Anda di halaman 1dari 5

1.

JENIS SPESIMEN : Spesimen darah


2. MUTU LABORATORIUM : Ada tiga tahap pemantapan mutu internal
(PMI) yang dilakukan, yaitu: ( Maria tuntun siregar, dkk. 2018)
a.Tahap Pra analitik
b. Tahap Analitik
c. Tahap Pasca analitik

Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium


sebelum pemeriksaan spesimen, yang meliputi:

1. Persiapan pasien
2. Pemberian identitas spesimen
3. Pengambilan dan penampungan spesimen
4. Penanganan spesimen
5. Pengiriman spesimen
6. Pengolahan dan penyiapan spesimen

Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik meliputi:


1. Pemeriksaan spesimen
2. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
3. Uji kualitas reagen
4. Uji Ketelitian - Ketepatan

Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca analitik yaitu


sebelum hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien, meliputi:
1. Penulisan hasil
2. interpretasi hasil
3. Pelaporan Hasil.

Tahapan tesebut sesuai dengan posedur yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pre analitik atau tahap awal sebelum dilakukannya pemeriksaan peneliti


mempersiapkan alat dan bahan, persiapan pasien, pengambilan sampel, uji
kualitas kontrol dengan menggunakan serum kontrol, dengan tujuan untuk
memastikan bahwa alat dan reagen sudah dalam kondisi baik dan siap
pakai serta untuk mengawasi hasil pemeriksaan di laboatoium.Prosedur
PenelitianMembuat serum untuk sampel penelitian
1) Diankan darah yang sudah di pindahkan kedalam tabung selama 15-20
menit .
2) Setelah beku, centrifuge dengan kecepatan 3000-4000 rpm selama
10 menit.
3) Pipet dan pisahkan serum kedalam
tabung yang bersih.

a. Penyimpanan spesimen
1) spesimen yang sudah diambil
harus segera diperiksa.
2) penyimpanan spesimen darah
dalam bentuk serum.
b. Persiapan alat ukur fotometer

1) Cara kerja:
a) Pemeriksaan sampel
(1) Pipet 100 μl serum pasien
(2) Tambahkan 1000 μl Reagen 1,
(3) Homogenkan dan Inkubasi selama 5 menit.
(4) Tambahkan Reagen 2 250 μl, Homogenkan.
(5) Baca dengan fotometer pada panjang gelombang 340 nm.
(6) Catat hasilnya setelah muncul dari layar fotometer (Insert Kit

Reagen SGOT(DiaSys), 2017).

Berdasarkan hasil tersebut diperoleh hasil


pemeriksaan serum kontrol masih berada
dalam batas range yang ditetapkan (23.9-
38.3 U/L).

Berdasarkan hasil penelitian kadar SGOT pada 30 pasien hipertensi dengan


riwayat hipertensi 1–5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis pada tahun
2017 sebanyak 27 orang dengan kadar SGOT normal (<31 U/L untuk perempuan
dan <35 U/L untuk laki-laki) dan sebanyak 3 orang dengan kadar SGOT tinggi
(>31 U/L untuk perempuan dan >35 U/L untuk laki-laki). Hasil yang diperoleh di
tulis pada form hasil pemeriksaan kemudian diberikan kepada pasien tersebut
secara langsung dan ada yang melalui pihak poli dalam. Hasil yang dianggap
tinggi dilakukannya pemeriksaan ulang atau duplo untuk memastikan bahwa hasil
tersebut tidak dalam keadaan tinggi palsu.Berdasarkan hasil penelitian Gambaran
Kadar SGOT Pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis
Tahun 2017 diperoleh 30 pasien hipertensi dengan kadar SGOT yang normal
sebanyak 27 orang (90%) dan kadar SGOT yang tinggi sebanyak 3 orang (10%).

3. SOAP :
a) Subjektif
Tanda dan gelala hipertensi yaitu, Sakit kepala, Epitaksis, Rasa
berat di tengkuk, Mata berkunang – kunang, Mual, muntah,
Kelemahan / letih, Sesak nafas, Kenaikan tekanan darah dari normal,
Penurunan kekuatan genggaman tangan , Pandangan mata kabur/tidak
jelas. ( Aziza, Lucky, 2007 )
Untuk diagnosa pertama gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dengan kriteria
hasil tekanan darah dalam batas normal yaitu ( 130/90 mmHg - 140/95
mmHg ), untuk data subyektif pasien mengatakan kepala masih
pusing, masih didapatkan tekanan darah 150/95 mmHg.
b) Objektif
Dilakukan pemeriksaan SGOT sehingga dapat disimpulkan bahwa
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.Intolerasi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik.
c) Asessment
- Terapi pengobatan farmakologi
memberikan obat oral analsik 2 x 2 mg dalam 24 jam,
memberikan injeksi gastrofer 25 mg/ 12 jam obat masuk melalui
selang infus. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan atau
implementasi didasarkan atas intervensi yang disusun sebelumnya,
untuk diagnosa 2 tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu:
mengobservasi keadaan umum pasien, menanyakan keluhan
pasien, memberikan makanan ringan tambahan pada pasien sesuai
dengan diit hipertensi. memberikan injeksi dexametazone 5 mg/8
jam obat masuk melalui selang infus, carnevit 1 vial/24 jam,
ceftriaxone 1 gr/12 jam, dan brain act 250 mg/12 jam obat masuk
melalui selang infus, mengobservasi keadaan umum pasien.
Berdasarkan diagnosa dan intervensi diatas, maka tindakan
keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa ke 3 adalah
melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital dan menanya keluhan
pasien, memberikan injeksi dexa 5 mg/8 jam, carnevit 1 vial/24
jam, ceftriaxone 1 gr/12 jam, obat masuk melalui selang infus.
- Terapi pengobatan non farmakologi
untuk diagnosa gangguan perfusi jaringan serebral
intervensi yang penulis utamakan yaitu: pantau tekanan darah,
ajari teknik relaksasi, kolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian terapi analgetik. Diagnosa gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, intervensi yang diutamakan yaitu: beri
makanan sedikit tapi sering. untuk diagnosa intoleransi
aktivitas intervensinya yaitu: bantu pasien dalam melakukan
aktivitas, anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi
kebutuhan pasien. Ada beberapa intervensi yang tidak penulis
cantumkan karena memang k Implementasikan yang penulis
lakukan untuk diagnosa gangguan perfusi jaringan serebral
yaitu: menanyakan keluhan pasien, mengukur tanda – tanda
vital, memberikan tindakan nonfarmakologis ( melakukan
pijitan pada pundak ). Diagnosa gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh implementasi yang dilakukan: memberikan
makanan pada pasien, memotivasi pasien, memberikan snack
tambahan. Untuk diagnosa intoleransi aktivitas implementasi
yang dilakukan adalah: membantu memenuhi kebutuhan
pasien.
d) Planning
masalah keperawatan teratasi sebagian dan penulis memodifikasi
planning yaitu dengan memberikan ruangan dan suasana yang tenang
dan nyaman dengan cara membatasi pengunjung, tidak membiarkan
semua keluarga untuk menungguhi pasien. Diagnosa kedua gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, kriteria hasil yang penulis harapkan nafsu makan dapat
meningkat dan bisa menghabisakan diit menjadi 2/3 porsi, pasien
mengatakan nafsu makan sudah bertambah,mampu menghabiskan
makanan sebanyak 2/3 porsi, tenggorokan sudah tidak sakit saat
menelan, sehingga masalah keperawatan teratasi, penulis
menambahkan rencana yaitu dengan menghidangkan makanan selagi
hangat dan akan mempertahankan rencana tersebut.Diagnosa ketiga
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik kriteria hasil
yang penulis harapkan yaitu pasien dapat memenuhi kebutuhannya
secara optimal. Pasien bisa berganti posisi tidur dengan cara miring
ekstremitas atas dan bawah sudah bisa digerakkan.

4. NILAI RUJUKAN NORMAL :


Aspartat Aminotransferase (AST) dahulu SGOT
Nilai normal : 5 – 35 U/L
Deskripsi:
AST adalah enzim yang memiliki aktivitas metabolisme yang
tinggi, ditemukan di jantung, hati, otot rangka, ginjal, otak, limfa, pankreas
dan paru-paru. Penyakit yang menyebabkan perubahan, kerusakan atau
kematian sel pada jaringan tersebut akan mengakibatkan terlepasnya
enzim ini ke sirkulasi.

5. IMPLIKASI KLINIK :

• Peningkatan kadar AST dapat terjadi pada MI, penyakit hati, pankreatitis

akut, trauma, anemia hemolitik akut, penyakit ginjal akut, luka bakar
parah dan penggunaan berbagai obat, misalnya: isoniazid, eritromisin,
kontrasepsi oral
• Penurunan kadar AST dapat terjadi pada pasien asidosis dengan diabetes
mellitus.
• Obat-obat yang meningkatkan serum transaminase :
– Asetominofen
– Co-amoksiklav
– HMGCoA reductase inhibitors
– INH
– Antiinfl amasi nonsteroid
– Fenitoin
– Valproat

6. ISTILAH
- Tekanan intrakranial
Tekanan intrakranial adalah kombinasi dari tekanan dalam
rongga otak yang dihasilkan oleh jaringan otak, volume darah
di otak, dan cairan serebrospinal. Ada beberapa kondisi yang
menyebabkan kenaikan tekanan intrakranial (Orlando Regional
Health Care, Education & Devolopment, 2003)

Anda mungkin juga menyukai