AKUNTANSI KEPRILAKUAN
ASPEK KEPRILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PENGAMBIL
KEPUTUSAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keprilakuan yang di ampuh oleh
Bapak Dian Saputra, SE., M.Acc., Akt, CA
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa telah melimpahkan segala rahmat-Nya
kepada penulis sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam proses pengerjaannya, tetapi penulis
berhasil mengerjakannya dengan baik. Paper ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas dari
mata kuliah Akuntansi Keprilakuan yang di ampuh oleh Dosen Bapak Dian Saputra, SE.,
M.Acc., Akt, CA
Paper ini berisikan mengenai pemahaman penulis tentang aspek keprilakuan pada
pengambilan keputusan dan pengambil keputusan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu yang telah membantu penulis dalam mengerjakan paper ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan paper ini.
Penulis berharap paper ini dapat bermanfaat dan mengembangkan wawasan ilmu
pengetahuan bagi pembaca. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
terhadap paper ini. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................................4
1.5 Metode Penulisan........................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Proses Pengambilan Keputusan...................................................................................................6
2.2 Cara Pengambilan Keputusan dalam Organisasi..........................................................................6
2.3 Teknik Pengambilan Keputusan............................................................................................7
2.4 Asumsi Keperilakuan Dalam Pengambilan Keputusan Organisasi...............................................7
2.5 Pengambilan Keputusan Oleh Pendatang Baru Versus Para Pakar...............................................8
2.6 Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif Dalam Pengambilan Keputusan........................................9
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................10
3.2 Saran..........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSAKA.................................................................................................................................11
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pengambilan setiap keputusan oleh stakeholder, pasti dibutuhkan yang namanya analisis
laporan keuangan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Dalam menganalisis laporan
keuangan perusahaan tentu dibutuhkan analis yang memang benar- benar mumpuni dalam menangani
hal tersebut. Bisa dikatakan bahwa, analis yang memang benar-benar menguasai bidangnya haruslah
memiliki keperilakuan atau behavior yang memang sesuai dan tidak bertentangan dengan hal tersebut.
Singkatnya, bisa dikatakan bahwa ilmu akuntansi itu fleksibel yang maksudnya bisa dikaitkan dan
dikombinasikan dengan bidang ilmu yang lainnya, seperti ilmu analisis, ilmu sosial dan psikologi.
Karena adanya situasi seperti inilah yang menjadikan Akuntansi Keperilakuan menjadi suatu sistem
yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan karena semua bidang ilmu yang
pakar?
2
Untuk mengetahui apa saja kaitannya dengan sub bidang ilmu lainnya.
Pengambil Keputusan.
Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka, yaitu metode yang dilakukan
dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat baik berupa
PENGAMBIL KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu berada dan dijalani oleh setiap manusia
dalam hidup bermasyarakat. Di dalam dunia modern dewasa ini, kehidupan manusia menuntut banyak
keputusan yang harus dibuat. Hampir setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat, baik di dalam
rumah tangga, di jalan, di kantor, atau di mana saja di dalam masyarakat. Keputusan dapat dibuat oleh
individu, kelompok individu, organisasi, atau dapat pula keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau
negara. Keputusan itu dibuat dengan satu tujuan yang dicapai. Dalam pengertian yang sangat populer,
mengambil atau membuat suatu keputusan berarti memílih satu dari sekian banyak alternatif. Dalam
hal ini seseorang yang akan mengambil keputusan tidak hanya menghadapi satu pilihan, tetapi banyak
pilihan alternatif yang tersedia untuk dipilih. Jika hanya terdapat satu alternatif dan tidak tersedia
alternatif lainnya, maka hal itu bukanlah sesuatu yang dapat dipilih. Sesuatu yang berkaitan dengan
pilihan adalah jika seseorang berhadapan dengan lebih dari satu alternatif pilihan.
membuat keputusan, menentukan tujuan akan dicapai, menghasilkan alternatif yang mengarah pada
pencapaian tujuan yang diajukan, megevaluasi apakah alternatif ini memenuhi harapan seseorang dan
terakhir, menentukan alternatif terbaik yang dapat menyiratkan hasil global yang efisien (Halpern,
1997).
antara berbagai alternatif tindakan yang berdampak di masa depan. Seperti banyak aktivitas sosial
lainnya, proses pengambilan keputusan dapat dijabarkan dalam langkah- langkah sebagai berikut :
Langkah ini dapat berupa respons terhadap suatu kejadian yang problematis, ancaman, atau
peluang. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para pengambil keputusan
membutuhkan informasi mengenai lingkungan, keuangan dan operasi. Informasi terkait kondisi
lingkungan eksternal mengungkapkan adanya peluang produk atau pasar baru atau malah ancaman
terhadap status quo. Informasi keuangan atau operasional dapat mengingatkan manajemen terhadap
masalah yang memerlukan tindakan segera. Pendidikan, pengalaman, watak, karakter dan faktor-
faktor keperilakuan lainnya dari para pengambil keputusan dapat menentukan apakah masalah
tersebut akan dianggap penting, menjanjika peluang, atau menginisiasi proses pengambilan
keputusan. Beberapa manajer lebih suka status quo dan hanya bereaksi terhadap kejadian utama yang
tidak dapat diantisipasi. Sementara manajer lainnya terdorong bahkan oleh diskrepansi minor dan
tidak akan berhenti sampai solusi yang memuaskan ditemukan dan diterapkan.
Ketika definisi atas suatu masalah atau peluang telah selesai, pencarian tindakan alternatif dan
kuantifikasi atas konsekuensinya dimulai. Dalam tahapan ini, sebanyak mungkin alternatif yang
praktis diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian tersebut sering kali dimulai dengan melihat persamaan
masalah yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada waktu itu. Jika tindakan yang dipilih
berhasil, maka kemungkinan tindakan tersebut akan diulangi. Jika tidak, pencarian terhadap alternatif
Tahapan yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih satu dari
beberapa alternatif. Walaupun tahapan ini tampaknya rasional, tetapi keputusan akhir sering kali
didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis dibandingkan pada fakta- fakta ekonomi.
Manajer yang membuat pilihan final mungkin saja menghadapi beberapa alternatif yang mungkin,
masing-masing memiliki kelebihan tertentu daripada yang lain terkait kriteria keputusan yang dipilih.
Manajer juga menyadari manfaat dan biaya politis dari setiap alternatif.
Kesuksesan atau kegagalan atas keputusan akhir bergantung pada efisiensi dan penerapannya.
Penerapan tersebut hanya berhasil jika orang-orang yang menguasai sumber daya organisasi benar-
benar berkomitmen untuk melakukannya. Situasi yang ideal akan terwujud jika sumber kekuatan itu
dikuasai oleh pendukung dari keputusan yang diambil. Untuk menjamin efisiensi penerapannya, umpan
balik secara periodik dan koreksi segera atas segala kesalahan yang terjadi mutlak diperlukan.
Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan
sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks
pengambilan keputusan, yaitu (1) keinginan terhadap kestabilan atau kepastian, serta (2) keinginan
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan terhadap suatu stimulus dan eksplorasi, serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk memperoleh data baru dari ingatan atau
lingkungan, untuk kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan sejumlah motif. Dua
faktor penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya (pasti atau
tidak pasti).
Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan
sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks
pengambilan keputusan, yaitu (1) keinginan terhadap kestabilan atau kepastian, serta (2) keinginan
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan terhadap suatu stimulus dan eksplorasi, serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk memperoleh data baru dari ingatan atau
lingkungan, untuk kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan sejumlah motif. Dua
faktor penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya (pasti atau
tidak pasti).
2.1.4 Motif Kesadaran
Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan
sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks
pengambilan keputusan, yaitu (1) keinginan terhadap kestabilan atau kepastian, serta (2) keinginan
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan terhadap suatu stimulus dan eksplorasi, serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk memperoleh data baru dari ingatan atau
lingkungan, untuk kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan sejumlah motif. Dua
faktor penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya (pasti atau
tidak pasti).
Motif-motif yang berada di belakang keputusan bersifat kompleks. Tiga model utama
pengambilan keputusan berusaha untuk menentukan motif dari seorang pengambil keputusan dalam
suatu organisasi. Model-model tersebut adalah model ekonomi, model sosial dan model kepuasan
Simon.
1. Model Ekonomi
Model ekonomi tradisional ini mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan dan keputusan manusia
adalah rasional sempurna dan bahwa dalam suatu organisasi ada konsistensi di antara beragam motif
dan tujuan. Terdapat asumsi bahwa semua alternatif yang mungkin diketahui dan bahwa probabilitas
yang terkait dengan alternatif-alternatif tersebut dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak
bergantung pada preferensi pribadi, melainkan didikte oleh tujuan organisasi yang konsisten.
alternatif.
d. Tidak ada batasan pada kompleksitas komputasi yang dapat ditampilkan untuk
Model rasionalitas ekonomi dari para pengambil keputusan selalu berusaha memaksimalkan hasil
dalam perusahaan dan keputusan akan diarahkan pada titik p maksimum, yang mana biaya marjinal
2. Model Sosial
Model ini adalah kebalikan dari model ekonomi yang ekstrem. Model ini mengasumsikan bahwa
manusia pada kenyataannya adalah irasional dan keputusan yang dihasilkan didasarkan pada interaksi
sosial. Dalam hal ini terasa bahwa tekanan dan harapan rekan kerja merupakan kekuatan utama yang
memotivasi. Pada sisi yang berlawanan dengan model rasionalitas ekonomi ada model yang
digambarkan secara psikologi. Sigmund Freud memandang manusia sebagai sekumpulan perasaan,
emosi dan naluri dengan perilaku yang dipandu keinginan yang tidak disadari. Jelas jika hal ini
merupakan deskripsi yang lengkap, maka orang tidak dapat membuat keputusan yang efektif.
3. Model Simon
Model ini adalah model yang lebih berguna dan praktis. Model ini didasarkan pada konsep Simon
tentang manusia administratif, yang mana manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional karena
mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, mengolah informasi, membuat pilihan dan belajar.
Akan tetapi terbatas batasan rasionalitas mereka. Manusia dibatasi oleh kemampuan mereka untuk
memproses informasi secara berurutan. Mereka tidak pernah memiliki informasi penuh dan memiliki
dengan menganalisis variabel-variabel terkait, menggunakan metode tertentu dengan tahapan yang
jelas dan dikerjakan oleh tenaga profesional. Tenaga profesional adalah mereka yang memiliki
kompetensi bidang yang diteliti dan mampu memilih metode penelitian yang tepat dan
menggunakannya. Dengan proses tersebut, maka keputusan rasional memiliki tingkat keberhasilan
yang tinggi dan dapat membuat akuntabilitas dan dijelaskan mengapa suatu keputusan dapat diambil.
Berdasarkan alasan tersebut, para pemimpin berupaya mengambil keputusan dengan metode rasional
dengan menggunakan metode analisis, seperti SWOT, Cause and Effect Analysis, Value Chain
2.2.1 Intuisi
Terdapat berbagai pandangan tentang intuisi, yaitu intuisi sebagai suatu pengetahuan, sebagai
pendekatan untuk merespons suatu fenomena dan sebagai suatu proses berfikir. Group Taylor dan
Francis (2010), mendefinisikan intuisi sebagai suatu proses berfikir. Group menyatakan bahwa input
dan proses dikelola menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari proses pembelajaran yang lama
Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan mengandalkan
heuristis atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Heuristic adalah strategi yang
disederhanakan dalam pengambilan keputusan yang mana para manajer dihadapkan pada lingkungan
yang kompleks, informasi yang terbatas dan keterbatasan kognitif. Kekurangan dari model ini adalah
dapat menimbulkan kesalahan keputusan. Terdapat dua kategori umum heuristis, yaitu ketersediaan
dan keterwakilan. Masing-masing kategori menciptakan bias dalam penilaian. Bias lain yang sering
ada pada para pengambil keputusan adalah kecenderungan untuk mengangkat komitmen ke arah
Kebanyakan teknik berorientasi pada perilaku, setidaknya secara tradisional masuk dalam
kategori partisipatif. Sebagai teknik pengambilan keputusan, partisipatif mencakup individu atau
kelompok dalam proses yang dapat dilakukan secara formal maupun informal dan memerlukan
interaksi intelektual, emosional dan fisik. Sejumlah partisipan dalam pengambilan keputusan berkisar
dari tidak adanya partisipasi pada satu sisi, yang mana manajer mengambil keputusan dan tidak
meminta bantuan atau ide dari partisipan sampai partisipasi penuh pada sisi lainnya, yang mana setiap
orang yang terkait akan terpengaruh oleh keputusan menjadi sepenuhnya terlibat. Dalam praktiknya,
tingkat partisipasi ditentukan oleh faktor pengalaman individu atau kelompok dan sifat tugas.
Semakin banyak pengalaman, semakin terbuka, serta semakin tidak terstrukturnya tugas, maka
Kreativitas pengambilan keputusan dapat diterapkan pada individu atau kelompok karena
pengambilan keputusan individu membantu pengambilan keputusan dalam organisasi saat ini,
sehingga pemahaman mengenai dinamika kelompok dan tim menjadi relevan dengan pengambilan
keputusan. Sebagai contoh, pembahasan masalah dan fenomena mengenai kesesuaian nilai dan
kelompok, seperti perubahan risiko (bahwa kelompok mungkin membuat keputusan yang lebih
berisiko daripada anggota individu) membantu seseorang memahami kompleksitas pengambilan
Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi setiap pendekatan dari keempat
pendekatan yang berbeda atas proses pengambilan keputusan. Model ini dirancang agar dapat
digunakan oleh para manajer dan memberi aspirasi bagi manajer, tetapi kerangka kerja umumnya
dapat digunakan pada setiap pengambilan keputusan apapun. Pondasi dasar yang menjadi modal
adalah pengakuan bahwa orang-orang itu berbeda pada dua dimensi. Pertama, cara mereka berpikir.
Perusahaan dapat menjawab sebagai unit pengambilan keputusan yang serupa dalam banyak hal
dengan seorang individu. Masalah keputusan yang dihadapi perusahaan begitu banyak dan kompleks.
Masalah tersebut sering kali melibatkan lebih dari satu departemen atas aktivitas tertentu. Keputusan
yang bersifat rutin atau berulang kali muncul secara teratur, sementara keputusan lainnya biasanya
Topik lainnya yang kontroversial adalah apakah keputusan tersebut sebaiknya didasarkan pada
konsensus atau aturan yang sesuai. Konsensus dalam konteks pengambilan keputusan didefinisikan
Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis informasi yang disajikan dan yang
dipertimbangkan lebih lanjut hanya informasi yang terlihat sangat relevan dengan tugas, yang mana
keputusan tersebut yang harus dilaksanakan. Studi itu menunjukkan bahwa baik para pakar maupun
para pendatang baru menerjemahkan informasi keuangan ke dalam istilah kualitatif dan menggunakan
metode yang serupa (misalnya, perhitungan rasio, perkembangan trend dan laporan arus kas).
Dalam konteks ini, integrasi melibatkan pengelompokkan atas pengamatan baik berdasarkan
hubungan sebab akibat maupun berdasarkan komponen fungsional dari perusahaan. Ketika
mengintegrasikan pengamatan dan temuan, para pendatang baru menghubungkan pengamatan dan
temuan yang dapat menjelaskan satu sama lain dan mengabaikan yang tidak. Sebaliknya, para pakar
menempatkan penekanan khusus pada kontradiksi yang potensial terkait pengamatan dan temuan
2.5.3 Pertimbangan
Pertimbangan yang digunakan selama proses pengambilan keputuian tampak lebih jelas dalam
merumuskan hipotesis, mengembangkan petunjuk dalam rumusan keputusan akhir dan dalam
dengan memutuskan "kapan waktu yang tepat untuk memilih mana dari fakta- fakta yang diamati
Toleransi terhadap ambiguitas mengukur sampai pada tingkat mana yang mana individu merasa
terancam oleh ambiguitas dalam situasi pengambilan keputusan dan bagaimana ambiguitas
memengaruhi kepercayaannya dalam keputusan tersebut. Beberapa penulis merasa bahwa orang yang
tidak toleran terhadap ambiguitas diperkirakan akan kurang atau yakin dengan keputusannya. Mereka
akan mencari lebih banyak informasi dalam situasi yang ambigu dibandingkan rekan kerja mereka
yang toleran. Penulis lain menyarankan bahwa intoleransi dapat mengurangi persepsi mereka terkait
dapat menunjukkan keyakinan yang lebih besar dan mencari lebih sedikit informasi daripada individu
yang toleran.
2.6.1 Peran Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan
Berdasarkan definisinya, keputusan manajemen memengaruhi kejadian atau tindakan masa depan.
Keputusan tersebut dapat memengaruhi hanya satu peristiwa masa depan atau memengaruhi semua
kejadian atau tindakan setelah keputusan itu dibuat. Tidak ada kejadian atau tindakan yang dapat
diubah oleh suatu keputusan ketika kejadian atau tindakan tersebut telah selesai. Informasi akuntansi
yang fokus pada peristiwa di masa lalu tidak dengan sendirinya dapat mengubah kejadian atau
dampaknya, kecuali jika hal itu dilakukan melalui proses pengambilan keputusan yang mana kejadian
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
menghasilkan suatu reaksi yang kurang diharapkan manakala sistem biaya tersebut digunakan dalam
pengendalian dan evaluasi kinerja. Walaupun berpotensi untuk meningkatkan motivasi kerja, sistem
biaya tradisional juga berpotensi menaikkan kemungkinan perilaku disfungsional dari orang-orang
penggunaan sistem biaya langsung akan dapat meminimalkan atau menghilangkan reaksi
3.2 Saran
Dalam implementasi akuntansi keperilakuan ini diharapkan nantinya bisa menjadi acuan bagi para
karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja dan kemampuan diri sendiri (self ability) agar mampu