Anda di halaman 1dari 11

DIAGNOSIS PATOGEN DILAPANGAN

(Laporan Praktikum Klinik Tanaman)

Oleh :

NORHUDA ARIATUL JANAH


1810517220022

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERISTAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2021
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI........................................................................................... i
DAFTAR TABEL................................................................................... ii
PENDAHULUAN................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................... 1
Tujuan............................................................................................ 2
BAHAN DAN METODE....................................................................... 3
Bahan dan Alat............................................................................... 3
Bahan................................................................................... 3
Alat....................................................................................... 3
Waktu dan Tempat......................................................................... 3
Prosedur Kerja............................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 4
Hasil............................................................................................... 4
Pembahasan................................................................................... 5
KESIMPULAN...................................................................................... 7
Kesimpulan..................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 8
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hasil Identifikasi di Lapangan..................................................................... 4


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai
akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor lingkungan dan
berkembangnya gejala dan Ketidak mampuan tumbuhan untuk memberi hasil yang cukup
kuantitas maupun kualitasnya. Konsep penyakit tumbuhan dikenal dengan konsep segitiga
penyakit yang merupakan konsep timbulnya penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang,
patogen, dan faktor lingkungan. Patogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat
mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit tumbuhan antara lain yaitu
cendawan, virus, bakteri, nematoda, spiroplasma dan riketsia. Faktor lingkungan merupakan
faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa
suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah,
kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan
pencemaran air (Adinugroho, 2008).

Penyakit tanaman di lapangan dapat dikenali berdasarkan tanda dan gejala penyakit.
Tanda penyakit merupakan bagian mikroorganisme patogen yang dapat diamati dengan
mata biasa yang mencirikan jenis penyebab penyakit tersebut. Misalnya miselia yang
berbentuk seperti kapas, merupakan salah satu tanda jamur patogen yang menginfeksi
tanaman tersebut. Gejala pada umumnya sangat spesifik tergantung pada spesies yang
menginfeksinya, sehingga gejala penyakit tersebut dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi jenis patogen yang menginfeksi di lapang (Agrios, G. 1999).

Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat
adanya serangan suatu penyebab penyakit. Berdasarkan  peruubahan yang terjadi pada sel
tumbuhan, gejala penyakit tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga) yaitu nekrotik, hipoplastis, dan
hiperplastis. a) Nekrotik merupakan gejala yang terjadi akibat adanya kerusakan pada sel
atau bagian sel bahkan kematian sel. Nekrotik terbagi atas hidrosis, klorosis,
nekrosis, perforasi, busuk, eksudasi, layu, mati ujung (die back), dan terbakar. b) Hipoplastis
merupakan gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel.
Hipoplastis terbagi atas etiolasi, kerdil, klorosis, perubahan simetri, dan roset. c) Hiperplastis
merupakan gejala yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya
(overdevelopment). Hiperplastis terbagi atas fasiasi, intumesensia, erinose, kudis (Scab),
menggulung atau mengeriting, prolepsis, sapu, erinos, dan sesidium (Fahmi, 2012).
2

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara diagnosis

penyakit dilapangan
3

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Kamera
2. Plastik
3. Amplop
4. Alat Tulis

Bahan
1. Tanaman Tomat
2. Buah cabai

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 15 Oktober 2021 bertempat
rumah masing-masing.

Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut :

1. Mengamati gejala dilapangan


2. Membuat dokumentasi lengkap foto atau video
3. Membuat kesimpulan sementara terhadap hasil pengamatan lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Identifikasi diLapangan


No Gambar Keterangan
.
1. Terdapat bercak melingkar berwarna coklat
muda pada buah cabai lama kelamaan
meluas dan jatuh

2. Batang tanaman tomat yang dicelupkan


kedalam air lalu mengeluarkan oose tetapi
sangat sedikit

3. Terdapat puru pada tanaman tomat


5

Pembahasan

Pada praktikum kali ini untuk mengamati atau mengindentifikasi patogen yang ada
dilapangan pada buah cabai dan tanaman tomat. Pengamatan pada buah cabai menurut bapak
aman lahan tersebut sebelum ditanami cabai, ditanami singkong. Tanaman cabai yang
ditanam menggunakan biji kemasan yang dibeli pada toko pertanian dengan varietas tiung
tanjung dan disemai sendiri oleh bapak aman, keadaan lahan pada pertanaman ada
bedengan dengan lapisan musla plastik, tanah sekitaran lembab dan terdapat genangan air.
Diduga penyakit antraknosa pada buah cabai disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici
dimana terdapat gejala berupa bercak coklat kehitaman, kemudian meluas menjadi busuk
lunak dan di tengah-tengah bercak terdapat titik-titik hitam. Pada serangan berat, buah akan
menjadi kering dan keriput, dan buah yang seharusnya berwama merah akan berwama
coklat kehitaman (Endah dan Novizan, 2002).
Kehilangan hasil buah cabai karena serangan antraknosa dapat mencapai 50% bila
pengendaliannya kurang tepat. Biasanya serangan tinggi oleh penyakit antraknosa ini terjadi
pada musim hujan, karena jamur dapat berkembang pada kondisi curah hujan yang tinggi atau
iklim basah (Suhardi, 1992).
Pengamatan pada tanaman tomat menurut ibu inur lahan tersebut sebelumnya
ditanami cabai dan kacang panjang. Tanaman tomat yang ditanam menggunakan biji
dengan varietas tinatun dan disemai sendiri. Diduga penyakit bakteri Ralstonia
solanecearum dimana terdapat gejala berupa beberapa daun mulai mengering dan layu,
bagian bawah batang mengering kecoklatan saat dipotong terdapat pembuluh berwarna
coklat dan berlendir kemudian dimasukan kedalam air yang bersih untuk mengetahui
apakah terdapat oose.
Perkembangan penyakit meningkat pada musim hujan. Hal tersebut menyababkan
produksi tomat akan menurun berkisar antara 30%-60%. Pernyataan tersebut didukung
Adriani et, al. (2012), bahwa penyakit layu bakteri merupakan penyakit penting yang
menyerang tanaman tomat di Indonesia. Serangan berat dapat menyebabkan tanaman yang
dibudidayakan mati hingga gagal panen. Mampu menyebabkan penyakit layu pada lebih dari
6

50 famili tanaman di seluruh dunia. Penyakit layu bakteri bersifat endemik dan cepat
berkambang dari tanaman yang terinfeksi ke tanaman sehat di daerah sekitarnya (Hartati
dan Karyani, 2014).
Pengamatan pada tanaman tomat yang diduga memiliki puru akar. Nematoda
Melodogyne merupakan nematoda parasit tumbuhan (NPT) yang sangat merugikan baik dari
segi kualitas dan kuantitas maupun hasil dari tanaman budidaya karena sifatnya yang
mampu menyerang seluruh tanaman budidaya, termasuk tomat dan seledri, dimana
tanaman tomat dan seledri yang terserang oleh nematoda melodogyne hasilnya akan kurang
baik dalam segi kualitas maupun kuantitas dan jumlah produksi panen dapat menurun
secara derastis karena serangan dan gejalanya tidak terlalu nampak sehingga petani tidak
mau melakukan pengendalian karena bila dilihat secara kasat mata tidak ada bedanya
tanaman yang terserang dan tidak terserang dikarekan nematoda ini menyerang pada akar
tanaman yang berada di bawah tanah (Pracaya, 2011).
KESIMPULAN

Berdasrkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Penyakit tanaman yang ditemukan dilapangan yaitu tanaman cabai penyakit antraknosa,
tanaman tomat penyakit layu bakteri dan tanaman tomat penyakit puru akar.
2. Terdapat 3 patogen yaitu tanaman cabai disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsic,
tanaman tomat bakteri Ralstonia solanecearum dan Melodogyne .
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. 1999. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press Jogyakarta.
Adinugroho. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit. Kanisius. Yogyakarta.
Adriani, A. Rahman, Gusnawati H. S dan A. Khaeruni. 2012. Respon ketahanan berbagai
varietas tomat terhadap penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum). Agroteknos, 2(2): 63-
68.
Endah, J. Dan Novizan. 2002. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Fahmi. 2012. Gejala dan Tanda Penyakit Pada Tanaman. PT Bima Aksara.Jakarta.
Hartati, S. Y. dan N. Karyani. 2014. Teknik inokulasi Ralstonia solanacearum untuk
pengujian
ketahanan nilam terhadap penyakit layu. Littro, 25(2): 127-136.
Pracaya, 2007. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suhardi. 1992. Pengujian Efikasi Terhadap Bercak Daun Cercosproa dan Antraknosa Pada
Tanaman Cabai. Penghimpunan Fitopatologi Indonesia. Cianjur.

Anda mungkin juga menyukai