AGAMA III
“HAKEKAT SYARIAT ISLAM”
Dosen Pengampu :
Muhammad Arifin Dr. M.Pd
Disusun Oleh :
Iqlima Aurelia Nur W 22001081015
Dea Safrillia 22001081038
Faridatus Soleha 22001081037
Tuti Khoiriyah N 22001081004
2021
I
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniany
a kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berj
udul “HAKEKAT SYARIAT ISLAM” dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini dengan se
gala kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Muhammad Arifin se
laku dosen Agama 3. Yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini.
Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata semp
urna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik dan petu
njuk dari berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.
Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi p
ada masa yang akan datang, khususnya bagi Mahasiswa/I FEB UNISMA. Terimakasih.
DAFTAR ISI
II
Halaman
LEMBAR JUDUL .........................................................................................I
KATA PENGANTAR....................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Syariat Islam...............................................................................2
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata syariat yang sering kita dengar dalam keseharian baik ketika membaca buku, men
dengar rekaman ceramah para ustadz, menyimak pengajian, kultum, ataupun khutbah adala
h kata berbahasa arab yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online (KBBI daring), syariat adalah h
ukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah
Swt., hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan Alquran dan hadis.
Bentuk kata tidak bakunya: sarengat, sariat, sereat, syariah.
Sebagai sebuah khas agama, istilah syariat selalu identik dengan teologi Islam. Sepert
i kalimat, Al-Quran adalah sumber pertama dari syariat Islam. Meskipun sebenarnya istilah
ini sudah ada sejak sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, namun di lingk
ungan masyarakat Indonesia istilah syariat lebih populer identik dengan Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Makna Syari’at Islam
Istilah syariah merupakan kata yang lumrah beredar di kalangan masyarakat Muslim
dari masa awal Islam, namun yang mereka gunakan selalu syara’i (bentuk jamak) bukan sya
riah (bentuk mufrad).
Riwayat-riwayat menunjukkan bahwa orang-orang yang baru masuk Islam dan datan
g kepada Rasulullah dari berbagai pelosok Jazirah Arab, meminta kepada Rasulullah agar m
engirim seseorang kepada mereka untuk mengajarkan syara’i Islam.Sedangkan istilah syari
ah hampir-hampir tidak pernah digunakan pada masa awal Islam.
Dari perkembangan Makna, istilah syariah ini diperkenalkan dengan perubahan Mak
na yang menyempit untuk membawakan Makna yang khusus, yakni ”Hukum Islam” pada
masa kemudian.
Syariah adalah kosa kata bahasa Arab yang secara harfiah berarti ”sumber air” atau ”
sumber kehidupan”, dalam Mukhtar al-Sihah diungkapkan sebagai berikut: Syariah adalah s
umber air dan ia adalah tujuan bagi orang yang akan minum. Syariah juga sesuatu yang tela
h ditetapkan Allah swt. kepada hamba-Nya berupa agama yang telah disyariahkan kepada
mereka.
Orang-orang Arab menerapkan istilah ini khususnya pada jalan setapak menuju palun
g air yang tetap dan diberi tanda yang jelas terlihat mata. Jadi, kata demikian ini berarti jala
n yang jelas kelihatan atau ”jalan raya” untuk diikuti.
Al-Qur’an menggunakan kata syirah dan syariah dalam arti agama, atau dalam arti jal
an yang jelas yang ditunjukkan Allah bagi manusia. Syariah sering digunakan sebagai seno
nim dangan kata din dan millah yang berMakna segala peraturan yang berasal dari Allah sw
t. yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis yang bersifat qat’I atau jelasnya.
2
Ruang lingkup syari’ah yang sesungguhnya yaitu mencakup keseluruhan ajaran Islam,
baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah, akhlaq dan termasuk diantaranya adalah muam
alah yang mengatur tentang peraturan atau system kehidupan manusia.
a. Muamalah
b. Jual beli
Jual beli adalah menukar sesuatu brang dg barang lain dg cara tertentu. Salah satu uns
ur dalam jual beli adalah nilai tukar uang. Praktik jual beli yg terjadi pada zaman Nabi men
ggunakan dinar dan dihram. Allah berfirman : “ Dan Allah menghalalkan jual beli dan men
gharamkan riba” (QS.Al- Baqarah : 275) JUAL BELI Hukum &Rukun.
1. Mubah
2. Wajib, seperti menjual sebagian hartanya untuk membayar hutang
3. Haram, seperti jual beli barang yg haram , najis atau kotor dan menjual atau membeli
barang yang akan digunakan untuk kemaksiatan atau kejahatan
4. Sunah seperti jual beli kepada sahabat , menjual kepada orang yang sangat membutuh
kan
c. Ibadah
Arti dan tujuan ibadah : thaharah dan rukun islam ) • Ibadah berasal dari kata ‘abd ya
ng artinya abdi, hamba, budak, atau pelayan. Jadi ibadah berarti, pengabdian, penghambaan,
pembudakan, ketaatan, atau merendahkan diri. Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti me
rendahkan diri serta tunduk. Ibadahdapat juga diartikan sebagai peraturan- peraturan yang
3
mengatur hubungan langsung (ritual) antara manusia dengan Allah Swt. Selain itu juga terd
apat berbagai definisi ibadah lainnya, yaitu:
(1) Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui tutunan
atau contoh dari para Rasul-Nya.
(2) Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Swt, yaitu rasa tunduk dan patuh yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
Secara bahasa, kata maqashid sendiri berasal dari kata maqshad yang berarti tujuan a
tau target. Berangkat dari arti tersebut, beberapa ulama memiliki pengertian atau definisi m
engenai maqashid syariah yang berbeda. Al-Fasi misalnya, menurutnya, maqashid syariah
merupakan tujuan atau rahasia Allah yang ada dalam setiap hukum syariat.
Menurut imam asy-Syatibi, ada lima bentuk maqashid syariah. Lima bentuk ini diseb
ut juga sebagai lima prinsip umum atau kulliyat al-khamsah. Masing-masing bentuk ini me
miliki dua pembagian, yaitu dari segi wujud atau penjagaan dan dari segi ‘adam atau pence
gahan. Lima bentuk maqashid syariah ini adalah sebagai berikut:
Bentuk maqashid syariah untuk melindungi agama merupakan hak memeluk dan mey
akini seseorang boleh dan berhak memeluk agama yang diyakini secara bebas dan tanpa ga
ngguan.
Contoh penjagaannya adalah dengan melaksanakan shalat dan zakat. Sedangkan dari
segi pencegahan dilakukan dengan jihad atau hukuman bagi orang-orang yang murtad.
4
Contoh penerapannya adalah dengan makan dan minum. Sedangkan dari segi penceg
ahan dilakukan dengan cara qisas dan diyat.
5
Melalui maqasid al-syari 'ah maka kita didorong untuk dapat menggunakan logika da
lam mengembangkan hukum dan landasan moral dan etika, karena maqasid al-syari 'ah berf
ungsi sebagai metode analisa atau pisau analisa terhadap realitas sosial yang tak terbatas ber
dasarkan pada teks yang secara kuantitas terbatas, guna mengembangkan nilai-nilai yang Isl
ami agar tidak terjebak sakralisasi dan kevakuman moral, sehingga cita-cita penegakan lima
pilar al- maslahah al-mu tabarah (hifd din, nafs, 'aql, nasl, dan mal) dengan mempertimbang
kan skala prioritas dari tujua dalam pencapaiannya (al-dharuriyah, al-hajjiyah, dan al-tahsin
iyah ) demi terwujudnya misi Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alamiin.
Agar umat Islam tidak terjebak pada sikap hidup kekinian dan kedisinian (hedonistis)
dan otorianisme, maka selayaknya umat Islam mengembangkan landasan epistemologisnya
untuk mengembangkan prinsip-prinsip dasaryang telah ditetapkan oleh al-Qur'an dan as-
sunnah, dengan terus menggali dan merevisi serta merevitalisasi khazanah diktum hukum
Islam sebagai hasil interpretasi teks suciyang telah ada, karena sesungguhnya kajian
epistemologi hukumIslam (ushul al-figh) awalnya adalah ditujukan untuk memberikan
solusi bagi persoalan-persoalan baru yang tidak terdapat ketentuan hukumnya dalam
ketetapan-ketetapan hukum yang ada (fiqh).
Diantara sumber-sumber ajaran Islam adalah Al-Qur’an, Hadis (sebagai penafsiran dan penj
elasan kalamullah pada zaman Nabi), dan ijtihad para ulama berdasarkan nash (teks agama)
yang ada, semuanya berasal dari Allah. Maka dari itu, tidak benar jika ada orang yang mena
fsirkan agama semata-mata menggunakan akalnya tanpa rujukan dan acuan.
6
unia. Salah satu ayat yang menjadi dasar ukhuwah insaniyah adalah surat al-Hujurat ayat 1
1, Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok k
aum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karen
a) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolo
k-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggi
l dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk ses
udah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zali
m”.
3. Wasathiyah (Moderat) adalah ajaran Islam yang mengarahkan umatnya agar adil,
seimbang, bermaslahat dan proporsional, atau sering disebut dengan kata ‘moderat’ dalam s
emua dimensi kehidupan. Umat Islam adalah khiyarunnas (umat pilihan), yang harus mamp
u menjadi penengah (Wasath). Menurutnya, salah satu permasalahan umat Islam saat ini ad
alah tidak mau menghargai perbedaan pendapat. Syariat Islam bersifat menengah dan adil.
Tidak ghuluw (keterlaluan), tafrith (berlebihan), dan ifrath (serba kekurangan).
Umat Islam yang komitmen melaksanakan ajaran Islam yang moderat ini juga bersifat men
engah. Menengah dan adil adalah sifat ber-keseimbangan. Keseimbangan dalam sikap, kes
eimbangan akhlak, ibadah, akidah, dan lainnya. Sikap ekstrim adalah sikap yang jauh dari k
arakteristik ajaran Islam. Baik ekstrim dalam hal akidah, sikap, maupun ibadah.
4. Waqi'iyah (Realistis) artinya bahwa syariat dan ajaran Islam itu bersifat realistis.
Ia membumi dan mudah diaplikasikan oleh semua manusia. Bukti realistis ajaran Islam
adalah adanya rukhsah (dispensasi) serta bersifat memudahkan. Oleh karena itu ajaran
Islam bisa masuk ke semua negara dan ke semua suku dengan beraneka ragam budaya
sosial mereka. Ia juga dapat masuk di tengah kondisi yang berbeda-beda di suatu negara,
baik hukum, undang-undang maupun model sistem negara yang dianut. Kaidah fiqih
mengatakan: ( وعدماQ مع العلة وجوداQ)الحكم يدور, “Hukum berlaku sesuai dengan illat (sebab)nya,
ada atau tidak adanya”.
7
Oleh sebab itu, al-waqi’iyyah dalam Islam adalah al-waqi’iyyah al-
mitsaliyah (kontekstual yang tidak mengabaikan idealisme). Konsep Islam dalam masalah
ini dapat menyelamatkan segala tindakan serta keputusan yang berlebih-lebihan di dalam
mencapai sesuatu kesempurnaan (idealisme). Dalam arti kata lain, sesuatu idealisme itu
seharusnya dilakukan dalam ruang lingkup realistis sesuai kadar kemampuan yang
sebenarnya (al-waqi’iyyah).
”Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta alam”.
8
BAB III
PENUTUP
9
KESIMPULAN
Syariat merupakan tahap awal yang harus dilalui seseorang dalam mencapai pemaha
man komprehensif mengenai islam dan dalam menyingkap realitas. Tiap-tiap tahap tidak da
pat diputar balik dan tujuan dari tahapan ini adalah penyingkapan realitas tanpa sama sekali
mengabaikan syariat, yang meskipun berada di tahap pertama.
Justru, dalam melaksanakan syariat, seseorang yang sudah mencapai hakikat semakin
intens dan mendalam dalam melaksanakan praktik ubudiyyahnya. Jelas bahwa, tahapan-tah
apan syariat, tarikat dan hakikat merupakan tahapan untuk memperkokoh keimanan sehingg
a mendapati pemaknaan yang paling mendalam mengenai Islam itu sendiri dan menjalani h
ariharinya tidak luput dari satupun syariat yang terlewatkan. Orang-orang yang telah menca
pai hakikat tidak mungkin salah dalam perlakuannya berislam.
DAFTAR PUSTAKA
http://zuhdidh.blogspot.com/2018/09/karakteristik-dan-maqashid-syariah.html
10
https://issuu.com/jurnalqolamuna/docs/11_qolamuna
http://abuddin.lec.uinjkt.ac.id/articles/islam-rahmatan-lil-alamin-sebagai-model-
pendidikan-islam-memasuki-asean-community
https://www.path-2-happiness.com/id/karakteristik-syariat-islam
https://www.academia.edu/11409374/Makalah_Karakteristik_Syariah_Islam
https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/mengenal-maqashid-syariah-pengertian-
dan-bentuk-bentuknya/
https://www.slideshare.net/AdePratama5/pengertian-syariah-dan-ruang-lingkup-syariah
11