Kondisi Pasien
Data Subjektif Data Objektif Data Penunjang Terapi
DK 1 (Nyeri Akut)
1. Pasien mengatakan 1. Keadaan umum Hematology 1. Inpepsa 3x 5
sakit pada daerah pasien sakit sedang, (18/10/2021) ml
abdomen atas kesadaran pasien Haemoglobin 2. Nexium 3 x
kanan. Compos mentis, skor H 15.60 g/ dL 40 mg
2. Pasien mengatakan GCS pasien E4M6V5 Erythrocyte(RBC):
sangat tidak nyaman 2. Pasien tampak L 5.51 106 /µL
pada area perut dan menahan nyeri White Blood cell(WBC):
terasa mual 3. Pasien tampak tidak H 19.19 103 /µL
3. Pasien mengatakan nyaman saat
tidak dapat berpindah posisi ESR H 37 mm/ hours
beristirahat karena 4. Pasien tampak
nyeri yang dirasa 6. TTV: TD: 106/ 56 Electrolyte (Na, K, Cl)
Sodium (Na)
sering hilang dan mmHg, HR: 87 L 130 mmol/L
timbul saat x/mnt, RR: 23x/mnt, Potasium (K)
beristirahat Sao2: 96%, T: 35, L 3.3 mmol/L
4. Pasien mengatakan 60C Chloride ( Cl)
nyeri dengan skala L 97 mmol/L
aktivitas/istirahat:
4/3. Blood Glucose POCT
H 358.0 mg/dL
DK 2 (Intoleransi
Aktivitas)
1. Pasien mengatakan 1. Keadaan Hematology 1. Ondansentron
nyeri pada area bekas umuuguhpasien sakit (24/9/2021) 8mg
post operasi sedang, kesadaran Full Blood count 2. Marcain 0,125
2. Pasien mengatakan pasien Compos Erythrocyte(RBC): L %> 6cc/ Jam
takut untuk berpindah mentis, skor GCS 4.18 106 /µL 3. Paracetamol 3x
posisi karena akan pasien E4M6V5 White Blood 1gr (IV)
terasa nyeri 2. Pasien tampak cell(WBC): H 19.19 4. Nexium 2 x 40
3. Pasien mengatakan menahan nyeri saat 103 /µL mg (IV)
tidak dapat beristirahat berpindah posisi ESR: H 34 mm/hours
sseperti biasanya untuk miring dan saat
karena nyeri yang beraktivitas
dirasakan sesekali 3. Pasien tampak lemas
muncul ssat dan pucat
beristirahat 4. Pasien tampak sulit
tidur karena Nyeri
5. Pasien tampak tidak
nyaman setelah
beraktivitas.
6. Aktivitas Pasien
dibantu sebagian oleh
perawat
7. TTV:
8. TD: 166/ 104 mmHg,
HR: 110 x/mnt, RR:
24x/mnt, Sao2: 96%,
T: 360C
1. `17uw
1. Pasien post operasi Hematology (24/9/2021) 1. Nacl 0,9% 100%
Transplan hari ke 1 Full Blood count urine output
2. Pasien tampak ada Erythrocyte(RBC): L 2. Marcain 0,125
balutan luka tertutup 4.18 106 /µL %> 6cc/ Jam
pada abdomen bawah White Blood cell(WBC): H 3. Lasik 2mg/ Jam
kanan 19.19 103 /µL 4. Nicardipine 0,5
3. Pasien terpasang ESR: H 34 mm/hours mg/Jam
CDL disebelah 5. Nexium 2 x40
subclavicula Dextra Urinalysis (24/9/2021) mg (IV)
4. Pasien terpasang Dj Macroscopic 6. Paracetamol 3x
Stent di ureter Leucocyte esterase (1+) 1gr (IV)
dextra, terpasang 25 cells/ µL (Normal: 7. Cravit 1x 750 mg
Urine kateter no.18 Negative) 8. Cefoperazon 3x
fiksasi 15 ml (fiksasi Protein: (1+) 25 mg/Dl 1 gr (IV Drip 3
dan urine kakater Ocuult blood (5+) 250 jam)
pada sisi kanan Microscopic
pasien), Leucocyte H 20 cells/ µL
5. Pasien terpasang (Normal: 0)
CVC di midclavicula
sinistra.
6. Terpasang drain di
hemiabdomen dextra
7. Terdapat epidural di
lumbal dengan
marcain 0,125 %
6cc/jam dengan
rembesan minimal di
balutan epidural.
8. TTV:
TD: 166/ 104 mmHg,
HR: 110 x/mnt, RR:
24x/mnt, Sao2: 96%,
T: 360C
Rasional
Nyeri akut diangkat menjadi diagnosa utama karena dilihat dari pengkajian pasien dimana masalah yang
di alami pasien secara Aktual lalu diikuti dengan resiko dan Potensial namun pada pasien ini masalah
keperawatan yang saya angkat sudah terjadi pada pasien, yang terjadi saat pengkajian pasien tampak
menahan nyeri, dan saat bergerak pasien tampak kesulitan dan menahan nyeri, Masalah utama tersebut
membuat masalah keperawatan lainnya muncul seperti akibat pasien tidak dapat melakukan aktivitasnya
dengan baik dan mandiri, lalu hal ini diperburuk kembali dengan masalah keperawatan yang lain yaitu
resiko infeksi akibat adanya alat invasive yang harus dipertahankan setelah pasca operasi. Oleh sebab
itu penentuan prioritas diagnosa ditentukan oleh masalah aktual yang di alami pasien.
Rencana Asuhan Keperawatan, Implementasi dan Rasional (Format terlampir) Sesuai SMART
- Tanda vital dalam rentang - Tingkatkan istirahat - agar klien mengetahui dan memahami
normal - Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri dan cara mengatasi
- Tidak mengalami gangguan penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan nyeri secara mandiri
tidur berkurang dan antisipasi
- untuk mengetahui tanda tanda vital
ketidaknyamanan dari prosedur
klien dan perubahan setelah diberikan
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
terapi Friska
pemberian analgesik pertama kali
25/09/2021 2 Setelah dilakukan tindakan - Bantu klien dalam melakukan - mencegah kekakuan sendi,
keperawatan selama 3x24 jam, pasien aktivitas fisik rutin (misalnya kontraktur, kelelahan otot,
bertoleransi terhadap aktivitas ambulasi, mobilisasi, dan perawatan meningkatkan kembalinya aktivitas
dibuktikan dengan kriteria hasil: diri) sesuai kebutuhan secara dini.
- Berpartisipasi dalam aktivitas - Bantu untuk memilih Identifikasi - Aktivitas yang sesuai dapat
fisik tanpa disertai dengan kemampuan beraktivitas, yang dapat membantu pasien untuk Mobilisasi
peningkatan tekanan darah, dilakukan konsisten yang sesuai sedini mungkin
nadi dan RR dengan kemampuan fisik
- Mampu melakukan aktivitas - Monitor adanya kelelahan fisik secara - Agar dapat meminimalisir kegiatan
sesuai dengan kemampuan
berlebihan yang dapat memberatkan keadaan
- Tanda-tanda vital normal
pasien
Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital Melihat status hemodinamik pasien dan
didapatkan hasil TD:130/80 mmhg, HR:109 mempertimbangkan intervensi selanjutnya yang
14.00 x/menit, RR: 26 x/menit, T: 36,7celcius dan akan diberikan kepada pasien.
Friska
SpO2: 96 %.
14.10 Melakukan pengkajian Nyeri, intensitas, Nyeri merupakan pengalan subyektif dan harus
durasi dan skala nyeri didapatkan hasil dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik Friska
pasien mengatakan nyeri pada bagian yang nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan
dioprasi yaitu abdomen bawah sebelah kanan suatu hal yang amat penting untuk memilih
seperti tertekan dan nyerinya hilang timbul, intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi Friska
skala nyeri saat beraktivitas dan istirahat keefektifan dari terapi yang diberikan.
5/3.
Membantu memandikan pasien diatas Untuk mencegah terjadinya infeksi pada daerah
tempat tidur menggunakan docare, dan
17.00 memberikan daerah sekitar balutan dan sekitar luka, dan pada area alat invasif yyang Friska
area sekitar pemasangan kateter dinasukkan pada pasien
Mengajarkan teknik relaksasi bernapas Teknik menarik nafas panjang dengan teratur dapat
dengan teratur membantu pasien untuk berileksasi
17.40 Friska
Menerima handover dari perawat dinas pagi
25/09/2021 3 dan mengobservasi keadaan umum pasien Untuk mengetahui keluhan dan intervensi yang akan
(Menanyaan keluhan pasien) di lakukan pada pasien.
Pasien mengatakan saat ini tidak nyaman
13.00 karena ada banyak alat yang terpasang, tidak Friska
terbiasa dengan berkemih menggunakan
kateter
25/09/2021 2 18.35 S: Pasien masih mengeluh nyeri dan tidak nyaman saat duduk untuk makan, dan
miring ketika berubah posisi
O: Pasien masih tampak lemah, dan terlihat nyeri saat beraktivitas
Sebelum beraktivitas: TTV: TD: 146/ 94 mmHg, HR: 103 x/mnt, RR: 21x/mnt,
Sao2: 97%, T: 36 0C
Sesudah Beraktivitas : TTV: TD: 179/ 99 mmHg, HR: 112x/mnt, RR: 22x/mnt,
Sao2: 96%, T: 36,30c
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu pemenuhan ADL pasien
Dorong pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan untuk mobilisasi secara
bertahap
Minimalisir kegiatan yang dapat membuat pasien kelelahan dan nyeri bertambah
Friska
25/09/2021 3 20.00 -
S: Pasien mengatakan lebih nyaman saat sesudah dimandikan dan terasa lebih segar,
pasien mengatakan tidak ada gatal pada daerah sekitar luka
O: Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi pada daerah sekitar luka(balutan tampak
bersih tertutup, tidak ada kemerahan sekitar balutan luka, tidak terdapat rembesan pada
balutan luka, terdapat rembesan minimal pada balutan epidural ,tidak ada tanda-tanda
iritasi pada daerah sekitar pemasangan kateter, hasil urine : (100cc/jam bewarna merah),
drain:50 cc/ 8 jam
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2010). Nursing Care Plans Guidelines for Individualizing client care across the life
NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdsarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
Mediaction Publishing
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
noc.html