Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada masa pandemi Covid-19 ini pemerintah mengeluarkan

kebijakan tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring dan luring.

Pembelajaran daring dilaksanakan sebagai langkah tepat untuk dapat

mencegah dan menekankan penularan virus Covid-19, pun peserta didik

tidak akan ketinggalan pelajaran sebagaimana yang telah direncanakan

dalam kurikulum selama satu tahun ajaran. Walaupun pemerintah sudah

mengeluarkan kebijakan New Normal yang tujuannya adalah

menghidupkan kembali sektor perekonomian yang sudah kurang lebih 3

bulan lumpuh akibat dampak Covid-19, akan tetapi sektor pendidikan

khususnya pembelajaran di sekolah belum sepenuhnya berani dibuka oleh

pemerintah. Hal ini dikarenakan anak usia sekolah adalah anak yang

cenderung masih labil dan senang akan berkumpul dengan teman-

temannya sehingga memungkinkan terjadinya penyebaran virus tersebut.

Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan saat ini bersifat daring yang

sifatnya jarak jauh. Sudah barang tentu menjadi tantangan tersendiri bagi

guru dalam rangka capaian hasil belajar terutama dalam usaha pendidikan

karakter anak.

Berkaitan dengan adanya hal tersebut, setiap elemen masyarakat

diminta untuk dapat menyesuaikan aktivitasnya dengan memperhatikan

prinsip physical distancing. Pembelajaran daring akan memaksa pelajar

atau mahasiswa memainkan peran yang lebih aktif dalam


pembelajarannya, hal ini karena pembelajaran daring mengharuskan

pelajar atau mahasiswa mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.

Pembelajaran yang menggunakan teknologi internet juga dapat memberi

ruang belajar yang bebas dan luas bagi peserta didik, karena pembelajaran

menggunakan teknologi internet tidak terbatas oleh ruang dan waktu

(Anwari, 2018:2).

Menurut Suciati (2017:71) menyatakan bahwa pembelajaran online

sejatinya merupakan evolusi dari sistem pembelajaran jarak jauh. Apabila

sebelumnya pembelajaran jarak jauh menggunakan bentuk pembelajaran

Blanded atau Hybrid dengan mengombinasikan komponen tatap muka

dengan online dalam program pembelajaran online, kedua komponen

tersebut dilakukan sepenuhnya menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi.

Model pembelajaran virtual memaksa sekolah dan guru untuk

kreatif agar siswa aktif dalam pembelajaran untuk mencapai ketuntasan.

Memiliki warga sekolah yang berkarakter disiplin dan tanggung jawab

walaupun di masa pandemi merupakan salah satu tujuan pendidikan di SD

Negri 7 Semunai, Kecamatan Pinggir. Selain itu, dalam kurikulum sekolah

juga sudah Dituliskan dan disesuaikan dengan situasi pandemi covid-19,

bahwa sekolah sudah menginternalisasikan pendidikan karakter disiplin

dan tanggung jawab.


Berdasarkan pengalaman semester pertama tahun ajaran

2020/2021, banyak guru mengalami kesulitan dalam menginternalisasikan

karakter disiplin dan tanggung jawab siswa. Demikian juga saat

pengumpulan tugas-tugas banyak siswa yang terlambat, harus ditagih oleh

gurunya dan banyak yang tidak mengumpulkan.

Pendidikan karakter adalah suatu usaha pengembangan dan

mendidik karakter seseorang yaitu kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti

sehingga menjadi lebih baik. Pendidikan karakter adalah suatu sistem

penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi

komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter pada intinya

bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,

bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang

dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semuanya

dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

Pancasila.

Pendidikan karakter merupakan penciptaan lingkungan sekolah

yang membantu siswa dalam perkembangan etika, tanggung jawab melalui

model, dan pengajaran karakter yang baik melalui nilai-nilai universal

(Berkowitz & Bier, 2005:7). Dengan pembelajaran yang dilakukan diluar

lingkungan sekolah dalam hal ini menggunakan pembelajaran daring yang

sifatnya jarak jauh, memberikan tugas dan tanggung jawab ekstra serta
tantangan bagi guru untuk mampu menciptakan lingkungan pembelajaran

dalam upaya perkembangan etika, tanggung jawab dan karakter peserta

didik tersebut.

Pembentukan karakter sangat berarti untuk dilakukan oleh sekolah,

tumbuh dan berkembangnya nilai karakter yang baik tentu akan

mendorong siswa menjadi tanggung jawab dalam segala perlakuan siswa.

Tujuan karakter tanggung jawab siswa pada dasarnya untuk membentuk

penyempurnaan dan melatih anak-anak yang baik dan memiliki budi

pekerti. Menurut Kemendiknas (2010:10) menyatakan bahwa “tanggung

jawab adalah sebagai sikap melekukkan tugas dan kewajibannya, yang

seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat”. Tanggung

jawab siswa di masa pembelajaran daring sangat penting, karena

pembelajaran daring sangat membentuk adanya karakter tanggung jawab

siswa saat mengikuti dan mengerjakan kewajibannya. Karakter tanggung

jawab siswa adalah belajar, mengerjakan tugas, mengikuti arahan guru saat

menjelaskan materi pembelajaran, mengikuti jam pembelajaran,

menghargai dan menghormati anggota kelas. Pembelajaran daring menjadi

tantangan bagi seorang guru untuk membentuk karakter tanggung jawab.

Pelaksanaan pembelajaran di lingkungan luar akan memberikan

tantangan bagi guru, bagaimana seorang guru dapat menciptakan

lingkungan pembelajaran yang mampu menumbuhkan sikap pendidikan

karakter. Dengan pelaksanaan pembelajaran secara daring seorang guru


kreatif dalam menggunakan strategi bagaimana di masa pandemi tugas

guru dalam penanaman pendidikan karakter berjalan secara maksimal.

Pembelajaran yang membentuk siswa menjadi bertanggung jawab

untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang bermakna. Melihat kegiatan

pembelajaran guru dan siswa yang dapat adanya membentuk karakter

tanggung jawab. Melalui studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti

tertarik pada pelaksanaan pembelajaran daring dalam membentuk karakter

tanggung jawab siswa kelas IV SDN 7 Semunai Kecamatan Pinggir.

Kegiatan pembelajaran daring yang berjalan dengan baik dan dapat

membentuk karakter tanggung jawab, mengikuti kegiatan pembelajaran,

mengerjakan tugas sesuai dengan perintah guru. Peneliti tertarik untuk

meneliti lebih lanjut mengenai sejauh mana pembelajaran daring dimasa

pandemi dalam membentuk karakter tanggung jawab di kelas IV SDN 7

Semunai Kecamatan pinggir . Dengan demikian peneliti tertarik

mengambil judul “implementasi pembelajaran daring dalam membentuk

karakter tanggung jawab”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, adapun

rumusan masalah yang pada penelitian ini yaitu adalah: Bagaimana

implementasi pembelajaran daring dalam membentuk karakter tanggung

jawab di kelas IV SDN 7 Semunai Kecamatan pinggir.


C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah u

1. Untuk meneliti bagaimana implementasi pendidikan karakter dan

nilai-nilai karakter apa sajakah yang dapat dikembangkan pada

masa pandemi Covid-19.

2. Untuk mendeskripsikan kendala dan upaya dalam proses

Implementasi pendidikan karakter tanggung jawab pada masa

pandemi covid-19 di SDN 7 Semunai

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di SDN 7 Semunai Kecamatan

Pinggir dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan salah satu

karya yang mendorong untuk meningkatkan pengetahuan

keilmiahan peneliti.

2. Hasil penelitian ini, dapat digunakan pembaca sebagai sumber

informasi bahan bacaan dan referensi untuk pengembangan

penelitian selanjutnya.

