Anda di halaman 1dari 23

BAB II

VALUE PROPOSITION

2.1 Analisa Market dan Industri

2.1.1 Analisa Lingkungan Makro dalam Industri E-

Commerce

Untuk memahami industri e-commerce dalam negeri maupun

global, digunakan analisa. Karena melalui analisa dapat terlihat

hubungan secara signifikan yang akan mempengaruhi bisnis. PESTEL

sendiri merupakan akronim dari Political, Economic, Social,

Technological, Environmental and Legal faktor. Berikut analisa

lingkungan makro dari berbagai faktor yang mempengaruhi industri e-

commerce khususnya di Indonesia.

Political

Pemerintah Indonesia ingin memperluas pemanfaatan internet

untuk mendukung kehidupan masyarakat Indonesia di kota dan bahkan

wilayah desa melalui beberapa program seperti Program Desa

Broadband Terpadu, Program Wifi Gratis dan lain-lain. Menurut hasil

riset yang digelar atas kerjasama Asosiasi Penyedia Jasa Internet

Indonesia (APJII) dengan PUSPAKOM (Pusat Kajian Komunikasi

Universitas Indonesia), disebutkan bahwa pengguna internet di

12
13

Indonesia kini telah mencapai angka 88,1 juta pengguna

(Tekno.liputan6.com). Peningkatan penggunaan internet tersebut akan

meningkatkan bisnis e-commerce. Indonesia merupakan negara

dengan populasi pengguna internet terbesar di antara semua negara di

Asia Tenggara adalah peluang yang sangat bagus. Akan tetapi ada

beberapa hal-hal negatif yang berkaitan dengan kondisi politik di

Indonesia. Berdasarkan hasil catatan Transparacy International

Indonesia (TII), Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia meingkat

setiap tahun (News.okezone.com). Dalam hal regulasi, pemerintah

masih terus memperbarui regulasi tentang perdagangan elektronik (e-

commerce) karena pertumbuhan e-commerce di Indonesia pada saat ini

sangat pesat.

Economic

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat dan secara

tidak langsung meningkatkan angka orang menengah ke atas di

Indonesia. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan

pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini mengalami perbaikan dan

sudah melewati situasi ketidakpastian di tengah kondisi pelemahan

ekonomi global (News.merahputih.com). Perekonomian Indonesia

2014 yang diukur berdasarkan produk domestik bruto (PDB) atas

harga dasar yang berlaku mencapai Rp 10.542,7 triliun, sementara

PDB per kapita mencapai Rp 41,8 juta atau 3.631,5 dollar AS. Dari

sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha


14

informasi dan komunikasi sebesar 10,02 persen

(Bisniskeuangan.kompas.com).

Social

Sekarang ini orang membutuhkan efisiensi dalam transaksi

bisnis maka mereka mengoptimalkan koneksi internet untuk berbelanja

atau membayar tagihan. Masyarakat menengah ke atas di Indonesia

sudah tidak asing lagi dengan belanja online. Minat masyarakat

Indonesia untuk berbelanja online meningkat dari 55,8 persen pada

2013 menjadi 70,6 persen tahun berikutnya. "Tren belanja online di

Indonesia beberapa tahun terakhir ini semakin digemari masyarakat

dan menunjukkan tingkat pertumbuhan yang pesat. Pada tahun lalu

terjadi peningkatan hampir 20 persen," ujar Vice President Mastercard

Indonesia Tommy Singgih (Antaranews.com).

Technology

Meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia menarik

teknologi baru untuk masuk ke Indonesia, khususnya setelah Indonesia

menyetujui komunitas ekonomi ASEAN dan komunitas internasional

lainnya. Belakangan ini, adanya teknologi yang disebut 4G yang

ditawarkan oleh beberapa provider di Indonesia. Teknologi baru ini

akan meningkatkan penggunaan internet oleh masyarakat Indonesia.

Environment

E-commerce terkait dengan jual beli dimana kontinuitas jual

beli tersebut sangat penting untuk dijaga, kami ingin menggunakan


15

internet untuk membuka toko bumbu yang biasa dibutuhkan oleh

restoran-restoran dan rumah tangga di Indonesia. Indonesia memiliki

tanah yang subur dan tidak memiliki masalah dengan pasokan

makanan sehari-hari bagi masyarakatnya. Meskipun ada beberapa

fakta bahwa pasokan makanan di Indonesia tidak cukup baik karena

beberapa faktor seperti infrastruktur pertanian, distribusi yang tidak

efisien yang membuat harga produk lokal tidak kompetitif dengan

produk impor. Kami akan memiliki banyak supplier agar tetap

menjaga kontinuitas dalam pasokan. Ketika kesehatan menjadi

perhatian, dan bisnis ini akan menawarkan kualitas bumbu yang baik

untuk masyarakat.

Legal

Aturan terkait e-commerce telah banyak diatur dalam Undang-

Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Pengaturan

e-commerce itu memberikan kepastian dan kesepahaman mengenai

apa yang dimaksud dengan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

(selanjutnya disingkat PMSE) dan memberikan perlindungan dan

kepastian kepada pedagang, penyelenggara PMSE, dan konsumen

dalam melakukan kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik.

Dalam UU Perdagangan tertulis bahwa setiap pelaku usaha yang

memperdagangkan Barang dan atau Jasa dengan menggunakan sistem

elektronik wajib menyediakan data atau informasi secara lengkap dan

benar. Setiap pelaku usaha dilarang memperdagangkan Barang dan


16

atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai

dengan data dan atau informasi dan penggunaan sistem elektronik

tersebut wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Data dan atau informasi

PMSE paling sedikit harus memuat identitas dan legalitas Pelaku

Usaha sebagai produsen atau Pelaku Usaha Distribusi, persyaratan

teknis Barang yang ditawarkan, persyaratan teknis atau kualifikasi Jasa

yang ditawarkan, harga dan cara pembayaran Barang dan atau Jasa,

dan cara penyerahan Barang (Pajak.go.id).

2.1.2 Porters’s Five Forces Analysis dalam Industri E-

Commerce

Porter’s Five Forces dikembangkan pertama kali oleh Michael

Porter. Porter’s Five Forces adalah sebuah tool yang digunakan untuk

menganalisa bagaimana lingkungan yang kompetitif akan berpengaruh

terhadap pemasaran suatu produk (Kotler & Keller, 2012). Tool ini

sangat berguna untuk mengerti situasi dari bisnis yang sedang atau

akan dijalankan. Selain itu juga membantu dalam mengetahui

keunggulan posisi kompetisi saat ini dan yang akan dihadapi

kemudian. Sehingga perusahaan dapat meningkatkan kekuatan,

mengantisipasi kelemahan dan akan menghindari perusahaan dalam

pengambilan keputusan yang salah. Secara umum tool ini dapat

digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu produk baru, layanan


17

atau suatu bisnis dapat menghasilkan suatu keuntungan. Tetapi selain

itu juga sangat membantu untuk memahami keseimbangan kekuatan

yang berpengaruh dalam situasi bisnis yang sedang dihadapi.

Untuk menganalisa lebih dalam mengenai industry e-commerce

akan menggunakan Porter’s Five Forces Analysis. Di bawah ini adalah

gambar Porter’s Five Forces Model:

Gambar 2.1 Porter’s Five Forces Model

Analisa dari industri e-commerce adalah sebagai berikut:

Bargaining Power of Buyers

Terus meningkatnya pengguna internet di Indonesia dan

begitupun pelaku jual beli online maka selama perusahaan dapat

memberikan differentiation yang lebih baik dari kompetitor maka


18

perusahaan akan dapat banyak pelanggan. Industri e-commerce

memberikan kemudahan pembeli untuk mendapatkan informasi

mengenai produk dan harganya, karena mereka hanya perlu

menemukannya di Google search engine maka kekuatan dari pembeli

memiliki potensi yang tinggi.

Bargaining Power of Suppliers

Bumbu masak tidak jarang ditemukan, ada banyak supplier

yang bisa memberikan komitmen dan continuity akan supply. Dalam

bisnis ini, kami akan menawarkan produk dengan kualitas yang baik,

maka dari itu kami harus memilih supplier yang tepat. Berdasarkan

analisa ini, dapat disimpulkan kekuatan dari supplier dalam bisnis ini

moderate.

Threats of New Entrants

Internet yang terus meningkat dan pengguna internet di

Indonesia yang cukup tinggi, siapa pun dapat menggunakannya dan

tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk bisnis, mereka hanya

membutuhkan orang yang memiliki edukasi teknologi informasi untuk

melakukannya. Tidak sulit untuk menemukan ahli teknologi informasi

sekarang ini. Pemerintah sudah membuat regulasi untuk e-commerce,

dimana semua sudah jelas diatur oleh Undang Undang. Berdasarkan

analisa ini, ancaman dari new entrants dalam bisnis ini High.
19

Threats of Substitute Product

Substitusi dari e-commerce yaitu conventional commerce. Ada

banyak pilihan tempat untuk membeli bumbu seperti pasar tradisional

dan supermarket. Ada beberapa kelemahan ketika berbelanja di pasar

tradisional atau supermarket, customer membutuhkan waktu dan biaya

transportasi, namun beberapa pasar tradisional pun menawarkan

delivery service maka ancaman dari substitusi dalam industry ini

moderate.

Competitive Rivalry

Tidak sedikit bisnis dalam industri e-commerce sekarang ini,

karena melihat peluang dari semakin meningkatnya penggunaan

internet dan aplikasi mobile. Sudah ada beberapa e-commerce yang

menjual bumbu tapi hanya dengan target individual kemudian

penjualan bumbu secara online menggunakan media e-commerce lain.

Berdasarkan analisa ini, competitive rivalry dalam industri ini

moderate.

2.1.3 SWOT

SWOT analysis adalah faktor-faktor strategi dari sebuah

perusahaan (Wheelen & Hunger, 2012). SWOT analysis merupakan

analisa kondisi internal maupun eksternal suatu bisnis yang selanjutnya

akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi. Analisis

internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan


20

kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor

peluang (Opportunity) dan tantangan (Threats).

Strength

1. Aplikasi mobile Kemiri.co dapat di download secara gratis dari

smartphone dan juga dapat diakses melalui website.

2. Kemiri.co memiliki data pribadi dan account balance

customer.

3. Kemiri.co menawarkan bumbu-bumbu dengan kualitas yang

baik.

4. Pembayaran di muka memberikan kemudahan pelanggan untuk

mengatur budget dan pengeluarannya, dan Kemiri.co dapat

memberikan estimasi atau rekomendasi bumbu-bumbu apa

yang akan dipesan di hari berikutnya.

5. Informasi lengkap yang diberikan akan meminimalkan tenaga

karyawan untuk mengedukasi dan menjawab pertanyaan

pelanggan. Namun Kemiri.co juga memiliki online customer

supports untuk memberikan kenyamanan pelanggan.

Weakness

1. Bisnis ini bergantung kepada internet, jika suatu waktu internet

error atau down maka akan menyulitkan pelanggan dan

perusahaan dalam operasionalnya.


21

2. Kemiri.co merupakan bisnis baru maka harus memaksimalkan

promosi untuk brand awareness yaitu dengan digital

marketing.

3. Produk yang ditawarkan masih terbatas, itu akan membuat

pelanggan akan lebih memilih untuk pergi ke supermarket,

mereka dapat juga membeli makanan ringan, minuman dan lain

lain.

4. Adanya resiko pelanggan kehilangan uang yang sudah mereka

masukan kedalam account balance mereka ketika tidak

menggunakan account balance tersebut karena uang tersebut

memiliki masa aktif dan masa berlakunya.

Opportunity

1. Pengguna internet yang terus meningkat. Memberikan potensi

berkembangnya bisnis ini.

2. Kemacetan di Jakarta bisa memberikan peluang karena

pelanggan atau bisnis (restoran) tidak ingin keluar, maka

mereka akan membeli secara online.

3. Digital marketing yang terus berkembang dapat menjadi

peluang yang sangat baik untuk bisnis ini.

Threat

1. Akan ada bisnis yang serupa dengan Kemiri.co.

2. Kemacetan di Jakarta dapat memberikan kesulitan dalam

pengiriman barang.
22

3. Hacking dapat menjadi masalah yang serius dalam bisnis ini.

4. Terjadi kenaikan harga bumbu yang signifikan, misalnya pada

bulan puasa atau hari besar lainnya.

2.2 Business Model Canvas

Gambar 2.2 The Business Model Canvas

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), dalam business model canvas

terdapat elemen-elemen yang disebut the 9 building blocks.

2.2.1 Customer Segment

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), customer segments

building blocks mendefinisikan sejumlah kelompok atau orang yang

berbeda, yang menjadi sasaran perusahaan untuk diraih dan dilayani.


23

Sebuah perusahaan harus menentukan pilihan dalam memilih segmen

mana yang akan dilayani dan mana yang tidak.

 Mass Market, model bisnis yang berfokus pada mass market

tidak akan membedakan setiap segmen pelanggan yang

berbeda. Value propositions, distributin channel dan customer

relationships serta berfokus pada suatu kelompok besar

pelanggan yang memiliki kebutuhan yang sama.

 Niche Market, model bisnis yang fokus untuk mendapatkan

target pada niche market melayani segmen pelanggan yang

spesifik saja. Value propositions, distribution channel dan

customer relationships disesuaikan dengan kebutuhan spesifik

niche market.

 Segmented, beberapa model bisnis membedakan antara segmen

pasar dengan sedikit perbedaan kebutuhan.

 Diversified, perusahaan dengan model bisnis diversified

melayani dua segmen pelanggan yang tidak berhubungan dan

memiliki kebutuhan yang berbeda.

 Multi-sided Platforms, beberapa perusahaan melayani dua atau

lebih segmen pelanggan yang saling memiliki ketergantungan

antara satu dan lainnya.


24

2.2.2 Value Proposition

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), value proposition

building blocks menjelaskan gabungan produk dan layanan

memberikan nilai bagi segmen pelanggan tertentu. Jadi value

proposition merupakan keuntungan yang ditawarkan oleh perusahaan

terhadap pelanggan. Elemen-elemen yang dapat menciptakan nilai

adalah sebagai berikut:

 Newness, merupakan value propositions yang memuaskan

kebutuhan baru, dimana sebelumnya belum dirasakan

pelanggan karena belum pernah ditawarkan sebelumnya.

 Performance, meningkatkan kinerja produk atau layanan secara

tradisional telah menjadi cara yang umum dalam menciptakan

nilai.

 Customization, menciptakan nilai dengan menyesuaikan

produk dan layanan terhadap kebutuhan spesifik pelanggan

individual.

 “Getting the Job Done”, nilai yang diciptakan dengan

membantu pelanggan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

 Design, elemen yang penting dalam menciptakan nilai suatu

produk atau jasa, namun juga sulit untuk diukur.

 Brand/ Status, pelanggan menemukan nilai dengan

menggunakan sebuah brand spesifik tersebut.


25

 Price, nilai yang didapat dari harga yang lebih rendah dari

produk atau jasa dengan value yang sama. Value propositions

ini memuaskan kebutuhan para pelanggan yang sensitive

terhadap harga.

 Cost Reduction, menciptakan nilai dengan membantu

pelanggan mengurangi biaya.

 Risk Reduction, nilai yang didapat dari pengurangan resiko

yang terjadi saat membeli produk atau jasa.

 Accessibility, menciptakan nilai dengan membuat produk atau

jasa tersedia bagi pelanggan, dimana sebelumnya kekurangan

akses dalam mendapatkannya.

 Convenience/ Usability, penciptaan nilai dengan menemukan

cara penggunaan yang lebih mudah.

