Anda di halaman 1dari 2

Della Ananto Kusumo

NIM: 21/484569/PTK/14011
Tugas Teori Pembangunan

Karakteristik Negara Sedang Berkembang


1. Standar Hidup dan Produktivitas yang Lebih Rendah
2. Tingkat Modal Manusia yang Lebih Rendah
3. Tingkat Ketimpangan dan Kemiskinan Absolut yang Lebih Tinggi
4. Tingkat Pertumbuhan Penduduk yang Lebih Tinggi
5. Fraksionalisasi Sosial yang Lebih Besar
6. Tingkat Industrialisasi dan Ekspor Barang yang Lebih Rendah
7. Jumlah Penduduk di Pedesaan yang Lebih Besar Namun Memiliki Tingkat Migrasi
Desa-Kota yang Lebih Cepat
8. Kondisi Geografis yang Menghambat
9. Pasar yang Terbelakang
10. Dampak Kolonial yang Tersisa dan Hubungan Internasional yang Tidak Setara
Sumber : Todaro, M.P dan Stephen C. Smith., 2011. (Edisi kesebelas) Pembangunan
Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Dari 10 karakteristik diatas, ada 3 karakteristik yang ingin saya kritisi, yaitu:
 Fraksionalisasi Sosial yang Lebih Besar: keragaman seharusnya tidak perlu
menimbulkan ketimpangan, kerusuhan dan ketidakstabilan. Konflik sosial banyak
menguras energi masyarakat untuk melakukan akomodasi politik, rekonsiliasi dan
konsolidasi. Keragaman justru bisa mendorong kerjasama, saling mengisi dan
memberikan perskpektif yang lebih kaya dalam upaya pembangunan. Indonesia
terkenal dengan keaneka ragaman budaya, negara kepulauan, terdiri dari berbagai
macam suku, ras, dan agama telah diikat dan disatukan oleh Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia. Kiranya hal tersebut justru merupakan modal
pembangunan yang bisa dikelola dengan baik untuk tujuan kesejahteraan bangsa.
 Jumlah Penduduk di Pedesaan yang Lebih Besar Namun Memiliki Tingkat
Migrasi Desa-Kota yang Lebih Cepat: disebutkan bahwa sebagian besar penduduk
negara berkembang tinggal di pedesaan yang identic dengan ketiadaan pasar,
keterbatasan informasi dan stratifikasi sosial kiranya sudah tidak relevan. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, kemudahan akses ke pasar dari desa pun bisa
diakses dengan mudah. Pembagnunan infrastruktur dan public service yang massif,
setidaknya membuat pembangunan di desa tidak lagi tertinggal begitu jauh dari kota.
 Kondisi Geografis yang Menghambat: Anugerah sumber daya (resource
endowment) yang mencakup kekayaan mineral, bahan baku, dan tenaga kerja
seharusnya bisa menjadikan modal utama. Merubah cara pandang kondisi geografis
yang dianggap menghambat menjadi kondisi geografi sebagai modal yang
menguntungkan adalah tentang perspektif dari seorang perencana. Indonesia adalah
negara yang kaya sumber daya alam, disinari matahari sepanjang tahun, laut yang
kaya dan strategis kiranya lebih dari cukup menjadi modal pembangunan. Tata kelola
yang tepat dan pengelolaan yang cerdas menjadi kunci.

Kiranya faktor SDM yang kompeten yang mengelola adalah poin penting dalam
pengelolaan negara tumbuh dan berkembang. Bagaimana Korea Selatan melesat
menjadi negara maju meskipun tidak jauh berbeda dengan Indonesia tahun
kemerdekaannya, bagaimana Singapura disia-siakan ketika dilepaskan oleh Malaysia,
dan bagaimana melihat transformasi Qatar yang cermat dan tepat dalam pengelolaan
dan pemanfaatan kembali hasil pembangunan adalah suatu keniscayaan. Besar kecil,
kuat lemah, untung rugi adalah persepektif. Mengutip pernyataan Prof Salim Said
bahwa “Kenapa Korsel maju dan kita tidak maju? Orang Korsel takut sama Korut, jadi
dia harus unggul. Kenapa Taiwan maju? Karena dia pulau kecil, takut kalau dicaplok
Tiongkok daratan. Kenapa Israel maju? Karena dia Yahudi di tengah lautan Arab, kalau
tidak hebat di-kremes dia. Kenapa Singapura maju? Karena dia mayoritas Tiongkok di
tengah lautan Melayu. Indonesia? Semua yang ditangkap oleh KPK, pejabat parlemen,
eksekutif itu disumpah secara agama, tetapi semuanya melanggar (sumpahnya).
Indonesia tidak akan bisa maju selama Tuhan pun tidak ditakuti."

Kiranya pernyataan dari seorang Guru Besar tersebut bisa menjadi renungan. Dengan
kondisi apapun jika tidak ada integritas dan dedikasi yang kuat, pertumbuhan dan
perkembangan suatu negara akan jalan ditempat. Investasi SDM adalah investasi
jangka Panjang dan tidak bisa terlihat segera hasilnya. Bagaimana Kaisar Jepang
menanyakan berapa banyak guru yang tersisa di Jepang pasca perang dunia kedua
adalah kesadaran seorang pemimpin bahwa kekuatan utama suatu negara adalah di
sumber daya manusianya. Satu karakteristik yang tidak dibahas secara khusus dalam
teori Todaro.

Anda mungkin juga menyukai