Anda di halaman 1dari 17

PAPER

AKUNTANSI KEPRILAKUAN
ASPEK KEPRILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PENGAMBIL
KEPUTUSAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keprilakuan yang di ampuh oleh
Bapak Dian Saputra, SE., M.Acc., Akt, CA

Di Susun Oleh : Anggi Dianto Putra (185310894)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa telah melimpahkan segala rahmat-Nya
kepada penulis sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam proses pengerjaannya, tetapi penulis
berhasil mengerjakannya dengan baik. Paper ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas dari
mata kuliah Akuntansi Keprilakuan yang di ampuh oleh Dosen Bapak Dian Saputra, SE.,
M.Acc., Akt, CA
Paper ini berisikan mengenai pemahaman penulis tentang aspek keprilakuan pada
pengambilan keputusan dan pengambil keputusan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu yang telah membantu penulis dalam mengerjakan paper ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan paper ini.
Penulis berharap paper ini dapat bermanfaat dan mengembangkan wawasan ilmu
pengetahuan bagi pembaca. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
terhadap paper ini. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 17 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................................4
1.5 Metode Penulisan........................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Proses Pengambilan Keputusan...................................................................................................6
2.2 Cara Pengambilan Keputusan dalam Organisasi..........................................................................6
2.3 Teknik Pengambilan Keputusan............................................................................................7
2.4 Asumsi Keperilakuan Dalam Pengambilan Keputusan Organisasi...............................................7
2.5 Pengambilan Keputusan Oleh Pendatang Baru Versus Para Pakar...............................................8
2.6 Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif Dalam Pengambilan Keputusan........................................9

BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................10
3.2 Saran..........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSAKA.................................................................................................................................11

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pengambilan setiap keputusan oleh stakeholder, pasti dibutuhkan yang namanya analisis

laporan keuangan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Dalam menganalisis laporan

keuangan perusahaan tentu dibutuhkan analis yang memang benar- benar mumpuni dalam menangani

hal tersebut. Bisa dikatakan bahwa, analis yang memang benar-benar menguasai bidangnya haruslah

memiliki keperilakuan atau behavior yang memang sesuai dan tidak bertentangan dengan hal tersebut.

Singkatnya, bisa dikatakan bahwa ilmu akuntansi itu fleksibel yang maksudnya bisa dikaitkan dan

dikombinasikan dengan bidang ilmu yang lainnya, seperti ilmu analisis, ilmu sosial dan psikologi.

Karena adanya situasi seperti inilah yang menjadikan Akuntansi Keperilakuan menjadi suatu sistem

yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan karena semua bidang ilmu yang

dikombinasikan tentunya saling terkait satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana proses pengambilan keputusan?

 Bagaimana cara pengambilan keputusan dalam organisasi?

 Apa saja teknik pengambilan keputusan?

 Apa saja asumsi keperilakuan dalam pengambilan keputusan organisasi?

 Bagaimana perbedaan pengambilan keputusan oleh pendatang baru versus para

pakar?

 Bagaimana peran kepribadian dan gaya kognitif dalam pengambilan keputusan?

1.3 Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui bagaimana aspek keperilakuan pada pengambilan keputusan

dan pengambil keputusan.

2
 Untuk mengetahui apa saja kaitannya dengan sub bidang ilmu lainnya.

1.4 Manfaat Penulisan

 Dapat memberikan pemahaman lebih mengenai Akuntansi Keperilakuan.

 Dapat dijadikan referensi pembelajaran mata kuliah Akuntansi Keperilakuan,

khususnya materi Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan

Pengambil Keputusan.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka, yaitu metode yang dilakukan

dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat baik berupa

buku maupun informasi dari internet (e-book).


BAB II

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN

PENGAMBIL KEPUTUSAN

2.1 Proses Pengambilan Keputusan

2.1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu berada dan dijalani oleh setiap manusia

dalam hidup bermasyarakat. Di dalam dunia modern dewasa ini, kehidupan manusia menuntut banyak

keputusan yang harus dibuat. Hampir setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat, baik di dalam

rumah tangga, di jalan, di kantor, atau di mana saja di dalam masyarakat. Keputusan dapat dibuat oleh

individu, kelompok individu, organisasi, atau dapat pula keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau

negara. Keputusan itu dibuat dengan satu tujuan yang dicapai. Dalam pengertian yang sangat populer,

mengambil atau membuat suatu keputusan berarti memílih satu dari sekian banyak alternatif. Dalam

hal ini seseorang yang akan mengambil keputusan tidak hanya menghadapi satu pilihan, tetapi banyak

pilihan alternatif yang tersedia untuk dipilih. Jika hanya terdapat satu alternatif dan tidak tersedia

alternatif lainnya, maka hal itu bukanlah sesuatu yang dapat dipilih. Sesuatu yang berkaitan dengan

pilihan adalah jika seseorang berhadapan dengan lebih dari satu alternatif pilihan.

membuat keputusan, menentukan tujuan akan dicapai, menghasilkan alternatif yang mengarah pada

pencapaian tujuan yang diajukan, megevaluasi apakah alternatif ini memenuhi harapan seseorang dan

terakhir, menentukan alternatif terbaik yang dapat menyiratkan hasil global yang efisien (Halpern,

1997).

Dalam organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai proses memilih di

antara berbagai alternatif tindakan yang berdampak di masa depan. Seperti banyak aktivitas sosial

lainnya, proses pengambilan keputusan dapat dijabarkan dalam langkah- langkah sebagai berikut :

1. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau peluang

Langkah ini dapat berupa respons terhadap suatu kejadian yang problematis, ancaman, atau

peluang. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para pengambil keputusan
membutuhkan informasi mengenai lingkungan, keuangan dan operasi. Informasi terkait kondisi

lingkungan eksternal mengungkapkan adanya peluang produk atau pasar baru atau malah ancaman

terhadap status quo. Informasi keuangan atau operasional dapat mengingatkan manajemen terhadap

masalah yang memerlukan tindakan segera. Pendidikan, pengalaman, watak, karakter dan faktor-

faktor keperilakuan lainnya dari para pengambil keputusan dapat menentukan apakah masalah

tersebut akan dianggap penting, menjanjika peluang, atau menginisiasi proses pengambilan

keputusan. Beberapa manajer lebih suka status quo dan hanya bereaksi terhadap kejadian utama yang

tidak dapat diantisipasi. Sementara manajer lainnya terdorong bahkan oleh diskrepansi minor dan

tidak akan berhenti sampai solusi yang memuaskan ditemukan dan diterapkan.

2. Pencarian tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya

Ketika definisi atas suatu masalah atau peluang telah selesai, pencarian tindakan alternatif dan

kuantifikasi atas konsekuensinya dimulai. Dalam tahapan ini, sebanyak mungkin alternatif yang

praktis diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian tersebut sering kali dimulai dengan melihat persamaan

masalah yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada waktu itu. Jika tindakan yang dipilih

berhasil, maka kemungkinan tindakan tersebut akan diulangi. Jika tidak, pencarian terhadap alternatif

tambahan akan diperluas.

3. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan

Tahapan yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih satu dari

beberapa alternatif. Walaupun tahapan ini tampaknya rasional, tetapi keputusan akhir sering kali

didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis dibandingkan pada fakta- fakta ekonomi.

Manajer yang membuat pilihan final mungkin saja menghadapi beberapa alternatif yang mungkin,

masing-masing memiliki kelebihan tertentu daripada yang lain terkait kriteria keputusan yang dipilih.

Manajer juga menyadari manfaat dan biaya politis dari setiap alternatif.

4. Penerapan dan tindak lanjut

Kesuksesan atau kegagalan atas keputusan akhir bergantung pada efisiensi dan penerapannya.

Penerapan tersebut hanya berhasil jika orang-orang yang menguasai sumber daya organisasi benar-
benar berkomitmen untuk melakukannya. Situasi yang ideal akan terwujud jika sumber kekuatan itu

dikuasai oleh pendukung dari keputusan yang diambil. Untuk menjamin efisiensi penerapannya, umpan

balik secara periodik dan koreksi segera atas segala kesalahan yang terjadi mutlak diperlukan.

2.1.2 Motif Kesadaran

Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan

sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks

pengambilan keputusan, yaitu (1) keinginan terhadap kestabilan atau kepastian, serta (2) keinginan

terhadap kompleksitas dan keragaman.

Motif kompleksitas menimbulkan keinginan terhadap suatu stimulus dan eksplorasi, serta

mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk memperoleh data baru dari ingatan atau

lingkungan, untuk kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan sejumlah motif. Dua

faktor penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya (pasti atau

tidak pasti).

2.1.3 Motif Kesadaran

Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan

sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks

pengambilan keputusan, yaitu (1) keinginan terhadap kestabilan atau kepastian, serta (2) keinginan

terhadap kompleksitas dan keragaman.

Motif kompleksitas menimbulkan keinginan terhadap suatu stimulus dan eksplorasi, serta

mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk memperoleh data baru dari ingatan atau

lingkungan, untuk kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan sejumlah motif. Dua

faktor penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya (pasti atau

tidak pasti).
2.1.4 Motif Kesadaran

Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan

sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks

pengambilan keputusan, yaitu (1) keinginan terhadap kestabilan atau kepastian, serta (2) keinginan

terhadap kompleksitas dan keragaman.

Motif kompleksitas menimbulkan keinginan terhadap suatu stimulus dan eksplorasi, serta

mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk memperoleh data baru dari ingatan atau

lingkungan, untuk kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan sejumlah motif. Dua

faktor penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya (pasti atau

tidak pasti).

2.1.5 Jenis-Jenis dari Model Proses

Motif-motif yang berada di belakang keputusan bersifat kompleks. Tiga model utama

pengambilan keputusan berusaha untuk menentukan motif dari seorang pengambil keputusan dalam

suatu organisasi. Model-model tersebut adalah model ekonomi, model sosial dan model kepuasan

Simon.

1. Model Ekonomi

Model ekonomi tradisional ini mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan dan keputusan manusia

adalah rasional sempurna dan bahwa dalam suatu organisasi ada konsistensi di antara beragam motif

dan tujuan. Terdapat asumsi bahwa semua alternatif yang mungkin diketahui dan bahwa probabilitas

yang terkait dengan alternatif-alternatif tersebut dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak

bergantung pada preferensi pribadi, melainkan didikte oleh tujuan organisasi yang konsisten.

Berkaitan dengan aktivitas pengambilan keputusan, terdapat asumsi sebagai berikut :

a. Kepuasan akan sepenuhnya rasional terkait rencan tujuan.


b. Sistem pilihan yang lengkap dan konsisten yang memungkinkan adanya pemilihan

alternatif.

c. Kesadaran penuh terhadap semua kemungkinan alternatif.

d. Tidak ada batasan pada kompleksitas komputasi yang dapat ditampilkan untuk

menentukan alternatif terbaik.

e. Probabilitas kalkulasi tidak menakutkan maupun misterius.

Model rasionalitas ekonomi dari para pengambil keputusan selalu berusaha memaksimalkan hasil

dalam perusahaan dan keputusan akan diarahkan pada titik p maksimum, yang mana biaya marjinal

sama dengan pendapatan marjinal (MC = MR).

2. Model Sosial

Model ini adalah kebalikan dari model ekonomi yang ekstrem. Model ini mengasumsikan bahwa

manusia pada kenyataannya adalah irasional dan keputusan yang dihasilkan didasarkan pada interaksi

sosial. Dalam hal ini terasa bahwa tekanan dan harapan rekan kerja merupakan kekuatan utama yang

memotivasi. Pada sisi yang berlawanan dengan model rasionalitas ekonomi ada model yang

digambarkan secara psikologi. Sigmund Freud memandang manusia sebagai sekumpulan perasaan,

emosi dan naluri dengan perilaku yang dipandu keinginan yang tidak disadari. Jelas jika hal ini

merupakan deskripsi yang lengkap, maka orang tidak dapat membuat keputusan yang efektif.

3. Model Simon

Model ini adalah model yang lebih berguna dan praktis. Model ini didasarkan pada konsep Simon

tentang manusia administratif, yang mana manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional karena

mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, mengolah informasi, membuat pilihan dan belajar.

Akan tetapi terbatas batasan rasionalitas mereka. Manusia dibatasi oleh kemampuan mereka untuk
memproses informasi secara berurutan. Mereka tidak pernah memiliki informasi penuh dan memiliki

kemampuan yang terbatas untuk mengelola data dalam jumluh besar.

2.2 Cara Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Berbagai pendekatan dalam pengambilan keputusan, seperti menggunakan pendekatan rasional

dengan menganalisis variabel-variabel terkait, menggunakan metode tertentu dengan tahapan yang

jelas dan dikerjakan oleh tenaga profesional. Tenaga profesional adalah mereka yang memiliki

kompetensi bidang yang diteliti dan mampu memilih metode penelitian yang tepat dan

menggunakannya. Dengan proses tersebut, maka keputusan rasional memiliki tingkat keberhasilan

yang tinggi dan dapat membuat akuntabilitas dan dijelaskan mengapa suatu keputusan dapat diambil.

Berdasarkan alasan tersebut, para pemimpin berupaya mengambil keputusan dengan metode rasional

dengan menggunakan metode analisis, seperti SWOT, Cause and Effect Analysis, Value Chain

Analysis, dan lain sebagainya.

2.2.1 Intuisi

Terdapat berbagai pandangan tentang intuisi, yaitu intuisi sebagai suatu pengetahuan, sebagai

pendekatan untuk merespons suatu fenomena dan sebagai suatu proses berfikir. Group Taylor dan

Francis (2010), mendefinisikan intuisi sebagai suatu proses berfikir. Group menyatakan bahwa input

dan proses dikelola menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari proses pembelajaran yang lama

dan telah diakumulasikan dalam memori.

2.2.2 Pembuatan Pilihan

Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan mengandalkan

heuristis atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Heuristic adalah strategi yang

disederhanakan dalam pengambilan keputusan yang mana para manajer dihadapkan pada lingkungan
yang kompleks, informasi yang terbatas dan keterbatasan kognitif. Kekurangan dari model ini adalah

dapat menimbulkan kesalahan keputusan. Terdapat dua kategori umum heuristis, yaitu ketersediaan

dan keterwakilan. Masing-masing kategori menciptakan bias dalam penilaian. Bias lain yang sering

ada pada para pengambil keputusan adalah kecenderungan untuk mengangkat komitmen ke arah

tindakan yang gagal.

2.3 Teknik Pengambilan Keputusan

2.3.1 Teknik Partisipatif

Kebanyakan teknik berorientasi pada perilaku, setidaknya secara tradisional masuk dalam

kategori partisipatif. Sebagai teknik pengambilan keputusan, partisipatif mencakup individu atau

kelompok dalam proses yang dapat dilakukan secara formal maupun informal dan memerlukan

interaksi intelektual, emosional dan fisik. Sejumlah partisipan dalam pengambilan keputusan berkisar

dari tidak adanya partisipasi pada satu sisi, yang mana manajer mengambil keputusan dan tidak

meminta bantuan atau ide dari partisipan sampai partisipasi penuh pada sisi lainnya, yang mana setiap

orang yang terkait akan terpengaruh oleh keputusan menjadi sepenuhnya terlibat. Dalam praktiknya,

tingkat partisipasi ditentukan oleh faktor pengalaman individu atau kelompok dan sifat tugas.

Semakin banyak pengalaman, semakin terbuka, serta semakin tidak terstrukturnya tugas, maka

partisipasi di dalamnya pun semakin banyak.

2.3.2 Teknik Keputusan Kelompok

Kreativitas pengambilan keputusan dapat diterapkan pada individu atau kelompok karena

pengambilan keputusan individu membantu pengambilan keputusan dalam organisasi saat ini,

sehingga pemahaman mengenai dinamika kelompok dan tim menjadi relevan dengan pengambilan

keputusan. Sebagai contoh, pembahasan masalah dan fenomena mengenai kesesuaian nilai dan

kelompok, seperti perubahan risiko (bahwa kelompok mungkin membuat keputusan yang lebih
berisiko daripada anggota individu) membantu seseorang memahami kompleksitas pengambilan

keputusan kelompok secara lebih baik.

2.4 Teknik Pengambilan Keputusan

2.4.1 Perbedaan Individual : Gaya Pengambilan Keputusan

Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi setiap pendekatan dari keempat

pendekatan yang berbeda atas proses pengambilan keputusan. Model ini dirancang agar dapat

digunakan oleh para manajer dan memberi aspirasi bagi manajer, tetapi kerangka kerja umumnya

dapat digunakan pada setiap pengambilan keputusan apapun. Pondasi dasar yang menjadi modal

adalah pengakuan bahwa orang-orang itu berbeda pada dua dimensi. Pertama, cara mereka berpikir.

Ada orang yang memang logis dan rasional.

Asumsi Keperilakuan Dalam Pengambilan Keputusan Organisasi

2.4.2 Perusahaan Sebagai Unit Pengambilan Keputusan

Perusahaan dapat menjawab sebagai unit pengambilan keputusan yang serupa dalam banyak hal

dengan seorang individu. Masalah keputusan yang dihadapi perusahaan begitu banyak dan kompleks.

Masalah tersebut sering kali melibatkan lebih dari satu departemen atas aktivitas tertentu. Keputusan

yang bersifat rutin atau berulang kali muncul secara teratur, sementara keputusan lainnya biasanya

bersifat unik dan tidak berulang.

2.4.3 Pengambilan Keputusan Dengan Konsensus Versus Aturan Mayoritas

Topik lainnya yang kontroversial adalah apakah keputusan tersebut sebaiknya didasarkan pada

konsensus atau aturan yang sesuai. Konsensus dalam konteks pengambilan keputusan didefinisikan

sebagai kesepakatan semua anggota kelompok dalam pilihan keputusan.

2.5 Pengambilan Keputusan Oleh Pendatang Baru Versus Para Pakar

2.5.1 Pengujian Informasi

Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis informasi yang disajikan dan yang

dipertimbangkan lebih lanjut hanya informasi yang terlihat sangat relevan dengan tugas, yang mana
keputusan tersebut yang harus dilaksanakan. Studi itu menunjukkan bahwa baik para pakar maupun

para pendatang baru menerjemahkan informasi keuangan ke dalam istilah kualitatif dan menggunakan

metode yang serupa (misalnya, perhitungan rasio, perkembangan trend dan laporan arus kas).

2.5.2 Integrasi Pengamatan dan Temuan

Dalam konteks ini, integrasi melibatkan pengelompokkan atas pengamatan baik berdasarkan

hubungan sebab akibat maupun berdasarkan komponen fungsional dari perusahaan. Ketika

mengintegrasikan pengamatan dan temuan, para pendatang baru menghubungkan pengamatan dan

temuan yang dapat menjelaskan satu sama lain dan mengabaikan yang tidak. Sebaliknya, para pakar

menempatkan penekanan khusus pada kontradiksi yang potensial terkait pengamatan dan temuan

sebagai alat untuk memeriksa masalah yang mendasarinya.

2.5.3 Pertimbangan

Pertimbangan yang digunakan selama proses pengambilan keputuian tampak lebih jelas dalam

merumuskan hipotesis, mengembangkan petunjuk dalam rumusan keputusan akhir dan dalam

menyusun ringkasan-ringkasan temuan. Para pendatang baru tampaknya menyetarakan pertimbangan

dengan memutuskan "kapan waktu yang tepat untuk memilih mana dari fakta- fakta yang diamati

yang merupakan masalah utama.

2.6 Peran Keperibadian dan Gaya Kognitif Dalam Pengambilan Keputusan

Toleransi terhadap ambiguitas mengukur sampai pada tingkat mana yang mana individu merasa

terancam oleh ambiguitas dalam situasi pengambilan keputusan dan bagaimana ambiguitas

memengaruhi kepercayaannya dalam keputusan tersebut. Beberapa penulis merasa bahwa orang yang

tidak toleran terhadap ambiguitas diperkirakan akan kurang atau yakin dengan keputusannya. Mereka

akan mencari lebih banyak informasi dalam situasi yang ambigu dibandingkan rekan kerja mereka

yang toleran. Penulis lain menyarankan bahwa intoleransi dapat mengurangi persepsi mereka terkait

ketidakpastian, sehingga membuat mereka mengabaikan ketidakpastian. Oleh karenanya, mereka

dapat menunjukkan keyakinan yang lebih besar dan mencari lebih sedikit informasi daripada individu

yang toleran.
2.6.1 Peran Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan

Berdasarkan definisinya, keputusan manajemen memengaruhi kejadian atau tindakan masa depan.

Keputusan tersebut dapat memengaruhi hanya satu peristiwa masa depan atau memengaruhi semua

kejadian atau tindakan setelah keputusan itu dibuat. Tidak ada kejadian atau tindakan yang dapat

diubah oleh suatu keputusan ketika kejadian atau tindakan tersebut telah selesai. Informasi akuntansi

yang fokus pada peristiwa di masa lalu tidak dengan sendirinya dapat mengubah kejadian atau

dampaknya, kecuali jika hal itu dilakukan melalui proses pengambilan keputusan yang mana kejadian

masa depan beserta konsekuensinya ditentukan.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara tradisional, sistem biaya belum menyentuh aspek-aspek keperilakuan, sehingga

menghasilkan suatu reaksi yang kurang diharapkan manakala sistem biaya tersebut digunakan dalam

pengendalian dan evaluasi kinerja. Walaupun berpotensi untuk meningkatkan motivasi kerja, sistem

biaya tradisional juga berpotensi menaikkan kemungkinan perilaku disfungsional dari orang-orang

dan memiliki kecenderungan yang bersifat memaksa. Melalui pendekatan-pendekatan keperilakuan,

penggunaan sistem biaya langsung akan dapat meminimalkan atau menghilangkan reaksi

disfungsional dari pihak-pihak yang terkait.

3.2 Saran

Dalam implementasi akuntansi keperilakuan ini diharapkan nantinya bisa menjadi acuan bagi para

karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja dan kemampuan diri sendiri (self ability) agar mampu

menghasilkan keputusan yang optimal bagi organisasi atau perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2017. Akuntansi Keperilakuan; Akuntansi Multiparadigma Edisi 3.


Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai