Anda di halaman 1dari 9

Yusrizal dkk,Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Masase

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Masase


Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Pasca
Apendiktomi di Ruang Bedah RSUD Dr. M. Zein Painan
Yusrizal, Zarni Zamzahar, Eliza Anas
RSUD Painan
RSUP Dr.M.Djamil Padang
Universitas Andalas

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
dan masase terhadap penurunan nyeri pada pasien pasca apendiktomi di ruangan bedah RSUD
Dr. M. Zein Painan. Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimen dengan rancangan
pretest-posttest with control group. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling
dengan sampel 20 orang. Pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan skala deskripsi
verbal (verbal descriptor scale) untuk skala nyeri. Analisa data di lakukan dengan uji t
berpasangan untuk menilai perbedaan sebelum dan sesudah intervensi pada masing-masing
kelompok dan uji mann whitney untuk menilai perbedaan antar kelompok. Hasil penelitian ini
menunjukkan perbedaan rata-rata skala nyeri kelompok kontrol pretest–posttest adalah 2,30 dan
perbedaan rata-rata skala nyeri kelompok eksperimen sebelum dan sesudah pemberian teknik
relaksasi nafas dalam dan masase adalah 3.50. Hasil uji statistik kelompok eksperimen dan
kontrol di dapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05). Di simpulkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam
dan masase dapat menurunkan skala nyeri pada klien pasca apendiktomi. Disarankan untuk
menerapkan teknik relaksasi nafas dalam dan masase sebagai salah satu teknik non farmakologi
yang dapat menurunkan nyeri pada klien pasca apindiktomi.

Kata Kunci: Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Masase, Skala Nyeri, Apendiktomi

138
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8, No 2, Desember 2012 : 138-146

Apendisitis adalah penyebab paling dipertimbangkan. Sebaiknya pencegahan


umum inflamasi akut pada kuadran kanan nyeri sebelum operasi direncanakan agar
bawah rongga abdomen, penyebab paling penderita tidak terganggu oleh nyeri
umum untuk bedah abdomen darurat setelah pembedahan. Cara pencegahan
(Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah tergantung pada penyebab dan letak nyeri
peradangan dari apendiks vermiformis, dan keadaan penderitanya (Sjamsuhidajat,
dan merupakan penyebab abdomen akut 2002).
yang paling sering (Mansjoer, 2000). Penanganan nyeri dengan teknik non
Apendisitis dapat ditemukan pada farmakologi merupakan modal utama
semua umur, hanya pada anak kurang dari menuju kenyamanan (Catur, 2005).
satu tahun jarang dilaporkan. Insiden Dipandang dari segi biaya dan manfaat,
tertinggi pada kelompok umur 20-30 penggunaan manajemen non farmakologi
tahun, setelah itu menurun. Insiden pada lebih ekonomis dan tidak ada efek
laki-laki dan perempuan umumnya sampingnya jika dibandingkan dengan
sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun penggunaan manajemen farmakologi.
insiden laki-laki lebih tinggi Selain juga mengurangi ketergantungan
(Sjamsuhidajat, 2005) pasien terhadap obat-obatan (Burroughs,
Keluhan apendisitis biasanya bermula 2001).
dari nyeri di daerah umbilikus atau Selain penanganan secara farmakologi,
periumbilikus yang disertai dengan cara lain adalah dengan manajemen nyeri
muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan non farmakologi dengan melakukan teknik
beralih ke kuadran kanan bawah, yang relaksasi, yang merupakan tindakan
akan menetap dan diperberat bila berjalan. eksternal yang mempengaruhi respon
Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, internal individu terhadap nyeri.
dan demam yang tidak terlalu tinggi. Manajemen nyeri dengan tindakan
Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi relaksasi mencakup relaksasi otot, nafas
kadang-kadang terjadi diare, mual, dan dalam, masase, meditasi dan perilaku.
muntah. Pada permulaan timbulnya Teknik relaksasi nafas dalam merupakan
penyakit belum ada keluhan abdomen suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
yang menetap. Namun dalam beberapa jam dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
nyeri abdomen bawah akan semakin klien bagaimana cara melakukan nafas
progresif, dan dengan pemeriksaan dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
seksama akan dapat ditunjukkan satu titik secara maksimal) dan bagaimana
dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan menghembuskan nafas secara perlahan.
pada kuadran kanan bawah dapat Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
lepas dan spasme biasanya juga muncul. meningkatkan ventilasi paru dan
Bila tanda rovsing, psoas, dan obturator meningkatkan oksigenisasi darah
positif, akan semakin meyakinkan (Smeltzer & Bare, 2002). Massase
diagnosa klinis (Mansjoer, 2000). didefinisikan sebagai tindakan penekanan
Menurut International Association for oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya
Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori otot tendon atau ligamen tanpa
subyektif dan emosional yang tidak menyebabkan pergeseran atau perubahan
menyenangkan yang didapat terkait posisi sendi guna menurunkan nyeri,
dengan kerusakan jaringan aktual maupun menghasilkan relaksasi, dan atau
potensial, atau menggambarkan kondisi meningkatkan sirkulasi (Henderson, 2006
terjadinya kerusakan (Tamsuri, 2007). Dikutip dari Yunita,2010).
Nyeri pasca operasi mungkin sekali Penelitian yang telah membuktikan
disebabkan oleh luka operasi, tetapi tentang keberhasilan teknik relaksasi nafas
kemungkinan sebab lain harus dalam dan masase menurunkan tingkat

139
Yusrizal dkk,Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Masase

nyeri diantaranya penelitian Maulana orang di antaranya pasca apendiktomi,


(2003) yang meneliti tentang “Pengaruh yang masing-masing 4 orang diantaranya
Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam mengalami nyeri berat dan 2 orang
Terhadap Tingkat Nyeri Post Partum Di mengalami nyeri ringan. Pasien
RSUD Bantul”. Dari hasil penelitiannya mengatakan mereka mendapatkan obat
tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh untuk mengurangi nyeri sesudah operasi,
yang bermakna pemberian teknik relaksasi namun setelah minum obat, 4 orang
nafas dalam terhadap penurunan tingkat mengatakan masih nyeri dan 2 orang
nyeri post partum di RSUD Bantul. Juga mengatakan nyerinya berkurang sedikit.
penelitian Siswati (2010) tentang pengaruh Kalau nyeri tidak juga teratasi maka akan
masase kulit terhadap penurunan rasa nyeri memberikan dampak kepada pasien seperti
pada pasien post apendiktomi di Rindu B2 meningkatnya tekanan darah, takikardi,
RSUP H. Adam Malik Medan. tidak bisa tidur/istirahat, cemas dan lain-
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang lain.
bermakna pemberian masase kulit terhadap Berdasarkan wawancara dengan tiga
penurunan nyeri post apendiktomi. orang perawat, mereka mengetahui teknik
Pelaksanaan manajemen nyeri non relaksasi nafas dalam dan masase dapat
farmakologi di lapangan belum menurunkan nyeri, namun mereka belum
sepenuhnya dilakukan oleh perawat dalam mau melaksanakan teknik relaksasi ini,
mengatasi nyeri. RSUD Dr. M. Zein karena mereka menganggap bahwa
Painan adalah rumah sakit pemerintah penggunaan analgesik memberikan efek
yang menjadi pusat rujukan bagi kerja yang lebih cepat dari pada
puskesmas di wilayah kabupaten Pesisir menggunakan teknik relaksasi atau
Selatan dan jumlah pasien rawat inap yang tindakan non farmakologi. Fakta yang
terlalu banyak, rata-rata pasien 120-130 terjadi saat ini di RSUD Dr. M. Zein
perbulan sehingga membuat perawat sibuk Painan, perawat belum secara efektif
dalam menjalankan pekerjaannya tersebut, melaksanakan intervensi keperawatan
Jumlah perawat di ruangan bedah hanya 16 teknik relaksasi nafas dalam dan masase
orang. Perawat hanya menjalankan therapi dalam penanganan nyeri pasca
yang sudah diatur oleh dokter sehingga apendiktomi, sehingga tidak diketahui
manajemen non farmakologi dalam secara pasti apakah memang benar ada
mengatasi nyeri belum dilakukan dengan pengaruh teknik relaksasi nafas dalam dan
maksimal. Kebanyakan perawat masase terhadap penurunan skala nyeri
melaksanakan program therapi hasil dari pada pasien pasca apendiktomi sesuai
kolaborasi dengan dokter untuk dengan referensi atau teori yang ada.
menghilangkan atau meringankan nyeri Berdasarkan fenomena diatas, peneliti
pada pasien. Jika dengan manajemen nyeri tertarik untuk mengadakan penelitian
non farmakologi belum juga berkurang mengenai pengaruh teknik relaksasi nafas
atau hilang maka barulah diberikan dalam dan masase terhadap penurunan
analgesik. skala nyeri pada pasien pasca apendiktomi
Studi pendahuluan yang peneliti di ruangan bedah RSUD Dr. M. Zein
lakukan di RSUD Dr. M. Zein Painan dari Painan tahun 2012.
catatan medical record (MR) yang dilihat 3
bulan terakhir yaitu pada bulan September- METODE
November 2011, didapatkan jumlah pasien Penelitian ini menggunakan desain
yang terdiagnosa apendisitis yaitu 45 quasi-eksperimen dengan rancangan
orang dan apendisitis merupakan penyakit Pretest-Posttest with Control Group
terbanyak di ruangan bedah RSUD Dr. M. (Notoatmojo, 2005). Populasi penelitian
Zein Painan. Dari survei peneliti di ini adalah seluruh pasien pasca
ruangan bedah terdapat 18 orang pasien, 6 apendiktomi di ruangan bedah RSUD Dr.

140
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8, No 2, Desember 2012 : 138-146

M. Zein Painan dengan jumlah populasi f) Pasien yang baru pertama kali
rata-rata perbulan adalah 15 orang yang menjalani operasi
dilihat dari bulan September-November g) Pasien yang telah mendapatkan
2011. Sampel yang di gunakan dalam analgetik
penelitian ini adalah pasien pasca Penelitian ini di lakukan di RSUD Dr.
apendiktomi yang mengalami nyeri di M. Zein Painan dari bulan Mei sampai
ruang Bedah RSUD Dr. M. Zein Painan Juni 2012, dengan instrumen yang
dan memenuhi kriteria inklusi. Teknik digunakan dalam penelitian ini dalam
sampling yang di gunakan dalam bentuk observasi menggunakan lembaran
penelitian ini adalah non probability ceklist yang di buat peneliti sendiri.
sampling yaitu purposive sampling. Artinya setiap jawaban telah di siapkan
Penelitian ini dibagi dalam 10 orang untuk dalam lembaran ceklist peneliti tinggal
kelompok eksperimen dan 10 orang untuk memberikan tanda ceklis (√) pada jawaban
kelompok control dengan kriteria inklusi: dari pertanyaan tersebut. Skala nyeri
a) Bersedia diberikan teknik relaksasi menggunakan skala nyeri Verbal
nafas dalam dan masase Descriptor Scale (VDS) Smeltzer, 0-10.
b) Bersedia diberikan teknik relaksasi Analisa univariat digunakan untuk
nafas dalam menggunakan distribusi frekuensi dari tiap
c) Bersedia dilakukan pengukuran variabel yang yang diteliti. Anlisis bivariat
skala nyeri digunakan uji paired t-test dan uji mann
d) Skala nyeri ringan sampai nyeri whitney.
berat terkontrol
e) Pasien pasca apendiktomi hari 1-3

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Kelompok Eksperimen Dan
Kelompok Kontrol Di Ruangan Bedah RSUD Dr. M. Zein Painan tahun 2012
No Karakteristik Kriteria Ekperimen Kontrol
Responden f % f %
1 Umur. 13-20 tahun 0 0 3 30
21-30 tahun 8 80 6 60
31-40 tahun 2 20 1 10
JUMLAH 10 100 10 100
2 Jenis kelamin Perempuan 4 40 4 40
Laki – laki 6 60 6 60
JUMLAH 10 100 10 100
3 Pendidikan SD 1 10 1 10
SMP 4 40 2 20
SMA 5 50 5 50
PT - - 2 20
JUMLAH 10 100 10 100
4 Pekerjaan PNS - - 2 20
Petani 2 20 - -
Nelayan 3 30 3 30
Swasta 1 10 1 10
Ibu Rumah Tangga 2 20 - -
Tidak bekerja 2 20 2 20
Lain-lain - - 2 20
JUMLAH 10 100 10 100

141
Yusrizal dkk,Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Masase

Dari tabel 1 memperlihatkan Tabel 3.


karakteristik dari 20 orang responden Gambaran Skala Nyeri Responden
penelitian yang terdiri dari 10 kelompok Kelompok Kontrol Di Ruangan Bedah
eksperimen dan 10 kelompok kontrol. RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun 2012
Proporsi responden berdasarkan umur No Kelompok Kontrol Penurunan
lebih dari separuh responden kelompok Pretest Posttest Skala
eksperimen dan kontrol berada pada usia Nyeri
21-30 tahun, proporsi responden dilihat 1 7 5 2
dari jenis kelamin lebih dari separuh 2 6 3 3
responden berjenis kelamin laki-laki pada 3 6 4 2
kelompok kontrol dan eksperimen masing 4 5 3 2
(60%). Berdasarkan pendidikan separuh 5 7 4 3
responden berpendidikan SMA dan dengan 6 4 2 2
proporsi pekerjaan terbanyak adalah 7 6 4 2
nelayan pada kelompok eksperimen dan 8 5 3 2
kontrol (30%). 9 4 2 2
10 5 2 3
Gambaran Skala Nyeri Responden M = 5,50 M = 3,20 M = 2,30
SD = 1,080 SD = 1,033 SD = 0,483
Tabel 2.
Gambaran Skala Nyeri Respoden Tabel 3 memperlihatkan bahwa
Kelompok Eksperimen Di Ruangan semua responden pada kelompok kontrol
Bedah RSUD Dr. M. Zein Painan mengalami penurunan skala nyeri dengan
Tahun 2012 rata-rata penurunan setelah dilakukan
No Kelompok Eksperimen Penurunan teknik relaksasi nafas dalam adalah 2,30
Skala skala nyeri.
Pretest Posttest Nyeri
1 6 2 4 Analisa Bivariat
2 7 3 4 Sebelum analisa bivariat di lakukan
uji normalitas untuk menentukan uji yang
3 5 1 4
akan di gunakan. pada kelompok
4 7 4 3
eksperimen dan kelompok kontrol
5 4 1 3 menggunakan uji t berpasangan. Hasil uji
6 6 2 4 normalitas pada tabel Shapiro-Wilk
7 5 1 4 kelompok eksperimen nilai p=0,152
8 6 3 3 (p>0,05) untuk pretest dan p=0,124
9 7 4 3 (p>0,05) untuk posttest, kerena kedua
10 6 3 3 kelompok memiliki nilai kemaknaan >
M = 5,90 M = 2,40 Mean = 3,50 0,05 dapat di simpulkan data berdistribusi
SD = 0,994 SD = 1,174 SD = 0,527 normal, maka uji yang di gunakan adalah
uji t berpasangan (paired t test). Pada
Tabel 2 menunjukkan bahwa semua kelompok kontrol di dapatkan nilai p=
responden pada kelompok eksperimen 0,258 (p>0,05) untuk pretest dan p=0,191
mengalami penurunan skala nyeri dengan (p>0,05) untuk posttest, karena kedua
rata-rata penurunan setelah dilakukan kelompok memiliki nilai kemaknaan >
teknik relaksasi nafas dalam dan masase 0,05 dapat di simpulkan data berdistribusi
adalah 3,50 skala nyeri. normal, maka uji yang di lakukan adalah
uji paired t test. Pada kelompok
eksperimen di dapatkan nilai p=0,000
(p<0,05), begitu juga pada kelompok

142
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8, No 2, Desember 2012 : 138-146

kontrol nilai p=0,000 (p<0,05) karena Dari tabel 5 diketahui bahwa rata-rata
kedua kelompok mempunyai kemaknaan tingkat nyeri sebelum di berikan teknik
<0,05 maka dapat di simpulkan data relaksasi nafas dalam dan masase adalah
berdistribusi tidak normal maka uji yang di 5,90 dengan standar deviasi 0,994.
gunakan adalah uji mann withney. Sedangkan rata-rata tingkat nyeri setelah
di berikan teknik relaksasi nafas dalam dan
1. Kelompok Kontrol masase adalah 2,40 dengan standar deviasi
Tabel 4 Perbedaan Skala Nyeri Pretest- 1,174. Hasil uji statistik menggunakan uji
Posttest Klien Pasca Apendiktomi Pada paired t test didapatkan nilai p = 0,000
Kelompok Kontrol Di Ruangan Bedah (p<0,05), maka dapat disimpulkan terdapat
RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun 2012 penurunan skala nyeri sebelum dan
sesudah di berikan teknik relaksasi nafas
Std. dalam dan masase sebesar 3,50 skala.
Kelmpok
M N SD Error p 3. Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Kontrol
Mean Tabel 6 Pengaruh Teknik Relakasasi
Skala Nafas Dalam Dan Masase Terhadap
Nyeri 5,50 10 1,080 0.342 Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien
Pretest Pasca Apendiktomi Di Ruangan Bedah
Skala 0,000 RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun 2012
Nyeri 3,20 10 1,033 0,327
Posttest Std.
M SD Error p
Dari tabel 4 diketahui bahwa rata-rata Mean
tingkat nyeri pretest kelompok kontrol
adalah 5,50 dengan standar deviasi 1,080. Skala 2.30 0,483 0,153
Sedangkan rata-rata tingkat nyeri posttest Nyeri
pada kelompok kontrol adalah 3,20 dengan Kontrol
standar deviasi 1,033. Hasil uji statistik 0,000
Skala 3,50 0,527 0,167
menggunakan uji paired t test didapatkan Nyeri
nilai p = 0,000 (p<0,05), maka dapat Eksperimen
disimpulkan terdapat penurunan skala
nyeri pretest - posttest pada kelompok Dari tabel 6 memperlihatkan hasil
kontrol sebesar 2,30 skala. penelitian dengan uji Mann-Whitney rata-
rata tingkat nyeri kelompok kontrol
2. Kelompok Eksperimen
sebelum dan sesudah pemberian teknik
Tabel 5 Perbedaan Skala Nyeri Pretest-
relaksasi nafas dalam adalah 2,30 dengan
Posttest Pasien Pasca Apendiktomi standar deviasi 0,483 dan rata-rata tingkat
Pada Kelompok Eksperimen Di nyeri kelompok eksperimen sebelum dan
Ruangan Bedah RSUD Dr. M. Zein sesudah pemberian teknik relaksasi nafas
Painan Tahun 2012 dalam dan masase adalah 3,50 dengan
standar deviasi 0,527. Hasil uji statistik
Std. menggunakan uji mann-whitney perbedaan
Kelompok nilai rata-rata pada kelompok eksperimen
M N SD Error p
Eksperimen dan kelompok kontrol didapatkan nilai p =
Mean
0,000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan
Skala terdapat pengaruh pemberian teknik
Nyeri 5,90 10 0,994 0,314 relaksasi nafas dalam dan masase terhadap
Pretest skala nyeri pada pasien pasca apendiktomi
0,000
Skala di ruangan bedah RSUD Dr. M. Zein
Nyeri 2,40 10 1,174 0,371 Painan tahun 2012.
Posttest

143
Yusrizal dkk,Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Masase

Banyak penelitian membuktikan Penanganan nyeri bisa dilakukan


bahwa kombinasi terapi farmakologi secara farmakologi yaitu dengan
dengan teknik nafas dalam efektif untuk pemberian obat-obatan analgesik dan
mengurangi nyeri namun belum dapat penenang. Sedangkan secara non
menghilangkan nyeri berat. Namun farmakologi melalui distraksi, relaksasi,
terbukti teknik nafas dalam bisa di katakan kompres hangat atau dingin, aromaterapi,
tidak ada efek samping. Sebanyak 60 % hypnotis, dll (Rezkiyah, 2011).
responden yang di berikan teknik relaksasi Pengkombinasian antara teknik non
nafas dalam, terjadi penurunan skala nyeri farmakologi dan teknik farmakologi adalah
dari nyeri sedang menjadi ringan dan cara yang efektif untuk menghilangkan
hilangnya respon nyeri seperti mengaduh, nyeri terutama nyeri yang sangat hebat
menangis, gelisah dan fokus pada aktivitas yang berlangsung selama berjam-jam atau
menghilangkan nyeri. Oleh karena itu di bahkan berhari-hari (Smeltzer dan Bare,
anjurkan kepada rumah sakit untuk lebih 2002). Penanganan nyeri dengan teknik
mengutamakan teknik non farmakologi di non farmakologi merupakan modal utama
samping menggunakan farmakologi. menuju kenyamanan (Catur, 2005).
Responden kelompok eksperimen di Dipandang dari segi biaya dan manfaat,
dapatkan perubahan respon nyeri sebelum penggunaan manajemen non farmakologi
dan sesudah intervensi, pada respon lebih ekonomis dan tidak ada efek
tingkah laku terhadap nyeri rata-rata sampingnya jika dibandingkan dengan
responden mengaduh, menangis gelisah penggunaan manajemen farmakologi.
dan fokus aktivitas menghilangkan nyeri Selain juga mengurangi ketergantungan
serta respon emosional berupa menangis pasien terhadap obat-obatan (Burroughs,
dan diam namun setelah di lakukan 2001).
intervensi yaitu teknik relaksasi nafas Massase didefinisikan sebagai
dalam dan masasse di dapatkan respon tindakan penekanan oleh tangan pada
tingkah laku terhadap nyeri sudah jaringan lunak, biasanya otot tendon atau
berkurang begitu juga respon muscular ligamen tanpa menyebabkan pergeseran
ikut berkurang. Teknik relaksasi nafas atau perubahan posisi sendi guna
dalam dan masase terlihat memberikan menurunkan nyeri, menghasilkan
efek relaksasi kepada pasien hal ini relaksasi, dan atau meningkatkan sirkulasi
terbukti bahwa selama di lakukan intervesi (Henderson, 2006 Dikutip dari
tidak ada pasien yang menolak ketika di Yunita,2010). Penelitian Siswati (2010)
beri perlakuan, tekanan darah dan nadi tentang pengaruh masase kulit terhadap
dalam batas normal dan semua klien penurunan rasa nyeri pada pasien post
mengalami penurunan skala nyeri antara 3- apendiktomi di Rindu B2 RSUP H. Adam
4 dangan skala nyeri sedang dan ringan. Malik Medan, menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang bermakna pemberian
Menurut Asmadi (2008) nyeri masase kulit terhadap penurunan nyeri
merupakan sensasi yang rumit, unik, post apendiktomi.
universal dan bersifat individual. Secara Seluruh responden yang di berikan
umum, nyeri dapat diartikan sebagai suatu teknik relaksasi nafas dalam dan masasse
sensasi yang tidak menyenangkan baik terjadi penurunan skala nyeri dari nyeri
secara sensori maupun emosional yang sedang menjadi ringan dan hilangnya
berhubungan dengan adanya suatu respon nyeri seperti mengaduh, menagis,
kerusakan jaringan atau faktor lain, gelisah dan fokus pada aktivitas
sehingga individu merasa tersiksa, menghilngkan nyeri. Hasil penelitian ini
menderita yang akhirnya akan melihatkan bahwa kombinasi antara
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, beberapa terapi non farmakologi dapat
dan lain-lain (Yunita, 2010). memberikan perubahan yang baik terhadap

144
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8, No 2, Desember 2012 : 138-146

penurunan skala nyeri dan nyeri dapat DAFTAR PUSTAKA


menurun tanpa menunggu waktu yang Alimul. A. (2005). Buku Saku Praktikum
lama. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Teknik relaksasi merupakan tindakan EGC
pereda nyeri non invasive, teknik relaksasi Arifianto, dkk (2009). Metodologi
yang teratur dapat bermanfaat untuk penelitian eksperimen.
mengurangi keletihan dan ketegangan otot http://infokursus.net/download/0604
yang dapat menurunkan kualitas nyeri 091354metode_penelitian
(Brunner & Suddarth, 2002). Teknik pengemb_pembelajaran.pdf
relaksasi efektif dilakukan pada pasien- Brunner & Suddarth.(2002). Keperawatan
pasien yang mengalami nyeri kronis Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:
ataupun pasca operasi. (Brunner dan EGC
Suddarth, 2002). Kombinasi teknik Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Statistik
relakasi nafas dalam dan masase Untuk Kedokteran Kesehatan. Edisi
merupakan terapi non farmakologi yang 4. Jakarta: Salemba Medika
sangat bagus di gunakan untuk penghilang Dhonirezkiyah, (2010). Manajemen Dan
nyeri dengan lebih cepat. Penatalaksanaan Serta Penanganan
Nyeri Secara Farmakologi
KESIMPULAN & SARAN Dan Non Farmakologi. Diakses pada
Berdasarkan penelitian ini maka tanggal 12 Desember 2011 dari
dapat di simpulkan bahwa terdapat http://www.scribd.com/doc/3915808
penurunan skala nyeri pada pasien pasca 6/Makalah-Nyeri-Dhoni-Rezkiyah
apendiktomi di ruangan bedah RSUD Dr. Ghandi (2010). Apa itu nyeri?? Di akses
M. Zein Painan pada kelompok 21 Desember 2011 dari
eksperimen dengan penurunan sebesar http://www.scribd.com/doc/5110178
3,50 skala nyeri. Dan secara keseluruhan 4/PENGKAJIAN-NYERI
terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas Heri, p. Yunita. (2010). Laporan
dalam dan masase terhadap penuruan skala pendahuluan gangguan
nyeri pada pasien pasca apendiktomi di pemenuhan rasa nyaman nyeri. Di
ruangan bedah RSUD Dr. M. Zein Painan akses tanggal
tahun 2012. 23 Desember 2011 dari
Peneliti menyarankan perawat di http://yunitaheripuspito.blogspot.co
Rumah Sakit mengambil kebijakan dalam m/2010/07/laporan-pendahuluan-
upaya mengurangi tingkat nyeri pada askep-nyeri.html
pasien, terutama pada pasien pasca Mansjoer, Arif.(2000). Kapita Selekta
apendiktomi, seperti dapat menggunakan Kedokteran. Edisi 3. Jakarta
teknik relaksasi nafas dalam dan masase Notoatmodjo, Soekidjo. (2005).
sebagai alternative dalam penanganan Metodologi Penelitian Kesehatan.
nyeri khususnya pada pasien pasca Rhineka Cipta: Jakarta
apendiktomi. Bagi peneliti selanjutnya, Potter & Perry. (2006). Fundamental of
untuk dapat meneliti lebih lanjut tentang Nursing. Volume 2. Jakarta: EGC
pengaruh tentang teknik relaksasi nafas Priyanto, AS. (2010). Kamus Lengkap
dalam dan masase terhadap penurunan Bahasa Indonesia. Jakarta: Kartika
skala nyeri pada pasien pasca apendiktomi Qittun . (2008). Konsep dasar Nyeri. Di
atau nyeri operasi lainya dengan akses tanggal 12 Desember 2011
meningkatkan frekuensi dan durasi nafas dari
dalam dan masasenya. http://qittun.blogspot.com/2008/10/k
onsep-dasar-nyeri.htm
Rekam Medik RSUD Dr. M. Zein Painan.
(2011). Register Pasien Rawat Inap
di Ruangan Bedah
145
Yusrizal dkk,Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Masase

Siswati. S (2010). Pengaruh Masase Kulit


Terhadap Penurunan Rasa Nyeri
Pada Pasien Post Apendiktomi di
Rindu B2 RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2010. Thesis FK USU
Sjamsuhidajat & Win De Jong. (2005).
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta: EGC
Smart . (2009). Teori Nyeri. Di akses
tanggal 12 Desember 2011 dari
http://smartnbe.blogspot.com/2009/0
4/teori-nyeri.html
Tamsuri, Anas. (2007). Konsep dan
Penatalaksanaan Nyeri (Cet. I).
Jakarta:Buku
Kedokteran EGC
Wahyuningsih, Merry. (2011). Penghilang
Rasa Sakit Tanpa Efek Samping. Di
akses tanggal 12 Desember 2011
dari
http://bintangklik.wordpress.com/20
11/04/11/penghilang-rasa-sakit-
tanpa-efek-samping/

146

Anda mungkin juga menyukai