Anda di halaman 1dari 4

Nama : Almira

Kelas : 1F – D4 ASP

Nim : 4202014183

Tugas Mentoring

Tema wudhu dan shalat dalam tuntunan RASULULLAH SAW


bersama Ustadz. Al-Fakhri MA
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 6:

‫ق َوا ْم َسحُوا بِ ُر ُءو ِس ُك ْم َوأَرْ ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْعبَ ْي ِن ۚ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم‬ ِ ِ‫صاَل ِة فَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ْال َم َراف‬
َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى ال‬
َ
‫ص ِعيدًا طيِّبًا‬ َ َ َ ِّ ُ ‫اَل‬ َ ْ ُ ْ ٌ
َ ‫ض ٰى أوْ َعل ٰى َسف ٍر أوْ َجا َء أ َحد ِمنك ْم ِمنَ الغَائِ ِط أوْ َم ْست ُم الن َسا َء فل ْم تَ ِجدُوا َما ًء فتَيَ َّم ُموا‬ َ َ َ َ َ َ ْ‫ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َمر‬
ٰ
َّ
َ‫ج َولَ ِك ْن ي ُِري ُد لِيُطَهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهُ\ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعل ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬ ٍ ‫فَا ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُك ْم ِم ْنهُ ۚ َما ي ُِري ُد ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِم ْن َح َر‬
‫هَّللا‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur." (QS. Al-Maidah: 6)
Ada beberapa syarat wudhu yang harus dipenuhi oleh setiap muslim, sebagai
berikut:
1. Muslim
2. Aqil atau berakal
3. Baligh
4. Terhentinya hal-hal yang mendiadakan wudhu seperti haid dan nifas
5. Keberadaan air mutlak yang cukup dengan volume minimal satu mud (0,688 liter/688 ml)
sebagaimana disebutkan dalam hadist "Dari Anas ra berkata: Bahwa Rasulullah SAW berwudhu
dengan satu mud air dan mandi dengan satu sha' hingga lima mud air." (HR. Bukhari Muslim)
6. Mampu menggunakan air
7. Masuknya waktu ibadah yang mensyaratkan wudhu, khusus bagi wanita yang mendapati
istihadhah dan kasus semisal
8. Adanya hadats

Sedangkan syarat sahnya wudhu adalah:


1. Ratanya air membasahi anggota wudhu https://www.detik.com/tag/wudhu
2. Tidak adanya penghalang di kulit seperti lilin, lemak, adonan, tanah, lem, cat atau benda
apapun yang menjadi penghalang basahnya bagian anggota wudhu dari air.
3. Berhentinya penyebab hadats dengan demikian maka orang yang berwudhu sambil kencing
misalnya, maka hukum wudhunya tidak sah. Demikian juga orang yang sudah selesai buang air
tapi belum beristinja', kalau dia berwudhu maka hukum wudhunya tidak sah.
4. Ilmu tentang wudhu
5. Halalnya air. Syarat ini hanya diajukan oleh Hanbali saja dalam pandangan resmi mazhab.

Berikut niat dan tata cara wudhu dikutip kitab Al-Lu'lu' wal Marjan
karangan Muhammad Fuad Abdul Baqi:
1. Niat Wudhu
ِ ‫ث ْاالَصْ غ‬
‫َر فَرْ ضًا ِهللِ تَ َعالَى‬ ِ ‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِ َر ْف ِع ْال َح َد‬
ُ ‫نَ َوي‬

Lafal Arab-Latin: Nawaitul wudhuu-a liraf'll hadatsil ashghari fardhal lilaahi ta'aalaa

Artinya :"Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil fardu karena Allah".

2. Membasuh telapak tangan


Dilakukan sebanyak 3 kali hingga ke sela-sela jari.

3. Berkumur
Berkumur sebanyak 3 kali.

4. Membersihkan Lubang Hidung


Tata cara wudhu berikutnya adalah membersihkan lubang hidung 3 kali. Pada saat menghirup
air, lalu mengeluarkannya dengan memencet hidung.

5. Membasuh Wajah
Dilakukan mulai dari ujung kepala tumbuhnya rambut hingga bawah dagu.

6. Membasuh Tangan
Basuh kedua belah tangan hingga siku, dahulukan anggota tubuh bagian kanan.

7. Mengusap Kepala
Mengusap sebagian kepala sebanyak 3 kali.

8. Mengusap Telinga
Mengusap kedua telinga.

9. Membasuh kaki
Membasuh kedua kaki hingga di atas mata kaki, dan dilakukan sebanyak 3 kali, dimulai dari
kanan terlebih dahulu.

10. Doa Setelah Wudhu


َ ‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن آلّاِلَهَ إِالَّهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
َ‫ اللّهُ َّم اجْ َع ْلنِ ْى ِمنَ التَّوَّابِ ْينَ َواجْ َع ْلنِ ْى ِمنَ ْال ُمتَطَه ِِّر ْين‬.ُ‫ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬

Lafal Arab-Latin: Asyhadu allâ ilâha illallâhu wahdahû lâ syarîka lahu wa asyhadu anna
muhammadan 'abduhû wa rasûluhû, allâhummaj'alnî minat tawwâbîna waj'alnii minal
mutathahhirîna.

Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah,
jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku
termasuk dalam golongan orang-orang yang bersuci (shalih)."
Jika berwhudu tidak boleh terpotong-potong, berbicara, menghadap kiblat, dengan menggunakan
air yang mengalir serta dapat berfungsi menghemat air. Tidak boleh mengelap wajah dengan cara
melempar air, apabila kita lupa atau lebih dari 3x itu merupakan makruh. Apabila masuk bulan
suci Ramadhan jika berlebihan dalam berkumur itu sifatnya membatalkan wudhu jika dilakukan
dengan sengaja.
Hal-hal yang dapat membatalkan wudhu:

1. Keluar sesuatu dari kemaluan Pembatal wudu yang paling jamak dikenal adalah keluarnya
sesuatu dari dua kemaluan, yaitu kubul dan dubur. Yang keluar dari kubul dan dubur bentuknya
dapat berupa benda cair, padat, hingga gas. Benda cair itu bisa berupa air kencing, sperma, wadi,
mazi, darah, dan cairan lainnya. Sedangkan benda padat bisa berupa kotoran, cacing, dan lain
sebagainya. Adapun gas yang keluar dari dubur, yakni kentut juga termasuk yang membatalkan
wudhu.
2. Tidur dalam keadaan tidak duduk Orang yang tidur, bisa jadi telentang, duduk, atau dalam posisi-
posisi lainnya. Namun, jika tidak dalam keadaan duduk, tidur dalam posisi lainnya membatalkan
wudu, menurut mazhab Syafi'i. Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW: "Siapa yang tidur maka
hendaklah dia berwudu," (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah). Hadis di atas lalu dilengkapi dengan
hadis riwayat Anas bin Malik: "Adalah para sahabat Rasulullah SAW tidur kemudian salat tanpa
berwudu," (H.R. Muslim). Kemudian, Abu Daud menambahkan: "Hingga kepala mereka [para
sahabat] tertunduk dan itu terjadi di masa Rasulullah SAW."
3. Hilang akal Orang yang hilang akal dinyatakan batal wudunya. Hilang akal ini contohnya
pingsan, mabuk, gila, dan lain sebagainya.
4. Bersentuhan kulit dengan yang bukan mahram Pembatal wudu lainnya, menurut mazhab Syafi'i
adalah bersentuhan kulit dengan lawan jenis yang bukan mahram. Orang yang dikategorikan
mahram adalah yang haram dinikahi seperti ibu, nenek, anak, saudara, dan lain sebagainya.
Karena itu, bagi yang menyentuh selain mahramnya maka wudunya batal. Namun, yang menjadi
catatan, jika ada kain yang menghalangi sentuhan itu, maka wudunya tidak batal. Begitu juga
sentuhan dengan sesama mahram dianggap tidak membatalkan wudu.
5. Menyentuh kubul Pembatal wudu yang lain adalah menyentuh kubul atau kemaluan dengan
telapak tangan tanpa penghalang. Namun, jika ada kain yang menghalangi, wudunya tidak batal.
Dalilnya bersandar pada sabda Nabi Muhammad SAW: "Siapa yang menyentuh kemaluannya
maka harus berwudu," (H.R. Ahmad dan Tirmidzi).
6. Menyentuh dubur Terakhir, yang membatalkan wudu adalah menyentuh dubur tanpa penghalang
(seperti kain atau benda lain). Sebagaimana menyentuh kemaluan, jika ada kain yang
menghalangi, maka wudunya tidak batal. Makan tidak membatalkan wudhu.

Anda mungkin juga menyukai