Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ASURANSI”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Risiko
Dosen Pengampu : YULIAH, SE., MM

Disusun Oleh
Nama : Ahmad Sopian
NPM : 18111152
Kelas : Manajemen 5-C

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
RANGKASBITUNG 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis, 9 Januari 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1

1.3 Tujuan......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
2.1 Pengertian Asuransi.................................................................................2

2.2 Sejarah Berdirinya Asuransi Syariah.......................................................3

2.3 Pandangan Ulama Mengenai Asuransi Syariah.......................................4

2.4 Model Dan Karakteristik Asuransi Syariah.............................................6

2.5 Landasan Hukum Asuransi Syariah.........................................................8

2.6 Polis Asuransi..........................................................................................8

2.7 Pengelolaan Premi Asuransi....................................................................9

BAB III PENTUP..............................................................................................10


3.1 Kesimpulan............................................................................................10

3.2 Saran......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini membuat manusia tampak
mengalami kemajuan dalam hidup dan kehidupan ekonomi yang serba canggih dan
modern di dunia. Namun, bila menelusuri lebih detail, sebenarnya bagian mana di
belahan dunia ini yang dan berubah dari suasana serba sederhana menjadi berkecukupan
dan modern ? Tampaknya, kemajuan yang selama ini di anggap maju ternyata masih
mengalami kemunduran. Hal tersebut ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak
merata dinikmati oleh setiap warga Negara. Negara Eropa dan Amerika misalnya
mendikte Negara Asia terutama Timur Tengah untuk menerapkan ekonomi
konvensional yang berbasis bunga. Hampir semua hukum keper data diwarnai oleh
System konvensional yang berbasis bunga termasuk penerapan asuransi konvensional
yang telah menciptakan keresahan dan ketidakadilan kepada nasabahnya. Mudah-
mudahan visi dan misi asuransi syariah yang tidak berbasis pada bunga dan dapat
mengubah rintangan-rintangan yang selama ini membungkus umat manusia dalam
hidup tidak wajarkan dan kecurangan.
Pengkajian pada pokok bahasan ini, penulis akan memaparkan beberapa poin
berkenaan asuransi syariah dan asuransi konvensional sebagai suatu perbandingan,
terutama yang berkaitan keunggulan asuransi syariah bila dibandingkan dengan asuransi
konvensional yang selama ini menjadi acuan hidup dalam hukum perasuransian di
Indonesia. Demikian pula penulis akan membahas konsep, sumber hukum, akad
perjanjian, pengelolaan dana, dan keuntungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang menjadi tolak ukur suatu Asuransi dinyatakan layak
2. Apakah manfaat menerapkan sistem standar Asuransi
3. Bagaimana cara mendapatkan sertifikasi Asuransi
1.3 Tujuan
1. Memahami tolak ukur suatu Asuransi agar dapat bersaing dalam pasar global
2. Memahami dampak dan manfaat menerapkan standar Asuransi
3. Memahami tata cara memperoleh sertifikat dari sistem standar Asuransi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi


Kata “asuransi” banyak berasal dari bahasa-bahasa asing diantara-Nya adalah[1]:
 Bahasa Belanda ”ASSURANTIE”, yang berarti pertanggungan,
 Bahasa Italia “INSURENSI”, yang berarti jaminan
 Bahasa Inggris “ASSURANCE”, yang berarti jaminan
 Bahasa Arab “AT-TA’MIN”, yang berarti perlindungan, ketenangan, rasa aman dan
bebas dari rasa takut.
Dari segi bahasa menurut:
 WIRJONO berarti sebuah persetujuan pihak, yang menjamin berjanji kepada pihak
yang dijamin atas kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena
akibat dari sebuah peristiwa yang belum jelas terjadi.[2]
 Abbas Salim berarti suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil
(sedikit) yang sudah pasti sebagai (substitusi) kerugian-kerugian yang belum pasti.
 Syekh Musthafa AZ-ZARQA berarti cara dalam menghindari risiko yang akan
dihadapinya.
 Ensiklopedi Hukum Islam berarti transaksi perjanjian antara dua pihak; pihak
pertama berkewajiban untuk membayar iuran dan pihak lain berkewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran.
 UU No. 2 tahun 1992 pasal 1 berarti perjanjian antara dua pihak atau lebih di mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan pergantian kepada tertanggung karena suatu kerugian,
kerusakan dan lain sebagainya.
 Faturrahman DJAMIL berarti suatu persetujuan di mana pihak yang menanggung
berjanji terhadap pihak yang ditanggung untuk menerima sejumlah premi
mengganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh pihak yang ditanggung,
sebagai akibat dari suatu hal yang mungkin akan terjadi. 
Setelah memperhatikan beberapa definisi asuransi di atas, baik dari segi bahasa
ataupun istilah, dapat disimpulkan bahwa dalam suatu perjanjian asuransi minimal

2
terlibat pihak pertama yang sanggup menanggung atau menjamin bahwa pihak lain
mendapatkan pergantian dari suatu kerugian yang mungkin akan di derita sebagai akibat
dari suatu peristiwa yang semula belum tentu terjadi atau belum di tentukan saat akan
terjadinya.
Adapun uang yang telah dibayarkan oleh pihak tertanggung akan tetap menjadi
milik pihak yang menanggung apabila peristiwa yang dimaksud tidak terjadi.
Dalam Asuransi paling tidak ada tiga unsur yang terlibat. Pertama, pihak
tertanggung yang berjanji membayarkan uang premi kepada pihak penanggung secara
sekaligus atau secara angsur. Kedua, pihak penanggung yang berjanji akan membayar
sejumlah uang kepada pihak tertanggung secara sekaligus atau secara angsur apabila
ada unsur ketiga. Ketiga, suatu peristiwa yang belum jelas terjadi.

2.2 Sejarah Berdirinya Asuransi Syariah


Munculnya asuransi syariah di dunia Islam di dasarkan adanya anggapan yang
menyatakan bahwa asuransi yang ada selama ini, yaitu asuransi konvensional banyak
mengandung unsur : GHARAR, MAISIR, riba[3].
a. GHARAR (ke tidak jelasan)
GHARAR itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya
batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung. Jika baru sekali
seorang tertanggung membayar premi ditakurkan meninggal, perusahaan asuransi akan
rugi sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika tertanggung
dipanjangkan usianya, perusahaan asuransi akan untung dan pihak tertanggung merasa
rugi secara finansial[4].
b. MAISIR (judi)

Unsur MAISIR dalam asuransi konvensional karena adanya unsur GHARAR,


terutama Dalam kasus asuransi jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa meninggal
dunia sebelum periode akhir polis asuransinya dan telah membayar preminya sebagian,
maka ahli waris akan menerima sejumlah uang tertentu. Pemegang polis tidak
mengetahui bagaimana dan dari mana cara perusahaan asuransi konvensional
membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena keuntungan yang
diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan yang bersangkutan.

3
Yang disebut maisir di sini jika perusahaan asuransi mengandalkan banyak sedikitnya
klaim yang dibayarkannya[5].
c. Riba 
Dalam hal riba semua asuransi konvensional menginvestasikan semua dananya
dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga
dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan
di depan.
Pernyataan yang serupa telah jauh-jauh di kumandangkan di Malaysia. Jawatan
kuasa kecil Malaysia menyatakan dalam kertas kerjanya yang berjudul “Ke arah
Insurance secara Islami” di Malaysia. Bahwa asuransi masa kini mengikuti cara
pengelolaan dari Barat dan sebagian operasinya tidak sesuai dengan ajaran Islam[6].
Atas landasan itulah kemudian dirumuskan bentuk asuransi yang terhindar dari ketiga
unsur yang diharamkan Islam itu.
Selanjutnya, pada dekade tahun 70-an, di beberapa Negara Islam atau di Negara-
negara yang mayoritas berpenduduk Muslim, mulai bermunculan asuransi yang prinsip
operasionalnya mengacu pada nilai-nilai Islam dan terhindar dari unsur-unsur yang
diharamkan.
Pada tahun 1979, Islamic Insurance Co. Ltd berdiri di Sudan, Islamic Insurance
Co. Ltd di Arab Saudi. Pada tahun 1983, berdiri Dar Al-mal Al-islami di Gunawa dan
Takaful Islam di Luxembourg, Takaful Islam BAHUMAS di Bahama, dan At-Takaful
Al-islami di Bahriyan. Adapun di Negara tetangga yang paling dekat dengan Indonesia,
yakni Malaysia, telah berdiri Syarikat Takaful Sendirian Berhad pada tahun 1984.
Sedangkan di Indonesia, asuransi Takaful baru muncul pada tahun 1994 seiring
dengan diresmikannya PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Takaful umum
pada tahun 1995.
Gagasan untuk mendirikan asuransi Islam di Indonesia sebenarnya telah muncul
sejak lama, dan pemikiran tersebut lebih menguat pada saat diresmikannya Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 1991.

2.3 Pandangan Ulama Mengenai Asuransi Syariah


Tujuan asuransi sanggatlah mulia, karena bertujuan untuk tolong-menolong
dalam kebaikan. Namun persoalan yang dipertikaikan lebih lanjut oleh para Ulama
adalah bagaimana instrumen yang akan mewujudkan niat baik dari asuransi tersebut;

4
baik itu bentuk akad yang melandasinya, sistem pengelolaan dana, bentuk manajemen
dan lain sebagainya

Dari permasalahan instrumen pendukung inilah para Ulama terbagi kepada 2


kelompok besar [7]:
Kedua kelompok dimaksud, masing-masing mempunyai dasar hukum dan
memberikan alasan-alasan hukum sebagai penguat terhadap argumen atau pendapat
yang disampaikannya. Disampingi itu, ada yang berpendapat membolehkan asuransi
yang bersifat sosial (intimasi) dan mengharamkan asuransi yang bersifat komersial
(tijari) serta ada pula yang meragukannya (syubhat).
Kelompok yang mengharamkan asuransi syariah :
 Ibnu Abidin, Ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa asuransi adalah haram,
karena uang setoran peserta (premi) tersebut adalah ihtilam MA lam YALZAM
(mewajibkan sesuatu yang tidak lazim / wajib)
 Muhammad Bak hit AL-MUTHI’I (mufti Mesir) mengatakan bahwa akad asuransi
yang menjamin atas harta benda pada hakikatnya termasuk dalam Kafalah atau
TA’ADDI / ITLAF.
 Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa asuransi adalah haram karena
mengandung riba. Beliau melihat riba tersebut dalam pengelolaan dana asuransi
dan pengembalian premi yang disertai bunga ketika waktu perjanjian telah habis.
Menurut WARKUM Sumitro pengharaman asuransi berdasarkan atas 5 alasan[8]:
1. Asuransi mengandung unsur perjudian yang dilarang dalam Islam.
2. Asuransi mengandung unsur riba yang dilarang dalam Islam.
3. Asuransi termasuk jual beli atau tukar-menukar mata uang tidak secara tunai.
4. Asuransi objek bisnisnya tergantung pada hidup dan matinya seseorang, yang
berarti mendahului takdir Allah SWT.
5. Asuransi mengandung eksploitasi yang bersifat menekan.
Menurut Mahdi Hasan pelarangan praktik asuransi berdasarkan atas 4 alasan[9]:
1. Asuransi tak lain adalah riba berdasarkan kenyataan bahwa tidak ada kesetaraan
antara kedua pihak yang terlibat, padahal kesetaraan demikian wajib adanya.
2. Asuransi juga merupakan perjudian, karena ada penggantungan kepemilikan pada
munculnya risiko.

5
3. Asuransi adalah pertolongan dalam dosa, karena perusahaan asuransi meskipun
milik Negara, tetap merupakan institusi yang mengadakan transaksi dengan riba.
4. Dalam asuransi jiwa juga terdapat unsur rasywah, karena kompensasi di dalamnya
adalah sesuatu yang tidak dapat dinilai.
Kelompok yang membolehkan asuransi syariah :
Antara lain dikemukakan oleh Ibnu Abidin, Wahab Khalaf, Mustafa Ahmad
ZARQA (guru besar Universitas SYIRYA), Syekh Abdurrahman Isa (guru besar
Universitas Al-azhar Mesir), Prof. Dr. Muhammad Yusuf Musa (guru besar Universitas
Kairo), Syekh Abdul Khalaf, dan Prof. Dr. Muhammad Al-Bahi,
Pada dasarnya, mereka mengakui bahwa asuransi merupakan suatu bentuk
muamalat yang baru dalam Islam dan memiliki manfaat serta nilai positif bagi Ummat
selama di landasi oleh praktik-praktik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Argumentasi yang mereka pakai dalam membolehkan asuransi menurut
Faturrahman DJAMIL adalah sebagai berikut[10]:
1. Tidak terdapat nas Alquran atau Hadits yang melarang asuransi.
2. Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah pihak.
3. Asuransi menguntungkan kedua belah pihak
4. Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkumpul
dapat di investasikan dalam kegiatan pembangunan.
5. Asuransi termasuk akad mudarabah antara pemegang polis dengan perusahaan
asuransi.
6. Asuransi termasuk usaha bersama yang di dasarkan pada prinsip tolong-menolong.
Dalam Islam, asuransi haruslah bertujuan kepada konsep tolong menolong
dalam kebaikan dan ketakwaan.

2.4 Model Dan Karakteristik Asuransi Syariah


Asuransi syariah memiliki landasan filosofi yang berbeda dengan asuransi
konvensional, yaitu mencari Ridha Allah untuk kebaikan dunia dan akhirat. Asuransi
syariah memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik itu pada gilirannya bisa
membedakan dirinya dengan asuransi konvensional. 
Di antara karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama : akad yang dilakukan adalah akad AT-TAKAFULI.
Kedua : selain tabungan, peserta juga dibuatkan tabungan derma.

6
Ketiga : realistis prinsip bagi hasil.

Dalam asuransi konvensional hanya mempunyai tujuan yang semata-mata


mencari keuntungan; dan bukan di dasari oleh rasa tolong-menolong antar sesama. Pada
asuransi konvensional, akad perjanjian yang mendasarinya adalah akad jual-beli (tab
duli).
Karnain A Perawat MADJA mengemukakan 4 ciri-ciri asuransi syariah[11] :
1. Dana asuransi diperoleh dari pemodal dan peserta asuransi didasarkan atas niat dan
persaudaraan untuk saling membantu pada waktu yang diperlukan.
2. Tata cara pengelolaan tidak terlibat dari unsur-unsur yang bertentangan dengan
syariat Islam.
3. Jenis asuransi Takaful terdiri dari Takaful Keluarga yang memberikan perlindungan
kepada peserta.
4. Terdapat dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas untuk mengawasi
operasional perusahaan agar tidak menyimpang dari tuntunan syariat Islam.
Model asuransi syariah[12] :
1. Non-Profit Model biasanya dipakai oleh perusahaan sosial milik Negara atau
organisasi yang dikelola secara non-profit (nirlaba). Model inilah yang
sesungguhnya paling mendekati konsep dasar asuransi syariah karena selaras
dengan kaidah-kaidah berikut : saling bertanggung jawab, saling bekerja sama, dan
saling melindungi
2. Al-Mudarabah model, secara teknis, Al-Mudarabah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak di mana pihak pertama menyediakan 100% modal sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola. Di sini terjadi pembagian untung rugi di antara
anggota (sahibul mal) dan pihak pengelola / perusahaan asuransi (MUDHARIB).
3. Wakalah, berbeda dengan akad mudarabah, di bawah akad wakalah, Takaful
berfungsi sebagai wakil peserta di mana dalam menjalankan fungsinya (sebagai
wakil), Takaful berhak mendapatkan biaya jasa (FEE) dalam mengelola keuangan
mereka.
Ciri-ciri asuransi syariah dalam operasionalnya antara lain :
 Menghindari Riba
 Menghindari unsur judi

7
 Menghindari unsur penipuan (GHARAR)
Asuransi syariah, di samping memiliki karakteristik yang melekat pada
konsepnya (buil in Concepts), juga lebih berorientasi untuk :
 Tolong-menolong dan bekerja sama
 Saling menjaga keselamatan dan keamanan
 Saling bertanggung jawab

2.5 Landasan Hukum Asuransi Syariah


Secara struktural, landasan operasional asuransi syariah di Indonesia masih
menginduk pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara umum
(konvensional). Baru ada peraturan yang secara tegas menjelaskan asuransi syariah pada
Surat Keputusan Direktur jendral Lembaga Keuangan No. Kep. 4499/LK/2000 tentang
Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi dengan Sistem Syariah.

2.6 Polis Asuransi


Dalam setiap perjanjian, perlu dibuat bukti tertulis atau bermeterai tempel
sebagaimana diatur dalam aturan bea materai antara pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian. Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi tersebut disebut polis.
Di dalam polis memuat :
1. Nomor polis,
2. Nama dan alamat tertanggung,
3. Uraian risiko,
4. Jumlah pertanggungan,
5. Jangka waktu pertanggungan,
6. Besar premi dan bea materai,
7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan,
8. Khusus untuk polis kendaraan bermotor ditambah dengan nomor polis, nomor
rangka (CHASIS) dan nomor mesin kendaraan.
Fungsi polis bagi tertanggung adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikan penanggung jika terjadi peristiwa
yang menyebabkan kerugian yang mungkin diderita tertanggung.
b. Sebagai bukti yang kuat (otentik) untuk menuntut penanggung.
Fungsi polis bagi penanggung, yaitu :

8
a. Merupakan bukti atau tanda terima premi asuransi dari tertanggung.

b. Merupakan bukti tertulis atas jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
tertanggung jika terjadi suatu peristiwa yang merugikan tertanggung.
c. Merupakan bukti yang kuat (otentik) untuk menolak klaim atau tuntutan bila terjadi
suatu peristiwa yang menyebabkan kerugian yang tidak memenuhi syarat-syarat
yang tercantum di dalam polis

2.7 Pengelolaan Premi Asuransi


Premi asuransi adalah sejumlah dana yang disetor tertanggung kepada
penanggung, di mana jika premi belum dibayar (lunas), maka penanggung belum terikat
dalam transaksi untuk membayar ganti rugi jika timbul risiko.
Pengelolaan dana dalam asuransi syariah adalah seluruh premi yang dibayar
peserta dimasukkan ke dalam rekening “derma”, yaitu rekening yang digunakan untuk
membayar klaim kepada peserta.
Mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) dalam asuransi syariah terbagi
menjadi 2 sistem, yaitu sistem yang mengandung unsur tabungan dan yang tidak
mengandung unsur tabungan, perbedaannya terletak pada alokasi dana peserta.
Pada sistem yang mengandung unsur tabungan, premi yang diterima setelah
dikurangi biaya pengelolaan sebagian akan dialokasikan ke rekening tabungan dan
sebagian lagi akan masuk ke rekening khusus / premi risiko.
Sementara itu, pada sistem yang tidak mengandung unsur tabungan, premi yang
diterima dari peserta dikurangi biaya pengelolaan seluruhnya dimasukkan ke dalam
rekening khusus.

9
BAB III
PENTUP

3.1 Kesimpulan
Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi TA’AWAUN atau tolong-
menolong. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa asuransi TA’AWUN prinsip
dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk
menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang di alami oleh peserta.
Asuransi syariah takaful ada sejak tahun1994, walaupun sekitar 16 tahun yang lalu
berdiri, tetapi perusahaan asuransi tidak kalah dengan asuransi konvensional yang telah
berdiri lebih dahulu. Bisa dilihat perkembangan asuransi syariah dari banyaknya
perusahaan asuransi konvensional yang membuka unit usaha syariah. Dan banyaknya
dana premi yang dihimpun akhir tahun 2007 mencapai10 miliar. Kini masyarakat telah
banyak yang beralih ke asuransi syariah, bukan karena syariah saat ini sedang naik
daun, tetapi karena mereka sudah mengetahui bahwa yang berdasarkan prinsip
syariahlah yang lebih baik. Mengapa syariah dikatakan lebih baik?? Karena
perasuransian yang ada selama ini mengandung unsur GHARAR, masir dan riba, yang
mana ketiga unsur itu diharamkan oleh Islam. Keunggulan asuransi syariah terlihat dari
segi konsep, sumber hukum, akad perjanjian, pengelolaan dana, dan keuntungan, bila
dibandingkan dengan asuransi konvensional.

3.2 Saran
Adapun saran-saran yang diberikan oleh penelitian adalah sebagai berikut:
1. Dalam melakukan audit, auditor harus berusaha untuk tetap meningkatkan
kinerjanya agar audit mutu internal dapat mencapai hasil yang optimal. Auditor
sebaiknya harus tetap terus menambah pengalaman kerja khususnya terkait dengan
manajemen proses pada semua bagian, mengikuti berbagai pelatihan mengenai
audit mutu internal, mengikuti seminar atau konferensi yang terkait. Dengan
sistem Asuransi mutu, melakukan bimbingan dan konsultasi dengan sistem
manajemen mutu, serta terus dapat menambah pengetahuan serta informasi dari
berbagai media.

10
2. Pemerintah perlu lebih sering mensosialisasikan proses penerapan Sistem
Manajemen Mutu Asuransi serta keuntungan yang diperoleh organisasi dengan
mengadopsi Sistem manajemen Asuransi
3. Sebaiknya pada proses penerapan Sistem Manajemen Asuransi dibentuk tim khusus
Asuransi, kemudian dibuat struktur organisasinya dengan tugasnya masing-masing
agar proses manajemen berjalan dengan efektif dan efisien

11
DAFTAR PUSTAKA

 Ridoni, Ahmad dan Abdul Hamid.2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:


Zikrul Hakim.
 Sudarsono,Heri,2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah .Yogyakarta:
kondisi
 Zainuddin Ali,Prof.2008.Hukum Asuransi Syariah .Jakarta: Sinar Grafik
Catatan kaki __________________
[1] Ridoni, Ahmad dan Hamid, Abdul, Lembaga Keuangan Syariah (Zikrul
Hakim: Jakarta)hal 93
[2] Zainuddin ali, Hukum Asuransi Syariah (Sinar Grafika: Jakarta 2008) hal 1
[3] Ridoni, Ahmad dan Hamid, Abdul, Lembaga Keuangan Syariah (Zikrul
Hakim: Jakarta)hal 97
[4] www.wikimu.com
[5] ibid
[6] Ridoni, Ahmad dan Hamid, Abdul, Lembaga Keuangan Syariah (Zikrul
Hakim: Jakarta)hal 98
[7] Ibid hal 100
[8] Zainuddin ali, Hukum Asuransi Syariah (Sinar Grafika: Jakarta 2008) hal 80
[9] ibid
[10] Ibid hal 81
[11] Ibid hal, 104
[12] http://www.pojokasuransi.com
[13] Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (EKONISIA ;
Yogyakarta) hal 126
[14] Zainuddin Ali Hukum Asuransi Syariah (Sinar Grafika: Jakarta ) hal 65
[15] Zainuddin Ali Hukum Asuransi Syariah (Sinar Grafika: Jakarta ) hal 77
[16] Takaful.com/ATU/pro06.html
[17] Ibid

Anda mungkin juga menyukai