Anda di halaman 1dari 13

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI


NOMOR 55/ PUU-XVII/2019 TERKAIT PEMILU SERENTAK

THE ANALYSIS OF THE CONSTITUTIONAL COURT DECISION


NUMBER: 55/PUU-XVII/2019 CONCERNING THE SIMULTANEOUS ELECTION

Ahmad Fahri Erdiansyah


Email: ahmadfahrierdiansyah@gmail.com
Universitas Tadulako

Jalaluddin
Email: djalaluddin@untad.ac.id
Universitas Tadulako

Muja’hidah
Email: mujahidah@untad.ac.id
Universitas Tadulako

Abstrak
Berawal dari perludem sebagai pemohon mengajukan permohonan pengujian terhadap
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 dan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2016. Perludem dalam argumentasi permohonannya,
mempermasalahkan tentang desain pemilu serentak lima kotak, yang tidak memberikan
penguatan terhadap sistem presidensial namun Mahakamah Konstitusi dalam Putusan
Nomor 55/ PUU-XVII/2019 menolak. Menelusuri Putusan Nomor 55/ PUU-XVII/2019
bertujuan untuk memahami dasar pertimbangan oleh hakim dalam Putusan a quo bahwa
pemilu serentak untuk memberikan penguatan terhadap sistem pemerintahan presidensial
sesuai original intent dari pembentuk UUD 1945 dan menelusuri kembali makna pemilu
serentak dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013.

Kata Kunci: Mahkamah Konstitusi; Pemilu Serentak

109
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

PENDAHULUAN daerah provinsi, kabupaten, dan


kota dipilih secara demokratis.
Perludem dalam argumentasi
e. Pasal 22E ayat (1) Pemilihan
permohonannya, mempermasalahkan tentang
umum dilaksanakan secara
desain pemilu serentak lima kotak, yang
langsung, umum, bebas, rahasia,
tidak memberikan penguatan terhadap sistem
jujur, dan adil setiap lima tahun
presidensial. Undang-Undang yang
sekali.
dimohonkan adalah Undang-Undang Nomor
Menyatakan Pasal 167 ayat (3)
7 Tahun 2017, Undang-Undang Nomor 8
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10
tentang Pemilihan Umum sepanjang frasa
Tahun 2016.
“pemungutan suara dilaksanakan secara
Pemohon mengajukan dalil
serentak” bertentangan dengan Undang-
permohonan bahwa frasa dan norma yang
Undang Dasar Negara Republlik Indonesia
diajukan pengujian tersebut bertentangan
1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum
UUD 1945 sebagai berikut:
mengikat sepanjang tidak dimaknai
a. Pasal 1 ayat (2) Kedaulatan
“Pemungutan suara dilaksanakan secara
berada di tangan rakyat dan
serentak yang terbagi atas pemilu serentak
dilaksanakan menurut
nasional untuk memilih DPR, Presiden, dan
UndangUndang Dasar.
DPD, dan dua tahun setelah pemilu serentak
b. Pasal 4 ayat (1) Presiden Republik
nasional dilaksanakan pemilu serentak
Indonesia memegang kekuasaan
daerah untuk memilih DPRD Provinsi,
pemerintahan menurut Undang-
DPRD Kabupaten/Kota, Gubernur, Bupati,
Undang Dasar.
c. Pasal 18 ayat (3) Pemerintahan dan Walikota”.
Selanjutnya, Pasal 347 ayat (1)
daerah provinsi, daerah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
kabupaten, dan kota memiliki
tentang Pemilihan Umum sepanjang frasa
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
“Pemungutan suara pemilu diselenggarakan
yang anggota-anggotanya dipilih
secara serentak” bertentangan dengan
melalui pemilihan umum.
Undang-Undang Dasar Negara Republlik
d. Pasal 18 ayat (4) Gubernur,
Indonesia 1945 dan tidak memiliki kekuatan
Bupati, dan Walikota masing-
hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai
masing sebagai kepala pemerintah

110
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

“Pemungutan suara dilaksanakan secara Menjadi Undang-Undang; “Gubernur dan


serentak yang terbagi atas pemilu serentak Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
nasional untuk memilih DPR, Presiden, dan serta Walikota dan Wakil Walikota hasil 6
DPD, dan dua tahun setelah pemilu serentak pemilihan tahun 2020 menjabat sampai
nasional dilaksanakan pemilu serentak dengan tahun 2024” bertentangan dengan
daerah untuk memilih DPRD Provinsi, UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia
DPRD Kabupaten/Kota, Gubernur, Bupati, 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum
dan Walikota”. mengikat”. Pasal 201 ayat (9) Undang-
Pasal 3 ayat (1) UU No. 8 Tahun Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang
2015 tentang Perubahan Undang-Undang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 1
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengesahan Tahun 2015 tentang Pengesahan Perpu
Perppu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi
Menjadi Undang-Undang “Pemilihan Undang-Undang bertentangan dengan UUD
dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945
secara serentak di seluruh wilayah Republik dan tidak memiliki kekuatan hukum
Indonesia bertentangan dengan UUD Negara mengikat”;
Kesatuan Republik Indonesia 1945 dan tidak Selain alasan permohonan di atas,
memiliki kekuatan hukum mengikat didukung pula oleh fakta empiris
sepanjang tidak dimaknai “Pemilihan menyatakan penyelenggaraan Pemilu
Gubernur, Bupati, dan Walikota serentak 2019 memakan banyak korban
dilaksanakan serentak dengan DPRD penyelenggaraan Pemilu. Artinya, desain
Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota melalui penyelenggaraan pemilu dengan lima kotak
pemilu serentak daerah dua tahun setelah perlu diuji dan dipertimbangkan kembali
pelaksanaan pemilu serentak nasional”. konstitusionalitasnya," ujar salah satu kuasa
Berikut Pasal 201 ayat ayat (7) hukum Para Pemohon, Yohanes Mahatma. 1
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Amar putusan dalam pokok
tentang Perubahan Kedua Undang-Undang permohonan menolak permohonan Pemohon
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengesahan
1
Perpu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Kaleidoskop 2019 Pemilu Serentak 2019,
Pemilu Terburuk Sepanjang Sejarah?Senin, 30
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Desember 2019
https://www.merdeka.com/tag/kaleidoskop-2019/

111
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

untuk seluruhnya, atas dasar hasil putusan PEMBAHASAN


mahkamah konstitusi terkait, maka penulis Istilah pemilihan umum serentak
bertujuan untuk menelusuri putusan dikenal pada tahun 2019 yakni pemilihan
Mahkamah Konstitusi Nomor 55/ PUU- presiden dan pemilihan legislatif
XPII/2019 terkait Pemilu Serentak. dilaksanakan secara bersamaan. Pemilu
Berdasarkan latar belakang di atas, maka serentak (concurrent elections) secara
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sederhana dapat didefinisikan sebagai sistem
sebagai berikut: pemilu yang melangsungkan beberapa
“Apa dasar pertimbangan oleh pemilihan pada satu waktu secara
hakim Mahkamah Konstitusi dalam Putusan bersamaan.3 Pemilihan umum serentak
Nomor 55/ PUU-XVII/2019 berkaitan diselenggarakan berdasarkan Putusan
dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-
sebelumnya terhadap pemilu serentak“? XI/2013 berawal dari Effendi Gazali
mengajukan uji materi ke Mahkamah
METODE PENELITIAN Konstitusi tentang UU Nomor 42 Tahun
Penelitian ini adalah penelitian 2008. Putusan Mahkamah Konstitusi
hukum normatif merupakan penelitian mengabulkan namun Putusan Mahkamah
kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data Konstitusi yang memerintahkan pemilu
sekunder.2 Penelitian ini bersifat deskriptif serentak diselenggarakan pada tahun 2019.
analitis, yaitu berusaha untuk Berdasarkan putusan MK, DPR
menggambarkan dan menganalisis bersama pemerintah membuat ketentuan
permasalahan yang berkaitan dengan objek tentang pemilu serentak yang diatur dalam
penelitian terkait putusan Mahkamah Undang-Undang 7 Tahun 2017 tentang
Konstitusi tentang pemilu serentak. Pemilihan Umum. Sistem pemilu serentak
Pendekata dalam penelitian ini dilakukan untuk pertama kali dilaksanakan,
adalah pendekatan konsep dan pendekatan menggabungkan antara pemilihan umum
perundang-undangan. Menggunanakan bahan legislatif dan pemilihan umum presiden dan
hukum kepustakaan. wakil presiden secara bersamaan, dikenal
juga dengan istilah pemilu lima kotak atau
lima surat.
2
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi
3
Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Benny Geys dalam Naskah Akademik RUU
Jakarta, 1990, hlm. 11. Penyelenggaraan Pemilu, 2006.

