h. 121-31.
7. Tigelaar RE. Selected advances in cutaneous immuno-
sebagai barier fisik sederhana saja. Demikian pula dermis
biology and our understanding of skin-associated
tidak dapat lagi dianggap sebagai satu-satunya area lymphoid tissue. Dalam: Dyall-Smith D, Marks R,
tempat terjadinya proses imunologik di kulit. Kulit secara penyunting. Dermatology at the millenium; edisi ke-
keseluruhan berperan aktif sebagai sistem imun terhadap 1. New York: The Parthenon Publ Group, 1999; 46-
bermacam-macam antigen. Sel yang aktif secara 54.
8. Langerholm B, Lodin A. New acidifying preparation for
imunologik meliputi sel Langerhans, keratinosit, sel T, skin care. Lakartidningen, 1966; 63:1472-6.
sel endotel, dan makrofag. Sel efektornya adalah limfosit, 9. Daniel F, Rabary G. Multicenter trial with lactacyd.
natural killer cell, sel mast dan fagosit. Mediator yang Gasette meicale, 1984;91.
ada meliputi IL-1, IL-2, IL-3, produk sel mast, limfokin, 10. Ryan JL. Bacterial diseases. Dalam: Stites DP, Terr AL,
sitokin lain, sejumlah besar dihasilkan oleh keratinosit. Parslow TG, penyunting. Medical immunology; edisi ke-
9. London: Prentice-Hall intern Inc, 1977; 684-93.
Interaksi antara antigen dan sel epidermis serta dermis 11. Meberg A, Schoyen R. Bacterial colonisation and
dapat mengindukasi dan menimbulkan respons imun. neonatal infections. Acta Paediat Scand 1985; 74:366-
Reaksi yang timbul merupakan dasar dari berbagai proses 71.
inflamasi pada kulit.

209

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai