Anda di halaman 1dari 9

STIE IGI JAKARTA

MATA KULIAH : EKONOMI KOPERASI


JURUSAN/SMTR : MANAJEMEN/II
HARI TGL : JUMAT, 26 JUNI 2020
DOSEN : DR. MARGIYANTO.MM,MPD
POKOK BAHASAN : Kebijakan Pemerintah Bid. Koperasi

Sikap Pemerintah Indonesia Terhadap Koperasi


Koperasi merupakan badan usaha bersama yang bertumpu pada
prinsip ekonomi kerakyatan yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.Berbagai kelebihan yang dimiliki oleh koperasi seperti
efisiensi biaya serta dari peningkatan economies of scale jelas
menjadikan koperasi sebagai sebuah bentuk badan usaha yang sangat
prospekrif di Indonesia. Namun, dari kelebihan tersebut justru koperasi
masih sangat sulit untuk berkembang di Indonesia. Dalam
perkembangannya koperasi masih saja mengalami pasang surut
meskipun upaya Pemerintah untuk memberdayakan koperasi seolah
tidak pernah habis.Berbagai bantuan dari Pemerintah seperti KKop,
Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen) dari
perusahaan besar ke Koperasi, skim program KUK dari bank dan
Kredit Kesehatan Pangan yang merupakan kredit komersial dari
perbankan, Permodalan Nasional Madani (PNM), terus mengalir untuk
memberdayakan gerakan ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya bantuan
program, ada institusi khusus yang menangani di luar Dekopin, yaitu
Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM (Pengusaha Kecil
Menengah), yang sebagai memacu gerakan ini untuk terus maju.Namun,
kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi
marjinal, pelaku bisnis yang perlu “dikasihani”. Adapun berbagai
permasalahan yang sering dihadapi di Koperasi :
1. Kurangnya partisipasi anggota
2. Sosialisasi Koperasi
3. Manajemen
4. Permodalan
5. Sumber daya manusia
6. Kurangnya keadaan masyarakat
7. Demokrasi ekonomi yang kurang

Secara umum permasalahan yang dihadapi koperasi dapat di


kelompokan terhadap 2 masalah.Yaitu :

a. Permasalahan Internal

1. Kebanyakan pengurus koperasi telah lanjut usia sehingga


kapasitasnya terbatas;
2. Pengurus koperasi juga tokoh dalam masyarakat, sehingga “rangkap
jabatan” ini menimbulkan akibat bahwa fokus perhatiannya terhadap
pengelolaan koperasi berkurang sehingga kurang menyadari adanya
perubahan-perubahan lingkungan;
3. Bahwa ketidakpercayaan anggota koperasi menimbulkan kesulitan
dalam memulihkannya;
4. Oleh karena terbatasnya dana maka tidak dilakukan usaha
pemeliharaan fasilitas (mesin-mesin), padahal teknologi berkembang
pesat; hal ini mengakibatkan harga pokok yang relatif tinggi sehingga
mengurangi kekuatan bersaing koperasi;
5. Administrasi kegiatan-kegiatan belum memenuhi standar tertentu
sehingga menyediakan data untuk pengambilan keputusan tidak
lengkap; demikian pula data statistis kebanyakan kurang memenuhi
kebutuhan;
6. Kebanyakan anggota kurang solidaritas untuk berkoperasi di lain
pihak anggota banyak berhutang kepada koperasi;
7. Dengan modal usaha yang relatif kecil maka volume usaha terbatas;
akan tetapi bila ingin memperbesar volume kegiatan, keterampilan yang
dimiliki tidak mampu menanggulangi usaha besar-besaran; juga karena
insentif rendah sehingga orang tidak tergerak hatinya menjalankan
usaha besar yang kompleks.
b. Permasalahan eksternal
1. Bertambahnya persaingan dari badan usaha yang lain yang secara
bebas memasuki bidang usaha yang sedang ditangani oleh koperasi;
2. Karena dicabutnya fasilitas-fasilitas tertentu koperasi tidak dapat lagi
menjalankan usahanya dengan baik,
3. Kegagalan koperasi pada waktu yang lalu tanpa adanya
pertanggungjawaban kepada masyarakat yang menimbulkan
ketidakpercayaan pada masyarakat tentang pengelolaan koperasi;
4. Tingkat harga yang selalu berubah (naik) sehingga pendapatan
penjualan sekarang tidak dapat dimanfaatkan untuk meneruskan usaha,
justru menciutkan usaha.

Persoalan-persoalan yang dihadapi koperasi kiranya menjadi relatif


lebih akut, kronis, lebih berat oleh karena beberapa sebab :

1. Kenyataan bahwa pengurus atau anggota koperasi sudah terbiasa


dengan sistem penjatahan sehingga mereka dahulu hanya tinggal
berproduksi, bahan mentah tersedia, pemasaran sudah ada salurannya,
juga karena sifat pasar “sellers market” berhubungan dengan
pemerintah dalam melaksanakan politik. Sekarang sistem ekonomi
terbuka dengan cirri khas : “persaingan”. Kiranya diperlukan
penyesuaian diri dan ini memakan waktu cukup lama.
2. Para anggota dan pengurus mungkin kurang pengetahuan/skills
dalam manajemen. Harus ada minat untuk memperkembangkan diri
menghayati persoalan-persoalan yang dihadapi.
3. Oleh karena pemikiran yang sempit timbul usaha “manipulasi”
tertentu, misalnya dalam hal alokasi order/ tugas-tugas karena kecilnya
“kesempatan yang ada” maka orang cenderung untuk memanfaatkan
sesuatu untuk dirinya terlebih dahulu.
4. Pentingnya rasa kesetiaan (loyalitas) anggota; tetapi karena anggota
berusaha secara individual (tak percaya lagi kepada koperasi) tidak ada
waktu untuk berkomunikasi, tidak ada pemberian dan penerimaan
informasi, tidak ada tujuan yang harmonis antara anggota dan koperasi
dan seterusnya, sehingga persoalan yang dihadapi koperasi dapat
menghambat perkembangan koperasi.

Adapun Sikap dan kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi :


1. Antagonism (antipasti)
Pada mulanya timbul gerakan Koperasi di negara-negara, pemerintah
pada waktu itu memperlihatkan sikap merintangi atau melakukan
pengawasan yang keras terhadap koperasi.Sikap-sikap tersebut
ditunjukkan dengan sistem perpajakan yang tidak adil, peraturan-
peraturan atau undang- undang yang mencegah atau menyulitkan dalam
hal menjalankan teknik ke- koperasian.Di negara-negara totaliter
terlihat pengawasan Pemerintah yang berlebihan terhadap gerakan
Koperasi.Pemerintah memberikan aturan yang sangat sulit untuk
dipenuhi oleh rakyat dengan bayaran pajak yang tinggi ataupun
birokrasi administrasi yang berbelit-belit.Hal ini pernah terjadi di
Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Pemerintahan Belanda
berupaya menghalangi pembentukan koperasi karena khawatir akan
menjadi kekuatan yang dapat melawan pemerintahan Belanda.
2. Indiference (Netral)
Sikap pemerintah yang memperlakukan koperasi sama dengan berbagai
bentuk badan usaha lain. Sikap acuh tak acuh atau tidak
memperhatikan ternyata dari tidak adanya peraturan-peraturan yang
memungkinkan koperasi bekerja secara wajar.Sikap pemerintah
tersebut sepertinya tidak menggambarkan sikap menghalangi gerakan,
tetapi tidak pula mengerti bahwa gerakan koperasi itu merupakan
bagian yang dinamis dalam perekonomian serta sosial negara-negara
dan negara berlaku seolah-olah gerakan ini tidak ada.Sikap ini sering
muncul di negara-negara Eropa dimana koperasi baru lahir.
Sikap pemerintah yang acuh tak acuh (indifference), biasanya terjadi
pada saat koperasi baru berdiri pada negara atau daerah yang
menganut otonomi daerah.Pemerintahannya tidak memberikan
perhatian ataupun layanan yang memadai terhadap koperasi.Sehingga
koperasi yang ada seakan-akan ada dan tiada.
3. Over Sympaty (terlalu simpati)
Sikap pemerintah yang memanjakan atau membantu berlebihan
terhadap koperasi.Ada beberapa negara yang memberikan perhatian
sangat besar terhadap gerakan koperasi.Pemerintah ingin sekali
menjalankan segala sesuatu sedapat- dapatnya bahkan memberikan
bantuan yang berlebih-lebihan untuk gerakan koperasi.Semua itu
dilakukan karena sistem koperasi dianggap sebagai organisasi rakyat
yang baik dan tepat untuk mengadakan perbaikan ekonomi dan sosial
masyarakat di negara-negara bersangkutan.Wujud sikap over sympaty
ini ialah memberikan dorongan secara aktif untuk pembentukan
koperasi-koperasi secara cepat.Namun hal ini justru merugikan koperasi
itu sendiri karena kelangsungan hidupnya tergantung oleh bantuan
pemerintah.Dalam perkembangan perkoperasian ini, Indonesia pernah
mendapatkan sikap tersebut yaitu pada saat koperasi terlahir.Berdirinya
koperasi mendapatkan dorongan dari Pemerintah yaitu dengan
memberikan bantuan tenaga atau modal.
4. Wheel Balance (Simpati)
Sikap ideal (well balanced), pemerintah memberikan bantuan yang
wajar sesuai dalam batas dan prinsip koperasi.Pemerintah tidak
memanjakan koperasi, sehingga koperasi dapat berkembang dengan
baik dan mampu mandiri pada akhirnya.Koperasi yang tumbuh dan
berkembang seiring dengan kemajuan kinerja yang semakin baik tidak
terlepas dari sikap dan kebijakan pemerintah yang menggambarkan
sikap yang berbeda dengan tindakan negara lainnya.Pertumbuhan
gerakan koperasi ditentukan oleh sikap yang diperlihatkan pemerintah
terhadap koperasi.Sikap-sikap pemerintah terhadap setiap koperasi
berbeda-beda sesuai dengan kondisi koperasi tersebut.Sikap pemerintah
dapat bersifat berlawanan, acuh tak acuh, simpati berlebihan dan
seimbang.Sikap ini tergantung dari kondisi koperasi. Pada umumnya
sikap pemerintah terhadap koperasi yang diterapkan di Indonesia
adalah sikap over sympathy dan well balance .  Kedua sikap tersebutlah
yang mendasari perkembangan dan pasang surut koperasi sampai saat
ini.Pada dasarnya pemerintah, berupaya untuk menumbuh kembangkan
koperasi menjadi alternatif gerakan kekuatan ekonomi rakyat.Oleh
karena itu, perlu dipelajari dan dipahami sikap dan kebijakan
pemerintah mana yang paling cocok untuk diterapkan pada Koperasi
Indonesia untuk menghadapi gempuran globalisasi.

Dari empat sikap dan kebijakan Pemerintah tersebut, menurut pendapat


kelompok kami sikap pemerintah yang antipasti terhadap koperasi
pernah terjadi di negara Jerman pada masa pemerintahan Hilter.Sikap
antipasti tersebut juga pernah terjadi di Hindia Belanda (Indonesia)
pada zaman penjajahan karena pada masa itu pemerintah jajahan
merasakan bahaya dengan adanya koperasi sebagai organisasi rakyat
yang mengajarkan demokrasi. Sikap pemerintah yang netral terhadap
koperasi terdapat antara lain di negara Amerika Serikat dan Australia
dimana koperasi harus bersaing dengan badan usaha lain, siapa yang
kuat maka akan menang.

Sikap terlalu simpati pada koperasi tercermin pada peranan pemerintah


yang memasuki manajemen koperasi untuk membantu koperasi.
Namun, sikap tersebut dapat mematikan inisiatif yang tumbuh dari
koperasi sendiri karena membuat koperasi menjadi tidak mandiri.
Sikap simpati pada koperasi ditunjukkan oleh berbagai negara seperti
India, Malaysia, Korea, dan Indonesia dimana pemerintah memberikan
iklim yang baik kepada koperasi untuk melakukan usahanya.Peran
pemerintah disini bukan untuk memasuki manajemen koperasi,
melainkan untuk memberikan dorongan kepada koperasi untuk
memajukan koperasi karena hal tersebut pemerintah tidak ikut campur
dalam pengambilan keputusan, tetapi koperasi sendirilah yang
mengambil keputusannya.Pemerintah di negara-negara sedang
berkembang pada umumnya turut aktif dalam upaya membangun
koperasi dengan tujuan untuk mendorong adanya kesadaran untuk
menggerakan koperasi yang dapat mensejahterakan
masyarakat.Keikutsertaan pemerintah dalam pembinaan koperasi
tersebut dapat berlangsung secara efektif, tentu perlu dilakukan
koordinasi antara satu bidang dengan bidang lainnya.Tujuannya adalah
agar terdapat keselarasan dalam menentukan pola pembinaan koperasi
secara nasional.Terbangunnya keselarasan dalam pola pembinaan maka
diharapkan dapat benar-benar meningkatnya kemampuannya, baik
dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat
disekitarnya, maupun dalam turut serta membangun system
perekonomian nasional.