112
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

Perludem sebagai pemohon, Pemilu Legislatif (Pemilu tidak serentak)


kedudukan hukumnya sebagai organisasi non telah menyebabkan sistem pemilu dan sistem
pemerintah yang peduli dalam mewujudkan pemerintahan presidensiil keluar dari rel
pemilu yang demokratis. Alasan dalam konstitusi, sehingga untuk mengembalikan
permohonannya desain pemilihan umum hal tersebut pada sistem yang benar menurut
serentak lima kotak tidak sesuai dengan asas konstitusi harus dengan membatalkan
pemilihan umum dalam UUD 1945. beberapa ketentuan Pasal dalam UU Pilpres
Penyelenggaraan pemilihan umum lima yang mengatur hal tersebut.5
kotak tidak bisa dikelola atau dimanajemen Menyatukan pemilihan umum
dan mempebesar suara tidak sah. legislatif dan presiden untuk memberikan
Pertimbangan yang diambil oleh penguatan sistem presidensial. Pemilihan
hakim Mahkamah Konstitusi dalam umum sebagai momentum beralihnya
putusannya sebagaimana tertuang dalam kedaulatan dari rakyat kepada penguasa.
salinan putusan Nomor 55/PUU-XVII/2019, Pemilu diperlukan sebagai salah satu
ditegaskan bahwa “sepanjang pilihan yang mekanisme mewujudkan prinsip
tersedia bermuara pada penguatan sistem kedaulatan rakyat.6 Menyatukan pemilihan
pemerintahan presidensial”. Model umum legislatif dan pemilihan presiden
penyelenggaraan pemilu serentak yang dapat karena pemilihan umum bermakna untuk
memperkuat sistem pemerintahan mendapatkan legitimasi kedaulatan dari
presidensial sesuai dengan kesepakatan para rakyat secara langsung bersamaan atau
pengubah UUD 1945, jadi menurut serentak dalam pemilihan umum legislatif
mahkamah penyelenggaraan pilpres haruslah dan presiden. Dalam penyelenggaraan
dikaitkan dengan rancang bangun sistem pemilu, ada 4 pihak yang terlibat, yaitu (i)
pemerintahan sesuai UUD 1945, yaitu sistem penyelenggara pemilu, (ii) peserta pemilu,
pemerintahan presidensial.4 Mahkamah (iii) kandidat atau calon, dan (iv) para
Konstitusi bertujuan menata sistem pemilu pemilih sebagai pemilik kedaulatan rakyat.7
lebih baik dan mampu melahirkan presiden
5
dan wakil presiden yang berkualitas, serta Nanik Prasetyoningsih, Dampak
Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan
mampu menyelesaian persoalan bangsa dan Demokrasi Indonesia, jurnal media hukum,
Volume Npmpr 1, Nomor 2, 2014.
negara. Pilpres yang dilakukan setelah 6
Jenedjri M. Gaffar, Politik Hukum Pemilu,
Konpress, Jakarta, 2012. hlm. 44.
7
Jimly Asshiddiqie, Pemilihan Umum Serentak Dan
4
Putusan MK Nomor 55/ PUU-XVII/2019 Penguatan Sistem Pemerintahan,

113
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

Pemilihan umum serentak 2019 berjuang secara sendiri-sendiri untuk


banyak menuai masalah, pemilu serentak merebut kursi legislatif.9
yang diharapkan untuk meminimalisir Pemilihan umum serentak
anggaran justru lebih meningkat. Hal ini, berdasarkan Pasal 167 ayat (3) dan Pasal 347
dapat saja membuat rakyat tidak memberikan ayat (1) Undang-Undang 7 Tahun 2017,
hak politiknya dan memilih untuk menjadi menyatukan pemilihan legislatif dan
golput. Memulihkan hak konstitusional pemilihan presiden serta pemilihan kepala
masyarakat agar menggunakan hak daerah secara bersamaan menurut putusan
politiknya secara cerdas, Mengurangi beban Mahkamah Konstitusi Nomor 55/ PUU-
pemborosan waktu, efektifitas dan efisiensi, XVII/2019 adalah konstitusional sehingga
serta mengurangi konflik horizontal di dalam putusannya Mahkamah Konstitusi
masyarakat yang mengarah pada timbulnya menolak permohonan pemohon.
segregasi sosial, sebab pemilu mengandung Pertimbangan berdasarkan original inten
ekses perselisihan kepentingan.8 Pemilu pemilihan umum serentak pada tahun 2019
serentak jauh lebih kompleks dan rumit, baik menyatukan pemilihan umum untuk memilih
bagi penyelenggara pemilu, parpol, maupun DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD
rakyat. Ini juga merupakan pemilu yang Kabupaten/Kota, Presiden dan Wakil
paling gamang. Sebab, di satu sisi dengan Presiden yang dikenal dengan lima kotak
adanya presidential threshold (PT) mereka karena pada waktu pemilih mencoblos lima
harus berkoalisi dalam mengusung pasangan kertas suara kemudiaan dimasukkan kedalam
calon presiden (capres) dan calon wakil masing-masing lima kotak yang disediakan.
presidennya (cawapres), di sisi lain dalam Hakim Mahkamah Konstitusi melakukan
saat yang bersamaan mereka juga harus penelusuran dengan cara menelusuri kembali
secara saksama risalah perubahan UUD
1945, mulai tahun 1999 hingga 2001, dalam
perdebatan terkait pemilu serentak, pada
waktu itu tidak ada kesepakatan yang
http://jimly.com/makalah/namafile/173/PEMILIHAN_ dimaksud dengan kata serentak dalam
UMUM_SERENTAK.
8
Jurnal Gema Keadilan (ISSN: 0852-011) menyelenggarakan pemilu, bahkan ada
Volume 6, Edisi II, Agustus 2019, Harmonisasi
Hukum: Pemilu Serentak dan Ketenagakerjaan,
9
Analisis Yuridis terhadap Kematian KPPS Tahun R Siti Zuhro, Demokrasi dan Pemilu
2019 Oleh: Kornelius Benuf Bachelor of Law Presiden 2019, Jurnal Penelitian Politik, Volume 16,
Diponegoro University. Nomor 1, Juni 2019.

114
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

keinginan untuk menghapus kata serentak. Kabupaten/Kota, pemilihan


Pemilu serentak lima kotak yang Gubernur, dan Bupati/Walikota;
diselenggarakan pada tahun 2019 hanya 5. Pemilihan umum serentak
merupakan salah varian dari tujuh varian nasional untuk memilih anggota
yang telah dirumuskan oleh pembentuk UUD DPR, DPD, Presiden/Wakil
1945. Risalah perubahan UUD 1945 Presiden; dan beberapa waktu
membuktikan terdapat banyak varian setelahnya dilaksanakan
pemikiran perihal keserentakan Pemilihan umum serentak
penyelenggaraan pemilihan umum. diantara provinsi untuk memilih anggota
varian tersebut, yaitu: DPRD Provinsi dan memilih
1. Pemilihan umum serentak untuk gubernur; dan kemudian beberapa
memilih anggota DPR, DPD, waktu setelahnya dilaksanakan
Presiden/Wakil Presiden, dan pemilihan umum serentak
anggota DPRD; kabupaten/kota untuk memilih
2. Pemilihan umum serentak untuk anggota DPRD Kabupaten/Kota
memilih anggota DPR, DPD, dan memilih Bupati dan
Presiden/Wakil Presiden, Walikota;
Gubernur, dan Bupati/Walikota; 6. Pilihan-pilihan lainnya sepanjang
3. Pemilihan umum serentak untuk tetap menjaga sifat keserentakan
memilih anggota DPR, DPD, pemilihan umum untuk memilih
Presiden/Wakil Presiden, anggota anggota DPR, DPD, dan
10
DPRD, Gubernur, dan Presiden/Wakil Presiden.
Bupati/Walikota; Varian atau model pemilu serentak di
4. Pemilihan umum serentak atas merupakan pilihan-pilihan yang dapat
nasional untuk memilih anggota digunakan dalam penyelenggaraan pemilu
DPR, DPD, Presiden/Wakil serentak berdasarkan original intent dari
Presiden; dan beberapa waktu pembentuk UUD 1945. Varian pemilu
setelahnya dilaksanakan serentak yang dimohonkan oleh pemohon
Pemilihan umum serentak lokal (perludem) dalam pokok permohonan yang
untuk memilih anggota DPRD
10
Provinsi, anggota DPRD Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 55/PUU-XVII/2019.

115
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

menyatakan bahwa pemilu serentak yang presiden dan wakil presiden. Dengan
konstitusional adalah pemilihan umum perubahan ini, pelaksanaan pemilihan umum
serentak nasional untuk memilih anggota yang konstitusional adalah tidak lagi
DPR, DPD, Presiden/Wakil Presiden; dan memisahkan penyelenggaraan pemilihan
beberapa waktu setelahnya dilaksanakan umum anggota legislatif dengan pemilihan
Pemilihan umum serentak lokal untuk umum presiden dan wakil presiden.
memilih anggota DPRD Provinsi, anggota Penelusuran kembali arti makna
DPRD Kabupaten/Kota, pemilihan Gubernur, pemilihan umum serentak dalam Putusan
dan Bupati/Walikota, merupakan salah satu Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-
dari varian yang dikategorikan sebagai XI/2013, menemukan bahwa pemilu serentak
pemilu serentak. adalah konstitusional karena pertimbangan
Pemilu serentak lima kotak yang memiliki dasar yang kuat pada saat
merupakan salah satu varian, banyak varian pembahasan perubahan UUD 1945. Pemilu
atau model penyelenggaraan pemilu serentak yang lebih dari satu kali tersebut telah
yang konstitusional dan tidak bertentangan menimbulkan banyak akibat yang merugikan
dengan UUD 1945 berdasarkan original hak konstitusional warga negara. Putusan
intent. Dasar pertimbangan hakim terkait Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-
original intent tersebut sehingga putusan XI/2013, pemilu yang diselenggarakan lebih
Mahkamah Konstitusi a quo Mahkamah dari satu kali dalam waktu lima tahun telah
Konstitusi menolak permohonan dari menimbulkan banyak akibat yang merugikan
perludem karena pemilu serentak lima kotak hak konstitusional warga negara. Menurut
konstitusional adalah salah satu varian dari pemohon, kemudahan bagi warga negara
varian yang lain sehingga pemilu serentak untuk melaksanakan hak pilihnya secara
lima kotak tetap konstitusional. efisien terancam; dana untuk
Sebelumnya Putusan Mahkamah menyelenggarakan Pemilu yang tidak
Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013, praktik serentak menjadi amat boros dan seharusnya
yang telah berlangsung sejak Pemilihan digunakan untuk memenuhi hak-hak
Umum 2004 tersebut diubah begitu rupa konstitusional lain warga negara; Original
dengan cara menyerentakan pemilihan umum Intent ketentuan Pasal 22E ayat (1) dan (2)
anggota lembaga perwakilan (DPR, DPD, UUD 1945, dapat kita temukan ketika
dan DPRD) dengan pemilihan umum anggota MPR yang menyusun Amandemen

116
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

Konstitusi pada tahun 2001, dengan jelas sebab, pengubah UUD 1945 tidak begitu
menyatakan bahwa Pemilihan Umum mempersoalkan apakah penyelenggaraan
memang dimaksudkan untuk diselenggarakan pemilu anggota DPR, DPD, Presiden dan
lima tahun sekali (serentak) untuk memilih Wakil Presiden, dan anggota DPRD
(sekaligus) Anggota DPR, DPD, DPRD, dilaksanakan serentak semuanya, serentak
serta Presiden dan Wakil Presiden; Pasal 3 sebagian, digabungkan semua atau dipisah-
ayat (5) UU 42/2008 yang berbunyi, pisah, sepanjang pilihan yang tersedia
“Pemilihan Umum Presiden dan Wakil bermuara kepada penguatan sistem
Presiden dilaksanakan setelah pelaksanaan pemerintahan presidensial, pilihan
pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan pelaksanaan pemilu serentak yang demikian
DPRD” bertentangan dengan Original Intent adalah tetap konstitusional.11
Penyusun Konstitusi terutama Pasal 6A ayat Dalam memutuskan pilihan model
(2) dan Pasal 22E ayat (1) dan ayat (2), atas keserentakan penyelenggaraan pemilihan
sehingga harus dinyatakan tidak mempunyai umum, pembentuk undang-undang perlu
kekuatan hukum mengikat. mempertimbangkan beberapa hal, antara lain,
Pertimbangan mendasar yang yaitu:
menyebabkan Mahkamah mengubah 1. pemilihan model yang berimplikasi
pendirian dari Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap perubahan undang-undang
Nomor 51-52-59/PUUVI/2008 dikarenakan 4 dilakukan dengan partisipasi semua
(empat) alasan, yaitu: (1) kaitan antara sistem kalangan yang memiliki perhatian
pemilihan umum dan pilihan sistem atas penyelenggaraan pemilihan
pemerintahan presidensial, (2) original intent umum;
dari pembentuk UUD 1945, (3) efektivitas 2. kemungkinan perubahan undang-
dan efisiensi penyelenggaraan pemilihan undang terhadap pilihan model-
umum, serta (4) hak warga negara untuk model tersebut dilakukan lebih awal
memilih secara cerdas. sehingga tersedia waktu untuk
Pemilu Serentak Lima Kotak sebagai dilakukan simulasi sebelum
model penyelenggaraan pemilu serentak perubahan tersebut benar-benar
yang dikehendaki oleh UUD 1945 bukanlah efektif dilaksanakan;
satu-satunya gagasan yang berkembang dan
diperdebatkan selama perubahan UUD 1945, 11
Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 55/PUU-XVII/2019.

117
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

3. pembentuk undang-undang putusannya bersifat final dan mengikat,


memperhitungkan dengan cermat sistem pelaksanaan pemilu yang 2019
semua implikasi teknis atas pilihan konstitusional tidak bertentangan dengan
model yang tersedia sehingga UUD 1945 adalah menyerentakkan
pelaksanaannya tetap berada dalam pelaksanaan pemilihan umum legislatif dan
batas penalaran yang wajar pemilihan umum presiden dan wakil presiden
terutama untuk mewujudkan disatukan pada hari yang sama.
pemilihan umum yang berkualitas;
4. pilihan model selalu
memperhitungkan kemudahan dan
kesederhanaan bagi pemilih dalam
melaksanakan hak untuk memilih
sebagai wujud pelaksanaan
kedaulatan rakyat;
5. tidak acap-kali mengubah model
pemilihan langsung yang
diselenggarakan secara serentak
sehingga terbangun kepastian dan
kemapanan pelaksanaan pemilihan
umum.12
Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 14/PUU-XI/2013 yang pada
pokoknya mengatakan bahwa memisahkan
pelaksanaan pemilihan presiden dengan
pemilihan anggota legislatif, dalam hal ini
DPR, dan juga DPD, adalah sebuah sistem
pelaksanaan pemilu yang inkonstitusional.
Oleh sebab itu, sejak Pemilu 2019 dan
seterusnya, menurut Mahkamah yang

12
Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 55/PUU-XVII/2019.

118
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

Mahkamah Konstitusi dalam umum presiden dan wakil presiden,


putusannya, menyadari bahwa pelaksanaan kemungkinan akan ditinjau dan ditata
pemilu serentak 2019 terdapat kekurangan kembali sebagaimana termuat dalam salinan
dalam pelaksanaannya, sebagaimana dalam putusa a quo. Peninjauan dan penataan
putusan Mahkamah Konstitusi, menyatakan demikian dapat dilakukan sepanjang tidak
bahwa, “pelaksanaan pemilu tetap akan mengubah prinsip dasar keserentakan
dilaksanakan serentak dengan pemilihan umum dalam praktik sistem
mempertimbangkan efisiensi waktu dan pemerintahan presidensial, yaitu tetap
anggaran serta efektifitas dalam mempertahankan keserentakan pemilihan
penyelenggaraan pemilu, adapun kekurangan umum untuk memilih anggota lembaga
dalam pelaksanaan pemilu serentak tahun perwakilan rakyat tingkat pusat (yaitu DPR
2019 perlu mendapatkan evaluasi dan dan DPD) dengan pemilihan presiden dan
perbaikan, oleh karena pemilu tersebut wakil presiden. Pertimbangan demikian, baik
merupakan awal peradaban penyelenggaraan secara doktriner maupun praktik, didasarkan
13
pemilu serentak”. Memulihkan hak pada basis argumentasi bahwa keserentakan
konstitusional masyarakat agar pemilihan umum untuk memilih anggota
menggunakan hak politiknya secara cerdas, lembaga perwakilan rakyat di tingkat pusat
mengurangi beban pemborosan waktu, dengan pemilihan umum presiden dan wakil
efektifitas dan efisiensi, serta mengurangi presiden merupakan konsekuensi logis dari
konflik horizontal di masyarakat yang upaya penguatan sistem pemerintahan
15
mengarah pada timbulnya segregasi sosial, presidensial. Selanjutnya, menyatukan
sebab pemilu mengandung ekses perselisihan pemilihan kepala daerah dalam undang-
kepentingan.14 undang pemilu berdasarkan Putusan
Penguatan terhadap sistem Mahkamah Konstitusi Nomor 55/PUU-
pemerintahan presidensial melalui pemilihan XVII/2019 dapat diartikan bahwa pemilihan
umum serentak yang diatur dalam Undang- kepala daerah sebelumnya bukan rezim
Undang Nomor 7 Tahun 2017 dilaksanakan pemilu berubah karena dalam Putusan
dengan cara menyerentakan pemilihan Mahkamah Konstitusi 072-73/PUU-II/2004,
umum DPR, DPD, DPRD dan pemilihan masih secara implisit menggabungkan
pemilihan kepala daerah ke rezim pemilu.
13
Putusan Mahkamah Konstitusi
Penulisan ini bertujuan untuk memahami
Nomor 55/PUU-XVII/2019.
14
Kornelius Benuf, Jurnal Gema dasar pertimbangan oleh hakim dalam
Keadilan,Volume 6, Edisi II, Harmonisasi Hukum:
Pemilu Serentak dan Ketenagakerjaan, Analisis
15
Yuridis terhadap Kematian KPPS Tahun 2019, Gema Putusan Mahkamah Konstitusi
Keadilan, Volume 6 Nomor 2, September 2019. Nomor 55/PUU-XVII/2019.

119
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor UUD 1945 dan makna pemilihan umum
55/PUU-XVII/2019. serentak dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013.
PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran
Dasar pertimbangan oleh hakim Sebaiknya dalam dalam Putusan Mahkamah
Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Konstitusi 55/ PUU-XVII/2019, dasar
Nomor 55/ PUU-XVII/2019 untuk pertimbangan hukum oleh hakim lebih
memberikan penguatan sistem komperhensif dan konsisten menyatakan
pemerintahan presidensial, menelusuri pemilu serentak sebagai penguatan sistem
kembali original intent dari pembentuk presidensial.

DAFTAR PUSTAKA

Kornelius Benuf, Harmonisasi Hukum: Pemilu Serentak dan Ketenagakerjaan,


Analisis Yuridis terhadap Kematian KPPS Tahun 2019, Jurnal Gema Keadilan, Volume 6,
Edisi II, Agustus 2019.

Janpatar, Menyongsong Rezim Pemilu Serentak, Rechtsvinding Media Pembinaan


Hukum Nasional, Volume 3 Nomor 1 , April 2014.

Jimly Asshiddiqie, Pemilihan Umum Serentak Dan Penguatan Sistem


Pemerintahan,http://jimly.com/makalah/namafile/173/pemilihan_umum_serentak.

Jenedjri M. Gaffar, Politik Hukum Pemilu, Konpress, Jakarta, 2012.

Kaleidoskop 2019 Pemilu Serentak 2019, Pemilu Terburuk Sepanjang Sejarah?Senin


30 Desember 2019 https://www.merdeka.com/tag/kaleidoskop-2019

Nanik Prasetyoningsih, Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan


Demokrasi Indonesia, jurnal media hukum, Volume Npmpr 1, Nomor 2, 2014.

120
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 1, Februari 2021

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia


Indonesia, Jakarta, 1990.

R Siti Zuhro, Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019, Jurnal Penelitian Politik,
Volume 16, Nomor 1, Juni 2019.

A. Putusan MK dan Peraturan Perundang-undangan

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 55/PUU-XVII/2019.


Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013.
Undang-Undang Dasar NRI 1945

Undang- Undang 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

121

Anda mungkin juga menyukai