BAB 7
HARGA
Definisi Harga
Dalam menafsirkan konsep tentang harga tentu mempunyai banyak penafsiran, menurut
Kotler pada dasarnya harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran atau marketing mix
yang dapat menghasilkan pendapatan, dimana elemen yang lain mendapatkan biaya. Seperti
yang diungkapkan oleh Kotler, bahwa harga merupakan bagian dari elemen bauran pemasaran
yaitu harga, produk, saluran dan promosi, yaitu apa yang dikenal dengan istilah empat P (Price,
Product, Place dan Promotion). Harga bagi suatu usaha/badan usaha menghasilkan
pendapatan (income), adapun adapun unsur-unsur bauran pemasaran lainnya yaitu Product
(produk), Place (tempat/saluran) dan Promotion (promosi) menimbulkan biaya atau beban yang
harus ditanggung oleh suatu usaha/badan usaha.
Kalau harga merupakan pendapatan bagi pengusaha maka ditinjau dari segi konsumen,
harga merupakan suatu pengeluaran atau pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan produk yang diinginkan guna memenuhi kebutuhan dari konsumen
tersebut. Bagi pengusaha/pedagang, harga paling mudah disesuaikan dengan keadaan pasar
sedangkan elemen yang lain seperti product, place dan promotion memerlukan waktu yang
lebih lama dan panjang untuk disesuaikan dengan keadaan pasar, karena harga dapat
memberikan penjelasan kepada konsumen mengenai kualitas produk dan merek dari produk
tersebut.
Buchari Alma mengatakan bahwa dalam teori ekonomi, pengertian harga, nilai dan utility
merupakan konsep yang paling berhubungan. Yang dimaksud dengan utility ialah suatu atribut
yang melekat pada suatu barang, yang memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi
kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan memuaskan konsumen (satisfaction). Terdapatnya
value yang merupakan nilai suatu produk untuk ditukarkan dengan produk lain. Nilai ini dapat
dilihat dalam situasi barter yaitu pertukaran antara barang dengan barang. Sekarang ini
ekonomi kita tidak melakukan barter lagi, akan tetapi sudah menggunakan uang sebagai ukuran
yang disebut harga. Maka harga merupakan sejumlah uang yang digunakan untuk menilai dan
mendapatkan produk maupun jasa yang dibutuhkan oleh konsumen.
Menurut Basu Swastha dan Irawan, ”harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa
produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk
dan pelayanannya”.
Menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, bahwa istilah harga dalam bisnis jasa bisa
ditemui dengan berbagai sebutan. Universitas atau perguruan tinggi menggunakan SPP
(tuition), konsultan professional menggunakan istilah fee, bank menggunakan istilah service
charge, jasa jalan tol atau jasa angkutan menggunakan istilah tarif, pialang menggunakan istilah
komisi, apartemen menggunakan istilah sewa, asuransi menggunakan istilah premi, dan
sebagainya.5 Tjiptono mengatakan bahwa agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang
atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan
satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi
perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan
timbulnya biaya (pengeluaran). Di samping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang
bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat.6 Kemudian Tjiptono mengatakan bahwa
harga dapat dipadankan dengan hal lain seperti iuran, tarif, sewa, bunga, premium, komisi,
upah, gaji, honor, SPP, dan sebagainya. Harga dapat dilihat dari sudut pandang lain seperti
pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa
lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang
atau jasa.7 Harga sangat penting bagi perekonomian, karena harga sangat berperan dalam
bisnis dan usaha yang dijalankan. Dengan kata lain tingkat harga yang ditetapkan
mempengaruhi perputaran barang yang dijual. Kuantitas barang yang dijual berpengaruh
terhadap biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan pengadaan barang bagi perusahaan
dagang dan efisiensi produksi bagi perusahaan manufaktur. Maka harga berpengaruh terhadap
pendapatan, sehingga harga berpengaruh terhadap laba usaha dan posisi dari keuangan
perusahaan. Tjiptono mengungkapkan bahwa harga dijadikan sebagai indikator dari manfaat
yang diperoleh konsumen atas barang dan jasa yang diterima, hal ini erat kaitan nya dengan
sebuah nilai yang didapat konsumen atas harga.
Faktor-faktor dalam penetapan harga
Terdapat tujuh faktor pertimbangan utama dalam penetapan harga. Yaitu:
Biaya
Pelanggan
Jenis produk
Target pasar
Pesaing
Elastisitas harga dari permintaan
Siklus hidup produk
Biaya
Sebuah perusahaan menghasilkan keuntungan jika menetapkan harga jual lebih tinggi daripada
biaya rata-rata produksi. Semakin besar selisih antara harga jual dengan biaya, semakin tinggi
keuntungan perusahaan.
Beberapa perusahaan lebih mempertimbangkan biaya daripada faktor lainnya. Mereka
kemudian menggunakan pendekatan cost-plus pricing untuk menetapkan harga.
Pendekatan tersebut adalah yang paling mudah. Perusahaan hanya perlu menambahkan
margin keuntungan (markup) ke biaya unit.
Pelanggan
Beberapa pelanggan mungkin sadar biaya. Mereka menginginkan produk yang lebih murah
karena sesuai dengan anggaran mereka.
Sementara yang lain lebih sadar kualitas dan kurang mempertimbangkan harga dalam
membuat keputusan pembelian. Mereka melihat produk berkualitas adalah lebih prestise dan
sesuai dengan citra diri mereka.
Harga mempengaruhi permintaan. Untuk sebagian besar produk, menurunkan harga jual akan
meningkatkan permintaan.
Tapi, ada beberapa kasus khusus. Harga yang lebih rendah justru membuat produk tidak
menarik bagi beberapa konsumen. Mereka berpikir harga murah berarti kualitas yang rendah.
Jenis produk
Menetapkan harga untuk produk terdiferensiasi membutuhkan pendekatan yang berbeda
dengan produk massal. Produk massal relatif homogen. Oleh karena itu, perusahaan sering
menawarkannya pada tingkat rata-rata harga pesaing.
Sebaliknya, untuk produk terdiferensiasi, perusahaan mengadopsi penetapan harga premium.
Harga yang lebih tinggi memberi sinyal kualitas lebih yang lebih baik daripada produk lainnya di
pasar massal.
Target pasar
Secara umum, pasar terbagi ke dalam dua kategori: pasar baru dan pasar saat ini. Keduanya
membutuhkan strategi penetapan harga yang berbeda.
Katakanlah, perusahaan menargetkan pasar baru. Mereka mungkin akan menetapkan harga
rendah (harga penetrasi). Tujuannya adalah menarik sebanyak dan secepat mungkin
pelanggan baru. Dengan begitu, perusahaan memiliki basis pelanggan untuk menopang posisi
pasar yang lebih kuat.
Harga rendah juga penting untuk mendukung struktur biaya yang lebih rendah. Dengan volume
penjualan yang tinggi, perusahaan segera mencapai skala ekonomi dan menurunkan biaya
rata-rata.
Pesaing
Harga mempengaruhi daya saing relatif terhadap pesaing. Karena itu, harga produk pesaing
adalah pertimbangan penting dalam menetapkan harga. Perusahaan memantau berapa harga
yang pesaing kenakan untuk produk mereka.
Perusahaan mungkin mengenakan harga di bawah, sama dengan atau di atas rata-rata
pesaing. Masing-masing berimplikasi pada kesuksesan produk di pasar. Mana yang paling
tepat dari ketiganya, itu tergantung pada tujuan perusahaan.
Jika tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan posisi pasar, perusahaan mengenakan
harga yang lebih rendah daripada rata-rata pesaing. Harga yang lebih murah menarik lebih
banyak konsumen, membuat produsen dengan segera meningkatkan penjualan dan pangsa
pasar.
Di pasar yang sangat kompetitif, perusahaan mungkin akan mengenakan harga yang sama
dengan rata-rata harga pesaing. Untuk menarik lebih banyak permintaan, perusahaan dapat
fokus pada aspek non-harga, seperti kualitas dan layanan pendukung.
Selanjutnya, perusahaan mungkin juga menetapkan harga yang lebih tinggi daripada pesaing.
Alih-alih menargetkan pelanggan yang sadar harga, perusahaan menjual produknya ke segmen
yang sadar kualitas. Mereka berusaha menawarkan produk yang berkualitas unggul sebagai
justifikasi harga yang tinggi.
Elastisitas harga
Elastisitas harga dari permintaan menunjukkan ke anda seberapa responsif konsumen dalam
menanggapi perubahan harga. Permintaan adalah elastis jika perubahan kecil harga mengarah
ke peningkatan permintaan yang lebih tinggi. Misalnya, jika harga turun 5%, itu meningkatkan
permintaan lebih dari 5%.
Sebaliknya, jika permintaan adalah inelastis, konsumen relatif kurang sensitif terhadap
perubahan harga. Misalnya, jika harga turun 5%, maka permintaan naik kurang dari 5%.
Responsivitas konsumen semacam itu menjadi input penting dalam mengambil kebijakan
harga. Misalnya, jika permintaan elastis, perusahan mungkin menetapkan harga yang lebih
rendah daripada rata-rata harga pesaing. Karena responsif, itu akan mendorong konsumen
untuk beralih ke produk perusahaan. Sebagai hasilnya, penjualan dan pangsa pasar meningkat
lebih tinggi daripada pesaing.
Siklus hidup produk
Sebuah produk mengalami 5 fase khas selama masa hidupnya:
Tahap pengembangan (development stage)
Tahap pengenalan (introduction stage)
Tahap pertumbuhan (growth stage)
Tahap matang (mature stage)
Tahap penurunan (decline stage)
Setiap tahap membutuhkan pendekatan penetapan harga yang berbeda.
Di tahap pengenalan misalnya, konsumen belum menyadari tentang produk perusahaan. Tugas
pertama perusahaan adalah mengedukasi konsumen. Tugas berikutnya adalah membangun
basis pelanggan dan mencapai posisi pasar yang lebih kuat.
Dalam situasi semacam itu, perusahaan mungkin memilih penetapan harga penetrasi
(penetration pricing) dengan menawarkan harga rendah. Dengan begitu, perusahaan dapat
meningkatkan penjualan dan segera mencapai skala ekonomi.
Tapi beberapa perusahaan mungkin memilih price skimming. Mereka menjual produk dengan
harga tinggi dan perlahan menurunkannya. Tujuan strategi ini adalah mencapai pendapatan
yang tinggi guna menutup biaya pengembangan.
Price skimming cocok untuk produk yang sangat terdiferensiasi atau penemuan terbaru seperti
personal komputer pada awal peluncurannya. Konsumen belum pernah menemukan produk
sejenis sebelumnya. Perusahaan menargetkan beberapa pelanggan yang bersedia mengambil
risiko dengan membeli.