Anda di halaman 1dari 12

Keterampilan Dasar

Bidan pada Asuhan


Kehamilan

DINI ARIANI, SST., M.Tr.Keb


HAND OUT

Program Studi : D3 Kebidanan

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Kehamilan

Topik : Keterampilan Dasar Bidan pada Asuhan Kehamilan

Dosen : Dini Ariani, SST., M.Tr.Keb

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

Setelah sub topik ini dibahas, mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan asuhan
kehamilan sesuai evidance based dan nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan :
1. Menghitung usia kehamilan
2. Menghitung taksiran persalinan
3. Menghitung taksiran berat badan janin
4. Imunisasi TT : identifikasi status TT, pemberian imunisasi TT sesuai program.

REFERENSI

1. Febi, dkk. 2019. Uji Kesesuaian Alat Digitalisasi TFU, Pita Ukur dan HPHT
dalam Menentukan Usia Kehamilan pada Ibu Hamil Trimester Dua dan
Trimester Tiga. Jurnal Medika Respati, Vol. 14 No. 04 Oktober 2019.
2. IBI. 2021. Modul Midwifery Update. Jakarta.
3. http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id
4. Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta : CV
Andi Offset.
5. Siwi Walyani, Elisabeth. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta :
Pustaka Baru.
6. Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika.
PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu dan Bayi merupakan tolak ukur dalam menilai derajat
kesehatan suatu bangsa, oleh karena itu pemerintah sangat menekankan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program-program kesehatan. Dalam
pelaksanaan program kesehatan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang
kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Bidan sebagai salah satu
sumber daya manusia bidang kesehatan merupakan ujung tombak atau orang yang
berada di garis terdepan yang berhubungan langsung dengn wanita sebagai sasaran
program. Dengan peran yang cukup besar ini, maka sangat penting kiranya bagi bidan
untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya melalui pemahaman mengenai asuhan
kebidanan mulai dari wanita hamil sampai nifas serta kesehatan bayi.

MATERI

Keterampilan Dasar Bidan pada Asuhan Kehamilan

A. Menghitung Usia Kehamilan


Menentukan usia kehamilan merupakan salah satu langkah penting yang
harus dilakukan oleh Bidan. Hal tersebut berguna dalam penegakan diagnosis
kehamilan. Implementasinya adalah ketika menghitung Taksiran Berat Janin (TBJ),
kemudian disesuaikan dengan usia kehamilan, lalu dianalisis apakah ada
ketidaksesuaian atau tidak. Hasilnya dijadikan acuan dalam pemberian asuhan.
Cara menentukan usia kehamilan :
1. Menggunakan suatu alat khusus (skala yang sudah disesuaikan) :
a. Tentukan terlebih dahulu Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).
b. Lihat dalam skala, akan terlihat usia kehamilan sekaligus HPLnya.
2. Menggunakan cara manual (menghitung)
a. Tentukan HPHT terlebih dahulu.
b. Tentukan tanggal pemeriksaan hari ini
c. Buat daftar jumlah minggu dan kelebihan hari setiap bulan. Sebagai contoh :
bulan Desember berjumlah 31 hari, maka menjadi 4 minggu + 3 hari.
d. Daftar jumlah minggu dari hari dibuat mulai dari sisa hari dalam bulan HPHT
sampai dengan jumlah minggu dan hari di bulan saat pasien melakukan
pemeriksaan.
e. Setelah daftar selesai dibuat, jumlahkan minggu dan harinya, hasil akhir
dikonversikan dalam jumlah minggu.
Contoh kasus :
Pada tanggal 20 Maret 2021, seorang perempuan datang ke PMB dengan
keluhan tidak menstruasi selama 6 bulan. Menstruasi terakhir tanggal 9
Oktober 2020. Maka langkah perhitungan sebagai berikut :
1) HPHT : 9 Oktober 2020
2) Tanggal periksa : 20 Maret 2021
3) Daftar jumlah minggu dan hari :
a) Oktober : sisa hari (31-9 = 22 hari atau 3 minggu + 1 hari)
b) November : 30 hari (4 minggu + 2 hari)
c) Desember : 31 hari (4 minggu + 3 hari)
d) Januari : 31 hari (4 minggu + 3 hari)
e) Februari 28 hari (4 minggu)
f) Maret : sampai dengan tanggal periksa, 20 hari (2 minggu + 6 hari)
4) Dijumlahkan menjadi 21 minggu + 15 hari atau 23 minggu + 1 hari
3. Pada usia kehamilan ditentukan dengan cara sederhana yaitu, menghitung Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT) atau dengan rumus Naegle’s rule. Jika diketahui
HPHT ibu tersebut maka usia kehamilan dapat ditentukan dengan rumus
Naegle’s rule adalah (Tanggal Kunjungan – HPHT) x 4 1 /3.
4. Berdasarkan tinggi fundus uteri
a. Penting untuk diketahui pita ukur yang digunakan hendaknya terbuat dari
bahan yang tidak bisa mengendur.
b. Saat pemeriksaan kandung kemih ibu harus kosong.
c. Pengukuran dengan menempatkan ujung pita ukur di atas simpisis dengan
tetap mempertahankan pita ukur tetap menempel pada dinding abdomen
diukur jaraknya ke bagian atas simpisis.
d. Pengukuran ini biasanya usia kehamilan 24 minggu.
e. Sebelum bulan ke 3 fundus uteri belum dapat diraba dari luar.
1) 12 minggu : TFU teraba : 1-2 jari di atas simpisis
2) 16 minggu : TFU teraba : pertengahan simpisis-pusat
3) 20 minggu : TFU teraba : 3 jari di bawah pusat
4) 24 minggu : TFU teraba : setinggi pusat
5) 28 minggu : TFU teraba : 3 jari di atas pusat.
6) 32 minggu : TFU teraba : pertengahan p x – pusat.
7) 36 minggu : TFU teraba sepx/2-3 jari di bawah px
8) 40 minggu : TFU teraba : pertengahan px-pusat
5. Berdasarkan palpasi abdomen
Menggunakan rumus Mc. Donald :
a. Tentukan tinggi fundus uteri (TFU)
b. Hasil pengukuran TFU dikalikan 2 lalu dibagi 7 untuk mengetahui gambaran
umur kehamilan dalam satuan bulan
(TFU dalam cm x 2)
7
6. Quickening (persepsi gerakan pertama janin)
Gerakan janin pertama biasanya dirasakan usia kehamilan 18 minggu (pada
primigravida) dan 16 minggu (pada multigravida).
7. Ultrasonografi (USG)
Penentuan umur kehamilan dengan USG menggunakan 3 cara :
a. Dengan mengukur diameter kantong gestasi kehamilan (GS = Gestasional
sac) untuk umur kehamilan 6-12 minggu.
b. Dengan mengukur jarak kepala-bokong (GRI = Grown Rump Length) untuk
umur kehamilan 7-14 minggu.
c. Dengan mengukur diameter biparietal (BPD) untuk kehamilan lebih dari 12
minggu.

B. Menghitung Taksiran Persalinan


1. Rumus Neagle
Untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL). Rumus ini terutama berlaku untuk
wanita degan siklus 28 hari sehingga ovulasi sering terjadi pada hari ke-14.
Caranya :
a. Bila HPHT berada pada bulan 1, 2, 3 gunakan rumus :
Hari pertama haid + 7
Bulan saat haid + 9
Tidak perlu di +1 untuk tahun.
b. Bila HPHT berada pada bulan 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 gunakan rumus :
Hari pertama haid + 7
Bulan saat haid -3
Untuk tahun di + 1.
Rumus tidak bisa digunakan jika :
a. Ibu dengan riwayat haid yang tidak teratur
b. Ibu hamil saat menyusui dan belum haid sesudah melahirkan; serta
c. Ibu hamil karena berhenti mengonsumsi pil KB dan belum haid.
C. Menghitung Taksiran Berat Badan Janin
Taksiran berat janin menggunakan rumus Johnson-Toshach dihitung
dengan (TBJ_J) = (TFU – n) x 155, dimana n adalah penurunan bagian bawah
janin, n = 11 bila kepala janin sudah melewati spina iskiadika (bidang Hodge III),
n = 12 bila kepala janin sudah memasuki pintu atas panggul, n = 13 bila kepala
janin masih floating. Bila ketuban sudah pecah maka TBJ ditambahkan 10%.
Taksiran berat janin menggunakan rumus Risanto dihitung dengan
(TBJ_R) = (125 x TFU) – 880, dalam satuan gram.
Penentuan taksiran berat badan janin berdasarkan TFU adalah
pemeriksaan yang sederhana dan mudah serta dapat dilakukan pada
fasilitas kesehatan yang belum tersedia pemeriksaan ultrasonografi.
Berikut rumus untuk menentukan taksiran berat janin adalah :
1. Rumus Johnson Tausack
Johnson dan Tausack (1954) menggunakan suatu metode untuk
menaksirkan berat badan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri
(TFU), yaitu dengan mengukur jarak antara tepi atas simfisis pubis
sampai puncak fundus uteri dengan mengikuti lengkungan uterus,
memakai pita pengukur dalam centimeter dikurangi 11, 12, atau 13
hasilnya dikalikan 155, didapatkan berat badan bayi dalam gram.
Pengurangan 11, 12, atau 13 tergantung dari posisi kepala bayi. Jika
kepala sudah melewati tonjolan tulang (spinaischiadika) maka
dikurangi 12, jika belum melewati tonjolan tulang (spinaischiadika)
dikurangi 11 (Varney, 2004).
Rumus Johnson adalah sebagai berikut :
TBJ = (TFU – N) x 155
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
N = 13 bila kepala belum masuk PAP, 12 bila kepala masih berada di atas
spina
ischiadika. 11 bila kepala berada di bawah spina ischiadika
2. Rumus Niswander
Niswander melakukan penelitian dan menemukan rumus yang
berbeda untuk taksiran berat janin
Rumus Niswander dalam Gayatri (2012) adalah sebagai berikut :
TBJ = TFU -13 x 453,6
3
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
3. Rumus Risanto
Rumus Risanto adalah rumus yang diformulasikan berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada populasi masyarakat Indonesia tetapi
rumus tersebut tidak digunakan secara luas oleh tenaga kesehatan
(Titisari HI, 2012). Rumus Risanto ditemukan oleh Risanto
Siswosudarmo pada tahun 1990 berdasarkan tinggi fundus uteri berupa
persamaan garis regresi linier.
Rumus Risanto adalah sebagai berikut :
TBJ = 127.6 x TFU – 931,5
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
4. Formula Dare
Pada Agustus 1986 sampai Juli 1989, Departemen Obstetri dan
Ginekologi “Institute of Medical Sciences”, Universitas Hindu
Banaras, menyatakan bahwa TFU dan pengukuran lingkar perut akan
berkolrelasi dengan berat badan bayi baru lahir (S. Swain et al, 1993).
Pada tahun 1990, Dare et al mengajukan suatu formula yang
lebih sederhana untuk menghitung taksiran berat badan janin, yaitu
perkalian antara SFH dengan AG. Metode yang dipakai berupa
pengukuran lingkar perut ibu dalam centimeter kemudian dikalikan
dengan ukuran fundus uteri dalam centimeter, maka akan didapat
taksiran berat janin (Irianti, 2015).
Rumus Formula Dare adalah sebagai berikut :
TBJ = TFU x LP
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
LP = Lingkar Perut
Metode ini dianggap lebih mudah digunakan berbagai kalangan
dan memiliki nilai bias yang minimal dibandingkan penggunaan tinggi
symphysial-fundal. Penelitian yang dilakukan Mohanty, Das dan
Misra didapatkan bahwa metode abdominal birth memiliki nilai
prediktif yang baik untuk bayi berat lahir rendah (Mohanty, 2000).
D. Imunisasi TT
Imunisasi TT adalah upaya pencegahan infeksi Tetanus Neonatorum (TN)
melalui proses peningkatan daya tahan tubuh ibu hamil, sehingga ibu akan
mentransfer antioksin tetanus tersebut melalui plasenta untuk melindungi bayi yang
akan dilahirkan. Perlindungan terbaik untuk melawan infeksi tetanus adalah
Imunisasi TT. Oleh karena itu, imunisasi TT penting untuk ibu hamil dan harus
dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Ibu hamil sebelum
melahirkan harus menentukan tempat persalinan yang steril serta tenaga
kesehatan yang terampil untuk mencegah TN. Selain itu, bisa menjaga tali pusar
bayi tetap bersih dan kering setelah lahir hingga lepas (Indrayani, 2011).
Imunisasi TT diberikan kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya agar
kebal terhadap tetanus. Wanita yang berusia 15-49 tahun menjadi sasaran
imunisasi TT untuk Wanita Usia Suburyang terdiri dari ibu hamil dan tidak hamil.
Apabila dosis imunisasi TT yang diberikan sebanyak 5 dosis pada wanita usia
subur, akan mendapatkan sistem kekebalan hingga seumur hidup (Mandriwati,
2011).
Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid. Pemberian imunisasi TT bertujuan
untuk menghindari terjadinya infeksi tetanus pada ibu saat hamil, bersalin, dan
nifas, serta untuk melindungi bayi yang baru lahir dari infeksi TN, akibat proses
persalinan dan pemotongan tali pusar yang tidak steril. Memberikan kekebalan
pasif tetanus ini kepada ibu hamil, karena melalui proses vaksinasi tersebut dapat
membantu bayi yang baru lahir untuk menghindari infeksi tetanus meskipun
hanya beberapa minggu. Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid. Imunisasi TT dapat
bermanfaat pada bayi yang baru lahir untuk melindunginya dari infeksi TN dan
bermanfaat pada ibu hamil untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya infeksi
tetanus apabila terluka pada saat persalinan. Sedangkan untuk Negara bermanfaat
untuk memperbaiki tingkat derajat kesehatan untuk mencapai salah satu tujuan dari
program imunisasi yang dilaksanakan secara nasional, yaitu mengeliminasi TM
dan TN (Depkes RI, 2004).
Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid. Apabila di
kehamilan sebelumnya ibu hamil sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2
kali, maka pemberian imunisasi TT selanjutnya hanya diberikan 1 kali saja pada
lengan bagian atas atau pada otot paha dengan dosis 0,5 cc. Namun jika ibu hamil
yang tidak pernah mendapatkan imunisasi TT, maka imunisasi TT perlu diberikan
sebanyak 2 kali sejak kunjungan pertama dengan jarak pemberian TT1 dan TT2
minimal 4 minggu atau kehamilan sudah berusia 7 bulan dan 8 bulan (Fauziah dan
Sutejo, 2012).
Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid. Imunisasi TT diberikan
kepada ibu hamil sebanyak 2 kali, karena jarak pemberian diantara keduanya
sangat menentukan kadar antibodi tetanus dalam darah bayi. Kadar antibodi
tetanus akan semakin tinggi apabila pemberian imunisasi TT pertama dan kedua
semakin lama intervalnya dengan kelahiran bayi, akibatnya interval yang lama
tersebut akan butuh waktu untuk menyeberangkan antibodi tetanus dalam jumlah
yang cukup dari tubuh ibu ke tubuh bayinya sehingga mempertinggi respon
imunologik (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Identifikasi Status TT
Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, termasuk
pada sistem imun. Perubahan ini menyebabkan ibu hamil rentan terkena infeksi.
Oleh karena itu perlindungan sangat penting diberikan pada kehamilan untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit yang paling cost effective.
Pemberian imunisasi pada ibu hamil dapat dilakukan atas pertimbangan manfaat
dan risiko yang diperoleh terhadap ibu dan janin jika tidak dilindungi dengan
imunisasi. Manfaat dari imunisasi bagi ibu hamil lebih besar. Infeksi pada ibu hamil
dapat menimbulkan risiko bagi ibu dan janin, sehingga pemberian yang aman
penting untuk diberikan.
Vaksin virus inaktif dan vaksin bakteri inaktif atau toksoid dapat diberikan
pada masa kehamilan. Pemberian imunisasi umumnya aman diberikan pada masa
kehamilan. Pemberian imunisasi umumnya aman diberikan pada ibu hamil,
diantaranya vaksin tetanus dan difteri toksoid (Td). Imunisasi bermanfaat untuk
melindungi kesehatan wanita sebelum, selama dan setelah kehamilan. Imunisasi
pada kehamilan juga dapat melindungi bayi yang sedang dikandungnya dari
penyakit, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan sampai bayi tersebut
mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwalnya. Hal ini dapat terjadi karena pada
saat kehamilan terjadi proses transfer IgG maternal dari ibu ke janin. Adanya
transmisi immunoglobulin pada ibu ke janin menjadi prinsip yang mendasari
pemberian imunisasi pada ibu hamil untuk memberikan perlindungan bagi bayinya.
Selain itu, seluruh dunia termasuk Indonesia juga telah menyatakan komitmen
untuk mencapai eliminasi tetanus maternal dan neonatal (MNTE) yaitu penurunan
angka insiden tetanus maternal dan neonatal (MNTE) yaitu penurunan angka
insiden tetanus maternal dan neonatal menjadi kurang dari 1 per 1000 kelahiran
hidup per tahun di tingkat kebupaten. Indonesia telah berhasil mencapai status
eliminasi tetanus maternal dan neonatal pada tahun 2016. Pencapaian ini harus
senantiasa dipertahankan melalui pemberian imunisasi tetanus pada bayi baduta,
anak sekolah dan wanita usia subur.
Oleh karena itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 tahun
2017 tentang penyelenggaraan imunisasi, wanita usia subur (WUS) termasuk calon
pengantin dan ibu hamil wajib mendapatkan imunisasi Td apabila setelah dilakukan
skrining status T pada saat kunjungan antenatal belum mencapai status T5.
Pemberian vaksin Td selama kehamilan efektif untuk melindungi ibu dan janin
terhadap penyakit tetanus dan difteri. Antigen tetanus toksoid bermanfaat untuk
mencegah tetanus maternal pada ibu dan tetanus neonatorum pada bayi yang
dilahirkannya. Pemberian imunisasi Td juga terbukti aman dan tidak bersifat
teratogenik.
Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus di Indonesia

Jenis Vaksin Jadwal Kegiatan


DPT-Hepatitis B-Hib Usia 2 bulan : DPT-HB-Hib 1 Imunisasi dasar dan
(pentavalent) Usia 3 bulan : DPT-HB-Hib 2 lanjutan
Usia 4 bulan : DPT-HB-Hib 3
Usia 18 bulan : DPT-HB-Hib
4
DT Kelas 1 SD atau yang Bulan Imunisasi Anak
sederajat Sekolah (BIAS)
Td Kelas 2 dan 5 SD atau yang Bulan Imunisasi Anak
sederajat Sekolah (BIAS)
Td Wanita usia subur termasuk Imunisasi pada calon
ibu hamil pengantin (catin),
kunjungan antenatal, dll
Catatan :
*sebelum pemberian imunisasi Td pada WUS termasuk ibu hamil harus dilakukan skrining
status T terlebih dahulu. Pemberian imunisasi Td dilakukan apabila belum mencapai status
T5
skrining status T
Skrining dilakukan berdasarkan riwayat imunisasi yang tercatat maupun ingatan.
1. Apabila data imunisasi tercatat pada buku imunisasi atau buku KIA maka
riwayat imunisasi T dapat diperhitungkan.
2. Bila hanya berdasarkan ingatan, skrining dapat dimulai dengan pertanyaan
imunisasi saat di sekolah (BIAS) untuk ibu yang lahir pada dan setelah tahun
1977. Untuk ibu yang lahir sebelum tahun 1977 langsung dimulai dengan
pertanyaan imunisasi saat catin dan hamil.

Contoh penentuan status imunisasi T sebagai berikut :


Anamnesa Status T Pemberian Imunisasi T4
Belum pernah mendapat T0 Diberikan imunisasi pada
imunisasi yang kunjungan K1, kemudian
mengandung T sama diberikan kembali dengan
sekali interval minimal 4 minggu dan
6 bulan.
Pernah mendapat T1 Diberikan imunisasi pada
imunisasi yang kunjungan K1, kemudian
mengandung T satu kali diberikan kembali dengan
interval 6 bulan.
Pernah mendapat T2 Diberikan imunisasi pada
imunisasi yang kunjungan K1
mengandung T dua kali
dengan interval minimal 4
minggu
Pernah mendapat T3 Diberikan imunisasi pada
imunisasi yang kunjungan K1
mengandung T tiga kali
dengan interval minimal
yang sesuai
Pernah mendapat T4 Diberikan imunisasi pada
imunisasi yang kunjungan K1
mengandung T empat
kali dengan interval yang
sesuai
Sudah mendapat T5 Tidak perlu diberikan
imunisasi yang imunisasi
mengandung T sebanyak
5 kali dengan interval
yang sesuai

Pada kunjungan pertama ANC, dilakukan skrining status imunisasi TT ibu hamil,
apabila diperlukan, diberikan imunisasi pada saat pelayanan antenatal.
Tujuan :
1. Untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.
2. Melengkapi status imunisasi TT.

Skrining Imunisasi TT
Riwayat imunisasi ibu hamil Imunisasi yang didapat Status Imunisasi
Imunisasi Dasar Lengkap DPT-Hb1 T1 & T2
DPT-Hb2
DPT-Hb3
Anak Sekolah kelas 1 SD DT T3
Anak Sekolah kelas 2 SD Td T4
Anak Sekolah kelas 3 SD Td T5
Calon pengantin masa hamil TT - Jika ada status T di atas
yang tidak terpenuhi
- Lanjutkan urutan T yang
belum terpenuhi
- Perhatikan interval
pemberian

Pemberian Imunisasi TT sesuai Program


Lama masa perlindungan dan interval Imunisasi TT, sebagai berikut :
1. Setelah melakukan TT1, interval TT2 minimal 4 minggu dengan waktu
perlindungan selama 3 tahun.
2. Setelah melakukan TT2, interval TT3 minimal 6 bulan dengan waktu
perlindungan selama 5 tahun.
3. Setelah melakukan TT3, interval TT4 minimal 1 tahun dengan waktu
perlindungan selama 10 tahun.
4. Setelah melakukan TT4, interval TT5 minimal 1 tahun dengan waktu
perlindungan selama 25 tahun.

Pemberian Imunisasi Selang Waktu Pemberian Masa Perlindungan


Minimal
T1 - awal
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 25 tahun

Anda mungkin juga menyukai