Anda di halaman 1dari 12

PERNANAN KEKUASAAN DALAM PEMBENTUKAN HUKUM NASIONAL

Dra. Sri istiawati SH, MH

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi


UNHAM-Medan

ABSTRACT

The relationship between law and power are two aspects that are interconnected,
especially in making the law, where the dominant role sangant power in the change of
substance, structure and legal culture

Keywords; law, rule, national law-making

1. PENDAHULUAN lainnya,oleh karna itu diperlukan


A. Latar Belakang adanya aturan dan ketentuan
yang dapat menjaga
Suatu kenyataan yang keharmonisan dan keserasian
tidak dapat kita pungkiri bahwa diantara manusia sebagai
sejak zaman dahulu manusia anggota masyarakat itu serta
selalu hidup bekelompok dengan bertujuan menjaga ketertiban
sesamanya, dan sejak adanya dan kedamain didalam
kehidupaan sosial tersebut masyarakat, aturan dan
manusia menundukkan diri ketentuan itu adalah hukum.
kepada suatu bentuk dan sistem
kekuasaan. Dalam kehidupan Peraturan-peraturan
berkelompok itu didasari oleh hukum yang lazimnya dalam
para anggotanya bahwa demi bentuk tertulis, dibuat oleh
kelangsungan hidup bersama itu penguasa masyarakat atau
diperlukan adanya suatu negara (pemerintah) yang
organisasi kekuasaan yang dapat bersangkutan. Demikian juga
mengikat para anggota dalam rangka penegakan dan
masyarakat itu serta dapat pula perkembangan hukum itu sendiri
mengusahakan dan diperlukan peran dan campur
menyelengarakan kepentingan- tangan kekuasaan, sehingga
kepentingan serta tujuan-tujuan dalam suatu sistem kekuasaan
bersama. Organisasi kekuasaan otoriter, hukum selalu digunakan
itu dikenal dengan sebutan secara keliru yakni untuk
negara. melanggengkan kekuasaan itu
sendiri atau bahkan dalam
Manusia sebagai individu sistem kekuasaan yang
dan sebagai anggota masyarakat demokrasi sekalipun orang
masing-masing senantiasa terkadang secara sinis
mempunyai keinginan dan memandang hukum dan
kepentingan yang tidak jarang kekuasaan sebagai sesuatu yang
saling berbenturan dan tidak ada bedanya.
bertentangan antara kepentingan
yang satu dengan yang

1
Apabila kita amati maka Perumusan masalah dalam
antara hukum dengan kekuasaan penulisan artiekl ilmiah ini adalah
terdapat suatu hubungan timbal bagaimana peranaan kekuasaan dalam
balik sebagai mana diungkapkan pembentukan hukum nasional
oleh Muchtar Kusumaatmadja “
bahwa dapat disimpulkan C. Tujuan Penulisan
hubungan hukum dengan
Adapun tujuan penulisan artikel
kekuasaan dalam masyarakat
ilmiah ini adalah ingin mengetahui
bahwa hukum memerlukan
bagaimana peranan kekuasaan dalam
kekuasaan dalam pembentukan
pembentukan hukum nasional
dan pelaksanaannya, Sebaliknya
kekuasaan itu sendiri ditentukan D. Metode Penulisan
batasan-batasannya oleh hukum. Metode penulisan artikel ilmiah
(2002 : 4). ini dengan menggunakan metode
Library Research yaitu berdasarkan
Hukum dan kekuasaan
literatur yang mendukung permasalahan
mempunyai keterkaitan yang
sangat erat bahkan tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan
lainnya, sehingga Mochtar
Kusamaatmadja melukiskan
hubungan antara hukum dan
kekuasaan tersebut sebagai
berikut “. (1990 : 5).
Hal–hal tersebut diatas
menggambarkan adanya
kekuatan saling pengaruh
mempengaruhi antara hukum
dengan kekuasaan yang dalam
realita empirisnya akan dapat
diliat pada pembentukan dan
penciptaan hukum, Pelaksanaan
dan penegakkan hukum serta
perkembangan hukum yang
terkait juga dengan kesadaran
hukum masyarakat.
Atas dasar adanya
hubungan dan keterkaitan antara
hukum dan kekuasaan tersebut,
Tulisan ini secara sederhana
akan mencoba membahas
mengenai bagaimana peranan
kekuasaan dalam pembentukan
hukum nasional
B. Perumusan Masalah

2
2. PERANAN KEKUASAAN R.M.subanindyo
DALAM PEMBENTUKAN Hadiluwih didalam buktinya
HUKUM NASIONAL “sosial Hukum” menyatakan
A. Pengertian Kekuasaan bahwa kekuasaan diartikan
sebagai kemampuan untuk
Menurut kamus bahasa mempengaruhi pihak lain
indonesia kekuasaan diartikan menurut kehendak yang ada
sebagai “Kemampuan orang pada pemegang kekuasaan
atau golongan untuk menguasai tersebut. (1987 : 162)
orang atau golongan lain
bedasarkan kewibawaan, Definisi dan pengertian
wewenang, karisma atau kekuasaan yang telah disebutkan
kekuatan fisik.” (2002 : 604) diatas telah cukup memberikan
gambaran bahwa kekuasaan
Mariam Budiarjo dalam memberikan kewenangan
bukunya “Dasar-Dasar ilmu kepada pemiliknya yaitu
Politik” mengemukakan batasan pemegang kekuasaan untuk
mengenai pengertian kekuasaan memaksa seseorang atau
dengan menyatakan bahwa“ sekelompok orang lain untuk
Kekuasaan adalah kemampuan melakukan atau tidak melakukan
seseorang atau kelompok untuk suatu perbuatan sesuai dengan
mempengaruhi tingkah laku yang dikehendaki dan
orang atau kelompok lain sesuai keingginannya.
dengan keinginan pelaku.”
(1982 : 10) Kekuasaan supaya mantap
memerlukan legitimasi etis,etika
Pengertian dan makna politik menuntut agar kekuasaan
kekuasaan tersebut sangat sesuai dengan hukum yang
bernuansa sosialogis dan boleh berlaku, disahkan secara
jadi lebih realistis, mengingat demokrasi dan tidak
bahwa manusia dalam bertentangan dengan prinsip-
kehidupannya pada dasarnya prinsip dasar moral. Ketiga
mempunyai berbagai keinginan tuntutan tersebut sebagai
dan tujuan tertentu yang hendak legitimasi normatife atau
diraihnya.batasan mengenai legitimasi etis karena
kekuasaan sebagaimana tersebut bedasarkan keyakinan bahwa
diatas sejalan dengan apa yang kekuasaan hanya sah secara etis
dikemukakan oleh Muchtar apabila sesuai dengan tuntutan
Kusumaatmadja setelah tersebut.
mengungkapkan beragam
berbentuk dan macam-macam Dalam kenyataannya
sumber kekuasaan,ia orang yang memiliki pengaruh
menyatakan bahwa “hakekat politik atau keagamaan dapat
kekuasaan dalam berbagai lebih berkuasa dari pada yang
bentuknya tetap sama yaitu mempunyai kekuatan fisik
kemampuan seseorang untuk (senjata). Kekayaan atau
memaksakan kehendaknya atas kekuatan ekonomi lainnya juga
pihak lain”. (2002 : 7) merupakan sumber-sumber
kekuasaan yang penting,
sedangkan dalam keadaan

3
tertentu kejujuran, moral yang unsur yang mutlak bagi
tinggi dan ilmu pengetahuan pun kehidupan masyarakat yang terti
tidak dapat diabaikan sebagai dan bahkan bagi setiap bentuk
sumber-sumber kekuasaan. orgnisasi yang teratur. (1977:19)
Sebagai Sarjana Politik Unsur pemegang
atau Sarjana Hukum dewasa ini kekuasaan merupakan faktor
banyak yang berpendapat bahwa yang penting dalam hal
hakikat politik adalah kekuasaan digunakannya kekuasaan yang
dan sebaliknya. Selain itu juga dimilikinya itu sesuai dengan
disepakati bahwa apa yang kehendak masyrakat. Oleh
disebut proses politik tidak lain karana itu disamping keharusan
adalah serangkaian peristiwa adanya hukum sebagai alat
yang hubungannya satu sama pembatas bagi kekuasaan itu,
lain didasarkan atas kekuasaan. juga bagi pemegang kekuasaan
(1994 : 162) diperlukan syarat-syarat lain
seperti memiliki sifat yang jujur
Menurut sajtipto rahardjo dan rasa pengabdian terhadap
bahwa kekuasaan yang baik kepentingan masyarakat.
adalah apa yang disebutkannya Kesadaran hukum yang tingi
berikut ini : dari masyarakat juga merupakan
pembatasan yang ampuh dan
1. Kekuasaan yang berwatak
efektif bagi pemegang
mengabdi kepada kepentingan
kekuasaan supaya kekuasaan
umum
yang dimiikinya itu digunakan
2. Kekuasaan yang melihat kepada
secara baik bagi kepentingan
lapisan masyarakat yang susah
anggota masyarakat yang
3. Kekuasaan yang selalu
bersangkutan.
memikirkan kepentingan publik
4. Kekuasaan yang kosong dari
kepentingan subjektif. (2001:75)
Sesuai dengan sifatnya
yang mempunyai daya
paksa,kekuasaan dapat dinilai
baik buruk yaitu trgantung pada
pengguna kekuasaan itu
sendiri,sebagaimana
dikemukakan oleh soerjono
soekamto bahwa baik dan
buruknya suatu kekuasaan
trgantung dari bagaimana
kekuasaan tersebut
digunakan,artinya baik atau
buruknya kekuasaan senantiasa
diukur dengan kegunaannya
untuk mencapai suatu tujuan
yang sudah di tentukan atau
didasari oleh masyarakat lebih
dahulu.hal ini merupakan suat

4
B. Peranan Kekuasaan dalam Sejalan dengan itu adalah
Pembentukan Hukum apa yang dikemukakan oleh
Nasional. Teuku Muhammad Radhei
dalam tulisannya,dimana ia
Hubungan antara hukum mengartikan bahwa politik
dengan kekuasan adalah sangat hukum sebagai penyataan
erat dan kedekatan Hubungan kehendak penguasa negara
tersebut mencakup berbagai mengenai hukum yang berlaku
aspek yang berkenaan dengan diwilayahnya dan mengenai
hukum mulai dari pembentukan kearah mana hukum hendak
dan pembuatan aturan-aturan dikembangkan.selanjutnya
hukum sampai pada penerapan diterangkan bahwa kata “
dan penegakannya ditengah- politik” dalam perkataan “politik
tengah masyarakat. hukum” dapat berarti
kebijaksanaan atau sering
Mengenai peranan
disebut dengan “policy”dari
kekuasaan dalam pembangunan
penguasa. Jadi dengan demikian
hukum yang antara lain
keikut sertaan negara dengan
bentuknya terlihat pada
alat-alat perlengkapannya
pembentukan hukum,Abdul
sebagai penguasa pergaulan
ghani Abdullah menyatakan
hidup anggota masyarakat
dalam salah satu tulisannya
negara yang
bahwa “Kekuasaan adalah faktor
bersangkutan,didalam politik
dominan dalam pengubahan
hukum ada tig bagian yaitu :
hukum.sinyal ini akrab dengan
konstatasi hukum beserta makna 1. Melaksanakan hukum
normatife tergantung kemauan 2. Mempengaruhi perkembangan
kekuasaan.” (1999:59) hukum
3. Menciptakan hukum. (1999:235)
Kebijakan dan kegiatan
penguasa atau pemerintah suatu Kebijakansanaan pemerintah
negara atau masyarakat yang dibidang hukum yang akan atau telah
berkenan dengan pembentukan dilaksanakan secara nasional oleh
hukum nasional baik yang pemerintah nasional meliputi :
menyangkut pembuatan hukum,
penerapan hukum dan a) Pembangunan hukum yang
penegakannya disebut politik berintikan pembuatan dan
hukum,jadi politik hukum pembaharuan terhadap materi-
adalah kebijakan-kebijakan materi hukum agar dapat sesuai
politik pemerintah yang berisi dengan kebutuhan.
rangkaian konsep dan asa yang b) Pelaksanaan ketentuan hukum
menjadi garis besar dan dasar yang telah ada termasuk
dari rencana hukum yang akan penegasan fungsi lembaga dan
diberlakukan oleh pemerintah. pembina para penegak hukum.
Politik hukum negara ditentukan (2000:15)
oleh bentuk masyarakat yang Dalam kaitan dengan
dicita-citakan dan dipengaruhi pembangunan hukum
oleh realits dan Politik Hukum diindonesia pertama-tama harus
Internasional. diliat bahwa sebahagian besar

5
peraturan perundang-undang pembangunan jangka panjang
yang belaku diindonesia masih pertama dahulu tekanannya
berasal dari masa ditunjukkan pada terbentuknya
penjajahan,padahal perubahan kodifikasi hukum dan unifikasi
ketatanegraan dari daerah hukum bedasarkan wawasan
jajahan menjadi negara yang nusantara, sedangkan para
merdeka serta perubahan yang pembangunan jangka panjang
ada dalam masyarakat indonesia kedua sasaran pembentukan
menyebabkan hukum yang hukum diarahkan pada
berasal dari masa penjajahan terbentuknya serta fungsinya
Belanda tidak lagi memadai sistem hukum nasional yang
untuk menanggapi dan bersumber kepada Pancasila dan
menjawab kebutuhan –kebtuhan Undang-Undang Dasar 1945
baru dalam masyarakat.Dengan dengan memperhatikan
kata lain masih banyak kemajemukan tatanan hukum
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, dimana hal ini
perundang-undang yang lebih realistis dengan melihat
sebenarnya tidak mencerminkan kenyataan masyarakat indonesia
cita-cita dan budaya bangsa dan yang majemuk seperti
kurang responsip terhadap disebutkan dalam lambang
kondisi dan kebutuhan masa negara dengan kata-kata
kini.oleh karna itu diperlukan “Bhineka Tunggal Ika”yang
pembentukan hukum yang juga telah dijadikan salah satu
mengarah kepada penggantian konsep cara pandang (wawasan)
produk danbudaya hukum yang pengembangan atau
sudah tidak sesuai lagi dengan pembentukan hukum nasional.
tuntutan zaman,supaya cita-cita
kemerdekaan dapat terwujud Semenjak dimulainya
meskipun untuk mengubah pembangun nasional, kita
peraturan lama yang jumlahnya menyaksikan bahwa GBHN
tidak sedikit menjadi peraturan- sebagai dasar landasan
peraturan dengan semangat baru pembangunan nasional, sejak
sebagaiman yang kita harapkan dini telah menggariskan
tentu saja diperukan waktu, kebijaksanaan pembangunan
tenaga dan dana yang relatif hukum yang harus dijalankan
cukup banyak. dinegara republik indonesia
yang bedasarkan
Arahan perkembangan hukum.penentuan kebijaksanaan
hukum Indonesia (termasuk ini sangat penting karena
pembentukan hukum nasional) merupakan arah pedoman bagi
yang ada dalam lingkup pembentukan hukum nasional
pembangunan nasional dapat dinegara kita termasuk arah
diliat dari dalam GBHN, pembinaan hukum nasional.
misalnya sebagaimana
dikemukakan oleh Muhammad Arahan kebijakan
Daud Ali dalam menyoroti pembangunan hukum ini dari
perkembangan hukum di waktu ke waktu senantiasa
Indonesia bahwa pembentukan disempurnakan seiring dengan
hukum nasional dalam dilaksanakannya pembaharuan-

6
pembaharuan dibidang hukum pada tahun-tahun terakhir ini
sesuai dengan tingkat kebutuhan setelah bergulirnya era reformasi
hukum dalam yang terutama merambah bidang
masyarakat,tentunya dengan hukum,telah cukup jelas adanya
mencermati perkembangan- pembentukan dalam bidang
perkembangan hukum yang hukum yang menyengkut
terjadi dalam subtansinya yaitu dengan adanya
masyarakat,mengingat bahwa amandemen beberapa peraturan
perkembangan tersebut berjalan perundang-undang,bahkan
dengan sangat cepat dan termasuk amandemen terhadap
dinamis. UUD 1945.selain pembentukan
subtansi hukum yang bersifat
Pembuatan hukum yang pembaharuan juga diakukan
dilaksanakan oleh negara pembentukan subtansi atau
sebagai pemegang kekuasaan perangkat hukum yang sifatnya
selalu dilakukan secara dalam bentuk menciptakan
menyeluruh meliputi segala peraturan-peraturan baru yang
komponen yang terkait,yang sebelumnya belum ada dibuat
pada garis besarnya dapat dibagi oleh pemerintahan dan atau
kedalam tiga bagian yaitu : pemerintah dengan lembaga
DPR.
1. Subtansi hukum
2. Struktur hukum Aturan perundang-
3. Kultur hukum undang yang mengalami
amandemen atau perubahan
Peranan kekuasaan
antara lain Undang-Undang
dalam pembentukan hukum dan
nomer 14 tahun 1970 tentang
melakukan perubahan hukum
ketentuan-ketentuan pokok
adalah sesuatu yang nampak
kekuasaan kehakiman yang
jelas karena semua produk
diamandemen dengan Undang-
hukum berupa ketentuan dan
Undang Nomer 35 thun 1999,
aturan perundangan-undangn
peraturan tentang pemerintah
yang berlaku disuatu negara
daerah yang dirubah dengan
adalah dibentuknya oleh
Undang-otonomi daerah
pemerintah atau penguasa beara
(Undang-undang nomer 32
tersebut,mislnya
tahun 2004) sedangkan
diindonesia,Presiden sebagai
pencitaan aturan baru yang
kepala kekuasaan eksekutif
dimaksud dalam rangka
dalam negara berhak
memenuhi tuntutan reformasi
mengajukan rancangan undang-
dibuatlah Undang-undang nomer
undang kepda Dewan
28 tahun 1999 tentang
Perwakilan Rakyat,kemudian
penyelenggaraan negara yang
selain eksekutif power, Presiden
bersih dan bebas dari
juga bersama-sama dengan DPR
korupsi,kolusi dan nepotisme
menjalankan legislative power
dan lain sebagainya.
dalam negara (pasal 5 ayat 1
UUD) Sedangkan dari segi
pembentukan struktur hukum
Berkenaan dengan
dapat dikatakan bahwa Pengaruh
pembentukan subtansi hukum

7
dan peranan kekuasaan atau hukum kearah yang lebih baik
pemerintah adalah demikian diindonesia.
kuatnya karena pemerintah
itulah yang membuat dan Dalam rangka
melakukan pembaharuan- memperbaiki budaya hukum
pembaharuan struktur hukum supaya kesadaran hukum
tersebut termasuk penegasan masyarakat semangkin
fungsi lembaga-lembaga hukum meningkat dari waktu ke waktu
serta pemeliharaannya. Akhir- sehingga mencapai tingkat
akhir ini misalnya dengan kesadaran hukum yang tinggi,
berbagai pertimbangan untuk maka pembentukan hukum yang
menuju pembentukan hukum dilakukan dengan cara
nasional yang lebih baik dari mengadakan penyuluhan hukum
pada sebelumnya serta dalam terhadap berbagai lapisan
rangka menjawab tuntutan masyarakat sesuai kebutuhan
reformasi dibidang hukum maka peningkatan kesadaran hukum
dibentuklah lembaga-lembaga masyarakat tersebut, seiring
baru dibidang hukum dengan itu juga dilakukan
melengkapi struktur yang sudah pembinaan secara terus menerus
ada selama ini seperti terhadap para aparat penegak
dibentuknya Mahkamah hukum agar supaya bersih dan
Konstitusi, pengadilah Hak berwibawa dalam melaksanakan
Asasi Manusia dan sebagai penegakkan hukum.
mana hal ini dapat kita liat
Pembentukan hukum
bahwa peranan kekuasaan dalam
nasional yang dilaksanakan oleh
pembentukannya sangatah
pemerintah pada saat ini dan
dominan atau pengaruh
masa-masa yang akan datang
kemauan politik hukum pada
dilandasi oleh tiga wawasan
saat itu.
yaitu wawasan
Demikian juga dalam kebangsaan,wawasan nusantara,
pembentukan kultur hukum dan wawasan Bhineka Tunggal
yang terkait erat dengan Ika, ketiga wawasan tersebut
kesadaran hukum masyarakat, mengacu kepda satu tujuan
terlihat jelas adanya keinginan pembangunan hukum nasional
supaya hukum ditegakkan yang terciptanya sistem hukum
sepenuhnya.akan tetapi disisi nasional.
lain masyarakat yang merasa
Wawasan kebangsaan
tidak puas dengan penegakkan
pada intinya menekankan pada
hukum yang sekarang sedang
suatu pemikiran bahwa negara
berjalan,tidak jarang memaksaan
Republik Indonesia adalah
kehendak dengan cara main
negara kebangsaan, bukan suatu
hakim sendiri terhadap tindakan-
negara yang berdasarkan atas ras
tindakan yang dianggapnya
atau budaya atau agama.dengan
melanggar aturan
paham dan pemikiran seperti ini
hukum,sehingga hal ini
maka walaupun penduduk dan
merupakan ujian tersendiri bagi
warga negara indonesia terdiri
langkah-langkah penegakan
dari berbagai jenis suku bangsa
yang memiliki kebudayaan yang

8
beraneka ragam dan memeluk salah satu golongan,suku bangsa
agama yang berbeda-beda, atau agama merasa telah
namun kesadaran kebangsaan dirugikan atau diabaikan
telah menjadi tali pengikat dan kepentingannya. (1993:4)
merupakan modal utama bangsa
indonesia sebagaimana yang Oleh karna hal tersebut
ditegaskan pada saat sumpah diatas maka disamping
pemuda tanggal 28 Oktober diterapkannya dua wawasan
1928 yaitu bahwa semua suku pembangunan hukum tersebut
yang mendiami kepulauan yaitu wawasan kebangsaan dan
indonesia menyatakan dirinya wawasan nusantara,
sebagai satu bangsa yaitu bangsa Pembentukan hukum nasional
Indonesia. juga harus memperhatikan
wawasan ketiga yaitu wawasan
Sedangkan wawasan Bhineka Tunggal Ika,yaitu suatu
nusantara adalah cara pandang wawasan yang melihat
bangsa indonesia yang melihat keragaman etnis,budaya dan
seluruh kepulaoan nusantara agama sebagai suatu asset
sebagai satu kesatuan yang utuh pembentukan hukum nasional
atau tidak terpisah-pisah. Dalam yang harus senantiasa dijunjung
pengertian dan konsep tinggi dan dilestarikan sepanjang
pembangunan hukum hal ini hal itu tidak akan
mengandung makna bahwa membahayakan persatuan dan
diseluruh kepulauan nusantara kesatuan bangsa serta tidak
hanya akan berlaku satu hukum, lemah melemahkan ketahanan
yaitu hukum nasional yang hukum atau keutuhan kedaulatan
mengabdi kepda kepentingan Negara kesatuan Republik
nasional ialah kepentingan Indonesia.
bangsa Indonesia. Oleh sebab itu
didalah hukum nasional kita Dengan adanya ketiga
sejauh mungkin menghindari wawasan pembentukan hukum
pembentukan aturan hukum nasional sebagaimana tersebut
yang berbeda-beda kiranya kendala bagi
golongannya, keturunan, suku terbentuknya sistem hukum
bangsa dan agama yang nasional dapat dikurangi dan
dianutnya. akhirnya secara berangsur-
angsur dapat
Kendatipun demikian dihapuskan,sehingga sistem
kitapun menyadari bahwa hukum nasional yang
perbedaan-perbedaan yang diharapkan oleh bangsa
dilandasi oleh adanya berbagai indonesia segera dapat terwujud
kepentingan golongan, suku meskipun dengan segala
bangsa, keturunan dan agama konsekwensi yang
kemungkinan akan menjadi ditimbulkannya.
salah satu kendala bagi
terbentuknya sistem hukum Sebagaimana cacatan
nasional yang satu (unifikasi). terakhir perjalanan pembentukan
Hal ini menurut Sunaryati hukum kita menuju sistem
Hartono dapat terjadi apabila hukum nasional adalah apa yang
telah diupayakan oleh pemegang

9
kekuasaan untuk menjadikan memberi keputusan yang secara
semua lingkungan peradilan di langsung maupun tidak langsung
indonesia berada dalam satu atap memepengaruhi tindakan-
(one roff system) dibawah tindakan pihak lain tersebut.
Mahkamah Agung Republik
Indonesia. Dengan peradilan 2. Peranan kekuasaan dalam
satu atap maka organisasi, pembentukan hukum nasional
Administrasi dan finansial agar sangat besar,dimana hal itu
peradilan serta pembina teknis mencakup semua aspek yang
yustisial, seluruhnya berkenaan dengan hukum itu
dilaksanakan pengurusan dan sendiri baik menyangkut
tanggung jawabnya oleh pembentukan subtansi
lembaga peradilan itu sendiri hukum,struktur hukum maupun
(Mahkamah Agung) tanpa kultur hukum.
adanya campur tangan dari
3. Pelaksanaan pembentukan hukm
pihak eksekutif (pemerintah).
tergantung oleh pemegang
Hal-hal yang telah kekuasaan dengan berpedoman
diuraikan diatas berkenaan kepada GBHN yang antara lain
dengan pembangunan nasional memuat arah,strategi serta
kita dibidang hukum, juga kebijakan pemerintah dalam
dengan melihat perkembangan pembentukan hukum nasional.
hukum yang terjadi dalam
4. Pembentukan hukum nasional
masyarakat serta bagaimana
dilandasi oleh tiga wawasan yaitu
usaha-usaha yang telah
wawasan kebangsaan,wawasan
dilakukan pemerintah dalam
nusantara dan wawasan Bhineka
rangka membentuk sistem
Tunggal Ika dimana ketiga
hukum nasional telah cukup
wawasan tersebut mengacu
memberikan gambaran betapa
kepada suatu tujuan pembentukan
sangat besarnya peranan
hukum nasional yaitu adanya
kekuasaan dalam pembentukan
unifikasi hukum diseluruh
hukum nasionl dinegara ini.
kepulauan nusantra merupakan
PENUTUP sistem hukum nasional.

Dari apa yang telah diuraikan Daftar Pustaka


diatas mengenai hal-hal yang berkaitan
Kusumaatmadja, Moehtar. 2002,
dengan peranan kekuasaan dalam
konsep-konsep hukum dalam
pembangunan hukum, dapat kiranya
pembangunan, alumni, Bandung.
disimpulkan sebagai berikut :
Kusumaatmdja, Moehtar. 1990, Fungsi
1. Kekuasaan adalah kemampuan
dan Perkembangan Hukum dalam
seseorang atau sekelompok orang
Pembangunan Nasional, Bina
untuk memepengaruhi pihak lain
Cipta, Bandung.
menurut kehendak yang ada pada
pemegang kekuasaan tersebut, Departemen Pendidikan Nasional. 2002,
dimana kekuasaan tersebut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
mencakup suatu kemampuan Balai Pustaka, Jakarta.
untuk memerintah ( supaya yang
diperintah patut) dan juga untuk

10
BudiHarjo, Mariam. 1982, Dasar-Dasar
Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta.
Hadiluwih, Subanindyo, R.M. 1987,
Sosiologi Humu, Fakultas Hukum
Universitas Islam Sumatera Utara,
Medan
Sidarta, Arif, B. Dan Rasidi, Lili. 1994,
Filsafat Hukum Mazhab dan
Refleksinya, Remaja Rosda
Karya, Bandung
Rahardjo, Sacipto. 2001, Sisi-Sisi lain
dari Hukum di Indonesia, Penerbit
Buku Kompas, Jakarta
Soekanto, Soerejono. 1977, Pengantar
Sosiologi Hukum, Batara Karya
Aksara, Jakarta
Abdullah, Gani, Abdul. 1999,
Paradigma Indonesia Baru –
Perspektif Pembangunan Hukum,
Mimbar Hukum No. 42 Tahun X
Mei-Juni 1999, Al Hikmaj &
Ditbinbapera Islam, Jakarta.
Syahrani, Ridwan. 1999, Rangkaian
Ikhtiar Hukum, Citra Adiyta
Bakti, Bandung.
Halim, Abdul. 2000, Peradilan Agama
dalam Politik Hukum di
Indonesia, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Ali, Daud, Muhammad. 1999,
Perunndang-Undangan dan
Perkembangan Hukum di
Indonesia, Al Hikmah dan
Ditbinbapera Islam, Jakarta.
Hartono, Sunaryati. 1993, Pembinaaan
Hukum Nasional Pada
Pembangunan Jangka Panjang
Tahap II dalam Konteks Hukum
Islam, Mimbar Hukum No. 8
Tahun IV, Jakarta.

11
12

Anda mungkin juga menyukai