(2)
XII MIPA 3
Gonorrhea
Gonorrhea adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae yang dapat menginfeksi lapisan dalam saluran kemih (uretra), leher rahim,
rektum, tenggorokan atau mata.
Bakteri Neisseria gonorrheae mudah hidup dan berkembang biak dengan cepat di
dalam saluran-saluran reproduksi, seperti pangkal rahim (cervix), rahim (uterus), dan tuba
fallopi (saluran telur) bagi wanita serta saluran kencing (urine canal) bagi wanita dan lelaki.
Bakteri ini juga bisa berkembang biak di dalam mulut, kerongkong, mata dan dubur
Penyakit ini biasanya diderita oleh mereka yang melakukan hubungan seks dengan beberapa
partner dan tidak menerapkan seks aman. Penyakit ini juga dapat menular dari ibu yang
menderita penyakit gonorrhea ke bayinya saat melahirkan. Bayi baru lahir bisa terinfeksi
gonorrhea dari ibunya selama proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan dan keluar
nanah dari kedua kelopak mata.
Sekitar 10-20% wanita yang terinfeksi hanya memiliki sedikit atau tanpa gejala. Oleh
karena itu, infeksi mungkin baru terdeteksi saat pemeriksaan rutin atau setelah
pasangan prianya terdiagnosa gonorrhea.
Tidak enak pada daerah genitalia dan keluarnya sekret seperti nanah dari
vagina.
Desakan dan rasa nyeri saat berkemih, serta demam.
Infeksi juga dapat menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur,
saluran kemih bagian atas dan rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang
dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan intim.
Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, saluran kemih atau kelenjar
di sekitar lubang vagina.
Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke satu atau beberapa sendi, dimana
sendi menjadi bengkak dan terasa sangat nyeri sehingga pergerakannya menjadi
terbatas. Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik
merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan, atau nyeri di beberapa
sendi yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis).
Selain itu, bisa juga terjadi infeksi pada jantung dan infeksi pada jaringan
pembungkus hati yang bisa menyebabkan nyeri seperti gangguan pada kandung
empedu. Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa
penyembuhan untuk bisa berlangsung lambat.
Risiko terinfeksi gonorrhea atau penyakit menular seksual lainnya dapat dikurangi
dengan cara melakukan hubungan seksual yang aman :
Sifilis pun terjadi dalam beberapa tahap serta gejalanya pun bervariasi di tiap tahap. Antar
stadium bisa tumpang tindih dan gejala tidak selalu muncul dengan urutan yang sama.
1. Sifilis primer
Gejala awal sifilis yaitu adanya luka kecil dimana luka tersebut menjadi tempat masuknya
bakteri ke dalam tubuh. Luka kecil itu disebut dengan chancre. Mayoritas orang memiliki
1 luka, namun beberapa orang lainnya memiliki beberapa luka.
Chancre biasanya muncul sekitar 3 minggu setelah paparan bakteri. Banyak orang yang
memiliki sifilis tidak menyadari adanya chancre tersebut karena luka ini tidak
menimbulkan rasa nyeri dan bisa tersembunyi di vagina atau rectum. Chancre dapat
bertahan 3-6 minggu dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan. Namun, hal itu
bukan berarti penderita sembuh dari sifilis jika tidak mendapatkan pengobatan, melainkan
infeksi berlanjut ke stadium sekunder.
2. Sifilis sekunder
Saat luka awal di stadium primer mulai sembuh atau dalam beberapa minggu setelah
chancre sembuh, maka akan muncul bercak kemerahan yang muncul di seluruh tubuh
hingga telapak tangan dan telapak kaki. Bercak ini tidak gatal dan bisa disertai dengan
luka seperti kutil di mulut atau genital. Beberapa orang juga bisa mengalami kerontokan
rambut, pegal pegal, demam, nyeri tenggorokan, lemas dan pembengkakan kelenjar getah
bening. Tanda dan gejala ini bisa menghilang setelah beberapa minggu dan hilang timbul
selama 1 tahun.
3. Sifilis latent
Jika sifilis tidak di obati, penyakit ini bisa berlanjut dari stadium sifilis sekunder menjadi
sifilis laten yaitu saat penderita tidak mengeluhkan gejala apapun. Sifilis stadium laten bisa
bertahan hingga tahunan. Tanda dan gejala tidak dapat kembali ke stadium sebelumnya.
Hanya bisa tetap dormant atau berlanjut ke stadium tersier.
4. Sifilis tersier
Sifilis tersier terjadi pada 15-30% orang yang terinfeksi sifilis namun tidak mendapatkan
pengobatan sehingga muncul komplikasi berupa sifilis tersier. Pada stadium lanjut,
penyakit ini bisa merusak otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang dan
sendi. Gangguan tersebut muncul setelah bertahun tahun sejak sifilis primer tidak di obati.
5. Neurosifilis
Pada stadium ini, sifilis bisa menyebar dan merusak organ lain termasuk otak dan sistem
saraf serta mata. Gangguan sistem saraf tersebut disebut neurosifilis. Sementara itu,
gangguan yang terjadi pada mata disebut sifilis okuler.
6. Sifilis kongenital
Bayi yang lahir dari ibu dengan sifilis bisa terinfeksi melalui plasenta atau selama
persalinan. Mayoritas bayi yang lahir dengan sifilis kongenital tidak memiliki gejala
meskipun pada beberapa kasus ada yang mengalami bercak kemerahan pada telapak
tangan dan telapak kaki. Setelah itu akan berkembang menjadi tanda dan gejala seperti
tuli, gangguan gigi, gangguan bentuk hidung yang disebut saddle nose. Bagaimanapun
bayi yang lahir dengan sifilis juga bisa lahir lebih awal atau prematur, dan bahkan bisa
meninggal setelah lahir.
Sifilis sebenarnya bisa diobati dengan pemberian antibiotik seperti penisilin oleh dokter.
Pasangan seksualnya juga harus diobati. Cara mengobati sifilis tidak bisa dilakukan dengan
penanganan sendiri, karena penyakit ini tidak bisa hilang dengan sendirinya.
Tidak ada pengobatan rumahan atau obat bebas yang bisa menyembuhkan sifilis, tapi sifilis
mudah disembuhkan pada tahap awal. Sebuah injeksi intramuskular tunggal benzathine
benzylpenicillin dengan kerja panjang (sekitar 2,4 juta unit diberikan secara intramuskular)
akan menyembuhkan seseorang yang menderita sifilis laten primer, sekunder, ataupun tahap
dini.