3. Hasil penelitian ini, dapat di jadikan salah satu sumber bahan

referensi dalam melatih kecerdasan emosional siswa sekolah

dasar pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga (sekolah)


Bagi sekolah, Bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan

akan memperoleh umpan balik yang nyata dan sangat berguna

sebagai bahan evaluasi demi keberhasilan di masa mendatang.

b. Bagi guru

Bagi guru yaitu sebagai masukan mengenai strategi dalam

membentuk karakter disiplin siswa.

c. Bagi peserta didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

upaya dalam membentuk karakter disiplin peserta didik,

sehingga dapat mengubah perolehan peningkatan yang

maksimal.

d. Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk mengintegrasikan keterampilan dan

pengetahuan. Serta untuk salah satu persyaratan mencapai gelar

Sarjana stara satu (S1), dalam bidang pendidikan guru

Madrasah Ibtidaiyah di Fakultas Tarbiyah dan keguruan

INSTITUT EHMRI KANDIS.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendididkan Karakter

1. Pengertian karakter

Karakter merupakan unsur pokok dalam diri manusia yang

dengannya membentuk karakter psikologi seseorang dan membuatnya

berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya

dalam kondisi yang berbeda- beda. Berbagai definisi istilah atau term dari

karakter itu sendiri para tokoh dan ulama telah menjelaskannya,

diantaranya adalah sebagai berikut:

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”

(menandai) dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan

dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang

berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang

berkarakter jelek, sementara seorang yang berperilaku jujur, suka

menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah

karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.


Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character)

apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah

bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,

tabiat, temperamen, watak. Adapun yang dimaksud berkarakter adalah

berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Sebagian

menyebutkan karakter sebagai penilaian subjektif terhadap kualitas moral

dan mental, sementara yang lainya menyebutkan karakter sebagai

penilaian subjektif terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya

mengubah atau membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi

terhadap intelektual seseorang.

Dalam istilah psikologi, yang disebut karakter adalah watak

perangai sifat dasar yang khas satu sifat atau kualitas yang tetap terus

menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi

seorang pribadi.

2. Pengertian pendidikan karakter

Pendidikan karakter berasal dari dua kata pendidikan dan karakter,

menurut beberapa ahli, kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-

beda tergantung pada sudut pandang, paradigma, metodologi dan disiplin

keilmuan yang digunakan, diantaranya: Menurut D. Rimba, pendidikan

adalah “Bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh pendidik terhadap

perkembangan Jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya

kepribadian yang utuh.


Menurut Doni Koesoema A. mengartikan pendidikan sebagai

proses internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat menjadi

beradab. Ada pula yang mendefinisikan pendidikan sebagai proses dimana

sebuah bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan

kehidupan, dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.

M Sudirman N. pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh

seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau

sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup

dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mantap.

Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya

upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar

selaras dengan alam dan masyarakatnya. Sedangkan secara terminologi,

pengertian pendidikan banyak sekali dimunculkan oleh para

pemerhati/tokoh pendidikan, di antaranya: Pertama, menurut Marimba

pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,


kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Intinya pendidikan selain sebagai

proses humanisasi, pendidikan juga merupakan usaha untuk membantu

manusia mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya (olahraga, raga

dan rasio) untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Setelah kita mengetahui esensi pendidikan secara umum, maka yang perlu

diketahui selanjutnya adalah hakikat karakter sehingga bisa ditemukan

pengertian pendidikan karakter secara komprehensif.

Istilah karakter digunakan secara khusus dalam konteks pendidikan

baru muncul pada akhir abad 18, terminologi karakter mengacu pada

pendekatan idealis spiritualis yang juga yang juga dikenal dengan teori

pendidikan normatif, dimana yang menjadi prioritas adalah nilai-nilai

transenden yang dipercaya sebagai motivator dan dominisator sejarah baik

bagi individu maupun bagi Perubahan nasional. Istilah karakter berasal

dari bahasa Yunani, charassein, yang berarti to engrave atau mengukir.

Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir di atas batu permata

atau permukaan besi yang keras. Dari sanalah kemudian berkembang

pengertian karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku

(an individual’s pattern of behavior … his moral contitution).

Sedangkan Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin

“Charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan,

budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter


diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia

mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya

sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter juga bisa

diartikan sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil proses

konsolidasi secara progresif dan dinamis.

Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia kata ‘karakter’

diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Ki Hadjar

Dewantara memandang karakter sebagai watak atau budi pekerti.

Menurutnya budi pekerti adalah bersatunya antara gerak fikiran, perasaan,

dan kehendak atau kemauan yang kemudian menimbulkan tenaga.

Pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik

kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang

mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik

serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk

memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu

dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan,

pengajaran, bimbingan dan pelatihan.

Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk

mewujudkan kebajikan yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara


objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik

untuk masyarakat secara keseluruhan.

Dari beberapa definisi karakter tersebut dapat disimpulkan secara

ringkas bahwa karakter adalah sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang

stabil sebagai hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis; sifat

alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral; watak, tabiat,

akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi

berbagai kebajikan, yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk

cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak; sifatnya jiwa manusia,

mulai dari angan-angan sampai menjelma menjadi tenaga.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter adalah menanamkan dalam diri siswa

dan perbaikan cara kehidupan bersama yang lebih baik untuk menghargai

kebebasan individu. Menurut Zubaedi (2011:8) pendidikan karakter

memiliki lima tujuan yaitu :

1) Mengembangkan potensi hati nurani, efektif siswa sebagai manusia

warga negara yang mempunyai nilai-nilai karakter bangsa.

2) Mengembangkan rutinitas dan perilaku siswa yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisional budaya bangsa

yang religius.

3) Menanamkan sikap jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab

peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.


4) Mengembangkan kebiasaan siswa menjadi manusia yang mandiri,

kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

5) Mengembangkan lingkungan hidup sekolah sebagai lingkungan

belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan

dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan

(dignitity). Tujuan yang ingin dicapai dalam membangun karakter

yaitu untuk membentuk, memperbaiki serta untuk meningkatkan

karakter siswa.

Menurut Mulyasa (2014:9) menyatakan bahwa “Pendidikan

karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan

yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik

secara terpadu, utuh dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi

lulusan pada setiap satuan pendidikan”. Sedangkan pendapat Gunawan

(2014:30) berpendapat bahwa “pendidikan karakter memiliki tujuan yang

dapat membentuk bangsa yang tangguh, kompetensi, berakhlak mulia,

bermoral, toleransi, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang

dinamis, memiliki jiwa oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa berdasarkan pancasila”.

Penjelasan yang telah dipaparkan diatas, dapat dirangkum dari

pendapat ara ahli, dengan adanya tujuan pendidikan karakter diharapkan

siswa benar-benar bisa menggunakan atau memakai pengetahuannya


dalam menerapkan nilai-nilai, karakter, sehingga akan terwujud dalam

rutinitas kehidupan sehari-hari siswa.

4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter harus memperkenalkan nilai-nilai inti sebagai

landasan bagi pembembentukan karakter yang baik, sekolah harus dapat

menjadi komunikasi yang peduli, seluruh staf sekolah harus menjadi

komunikasi belajar dan komunitas moral yang saling berbagi tanggung

jawab bagi berlangsungnya pendidikan karakter menurut (Rahmadhani,

2017:31). Prinsip-prinsip pendidikan karakter menurut Wiyani (2013:50)

merangkum dalam tujuan karakter dasar yang bisa diteladani dari Asmaul

Husna, yaitu, jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan

kerja keras.

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya prinsip

pendidikan karakter sebagai landasan dari pembentuk karakter yang baik

saling bertanggung jawab bagi berlangsungnya pendidikan karakter sesuai

dengan tujuan karakter dasar yaitu, jujur, tanggung jawab, disiplin, adil,

peduli dan kerja keras.

5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Berikut ini adalah 18 nilai karakter Kemendiknas sebagai tertuang

dalam buku pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang

disusun Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat

Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (2010:9)


1) Religius, yakni kepatuhan dalam memahami suatu ajaran sesuai

dengan kepercayaan masing-masing individu, seperti memiliki

sikap toleransi dan hidup rukun umat beragama.

2) Jujur, yakni sikap perilaku yang menggambarkan adanya

kesesuaian hati, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang

kesesuaian hati, perkataan yang benar dan melakukan yang benar),

sehingga menjadi orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang

dapat dipercaya.

3) Toleransi, yakni sikap menghargai adanya perbedaan agama, aliran

kepercayaan, suku, adat, ras, etis, pendapat, dan hal lain-lain yang

berbeda dengan dirinya.

4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang harus mematuhi nilai-

nilai yang dipercayai atau terrhadap suatu aturan yang berlaku.

5) Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya atau

mengerjakan sesuatu hal dengan bersungguh-sungguh, tanpa

mengenal lelah dengan usaha yang optimal demi tercapainya

tujuan yang diinginkan.

6) Kreatif, yaitu perilaku yang menciptakan sesuatu yang baru dapat

berupa ide maupun kenyataan.

7) Mandiri, yaitu memiliki sikap perilaku yang tidak tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan dan memberikan suatu keputusan

terhadap suatu permasalahan.


8) Demokrasi, yakni sikap dan tata cara berfikir yang mengutamakan

persamaan hak dan kewajiban secara adil dan erat antar dirinya dan

orang lain.

9) Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan perilaku yang menunjukkan rasa

penasaran dan keinginan terhadap segala hal yang dilihat, didengar,

dipelajari secara mendalam.

10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan perilaku

tindakan yang menunjukkan kesetiaan terhadap kepentingan angsa

dan negara.

11) Cinta tanah air, yaitu sikap dan perilaku yang menunjukkan rasa

cinta, bangga, setia, peduli terhadap tanah air dengan sedia

mengabdi, berkorban, melindungi tanah airnya dari ancaman,

memelihara persatuan dan kesatuan.

12) Menghargai prestasi, yaitu sikap dan tindakan terhadap prestasi

orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi

semangat berprestasi yang lebih tinggi.

13) Komunikasi, yaitu sikap yang mendorong dirinya untuk terbuka

terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun dapat

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan

mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

14) Cinta damai, yakni sikap yang mencerminkan sesuatu yang damai,

aman, tentram, dan nyaman atas kehadiran dalam komunitas atau

masyarakat tertentu.
15) Gemar membaca, yaitu kebiasaan tanpa pemaksaan untuk

melakukan aktivitas membaca dari berbagai sumber bacaan.

Seperti buku, jurnal, majalah, ebook, koran dan sebagainya,

sehingga menimbulkan kebijakan di dalam dirinya.

16) Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan seseorang yang sadar

untuk selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan di

sekitar agar lingkungan tidak rusak.

17) Peduli sosial, yakni sikap dan tindakan yang mencerminkan

kepedulian terhadap orang lain untuk saling membantu yang

membutuhkannya.

18) Tanggung jawab, yakni kesadaran manusia akan sikap dan tingkah

laku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya baik

sengaja maupun tidak sengaja.

B. Tanggung Jawab

1. Pengertian tanggung jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan

budaya), Negara dan tuhan. Apabila dalam penggunaan hak dan kewajiban

ini bisa tertib, maka akan timbul rasa tanggung jawab. Tanggung jawab

yang baik adalah apabila antara perolehan hak dan penuaian kewajiban

bisa saling seimbang. Kemendiknas (2010:10) menyatakan bahwa


“tanggung jawab sebagai sikap melaksanakan tugas dan kewajibannya,

yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat”.

Menurut Yaumi (2014:114) menyatakan bahwa “yang dimaksud

tanggung jawab adalah suatu kewajiban untuk melaksanakan atau

menyelesaikan tugas (ditugaskan oleh seseorang, atau diciptakan oleh janji

sendiri atau keadaan) yang seseorang harus penuhi, dan yang memiliki

konsekuensi hukuman terhadap kegagalan”. Oleh karena itu tanggung

jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas adalah kewajiban yang harus

diselesaikan. Sedangkan menurut Wiyani (2013:49) menyatakan bahwa

“tanggung jawab merupakan bentuk karakter yang membuat seseorang

bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik

mungkin”.

Ciri-ciri karakter tanggung jawab menurut Yaumi (2014:114-115)

seseorang yang memiliki tanggung jawab dapat menunjukkan karakter

sebagai berikut :

1) Tugas dan pekerjaan apa yang harus segera diselesaikan.

2) Tugas tanpa diminta atau disuruh untuk mengerjakannya.

3) Memahami dan menerima konsekuensi dari setiap tindakan yang

dilakukan.

4) Berfikir sebelum berbuat.

5) Melakukan pekerjaan sebaik mungkin dengan hasil yang

maksimal.
6) Membersihkan atau membereskan segala sesuatu yang digunakan

setelah menggunakan sekalipun tanpa ada orang lain yang

melihatnya.

7) Selalu berusaha berbuat sebaik mungkin.

8) Terus berbuat dan tidak berhenti sebelum menyelesaikan.

9) Berbuat karena alasan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pelaksanaan pendidikan karakter sebagai suatu program yang

memerlukan indikator sebagai tolak ukur keberhasilan. Untuk mengetahui

bahwa telah melaksanakan proses pendidikan karakter yang

mengembangkan budaya dan karakter maka ditetapkan indikator tanggung

jawab.

Menurut Fitri (2012:11) menyebutkan bahwa tanggung jawab

adalah pertanggungan perbuatan sendiri, seorang siswa harus bertanggung

jawab kepada guru, orang tua, dan diri sendiri. Sikap tanggung jawab

diperlukan siswa pada proses pembelajaran, sehingga setiap siswa dapat

menyadari dan melaksanakan apa yang sudah ditugaskan kepadanya

dengan sebaik-baiknya agar mencapai hasil yang maksimal.

2. Macam-macam Tanggung Jawab

Macam-macam tanggung jawab setiap manusia memiliki sikap

tanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya, sehingga

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara seseorang harus memiliki


sikap tanggung jawab yang baik kepada dirinya sendiri maupun bagi orang

lain. Adapun macam-macam tanggung jawab itu antara lain :

1) Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Kesadaran setiap orang memenuhi kewajiban sendiri dalam

mengembangkan kepribadian. Karena setiap orang mempunyai

pendapat, perasaan, keinginan terhadap diri sendiri sebagai

perwujudan dari perasaan berbuat dan bertindak.

2) Tanggung jawab terhadap keluarga

Keluarga merupakan kelompok masyarakat kecil yang

terdiri atas ayah, ibu dan anak. Setiap anggota keluarga wajib

memiliki rasa tanggung jawab terhadap anggota keluarga lainnya.

Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga, pendidikan,

kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan keluarga tersebut.

3) jawab terhadap masyarakat

Pada dasarnya manusia bisa hidup tanpa adanya bantuan

dari manusia lain. Karena manusia di ciptakan sebagai makhluk

sosial. Manusia sebagai anggota masyarakat yang tentunya

mempunyai tanggung jawab begitu pun masyarakat dimana ia

berada.

4) Tanggung jawab terhadap bangsa dan negara

Setiap warga negara dalam berfikir, berbuat, bertindak

maupun bertingkah laku terkait oleh norma aturan yang telah

dibuat oleh negara. Manusia harus mengikuti aturan yang telah


ditetapkan oleh negara, setiap tindakan harus mengikuti norma dan

aturan yang ada.

5) Tanggung jawab terhadap tuhan

Tanggung jawab terdapat tuhan berarti kita melakukan apa

yang seharusnya kita lakukan sebagai manusia berdasarkan

perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya.

3. Karakter Tanggung Jawab

Individu yang memiliki karakter tanggung jawab, memiliki fungsi

yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, menurut Suyadi

(2013:65-195) menyatakan bahwa ada beberapa fungsi dari karakter

tanggung jawab yaitu :

1) Individu yang memiliki tanggung jawab yang tinggi, dapat berbagi

kepada mereka yang kurang pandai dalam bertanggung jawab.

2) Individu yang memiliki tanggung jawab yang tinggi berani

mengambil resiko kegagalan, dapat memiliki individu yang

bertanggung jawab dan mandiri.

3) Individu yang memiliki tanggung jawab yang tinggi dapat

memiliki kepekaan masalah yang tinggi sehingga dapat memiliki

panggilan dalam diri untuk menyesuaikan.

Dari hasil penjelasan diatas bahwa dapat disimpulkan dari

beberapa fungsi yang sudah dijelaskan menurut pendapat para ahli bahwa

setiap individu perlu dan harus memiliki karakter tanggung jawab dalam

dirinya masing-masing manusia.


C. Pembelajaran daring selama Covid 19

Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem

pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi

dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus

memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada

di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran

sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).

Semua negara terdampak telah berupaya membuat kebijakan

terbaiknya dalam menjaga kelanggengan layanan pendidikan. Indonesia juga

menghadapi beberapa tantangan nyata yang harus segera dicarikan solusinya:

1) Ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar dan daerah.

2) Keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi

pembelajaran.

3) Keterbatasan sumber daya untuk pemanfaatan teknologi Pendidikan

seperti internet dan kuota.

4) Relasi guru-murid-orang tua dalam pembelajaran daring yang belum

integral.

Pembelajaran teknologi informasi memang sudah diberlakukan dalam

beberapa tahun terakhir dalam sistem pendidikan di Indonesia. Namun,

pembelajaran daring yang berlangsung sebagai kejutan dari pandemi Covid-

19, membuat kaget hampir di semua lini, dari kabupaten/kota, provinsi, pusat

bahkan dunia internasional.


Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan

Surat edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan

Pendidikan Dalam masa darurat penyebaran Corona virus Disease (Covid-19)

poin ke 2 yaitu proses belajar dar rumah dilaksanakan dengan ketentuan

sebagai berikut :

1) Pembelajaran dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh

dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang

bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan

seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun

kelulusan.

2) Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan

hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19.

3) Aktivitas dan tugas pembelajaran dari rumah dapat bervariasi antar

siswa, sesuai dengan minat dan kondisi masing-masing, termasuk

mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah.

Pembelajaran daring sangat berbeda dengan pembelajaran seperti

biasanya, menurut Mustofa (2019) berpendapat bahwa “pembelajaran daring

merupakan suatu sistem pendidikan jarak jauh dengan beberapa metode

mengajar dimana terdapat aktivitas pengajaran yang dilaksanakan secara

terpisah dari aktivitas belajar”. Konsep pembelajaran daring sama dengan e-

Learning, begitu sering orang tua yang mengeluh karena pembelajaran daring.

Banyak siswa yang karakter tanggung jawabnya tidak tertanam dikarena


pembelajaran daring yang membuat siswa menjadi malas-malasan untuk

mengerjakan tugas sekolah. Pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara

guru dan peserta didik di kelas. Dalam proses pembelajaran melibatkan

kegiatan belajar mengajar yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam

kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran e-Learning menurut Darmawan (2014:10) menyatakan

bahwa “pembelajaran e-Learning merupakan sebuah pembelajaran yang

memanfaatkan teknologi serta jaringan yang dapat menghubungkan antara pen

didik dan peserta didik dalam sebuah ruang belajar online”. Sedangkan

menurut Ardiansyah (2013:25) menyatakan bahwa “pembelajaran e-Learning

atau pembelajaran daring adalah suatu sistem pembelajaran yang digunakan

ialah sebagai proses belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap

muka secara langsung antara pendidik dengan siswa”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran daring adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar dengan

bantuan adanya teknologi dan jaringan internet sehingga pembelajaran dapat

dilakukan secara jarak jauh atau tanpa harus ada melakukan kegiatan

pembelajaran secara tatap muka atau secara langsung.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini akan saya laksanakan di SD Negeri 7 Semunai.

Sekolah yang terletak di pinggir jalan lintas ini berlokasikan di Jalan Lintas Duri-

Pekanbaru RT 013 Desa Semunai, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis.

Kegiatan penelitian ini akan dilakukan pada tahun ajaran 2021/2022. Alasan

mengambil tempat penelitian ini karena penulis ingin mengetahui sebesar mana

tanggung jawab dalam pembelajaran daring, SD Negeri 7 Semunai telah

menerapkan pembelajaran daring selama di masa pandemi covid-19. Letak

sekolah yang mudah dijangkau dari tempat tinggal peneliti juga menjadi salah satu

alasan dalam pemilihan lokasi penelitian yang tepat pada musim pandemi COVID

19 saat ini. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi guru

maupun siswa dengan baik.


B. Subjek dan Objek

Subjek yang di teliti dalam penelitian kualitatif di sebut informan yang

dijadikan sebagai tempat berkonsultasi agar dapat menggali data-data yang

diperlukan peneliti, dalam penelitian ini informasi yang di pilih ialah kepala

sekolah, guru kelas VI A, guru agama, guru penjas di Sekolah Dasar Negeri 7

Semunai. Sebab guru tersebut telah membentuk karakter tanggung jawab yang

baik disaat pelaksanaan pembelajaran daring.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menjadikan seluruh siswa kelas VI di SD

Negeri 7 Semunai sebagai populasi dalam penelitian, karena siswa kelas VI ini

perlu diberikannya nilai-nilai pendidikan karakter yang positif sebagai pondasi

awal peserta didik untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi

yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menurut pendapat di atas maka

populasi dalam penelitian ini yaitu berjumlah 93 siswa dari siswa kelas VI A

sampai dengan siswa kelas VI C yang terdiri dari 46 siswa laki-laki dan 47 siswa

perempuan.

Menurut Sugiyono (2012:81) sampel adalah “bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sampel yang digunakan pada

penelitian ini yaitu simple random sampling karena pengambilan sampel diakukan

secara acak tanpa memperhatikan latar belakang dari siswa sehingga semua

populasi mempunyai peluang untuk menjadi sampel.


Sampel penelitian yang digunakan yaitu siswa kelas VI A yang berjumlah

31 orang yang diantaranya 16 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa

perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, dan

dokumentasi yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses

yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara

yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dari

pelaksanaan metode ini digunakan untuk mengamati dan mengumpulkan

data langsung tentang Implementasi pendidikan karakter tanggung jawab

siswa pada masa pandemi covid-19 di SD Negeri 7 Semunai. Dalam

pengumpulan data ini, peneliti akan menggunakan kuisioner sebagai bahan

untuk memperkuat penelitian.

2. Metode Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data di mana

pewawancara (peneliti atau yang di beri tugas melakukan pengumpulan

data) dalam mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan kepada

yang di wawancarai.

Pada hakikatnya wawancara adalah kegiatan untuk memperoleh

informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat

dalam penelitian. Metode ini di gunakan untuk mencari data yang


berhubungan dengan Implementasi pendidikan karakter tanggung jawab

pada pembelajaran Tematik Terpadu siswa pada masa pandemi covid-19

di SD Negeri 7 Semunai

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2015:82) “Dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu”. Dokumentasi dalam bentuk tulisan yaitu

arsip-arsip surat, berita/koran.

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan

mencatat, meneliti pengalaman atau dokumentasi baik menyangkut

langkah-langkah yang di tempuh maupun catatan lain yang berhubungan

dengan masalah yang di teliti. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-

karya monumental dari seseorang biasanya berbentuk tulisan, gambar,

sketsa dan lain-lain.

E. Teknik Analisis Data

Pada dasarnya analisis data adalah sebuah proses mengatur urutan data

dan mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema dan rumusan kerja seperti yang

disarankan oleh data (Sudjana 2001:102).

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Oleh karena itu bentuk

datanya adalah kualitatif. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini

ditempuh prosedur sebagai berikut:


1. Menelaah seluruh data yang berhasil dikumpulkan yaitu dari data hasil

pengamatan (wawancara, observasi dan dokumentasi).

2. Mengadakan reduksi data yakni merangkum, mengumpulkan, dan

memilih data yang relevan, dapat diolah dan disimpulkan.

3. Display data yakni berusaha mengorganisasikan dan memaparkan secara

keseluruhan guna memperoleh gambaran yang lengkap dan utuh.

4. Menyimpulkan data verifikasi yakni melakukan penyempurnaan dengan

mencari data baru yang diperlukan guna mengambil kesimpulan.

F. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2014), etika penelitian diperlukan untuk

menghindari terjadinya tindakan yang tidak etis dalam melakukan penelitian,

maka dilakukan prinsip-prinsip sebagai berikut (Hidayat, 2014) :

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan berisi penjelasan mengenai penelitian yang

dilakukan, tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang

diperoleh responden, dan resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan

dalam lembar persetujuan jelas dan mudah dipahami sehingga

responden tahu bagaimana penelitian ini dijalankan. Untuk responden

yang bersedia maka mengisi dan menandatangani lembar persetujuan

secara sukarela.

2. Anonimitas
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode.

3. Confidentiality ( Kerahasiaan )

Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan

hasil penelitian berdasarkan data individual, namun data dilaporkan

berdasarkan kelompok

4. Sukarela

Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau

tekanan secara langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada

calon responden atau sampel yang akan diteliti.

PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB


SISWA DALAM PEMBELAJARAN DARING SELAMA PANDEMI
COVID-19 DI SD NEGERI 7 SEMUNAI KECAMATAN PINGGIR
KABUPATEN BENGKALIS
Oleh

SEPTI SHOLIHAT
1243.19.0277

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT EHMRI KANDIS
2021

Anda mungkin juga menyukai