Anda di halaman 1dari 3

1.

Proliferasi

Proliferasi adalah fase sel saat mengalami pengulangan siklus sel tanpa
hambatan. Proliferasi berbeda dengan mitosis. Istilah proliferasi sering digunakan
pada hepatosit dalam konteks penggantian massa parenkima hati yang hilang
akibat proses detoksifikasi, radang atau imunitas, dan digunakan pada sel B dan
sel T pada saat kedua jenis sel ini distimulasi oleh ekspresi molekul antigen.

2.Diferensiasi sel

Dalam biologi perkembangan, diferensiasi sel adalah proses ketika sel kurang
khusus menjadi jenis sel yang lebih khusus. Diferensiasi terjadi beberapa kali
selama perkembangan organisme multiselular ketika organisme berubah dari zigot
sederhana menjadi suatu sistem jaringan dan jenis sel yang rumit. Diferensiasi
adalah proses yang lazim pada makhluk dewasa: sel punca dewasa terpisah dan
menciptakan sel anak yang terdiferensiasi sepenuhnya selama perbaikan jaringan
dan perputaran sel normal. Diferensiasi secara dramatis mengubah ukuran,
bentuk, potensial membran, aktivitas metabolis, dan ketanggapan sel terhadap
sinyal. Perubahan-perubahan itu sebagian besar diakibatkan oleh modifikasi
ekspresi gen yang sangat terkontrol. Dengan sejumlah pengecualian, diferensiasi
sel hampir tidak pernah mengubah urutan DNA-nya sendiri. Karena itu, beberapa
sel bisa memiliki ciri khas fisik yang sangat berbeda meski memiliki genom yang
sama.

Sebuah sel yang mampu mendiferensiasikan dirinya ke semua jenis sel


organisme dewasa disebut pluripoten. Sel-sel seperti itu disebut sel punca embrio
pada hewan dan sel meristem pada tumbuhan yang lebih tinggi. Sebuah sel yang
mampu mendiferensiasikan diri ke semua jenis sel, termasuk jaringan plasenta,
disebut totipoten. Pada mamalia, hanya zigot dan blastomer akhir yang totipoten,
sementara pada tumbuhan banyak sel diferensiasi yang menjadi totipoten melalui
serangkaian teknik laboratorium sederhana. Dalam sitopatologi, tingkat
diferensiasi sel dipakai untuk mengukur perkembangan kanker. "Grade" adalah
penanda diferensiasi suatu sel di dalam tumor.
KANKER KOLON/ USUS BESAR

A.Definisi kanker kolon

 Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa


abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari kolon
(Brooker, 2011)
 Kanker kolon/usus besar tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam usus
besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000)
 Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh
pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000)

Dari beberapa pengertian tersebutdapat disimpulkan bahwa kanker kolon


merupakankanker yang mengenai usus besar dan dapat bersifat jinak atau
ganas bila tidak ditangani dengan cepat,tepat dan profesional.

B.patofisiologi Kanker Kolon

Kanker kolon berawal dari adenokarsinoma yang kemudian berkembang


menjadi polyp adenoma. Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi.
Namun pada saat muncul gejala, kanker kolon mungkin sudah menyebar ke
lapisan yang lebih dalam dari jaringan usus dan organ yang berdekatan.
Penyebaran dari kanker kolorektal ini meliputi sekeliling permukaan usus,
submukosa, dan dinding luar usus. Selain itu organ yang berdekatan juga bisa
menjadi area perluasan dari kanker kolon, antara lain hepar, kurvatura mayor
lambung, duodenum, usus halus, pancreas, limpa, dinding abdominal serta saluran
genitourinary. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui
sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru,
otak, tulang dan ginjal.

Bermula dari nodul, kanker usus kerap tidak menunjukan gejala hingga ia
berada pada tahap lanjut. Hal ini dikarenakan pertumbuhan yang lambat yaitu 5
sampai 15 tahun. Sebelum gejala muncul. Manifestasi tergantung pada area
adanya kanker, tipe dan perluasan, dan komplikasi. Gejala yang sering terjadi
adalah pendarahan, perubahan kebiasaan buang air besar, diare atau konstipasi.
Karakteristik lanjutan dari kanker kolon adalah rasa nyeri, anoreksia, anemis
karena pendarahan dan kehilangan berat badan, teraba adanya massa pada
abdomen atau rectum.
C. Gejala Kanker Usus Besar

 Adanya darah pada kotoran (feses) atau bahkan pendarahan di anus.


 Berubahnya tekstur kepadatan kotoran, baik bertambah keras hingga
akhirnya menjadi konstipasi ataupun bertambah cair (diare).
 Menurunnya berat badan.
 Tubuh terasa lelah.
 Nyeri atau kram pada bagian perut.
 Perut kembung.
 Meningkatnya frekuensi buang air besar atau diare.
 Konstipasi.
 Nafsu makan menurun.

D.Penyebab Terjadinya Kanker Usus Besar

Meski penyebabnya tidak diketahui, beberapa faktor berikut ini dapat


meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kanker usus besar:

 Terlalu banyak mengonsumsi daging merah dan


Kekurangan serat.
 Mengonsumsi minuman beralkohol.
 Merokok.
 Mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
 Berusia di atas 50 tahun.
 Menderita penyakit gangguan pencernaan, salah satunya adalah kolitis
ulseratif atau radang kronis di usus besar.
 Menderita diabetes.
 Kurang berolahraga.
 Memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita kanker usus
besar.
 Menderita familial adenomatous polyposis (FAP), yaitu gangguan
genetika yang menyebabkan tumbuhnya gumpalan-gumpalan sel atau
polip di dalam usus besar.

Anda mungkin juga menyukai