2.2.3 Channels

Channels dalam building blocks menjelaskan bagaimana

sebuah perusahaan meraih dan berkomunikasi dengan segmen

pelanggan untuk menyampaikan value propositions (Osterwalder &

Pigneur, 2010). Channels memiliki beberapa fungsi seperti

meningkatkan awareness pelanggan mengenai produk atau jasa

perusahaan, membantu pelanggan menilai value propositions

perusahaan. Tempat atau media bagi pelanggan dalam membeli produk

atau jasa, menyampaikan value propositions kepada pelanggan, serta


26

menyediakan post-purchase customer support. Channels memiliki 5

fase yang berbeda yaitu:

 Awareness, bagaimana meningkatkan awareness akan produk

atau jasa perusahaan.

 Evaluation, bagaimana membantu pelanggan menilai value

propositions perusahaan.

 Purchase, bagaimana cara agar pelanggan dapat membeli

produk atau jasa secara spesifik.

 Delivery, bagaimana menyampaikan value propositions

perusahaan kepada pelanggan.

 After Sales, bagaimana menyediakan layanan pasca pembelian

kepada pelanggan.

2.2.4 Customer Relationship

Customer relationship building blocks menjelaskan tipe-tipe

hubungan yang diciptakan oleh perusahaan terhadap pelanggan

(Osterwalder & Pigneur, 2010). Customer relationships dapat

dibedakan menjadi beberapa kategori seperti berikut:

 Personal Assistance, pelanggan dapat berkomunikasi langsung

dengan representatif untuk mendapat bantuan saat proses

penjualan atau setelah pembelian selesai.


27

 Dedicated Personal Assistance, hubungan dengan pelanggan

berdasarkan dedikasi layanan representatif terhadap pelanggan

individual.

 Self-Service, perusahaan tidak melakukan direct relationship

terhadap pelanggan, perusahaan menyediakan keperluan untuk

pelanggan dalam melayani dirinya sendiri.

 Automated Service, tipe relationship yang menggabungkan

bentuk mutakhir dari self-service dengan proses otomatis.

 Communities, perusahaan menggunakan user community untuk

lebih terlibat dengan pelanggan dan memfasilitasi hubungan

sesama anggota komunitas.

 Co-creation, menciptakan nilai bersama dengan pelanggan.

2.2.5 Revenue Streams

Revenue streams building blocks mewakili kas yang dihasilkan

perusahaan dari setiap pelanggan (Osterwalder & Pigneur, 2010).

Revenue streams dalam bisnis berbeda-beda. Beberapa cara dalam

menciptakan revenue streams adalah sebagai berikut:

 Asset Sale, merupakan revenue stream yang berasal dari

menjual hak kepemilikan menjadi produk fisik.

 Usage Fees, revenue stream yang dihasilkan dari pengguna

layanan, semakin banyak layanan yang digunakan maka

pelanggan membayar lebih.


28

 Subscription Fees, revenue stream yang dihasilkan dari

penjualan akses berkelanjutan dari sebuah layanan.

 Lending/ Renting/ Leasing, revenue stream yang diciptakan

dengan memberikan seseorang hak eksklusif untuk

menggunakan sebuah aset dalam jangka waktu tertentu dan

membayar biaya dari jasa tersebut.

 Licensing, revenue stream yang dihasilkan dari memberikan

pelanggan izin untuk menggunakan properti intelektual yang

dilindungi dan pelanggan membayar biaya licensing sebagai

gantinya.

 Brokerage Fees, revenue stream yang berasal dari jasa

intermediasi yang dilaksanakan atas nama dua pihak atau lebih.

 Advertising, revenue stream yang didapat dari biaya

pengiklanan produk tertentu.

Setiap revenue stream memiliki mekanisme yang berbeda. Tipe

dari mekanisme tersebut dibagi menjadi dua yaitu:

 Fixed Menu Pricing

 Menentukan harga berdasarkan variabel statis.

 Variable Pricing

 Harga berubah berdasarkan kondisi pasar.


29

2.2.6 Key Resource

Key resource building blocks menjelaskan mengenai aset-aset

penting yang diperlukan untuk menjalankan model bisnis (Osterwalder

& Pigneur, 2010). Resource ini membantu menciptakan value

propositions, menggapai pasar, menjaga hubungan dengan pelanggan

serta memperoleh revenue. Key resource dapat dikategorikan sebagai

berikut:

 Physical, kategori ini mencakup aset fisik seperti fasilitas

produksi, gedung, mesin, kendaraan, sistem, sistem point-of-

sales dan jaringan distribusi.

 Intellectual, kategori ini mencakup resource seperti brand,

proprietary knowledge, hak paten dan hak cipta, kemitraan dan

database pelanggan.

 Human, kategori ini adalah resource dari sumber daya

manusia.

 Financial, keuangan yang mencerminkan kinerja dari sebuah

perusahaan atau perputaran uang yang terjadi dalam

perusahaan tersebut. Tanpa adanya dukungan modal yang kuat,

maka bisnis tidak akan berjalan dengan baik.

2.2.7 Key Activities

Key activities building blocks merupakan hal-hal yang paling

penting dilakukan oleh perusahaan untuk menjalankan model bisnis


30

(Osterwalder & Pigneur, 2010). Key activities dapat dikategorikan

sebagai berikut:

 Production, aktivitas ini mencakup merancang, membuat dan

menyampaikan produk dalam kuantitas yang banyak dan atau

berkualitas tinggi.

 Problem Solving, berhubungan dengan menemukan solusi baru

dalam memecahkan masalah pelanggan individual.

 Platform/ Network, model bisnis yang dirancang dengan

platform sebagai key resource didominasi oleh platform atau

jaringan terkait key activities.

2.2.8 Key Partnership

Key partnerships building blocks menjelaskan jaringan supplier

dan partner yang membuat model bisnis berjalan (Osterwalder &

Pigneur, 2010). Perusahaan menciptakan aliansi untuk

mengoptimalkan model bisnis mereka, mengurangi resiko atau

memperoleh sumber daya. Dalam menciptakan kemitraan dapat dibagi

menjadi tiga jenis motivasi yaitu:

 Optimization and Economy of Scale, kemitraan antara buyer-

supplier berfungsi untuk mengoptimalkan alokasi dari sumber

daya dan aktifitas.


31

 Reduction or Risk and Uncertainty, kemitraan dapat membantu

mengurangi resiko pada lingkungan kompetitif yang

menggambarkan ketidakpastian.

 Acquisition of Particular Resources and Activity, perusahaan

yang memiliki sumber dayanya sendiri dan melakukan kegiatan

bisnis mereka sesuai dengan model bisnisnya.

2.2.9 Cost Structure

Cost structure building blocks menggambarkan semua biaya

yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu model bisnis (Osterwalder

& Pigneur, 2010). Biaya dapat diperhitungkan dengan baik jika

aktifitas utama, sumber daya utama dan kemitraan telah ditentukan.

Cost structure dari bisnis model dapat dibedakan menjadi dua bagian

yaitu:

 Cost Driven, bisnis model yang berfokus pada penekanan biaya

serendah mungkin. Pendekatan ini bertujuan untuk

mempertahankan struktur biaya agar lebih ramping,

menggunakan proposisi nilai dengan harga rendah.

 Value Driven, perusahaan yang tidak terlalu mementingkan

biaya yang akan muncul dalam mendesain sebuah bisnis model

dan lebih fokus terhadap penciptaan nilai.

Cost structure memiliki karakteristik sebagai berikut:


32

 Fixed Cost, merupakan biaya tetap yang tidak berubah dan

tidak berpengaruh dari penjualan yang dihasilkan.

 Variable Cost, biaya yang dapat berubah sesuai dengan barang

yang dihasilkan.

 Economies of Scale, perusahaan dapat meminimalisasi biaya

produksi karena memproduksi barang dalam jumlah yang besar

dibandingkan saat perusahaan tersebut hanya dapat

memproduksi barang mereka dengan kapasitas yang kecil.

 Economies of Scope, keunggulan biaya yang lebih murah saat

operasi perusahaan menjadi lebih besar dengan memperluas

area industri mereka baik di dalam maupun luar negeri.

2.3 Idea Generation

Angka pengguna internet yang terus meningkat dan pendapatan yang

terus meningkat juga, menjadikan berubahnya consumer behavior atau

periaku konsumen. Masyarakat terbiasa melakukan belanja online dan lebih

sering menggunakan teknologi untuk mengefisiensikan waktu dan dirasa lebih

nyaman. Berdasarkan analisa lingkungan makro, penulis ingin membuat

sebuah e-commerce yang menjual bumbu yang disebut Kemiri.co. Bisnis ini

memiliki target utama yaitu restoran atau pengusaha kuliner seperti catering

dan hotel dan juga rumah tangga sebagai secondary target. Alasan utama

kenapa restoran menjadi target utama yaitu karena mereka membutuhkan


33

continuity dan juga kualitas bumbu yang baik dan Kemiri.co akan

menyediakannya. Masyarakat membutuhkan makan setiap hari dan mereka

perlu menghabiskan waktu untuk membeli bumbu dapur untuk masak setiap

hari, mungkin beberapa dari mereka akan meminta asisten rumah tangganya

untuk membelikan bumbu tersebut, akan tetapi itu tidak mudah dilakukan

dalam lingkungan perumahan menengah ke atas dimana penjual bumbu dapur

tidak ada disana maka untuk melakukannya akan membutuhkan daktu dan

biaya transportasi, Jakarta terkenal dengan kemacetannya maka dari itu

Kemiri.co akan memberikan solusi kepada rumah tangga untuk memesan dan

membeli melalui internet setiap hari, akan diberikan layanan pesan antar

untuk mereka dan dengan kualitas bumbu yang baik juga tentunya.

Kemiri.co akan beroperasi di area kota Jakarta untuk pertama kalinya

karena Jakarta merupakan market terbaik di Indonesia. Kemiri.co akan

menjual bumbu yang sering digunakan sebagai bumbu utama dalam masakan.

Kemiri.co membutuhkan demand yang continuity, maka dari itu akan fokus

pada restoran sebagai target utama karena mereka senang memiliki supplier

tetap dan mereka akan bekerja sama dalam periode waktu tertentu. Kemiri.co

tidak menjual sembarang bumbu akan tetapi hanya bumbu-bumbu dengan

kualitas terbaik dan pembeli akan dapat melakukan order dengan mudah tidak

hanya melalui website tetapi juga melalui mobile application, alasan kenapa

Kemiri.co membuat mobile application yaitu karena terus meningkatnya

pengguna mobile application di Indonesia, khususnya Jakarta dan semua

orang dapat dengan mudah mengaksesnya dimanapun dan kapanpun, lebih


34

fleksibel untuk melakukan pembelian dari Kemiri.co dan itu merupakan

strategi differentiation yang sangat kuat dari Kemiri.co dibandingkan dengan

kompetitor lainnya. Mereka dapat mengubah quantity untuk order keesokan

harinya dan juga mudah melakukan komplain. Selanjutnya, Kemiri.co akan

melakukan ekspansi varian produk yang akan ditawarkan dan juga

mengadaptasi teknologi baru untuk meningkatkan kualitas produk dari

supplier.

Berdasarkan ide dan peluang yang ada maka kami ingin membuat

Kemiri.co menjadi penjualan e-commerce yang terdepan. Maka dari pada itu

misi dari Kemiri.co adalah sebagai berikut:

1. Memberikan fleksibilitas dan efisiensi dalam menyediakan bumbu

kepada para pelanggan.

2. Memberikan kualitas yang baik dan jaminan continuity dalam

menyediakan bumbu.

3. Membangun kepercayaan pelanggan kepada Kemiri.co sebagai online

shop terpercaya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai