“ASURANSI”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Risiko
Dosen Pengampu : YULIAH, SE., MM
Disusun Oleh
Nama : Ahmad Sopian
NPM : 18111152
Kelas : Manajemen 5-C
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
2.1 Pengertian Asuransi.................................................................................2
3.2 Saran......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
terlibat pihak pertama yang sanggup menanggung atau menjamin bahwa pihak lain
mendapatkan pergantian dari suatu kerugian yang mungkin akan di derita sebagai akibat
dari suatu peristiwa yang semula belum tentu terjadi atau belum di tentukan saat akan
terjadinya.
Adapun uang yang telah dibayarkan oleh pihak tertanggung akan tetap menjadi
milik pihak yang menanggung apabila peristiwa yang dimaksud tidak terjadi.
Dalam Asuransi paling tidak ada tiga unsur yang terlibat. Pertama, pihak
tertanggung yang berjanji membayarkan uang premi kepada pihak penanggung secara
sekaligus atau secara angsur. Kedua, pihak penanggung yang berjanji akan membayar
sejumlah uang kepada pihak tertanggung secara sekaligus atau secara angsur apabila
ada unsur ketiga. Ketiga, suatu peristiwa yang belum jelas terjadi.
3
Yang disebut maisir di sini jika perusahaan asuransi mengandalkan banyak sedikitnya
klaim yang dibayarkannya[5].
c. Riba
Dalam hal riba semua asuransi konvensional menginvestasikan semua dananya
dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga
dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan
di depan.
Pernyataan yang serupa telah jauh-jauh di kumandangkan di Malaysia. Jawatan
kuasa kecil Malaysia menyatakan dalam kertas kerjanya yang berjudul “Ke arah
Insurance secara Islami” di Malaysia. Bahwa asuransi masa kini mengikuti cara
pengelolaan dari Barat dan sebagian operasinya tidak sesuai dengan ajaran Islam[6].
Atas landasan itulah kemudian dirumuskan bentuk asuransi yang terhindar dari ketiga
unsur yang diharamkan Islam itu.
Selanjutnya, pada dekade tahun 70-an, di beberapa Negara Islam atau di Negara-
negara yang mayoritas berpenduduk Muslim, mulai bermunculan asuransi yang prinsip
operasionalnya mengacu pada nilai-nilai Islam dan terhindar dari unsur-unsur yang
diharamkan.
Pada tahun 1979, Islamic Insurance Co. Ltd berdiri di Sudan, Islamic Insurance
Co. Ltd di Arab Saudi. Pada tahun 1983, berdiri Dar Al-mal Al-islami di Gunawa dan
Takaful Islam di Luxembourg, Takaful Islam BAHUMAS di Bahama, dan At-Takaful
Al-islami di Bahriyan. Adapun di Negara tetangga yang paling dekat dengan Indonesia,
yakni Malaysia, telah berdiri Syarikat Takaful Sendirian Berhad pada tahun 1984.
Sedangkan di Indonesia, asuransi Takaful baru muncul pada tahun 1994 seiring
dengan diresmikannya PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Takaful umum
pada tahun 1995.
Gagasan untuk mendirikan asuransi Islam di Indonesia sebenarnya telah muncul
sejak lama, dan pemikiran tersebut lebih menguat pada saat diresmikannya Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 1991.
4
baik itu bentuk akad yang melandasinya, sistem pengelolaan dana, bentuk manajemen
dan lain sebagainya
5
3. Asuransi adalah pertolongan dalam dosa, karena perusahaan asuransi meskipun
milik Negara, tetap merupakan institusi yang mengadakan transaksi dengan riba.
4. Dalam asuransi jiwa juga terdapat unsur rasywah, karena kompensasi di dalamnya
adalah sesuatu yang tidak dapat dinilai.
Kelompok yang membolehkan asuransi syariah :
Antara lain dikemukakan oleh Ibnu Abidin, Wahab Khalaf, Mustafa Ahmad
ZARQA (guru besar Universitas SYIRYA), Syekh Abdurrahman Isa (guru besar
Universitas Al-azhar Mesir), Prof. Dr. Muhammad Yusuf Musa (guru besar Universitas
Kairo), Syekh Abdul Khalaf, dan Prof. Dr. Muhammad Al-Bahi,
Pada dasarnya, mereka mengakui bahwa asuransi merupakan suatu bentuk
muamalat yang baru dalam Islam dan memiliki manfaat serta nilai positif bagi Ummat
selama di landasi oleh praktik-praktik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Argumentasi yang mereka pakai dalam membolehkan asuransi menurut
Faturrahman DJAMIL adalah sebagai berikut[10]:
1. Tidak terdapat nas Alquran atau Hadits yang melarang asuransi.
2. Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah pihak.
3. Asuransi menguntungkan kedua belah pihak
4. Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkumpul
dapat di investasikan dalam kegiatan pembangunan.
5. Asuransi termasuk akad mudarabah antara pemegang polis dengan perusahaan
asuransi.
6. Asuransi termasuk usaha bersama yang di dasarkan pada prinsip tolong-menolong.
Dalam Islam, asuransi haruslah bertujuan kepada konsep tolong menolong
dalam kebaikan dan ketakwaan.
6
Ketiga : realistis prinsip bagi hasil.
7
Menghindari unsur penipuan (GHARAR)
Asuransi syariah, di samping memiliki karakteristik yang melekat pada
konsepnya (buil in Concepts), juga lebih berorientasi untuk :
Tolong-menolong dan bekerja sama
Saling menjaga keselamatan dan keamanan
Saling bertanggung jawab
8
a. Merupakan bukti atau tanda terima premi asuransi dari tertanggung.
b. Merupakan bukti tertulis atas jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
tertanggung jika terjadi suatu peristiwa yang merugikan tertanggung.
c. Merupakan bukti yang kuat (otentik) untuk menolak klaim atau tuntutan bila terjadi
suatu peristiwa yang menyebabkan kerugian yang tidak memenuhi syarat-syarat
yang tercantum di dalam polis
9
BAB III
PENTUP
3.1 Kesimpulan
Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi TA’AWAUN atau tolong-
menolong. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa asuransi TA’AWUN prinsip
dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk
menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang di alami oleh peserta.
Asuransi syariah takaful ada sejak tahun1994, walaupun sekitar 16 tahun yang lalu
berdiri, tetapi perusahaan asuransi tidak kalah dengan asuransi konvensional yang telah
berdiri lebih dahulu. Bisa dilihat perkembangan asuransi syariah dari banyaknya
perusahaan asuransi konvensional yang membuka unit usaha syariah. Dan banyaknya
dana premi yang dihimpun akhir tahun 2007 mencapai10 miliar. Kini masyarakat telah
banyak yang beralih ke asuransi syariah, bukan karena syariah saat ini sedang naik
daun, tetapi karena mereka sudah mengetahui bahwa yang berdasarkan prinsip
syariahlah yang lebih baik. Mengapa syariah dikatakan lebih baik?? Karena
perasuransian yang ada selama ini mengandung unsur GHARAR, masir dan riba, yang
mana ketiga unsur itu diharamkan oleh Islam. Keunggulan asuransi syariah terlihat dari
segi konsep, sumber hukum, akad perjanjian, pengelolaan dana, dan keuntungan, bila
dibandingkan dengan asuransi konvensional.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang diberikan oleh penelitian adalah sebagai berikut:
1. Dalam melakukan audit, auditor harus berusaha untuk tetap meningkatkan
kinerjanya agar audit mutu internal dapat mencapai hasil yang optimal. Auditor
sebaiknya harus tetap terus menambah pengalaman kerja khususnya terkait dengan
manajemen proses pada semua bagian, mengikuti berbagai pelatihan mengenai
audit mutu internal, mengikuti seminar atau konferensi yang terkait. Dengan
sistem Asuransi mutu, melakukan bimbingan dan konsultasi dengan sistem
manajemen mutu, serta terus dapat menambah pengetahuan serta informasi dari
berbagai media.
10
2. Pemerintah perlu lebih sering mensosialisasikan proses penerapan Sistem
Manajemen Mutu Asuransi serta keuntungan yang diperoleh organisasi dengan
mengadopsi Sistem manajemen Asuransi
3. Sebaiknya pada proses penerapan Sistem Manajemen Asuransi dibentuk tim khusus
Asuransi, kemudian dibuat struktur organisasinya dengan tugasnya masing-masing
agar proses manajemen berjalan dengan efektif dan efisien
11
DAFTAR PUSTAKA