Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT UMUM

Sejarah Filsafat Pada Masa Yunani Kuno


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Filsafat Umum Progam Studi Ekonomi Syariah

Dosen pengampu :
Abdul Rosyid M.A.

Disusun Oleh :
1. Amalia Izzatul Muna (934131719)
2. Intan Andrea (934130119)
3. Nur Siti (934129619)

Kelas H

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Terima kasih
juga kami sampaikan pada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini,
baik secara materi ataupun secara pemikiran.

Makalah ini disusun dengan materi yang diambil dari sumber yang relevan. Dengan
makalah ini diharapkan akan dapat membantu untuk memberikan informasi dan pengetahuan
tentang sejarah filsafat Zaman Yunani Kuno. Kami juga berharap semoga makalah ini
dipergunakan secara bijaksana.

Makalah ini tentu mempunyai banyak kekurangan, maka dari itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat diharapkan untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik. Demikianlah
yang dapat kami sampaikan. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kediri,13 September 2019

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR................................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................4
2.1 Sejarah Filsafat Yunani Kuno......................................................................................4
2.2 Pemikiran Zaman Yunani Kuno...................................................................................5
2.3 Tokoh-tokoh Filsuf Zaman Yunani Kuno....................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................12
Daftar Pustaka...........................................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Periode filsafat Yunani merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah
peradaban manusia. Orang Yunani pada awalnya sangat percaya pada dongeng dan
takhayul, tetapi, lama-kelamaan, terutama setelah mereka mampu membedakan yang
riil dengan yang ilusi, mereka mampu keluar dari kungkungan mitologi dan
mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah. Hal inilah yang menjadi awal perubahan pola
pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris.
Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak
sederhana karena manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam
menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penilitian dan
pengkajian.
Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang
akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan
filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang muncul dalam pembahasan materi dalam makalah ini
yaitu :
1.2.1 Bagaimana sejarah Filsafat Yunani Kuno?
1.2.2 Seperti apakah pola fikir Filsafat Yunani Kuno?
1.2.3 Siapa sajakah tokoh-tokoh Filsafat Yunani Kuno?

1.3 Tujuan

Tujuan pembahasan materi dalam makalah ini yaitu :


1.3.1 Mengetahui dan memahami sejarah filsafat pada Masa Yunani Kuno.
1.3.2 Mengetahui dan memahami pola fikir filsafat pada Masa Yunani Kuno.
1.3.3 Mengetahui tokoh-tokoh filsafat Yunani Kuno dan pemikiran-pemikirannya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Filsafat Yunani Kuno

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni philosophia dan philosophos
yang berarti “orang yang cinta pada kebijaksanaan” atau “ cinta pada pengetahuan”. Istilah itu
muncul ketika masyarakat Yunani mengagumi kecerdasannya dan menganggap dirinya
sebagai ilmuwan yang tahu segala hal. Bertrand Russell (1946), dalam bukunya History of
Western Philosophy, menengarai munculnya filsafat Yunani tersebut akibat kemahiran bangsa
Yunani dalam merajut dan menyempurnakan peradaban besar lainnya pada masa itu, seperti
Mesir dan Mesopotamia.1

Namun, kesuksesan peradaban Yunani memiliki banyak kendala. Yakni, munculnya


pertanyaan, mengapa filsafat muncul di Yunani dan kenapa tidak lahir dari peradaban yang
lain seperti Babilonia, Mesopotamia, atau Mesir? Jawaban yang paling sederhana dari
pertanyaan ialah, Yunani lebih dikenal sebagai negeri yang tidak menjunjung tingkatan kasta
sehingga iklim itulah yang membuat perkembangan pemikiran lebih pesat di Yunani daripada
peradaban lainnya yang lebih mengutamakan tingkatan kasta. Peristiwa munculnya filsafat di
Yunani terbilang sebagai peristiwa unik dan ajaib (The Greek Miracle). Hal itu dipengaruhi
oleh banyak oleh banyak faktor, yaitu :

1. Mitos Bangsa Yunani


Masyarakat Yunani sangat bergantung pada keyakinan akan mitos, legenda ,dan
kepercayaan pada setiap sendi-sendi kehidupan mereka. Alam dianggap memiliki
kekuatan yang disebut anima, pandangan ini disebut dengan hylozoisme.
2. Kesusastraan Yunani
Dua puisi karya Homeros yang berjudul Ilyas dan odyssea mempunyai kedudukan
istimewa, karena digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat, sehingga
mempunyai nilai edukatif untuk memajukan pemikiran masyarakat Yunani.
3. Pengaruh Ilmu Pengetahuan
Masyarakat Yunani banyak mempelajari unsur ilmu pengetahuan dari berbagai daerah.
Namun, mereka mengolah unsur ilmu pengetahuan tersebut lebih baik daripada
masyarakat dari daerah dimana ilmu pengetahuan tersebut didapat.

1
Ali Maksum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Post Modernisme (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2017)
hlm. 32
4
2.2 Pemikiran Zaman Yunani Kuno

Kehidupan masyarakat Yunani Kuno sebelum munculnya filsafat sangatlah


bergantung kepada mitos, legenda, dan kepercayaan. Mitos dalam bahasa Inggris berarti myth
yang berarti dongeng atau suatu cerita buatan. Biasanya dongeng dibuat untuk memberikan
pedoman agar tingkah laku manusia lebih terarah kepada kebaikan. Selain dituturkan, mitos
juga dapat diungkapkan melalui seni drama, tari atau pewayangan.2 Pemikiran mitologis
sering kali dipahami sebagai pemikiran yang tidak logis atau tidak ilmiah. Pemikiran ini
secara positif dipahami sebagai “awal” dari perkembangan pemikiran manusia. Pemikiran
mitologis kemudian disebut sebagai “pra-logis” atau pemikiran kekanak-kanakan.

Sejak abad ke-7 SM, masyarakat Yunani mulai merubah pandangan mereka,dari
pandangan mitologis menuju pandangan filosofis, dari yang semula percaya kepada mitos
alam, kemudian beralih ke pandangan dunia logis yang melihat adanya perbedaan antara
manusia dengan alam (ontologis). Pada taraf pemikiran mitologis alam(objek ) menjadi titik
sentral, maka pada taraf pemikiran filosofis, manusia menjadi titik sentral. Manusia menjadi
subjek yang bebas dan otonom terhadap realitas. Dari sinilah peradaban Yunani mengalami
titik balik peradaban yang cukup mengejutkan. Sebab, di zaman ini orang-orang tidak lagi
bergantung pada mitos, legenda, ataupun kepercayaan, melainkan mereka mulai berdiskusi
tentang asal-mula alam, dunia, dan lingkungan sekitar (kosmologi). Ini muncul sebagai akibat
ketidakpuasan atas penjelasan mitologis dalam menjelaskan asal-mula alam.

Karena penjelasan mitologi tidak dapat dijelaskan oleh rasio, maka tokoh filsafat
Yunani mulai menjelaskan mengenai berbagai masalah yang didasarkan pada argumen yang
rasional. Sehingga sering disebut bahwa filsafat lahir dari logos (akal budi atau rasio)
menggantikan mitos. Zaman Yunani Kuno pada masa ini dipandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebesan untuk mengungkapkan ide-ide atau
pendapatnya. Yunani dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani tidak
lagi mempercayai mitologi, melainkan menumbuhkan sikap senang menyelidiki sesuatu
secara kritis. Sikap inilah menjadikan Bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal
sepanjang masa.3

2
Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern (Yogyakarta : Ar-Ruzz,2005) hlm. 36
3
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2017)hlm.82-83
5
2.3 Tokoh-tokoh Filsuf Zaman Yunani Kuno

Pemikiran filsafat Yunani pada periode awal ini dikenal dengan nama filsuf pertama
atau filsuf alam. Penyebutan tersebut didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang
memfokuskan pemikirannya pada apa yang diaamati disekitarnya,yakni alam semesta.
Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu. Pandangan para
filsuf ini melahiran meonisme, yaitu aliran yang menyatakan hanya satu kenyataan
fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan, atau substansi lainnya
yang tidak dapat diketahui.4 Tokoh-tokoh filsuf tersebut yaitu :

a. Thales (624-546 SM),


Thales lahir di Miletos, Yunani. Ia digelari Bapak Filsafat, karena dialah orang
pertama yang mengkaji tentang asal-usul alam semesta. Thales juga dikenal sebagai
ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan Anaximandros dan
Anaximenes, Thales digolongkan ke Mazhab Miletos. Miletos adalah kota niaga yang
makmur saat itu dengan kemajuan pemikiran yang pesat. Thales berusaha untuk
memberikan jawaban terkait asal-mula alam dengan mengabaikan penjelasan mitos
dan dewa-dewi Yunani. Ia berpendapat bahwa asal mula alam semesta adalah air,
karena air merupakan unsur penting bagi setiap makhluk hidup, air dapat beubah
menjadi benda gas yaitu uap, benda padat yaitu es, dan bumi ini juga berada di atas
air.5
b. Anaximandros (610-546 SM)
Anaximandros merupakan murid dari Thales, dan termasuk dalam Mazhab
Miletos yang menjadi perintis filsafat barat. Namun Anaximandros mengkritik
pemikiran gurunya sendiri, ia tidak setuju apabila unsur utama alam adalah salah satu
dari unsur-unsur yang ada, seperti air atau tanah. Menurutnya, bila air merupakan
unsur dasar segala sesuatu, maka seharusnya air terdapat dalam segala sesuatu, dan
tidak ada unsur yang berlawanan dengannya. Namun hal itu mustahil, karena air dan
api saling berlawanan, sehingga air tidak ada dalam segala hal.
Anaximandros mencoba menjelaskan bahwa unsur dasar segala sesuatu adalah
to apeiron. To apeiron berasal dari Bahasa Yunani a= tidak, eras= batas. Ia
merupakan suatu prinsip abstrak tidak terbatas dan tidak berwujud yang menjadi
prinsip dasar segala sesuatu. Sehingga dia mencari yang lebih dalam yaitu zat yang
tidak dapat diamati oleh pancaindera.
4
Ali Maksum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Post Modernisme (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2017)
hlm. 35
5
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Depok : PT Rajagrafindo Persada, 2004) hlm.24
6
c. Anaximenes (585-528 SM)
Anaximenes adalah tokoh terakhir tritunggal mazhab Miletos. Berbeda dengan
Anaximender, Anaximenes kurang begitu menarik. Kendati begitu, ia membuat
beberapa kemajuan penting. Ia berkeyakinan bahwa yang menjadi asal dunia adalah
udara. Sebab udaralah yang meliputi seluruh alam dan udara pula menjadi sumber
kehidupan manusia yaitu untuk bernafas. Baginya, jiwa adalah udara, api adalah udara
yang encer, jika dipadatkan udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi menjadi
tanah dan akhirnya menjadi batu.
Anaximenes beranggapan bahwa bumi berbentuk seperti meja bundar.
Belakangan, Anaximenes merupakan tokoh yang memberi pengaruh besar terhadap
Pythagoras dan banyak pemikiran spekulatif selanjutnya. 6 Pemikiran para filsuf dari
Miletos telah memberikan dasar bagi lahirnya para filsuf di kemudian hari. Ada
beberapa pelajaran yang dapat diambil mereka. Pertama, tidak mempercayai lagi pada
agama. Kedua, pengetahuan diperoleh melalui proses berpikir dan mengamati. Ketiga,
asal-muasal segala sesuatu terdiri dari satu hal yang tunggal.
d. Phythagoras (582-496 SM)
Phythagoras adalah matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal
melalui teoremanya. Ia lebih dikenal sebagai “Bapak Bilangan”. Dia telah
memberikan sumbangan penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir
abad ke-6 SM. Phythagoras berpendapat bahwa adanya harmoni pada alam atau
benda-benda dibuat atas dasar prinsip bilangan (matematika), dan merasa bahwa
segalanya dapat diukur dan diprediksi dalam siklus beritme. Oleh karena itu, orang
yang tahu dan mengerti betul akan bilangan, ia juga akan tahu segala sesuatu.
Phythagoras dikenal sebagai pribadi yang menarik, meski pemikiran
filsafatnya agak membingungkan. Karena dalam beberapa hal terkesan agak aneh.
Tentang masalah jiwa,ia berpendapat bahwa jiwa tidak dapat mati. Bila seseorang
mati, jiwanya akan tetap abadi dan akan berubah menjadi makhluk hidup lain dalam
ajaran agama, ia wujudkan dalam bentuk ordo keagamaan yang di berbagai tempat
mammpu memperoleh kekuasaan atas negara dan meneguhkan kekuasaan atas
pendeta. Baginya, matematika, musik, dan mistisisme adalah satu, dalam arti tidak
saling meniadakan melainkan memiliki hubungan erat.7
e. Xenophanes (580-470 SM)

6
Ali Maksum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Post Modernisme (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2017)
hlm. 38
7
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik hingga Kontenporer (Depok : PT Rajagrafindo Persada, 2016) hlm.6-7
7
Xenophanes lahir di Kota Colophon, Semenanjung Anatolia, kemudian
berpindah dan menetap di Kota Elea yang terletak di Italia Selatan. Dia merupakan
filsuf pertama Mazhab Elea. Xenophanes merupakan agamawan yang saleh dan taat
beragama. Menurutnya segala sesuatu yang ada di alam semesta berasal dari Tuhan
yang memelihara alam semesta.
Dalam khazanah pemikiran filsafatnya ia kurang banyak meninggalkan buah
karya dalam benuk tulisan maupun buku. Sebab, ia lebih banyak menyampaikan
pemikiran-pemikiran filsafatnya dalam bentuk lisan, termasuk nasihat-nasihat baiknya.
Satu hal yang menarik dari Xenophanes adalah keseriusannya mengkritik kepercayaan
takhayul. Secara frontal dia menyebut penyembahan dewa di Yunani bersifat palsu
atau setidaknya, meleset dari kebenaran.
f. Parmanides (540-475 SM)
Permanides lahir pada 540 SM di Elca, Italia Selatan. Ia merupakan murid
Xenophanes. Permanides membagi pengetahuan menjadi dua, pertama yaitu,
pengentahuan indra yang diperoleh manusia dari pengamatannya terhadap realitas
materi. Pengetahuan yang diperoleh dari indra adalah pengetahuan semu. Kedua,
pengetahuan budi, merupakan pengetahuan yang dapat dipercaya dan benar karena
perolehannya didasarkan pada sesuatu yang tetap. Kenyataan yang benar hanya dapat
diketahui dengan akal, bukan dengan pengamatan indra.
Dengan mengambil objek alam, ia berpendapat bahwa arche merupakan
keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak, dan tidak berubah. Ia menegaskan bahwa
yang ada itu ada. Inilah kebenaran. Sehingga Parmanides mengingkari gerak,
perubahan atau menjadi. Karena itu, filsafatnya disebut “filsafat ada”.
g. Heraklitos (535-480 SM)
Heraklitos lahir di Kota Epheos. Ia mempunyai pemikiran yang sangat berbada
dari para filsuf sebelumnya. Menurutnya, segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti
berubah. Tidak ada sesuatu yag tetap, semuanya dalam keadaan menjadi (berubah).
Yang menjadi arche adalah api. Karena api terus bergerak dan tidak tetap. Pemikiran
ini disebut dengan istilah panta rhei kai uden menei, “semua hal berada dalam
perubahan”. Segala sesuatu berlalu dan tidak ada yang tetap. Perubahan yang terjadi
tiada hentinya. Seluruh kenyataan adalah sungai. Sebab, air sungai selalu itu terus
berlalu, mengalir, dan berganti-ganti. Demikian juga dengan segala sesuatu.
Hakikatnya segala sesuatu adalah menjadi. Oleh karena itu filsafat heroklitos disebut
filsafat menjadi.
h. Zeno (+ 490 SM)
8
Zeno lahir pada 490 SM, ia adalah murid dari Parmanides. Zeno
mempertahankan filsafat gurunya yaitu Parmanides, tidak menyambung keterangan
atau menambahkannya. Bahwa, gerak itu tidak ada, tidak mungkin, dan hanya
khayalan. Ia mengembalikan keterangan terhadap dalil orang yang membantah
pendapat gurunya, jika keterangan orang tersebut salah, maka otomatis pendapat
gurunya benar. Pada zaman Yunani Kuno ini, Zeno sebagai salah satu filsuf yang
mengemukakan 6 paradoks, yaitu :
a. Paradoks dikotomi
b. Paradoks perlombaan lari Achilles dan kura-kura
c. Paradoks anak panah
d. Paradoks stadion
e. Paradoks tentang tempat
f. Paradoks tentang bulir gandum
i. Empedocles (492-432 SM)
Empedocles lahir di Acragas, di pesisir selatan Sisilia. Empedocles dikenal
sebagai politisi demokrat dan menyatakan dirinya adalah dewa. Sebab, ia mengaku
adakah sosok perpaduan antara filsuf, nabi, ilmuwan, dan dukun yang ada pada diri
Phythagoras.8 Ia setuju dengan pemikiran Permanides, bahwa di dalam alam semesta
ini tidak ada yang dilahirkan sebagai sesuatu yang baru dan tidak ada yang bisa
dibinasakan sehingga tiada lagi. Namun, Empedocles juga menentang pendapat
Permanides, bahwa kesaksian indra adalah palsu. Memang pengamatan indra
menunjukan hal yang jamak, yang berubah, yang bermacam-macam itu disebabkan
oleh penggabungan dan pemisahan keempat unsur yang menyusun segala sesuatu.
Keempat unsur itu adalah air, udara, api, dan tanah.
j. Anaxagoras (499-428 SM)
Anaxagoras lahir di Clazomenae, Ionia tahun 499 SM. Ia merupakan penganut
tradisi ilmiah dan rasionalis Ionia. Dialah orang pertama yang memperkenalkan
filsafat ke negeri Athena dan yang mula-mula berpendapat bahwa ruh adalah
penyebab utama terjadinya perubahan-perubahan fisik. Menurutnya, unsur dasar tidak
terhitung jumlahnya.
Unsur-unsur itu terdiri dari amat banyak biji yang berjenis-jenis sifatnya.
Segala sesuatu tersusun dari benih-benih tersebut. Namun dalam teorinya bahwa nous
(ruh,akal) terpisah dari segala sesuatu, tidak tercampur dengan benih-benih. Sekalipun

8
Ali Maksum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Post Modernisme (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2017)
hlm. 44
9
demikian, kekuatannya melebihi segala sesuatu.9 Ruh bagi Anaxagoras adalah
kekuatan pengendali segala sesuatu yang hidup, sifatnya tak terbatas dan mandiri serta
tidak tercampur apapun. Ruh merupakan sumber gerak. Ia penyebab terjadinya rotasi.
Dalam hal inilah, Anaxagoras memiliki arti penting dalam khazanah ilmu
pengetahuan.
i. Democritos (460-370 SM)
Democritos mengajarkan bahwa kenyataan bukan hanya satu saja, melainkan
terdiri dari banyak unsur. Unsur-unsur itu ia sebut sebagai atomos “tak terbagi”.
Atomos (atom) ini tidak dapat dibeda-bedakan karena sifatnya, semua atom adalah
sama, tidak dijadikan, tidak termusnahkan, dan tidak berubah. Democritos juga
membedakan pengetahuan menjadi dua yaitu, pengetahuan indra yang keliru, dan
pengetahuan budi yang benar. Ada dua jenis pengetahuan, katanya, pengetahuan yang
sebenarnya dan yang tidak sebenarnya. Adapun yang tidak sebenarnya ialah
pengelihatan, penciuman, dan rasa. 10

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

9
Ibid,hlm. 45
10
Ibid, hlm. 46
10
Dari pemaparan materi di atas dapat kita simpulkan bahwa filsafat Yunani
Kuno berawal dari kepercayaan masyarakat terhadap mitos. Kepercayaan itu begitu
berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Namun, sejak abad ke-7 SM, masyarakat
Yunani mulai merubah pandangan mereka, dari pandangan mitologis menuju
pandangan filosofis, dari yang semula percaya kepada mitos alam, kemudian beralih
ke pandangan dunia logis yang melihat adanya perbedaan antara manusia dengan
alam. Hal itulah yang menjadikan peradaban Yunani Kuno lebih maju dan
berkembang dari peradaban lain pada zaman itu. Munculnya para tokoh-tokoh filsuf
dari Yunani dengan segala pemikirannya menambah nilai tambah bagi ilmu
pengetahuan di peradaban Yunani Kuno.

Daftar Pustaka

11
Maksum, Ali. 2017. Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme.
Yogyakarta :Ar-Ruzz Media.

Lubis, Akhyar Yusuf. 2016. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontenporer. Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu . Depok : PT Rajagrafindo Persada.

Surajiyo. 2017. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Suhartono, Suparlan. 2005. Sejarah Pemikiran Filsafat Modern . Yogyakarta : Ar-Ruzz


Media.

12

Anda mungkin juga menyukai