Bantuan dari pemerintah diharapkan untuk membantu berkembangnya


koperasi, namun pemberian bantuan tersebut perlu memperrhatikan hal
berikut :

1. Bantuan dari luar, hendaknya dimaksudkan : “menolong agar yang


berkepentingan selanjutnya dapat menolong diri sendiri” – “Helping
People to Help Themselves”
2. Di dalam praktek sulit membedakan untuk menentukan batas
bantuan pemerintah yang wajar lenyap dan pemanjaan mulai. Batas
tersebut apabila koperasi tidak lagi dapat berdiri sendiri (hidup) atau
tidak dapat berjalan lagi apabila bantuan dihentikan atau ditiadakan.
3. Bantuan pemerintah yang diberikan kepada koperasi dapat
berdampak positif maupun negative.
2.2 Dampak Kebijakan Program Usaha yang dibentuk Pemerintah Terhadap
KUD dan Apakah kebijakan tersebut bisa digolongkan pada sikap “Over
Sympathy”
Menurut kelompok kami bantuan yang diberikan oleh pemerintah
memiliki dua sudut pandang.Sudut pandang tersebut dapat dilihat dari
perilaku pengurus koperasi, sudut pandang tersebut bisa berdampak positif
maupun berdampak negative.Berdampak positif apabila bantuan
pemerintah dapat digunakan semestinya dan dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota dan masyarakat di sekitarnya, dan mampu
membangun system perekonomian nasional. Adapun dampak negatifnya
yaitu dapat mematikan inisiatif yang tumbuh dari koperasi yang menjadikan
koperasi tidak mandiri, hal ini sangat bertolak belakang dengankemandirian
koperasi karena koperasi seakan dimanjakan oleh pemerintah
denganbantuan-bantuan tersebut sehingga angota koperasi itu sendiri
enggan berusahasendiri untuk memajukan koperasinya melainkan hanya
mengandalkan bantuan-bantuan pemerintah dan anggota koperasi yang
bergabung dalam koperasi tersebuthanya ingin mendapatkan bantuan-
bantuan dari pemerintah dan bukan bergabunguntuk memajukan koperasi
seperti pada prinsip-prinsip koperasi.

Menurut kelompok kami kebijakanpemerintah dapat digolongkan


pada suatu tindakan “Over Sympathy”.Hal ini dapat dibuktikkan dengan
perhatian yang sangat berlebihan dengan memberikan berbagai bantuan
baik secara materi maupun non materi kepada koperasi.

2.3 Dampak Sikap dan Kebijakan pemerintah yang “Over Sympathy” bagi
Perkembangan koperasi dan Partisipasi anggotanya
Menurut pendapat kelompok kami, sikap dan kebijakan pemerintah
yang “Over Sympathy” tidak selalu berdampak buruk bagi perkembangan
koperasi dan partisipasi anggotanya.Sikap dan kebijakan pemerintah yang
diberikan kepada koperasi dapat dilihat dari perkembangan koperasi,
apabila koperasimemanfaatkan bantuan pemerintah tersebut dan tidak
bergantung dengan bantuanpemerintah untuk selanjutnya melainkan
berusaha untuk mengganti bantuanpemerintah tersebut.Maka koperasi
tercermin memiliki motivasi tersendiri untuk membangun system
perekonomian nasional, dan memiliki rasa ingin meningkatkan
kesejahteraan angora dan masyarakat disekitarnya.

2.4 Sikap Pemerintah Untuk Pengembangan Koperasi di Indonesia


Menurut kelompok kami sikap pemerintah yang paling tepat
untukpengembangan koperasi di Indonesia adalah dengan carabermitra
kerja atau dengan memberikan bantuandengan tidak cuma-cuma melainkan
koperasi wajib mengembalikan bantuan daripemerintah tersebut dengan
jangka waktu yang ditentukan oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai