Anda di halaman 1dari 17

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MENGABULKAN NAFKAH ISTRI DAN MUT’AH


PADA PUTUSAN VERSTEK PERKARA CERAI
TALAK DENGAN NOMOR PERKARA
0051/PDT.P/2019/PA.BN DI PENGADILAN AGAMA
BENGKULU KELAS 1A

Oleh : Nisaul Istqomah


Npm : B1A015215

ABSTRAK

Pertimbangan hakim adalah bagian terpenting dalam menentukan kualitas suatu


putusan. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui dan mengungkapkan apakah
pertimbangan hakim Pengadilan Agama Bengkulu mengenai pengabulan nafkah iddah
dan mut’ah yang diputus secara vertek telah sesuai dengan ketentuan hukum positif
maupun hukum islam yang berlaku seperti yang terdapat dalam putusan pengadilan
perkara cerai talak dengan nomor perkara 0051/Pdt.G/2019/Pa.Bn yang dimana hakim
dalam putusanya mengabulkan nafkah iddah dan mut’ah meskipun tanpa adanya
tuntutan dari termohon. Penulisan skripsi ini bersifat normatif dan menggunakan
metode pendekatan studi kasus dengan menggunakan teori tujuan hukum dan teori
putusan hakim. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan hakim dalam
Pengadilan Agama Bengkulu menggunakan hak ex officio pada perkara cerai talak yaitu
pada nafkah yang tidak dituntut seperti nafkah iddah dan mut’ah. Jika ditinjau dalam
hukum positif dan hukum islam Pertimbangan hakim dalam mengabulkan nafkah iddah
dan mut’ahtelah sesuai dengan kaidah hukum positif maupun hukum Islam yang
berlaku berdasarkan asas keadilan serta pengaturan yang telah ada baik di dalam
peraturan Undang-undang maupun Al-quran

Kata Kunci: Pertimbangan Hakim, verstek, nafkah iddah, mut’ah.


PENDAHULUAN ajaran syariat islam. Perkawinan
A. Latar Belakang diisyaratkan supaya manusia
Perkawinan merupakan mempunyai keturunan yang sah
ibadah yang bertujuan untuk menuju kehidupan bahagia di dunia
membangun keluarga yang bahagia, dan akhirat, dibawah naungan cinta
kekal, dan abadi berdasarkan kasih dan ridha ilahi.2
Ketuhanan Yang Maha Esa.Mengeni Namun, mewujudkan
hukum perkawinan ini diatur dalam pernikahan yang bahagiadan kekal
Undang-undang Nomor 1 Tahun bukanlah hal yang mudah,
1974sebagaimana yang telah di ubah dikarenakan ketika menikah dua
dengan Undang-undang Nomor 16 orang yang berbeda membawa
Tahun 2019 tentang perkawinan. problem, sifat, kodrat, serta karakter
Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang mereka masing-masing dalam
Tahun 1974, pengertian perkawinan kehidupan rumah tangga. Tidak
menyatakan : mungkin dua orang yang berlainan
“Perkawinan adalahikatan jenis bersatu dalam bingkai
lahir batin antara seorang pria dan perenikahan cocok secara sempurna.
seorangwanita sebagai suami isteri Tak selamanya keharmonisan akan
dengan tujuan membentuk keluarga selalau mejadi warna yang menghiasi
(rumah tangga yang bahagia dan hari-hari pasangan suami isteri,
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang kadang konflik bisa saja terjadi
Maha Esa)”. 1 bahkan hingga berujung perceraian.
Sebagaimana yang diketahui, Dalam Islam prinsipnya
perkawinan merupakan suatu perceraian tidak dilarang, namun
perintah agama. Diperintahkan oleh merupakan perbuatan yang dibenci
agama Islam ini adalah sebagai oleh Allah Swt. Hal ini dapat dilihat
pemenuhan dann pengaturan pada Hadis berikut yang dikutip oleh
kepentingan biologis manusia Ahmad Rofiq dalam kitab “Jalal al-
sebagai ciptaan tuhan. Dengan Din al –Suyuti al-Jami’ al-Saghir
dilaksanakan perkawinan, berarti Juz 1”: “ Sesungguhnya perbuatan
telah menjalankan sebagian dari yang halal yang paling dibenci oleh

2
Sirman Dahwal, Hukum Perkawinan
1
Moch dan Isnael, Hukum Perkawina Beda Agama Dalam Teori Dan Praktiknya Di
Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2016, hlm. Indonesia, CV. Mondar Maju, Bandung, 2016,
35 hlm.87
Allah adalah talak (perceraian).” harus terlebih dahulu mengajukan
(H.R Abu Daud, ibn Majah, dan Al- permohonan kepada Pengadilan
Hakim, dari Ibn Umar).3 Agama. Sedangkan cerai gugat
Istilah “perceraian” terdapat adalah cerai yang didasarkan atas
dalam Pasal 38 undang-undang adanya gugatan yang diajukan oleh
Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana isteri, agar perkawinan dengan
yang telah diubah dengan Undang- suaminya menjadi putus. 6
undang Nomor 16 Tahun 2019 Dalam Pasal 19 Peraturan
tentang perkawinan.yang memuat Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
ketentuan fakultatif bahwa Tentang Pelaksanaan undang-undang
“perkawinan dapat putus karena Nomor 1 Tahun 1974 tentang
kematian, perceraian, dan atas Perkawinan, menyatakan bahwa
putusan Pengadilan.”4 Jadi istilah perceraian dapat terjadi atau dilakukan
“perceraian” secara yuridis berarti karena alasan-alasan sebagai berikut:
putusnya perkawinan yang a. Salah satu pihak berbuat zina atau
mengakibatkan putusnya hubungan menjadi pemabok, pemadat,
sebagai suami isteri atau berarti penjudi dan lain sebagainya yang
berlaki–bini (suami isteri)5. uskar disembunyikan.
Secara garis besar, prosedur b. Salah satu pihak meninggalkan
gugatan perceian dibagi kedalam dua pihak lain selama 2 (dua) tahun
jenis, tergantung pihak mana yang berturut-turut, tanpa mendapat
mengajukan gugatanya, baik izin dari pihak lain dan tanpa
diajukan oleh suami maupun oleh alasan yang sah atau karena hal
isteri, yaitu cerai thalaq dan cerai lain diluar kemampuanya.
gugat. Cerai thalaq adalah cerai yang c. Sala satu pihak mendapat
dijatuhkan oleh suami terhadap hukuman penjara 5 (lima) tahun
isterinya, sehingga perkawinan atau hukuman yang lebih berat
menjadi putus. Seorang suami yang setelah perkawinan berlangsung
bermaksud menceraikan isterinya d. Salah satu pihak melakukan
Ahmad Rofiq, “ Hukum Perdata Islam di
3 kekejaman atau penganiayaan
Indonesia” PT Raja Grafindo,Jakarta, 2005, hlm.
213. berat yang membahayakan pihak
lain
4
Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun
1974
Muhammad Syaifuddin dkk, Hukum
5
Budi Susilo, Prosedur Guagtan Cerai,
6

Perceraian, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm., 15. Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2002, hlm. 17
e. Salah stu pihak mendapat cacat pertengkaran (syiqaq) dan tidak
badan atau penyakit dengan ada harapan untuk hidup rukun
akibat tidak dapat menjalankan lagi dalam rumah tangga.
kewajibannya sebagai suami/isteri g. Suami melanggar taklik talak atau
f. Antara suami dan isteri terus perjajian perkawinan
menerus terjadi perselisihan dan h. Peralihan agama atau murtad
pertengkaran, (syiqaq) serta tidak yang menyebabkan terjadinya
ada harapan akan hidup rukun ketidak rukunan dalam rumah
lagi dalam rumah tangga. tangga.
Selanjutnya menurut Pasal 116 Dalam perkara cerai talak,
Kompilasi Hukum Islam, perceraian sebagai penggugat adalah pihak suami
dapat terjadi karena alasan-alasan dan pihak tergugat adalah pihak isteri.
sebagai berikut, yaitu : Seperti telah dibahas di atas bahwa,
a. Suami berbuat zina, menjadi cerai talak adalah cerai yang
pemabuk, pemadat, penjudi dan dijatuhkan oleh suami tehadap
sebagainya yang sukar isterinya, sehingga perkawinan
disembuhkan. menjadi putus.Tata cara perceraian
b. Suami meninggalkan isteri selama diatur dalam Perundang-undangan.7
2 (dua) tahun tanpa izin isteri dan Seorang suami yang telah
tanpa alasan yang sah atau karena melangsungkan perkawinan menurut
hal lain di luar kemampuanya. agama Islam yang akan menceraikan
c. Suami mendapatkan hukuman isterinya, mengajukan surat kepada
penjara 5(lima) tahun atau lebih Pengadilan di tempat tinggalnya, yang
berat setelah perkawinan berisi pemberitahuan bahwa ia
berlangsung. bermaksud menceraikan isterinya
d. Suami melakukan kekejaman atau disertai dengan alasan- alasan serta
penganiayaan berat yang meminta kepada Pengadilan agar
membahayakan pihak isteri. diadakan sidang untuk keperluan itu.
e. Suami mendapat cacat badan atau Pengajuan perkara yang
penyakit dengan akibat tidak dilimpahkan pada pengadilan oleh
dapat menjalankan kewajibanya salah satu pihak suami maupun isteri
sebagai suami. menandakan bahwa perceraian
f. Antara suami isteri terus menerus
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Rineka
7

terjadi perselisihan dan Cipta, Jakarta,2005, hlm. 172


dilakukan tanpa membedakan hak dikeluarkan oleh hakim disebut
hukum setiap warga negara. Dengan dengan putusan verstek.
asas tersebut kedua pihak yang Mengenai pengertian verstek,
berperkara hendaklah memudahkan tidak terlepas kaitannya dengan fungsi
proses jalan perkara dengan mematuhi beracaradan
aturan hukum dan hadir penjatuhanputusanatasperkarayang
dipersidangan, sehingga keadilan disengketakan, yang
diwajibkan untuk benar-benar teliti memberiwewenangkepada
dalam pelaksanaanya. Hakim pun hakimmenjatuhkanputusantanpa
harus mengetahui dan paham betul hadirnya
hak-hak seseorang secara objektif penggugatatautergugat.Sehubungande
yang kemudian dilaksankan sesuai ngan itu, persoalan verstek tidak lepas
dengan ketentuan Allah. kaitanya dengan ketentuan Pasal 124
Hakim dalam persidangan HIR (Pasal 77 Rv) dan Pasal 125 ayat
perceraian dalam posisi ini berperan (1) HIR (Pasal 73 Rv).9
sebagai pihak yang akan Putusanverstek
mendamaikan kedua belah pihak yang diartikansebagaiputusanyangdijatuhk
berpekara untuk memutuskan perkara antanpa hadirnyatergugat
sesuai aturan. Untuk itu, hakim padaharisidangpertamatersebut,
diharuskan mendengarkan keterangan dapatberartitidak
dari kedua belah pihak (Pasal 121 sajapadaharisidangpertama
HIR/124 RBg). Saat kedua belah akantetapi jugaharisidangkeduadan
pihak yang bersengketa dipanggil di seterusnya. Walaupun demikian,
muka sidang mereka mendapatkan pengadilan sedapat mungkin
perlakuan yang sama, sehingga mengambilkebijakanuntuktidaklangs
keputusan dilaksanakanberdasarkan ungmengambilputusan verstek.
aturan hukum yang tepat.8 Namun, Memperhatikan penjelasan di
seringkali ketidak hadiran salah satu atas, pengertian teknis verstek ialah
pihak menuntut hakim untuk pemberian wewenang kepada hakim
menghasilkan keputusan tersendiri untuk memeriksa dan memutus
oleh pengadilan. Dalam hal ketidak perkara meskipun penggugat atau
hadiran inilah putusan yang tergugat tidak hadir di persidangan
8
M. Yahya Harahap, Kedudukan dan pada tanggal yang telah ditentukan.
Kewenangan Acara Peradilan Agama UU. No. 7
th. 1989, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 215 M. Yahya Harahap, ibid, hlm. 381
9
Dengan demikian, putusan diambil Pengadilan Agama Bengkulu kelas
dan dijatuhkan tanpa bantahan atau 1A
sanggahan dari pihak yang tidak 2. Apakah yang
hadir.10 menjadi faktor-faktor pertimbangan
Mengenai perkara cerai talak hakim dalam mengabulkan nafkah
pada putusan verstek yang penulis iddah dan mut’ah pada putusan
angkat, Pengadilan Agama verstek Nomor Perkara
Bengkulu Kelas 1A telah 0051/Pdt.P/2019/PA.Bn di

memutuskan perkara pada tahun Pengadilan Agama Bengkulu kelas

2019 tetang cerai talak dalam 1A tersebut?

putusan verstek dengan Nomor PEMBAHASAN


Putusan 0051/Pdt.P/2019/PA.Bn,
Hakim dimana amar putusanya A. DASAR PERTIMBANGAN

mengabulkan permohonan pemohon HAKIM DALAM


PENGABULAN NAFKAH
untuk memberi izin kepada
IDDAH DAN MUT’AH PADA
pemohon untuk menjatuhkan talak
PUTUSAN VERSTEK
satu raj’i dengan secara verstek dan
PERKARA CERAI TALAK
menghukum pemohon untuk
DENGAN NOMOR PERKARA
membayar nafkah iddah dan mut’ah
0051/PDT.P/2019/PA.BN DI
kepada termohon meski tanpa
PENGADILAN AGAMA
adanya Rekonvensi (tuntutan)
BENGKULU KELAS 1A
termohon.
Rumusan Masalah Cerai talak adalah ikrar suami
Berdasarkan latar belakang di hadapan sidang Pengadilan Agama
di atas, dapat dirumuskan yang menjadi salah satu sebab
permasalahan sebagai berikut : putusnya perkawinan (Pasal 117
1. Apakah yang KHI). Adapun akibat hukum
menjadi dasar pertimbangan hakim putusnya perkawinan karena cerai
dalam pengabulan nafkah iddah dan talak berdasarkan Pasal 149
mut’ah pada putusan verstek perkara Kompilasi Hukum Islam yaitu :
cerai talak dengan Nomor Apabila perkawinan putus
Perkara 0051/Pdt.P/2019/PA.Bn di karena talak, maka bekas suami
10
ibid wajib:
a. Memberikan mut‟ah yang layak bersikap aktif dengan menggunakan
kepada bekas isterinya, baik berupa hak yang dimiliki karena jabatannya
uang atau benda, kecuali bekas isteri untuk melindungi hak-hak isteri
tersebut qabla al- dukhul; akibat perceraian meskipun tidak
b. Memberikan nafkah, maskan, dan diminta oleh pihak Termohon (isteri)
kiswah (tempat tinggal dan pakaian) karena demi rasa keadilan dan
kepada bekas isteri selama dalam mengembalikan hak-hak yang
masa iddah, kecuali bekas isteri telah seharusnya dimiliki oleh isteri dan
dijatuhi talak ba’in atau nusyuz dan anak.
dalam keadaan tidakhamil; Tugas pokok hakim adalah
c. Melunasi mahar yang masih menerima, memeriksa, mengadili
terhutang seluruhnya dan separuh serta menyelesaikan setiap perkara
apabila qablaal-dukhul; yang diajukan kepadanya dan
d. Memberikan biaya hadhanah berkewajiban membantu para pencari
(pemeliharaan, termasuk didalamnya keadilan dan berusaha mengatasi
biaya pendidikan) untuk anak yang segala hambatan dan rintangan agar
belum mencapai umur 21 tahun. dapat tercapainya peradilan yang

Berdasarkan Pasal tersebut, sederhana, cepat, dan biaya ringan.

apabila suami akan menceraikan Hakim dalam menyelesaikan perkara

isterinya ia wajib untuk memberikan perdata berkewajiban untuk

nafkah seperti mut‟ah, nafkah menegakkan hukum dan keadilan.

iddahdannafkahanak(hadhanah).Kar Hakim wajib mengadili menurut

enahaltersebutadalah sebuah hukum karena hal tersebut sebagai

kewajiban yang harus ditunaikan kendali atas asas kebebasan hakim

oleh suami yang hendak menceraikan sebab tanpa adanya kewajiban

isterinya, maka apabila suami tidak mengadili menurut hukum, hakim

menunaikan kewajiban tersebut akan dengan berlindung atas nama

berdosa dan seorang Hakim yang kebebasan hakimdapat bertindak

memutuskannya pun akan ikut sewenang-wenang di dalam

menanggung beban dosa. Oleh menjatuhkan putusan, sedangkan tiap

karena itu, dalam proses putusan hakim harus dianggap benar

menyelesaikan perkara cerai talak dan harus dihormati (res judicata

hakim dianjurkan untuk untuk


provaritate habitur).11 yang dituntut oleh para pihak.

Terkait sistem hukum acara Demikian pula Menurut Yahya

perdata yang terdapat dalam Harahap, hakim yang mengabulkan

HIR/RBG adalah menyerahkan tuntutan melebihi posita maupu

kepada Hakim agar berperan untuk petitum gugat,

memimpin persidangan mulai dari dianggaptelahmelampauiwewenangat

permulaan proses berperkara sampai auultraviresyakni bertindak

dengan berakhirnya proses perkara melampaui wewenangnya (beyond of

tersebut. Hakim di dalam memimpin powers of his authority). Apabila

persidangan dapat melakukan putusan mengandung ultra petitum

beberapa tindakan seperti dengan harus dinyatakan cacat (invalid)

menggunakan asas et aequo et bono meskipun hal tersebut dilakukan oleh

tidak terikat pada bentuk dan isi hakim dengan itikad baik (good

petitum atau bahkan Hakim dapat faith) maupun sesuai dengan

memutus melebihi petitum yang ketentuan umum (publik interest).

diajukan para pihak (ultra petitum Namun aturan tersebut tidak


12
partium). Berdasarkan ketentuan berlaku secara kaku dan tegas.
yang terdapat dalam Pasal 178 ayat Sepertihalnya yang dilakukan di
(3) HIR/189 R.Bg telah mengatur Pengadilan Agama Bengkulu Kelas
bahwa:13 Hakim dilarang 1A, para hakim dapat memutuskan
menjatuhkan putusan atas hal-hal lebih dari apa yang dituntut.
yang tidak diminta atau mengabulkan Pertimbangan hukum yang
lebih daripada yang digugat. Pasal digunakan oleh hakim Pengadilan
tersebut telah membatasi Agama Bengkulu tidak berpedoman
kewenangan hakim dan tidak pada Pasal 178 ayat (3) HIR / 189
mengizinkan hakim untuk RBG melainkan mengacu pada Pasal
menjatuhkan putusan atas perkara 41 huruf c Undang-undang Nomor 1
yang tidak diminta atau melebihi apa Tahun 1974 tentang perkawinan
yang menyatakan “Pengadilan dapat
11
Sunarto, Peran Aktif Hakim dalam
Perkara Perdata, Prenada Media Group, Jakarta,
mewajibkan kepada bekas suami
2015, hal.7 untuk memberikan biaya
12
Ibid, hal 36
13
M. Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara penghidupan dan/atau menentukan
Perdata Peradilan Aagma dan Mahkamah
Syar’iyah di Indonesia, Prenada Media, kewajiban bagi bekas isterinya”.
Jakarta,2005, hal 57
Berdasarkan Pasal 41 huruf c kata Dengan demikian, tindakan
“dapat” ditafsirkan boleh secara ex hakim Pengadilan Agama Bengkulu
officio memberi ruang kepada dalam hal menetapkanmut‟ah dan
hakimuntuk menetapkan mut‟ah dan iddahtidakdituntuttermohon
iddah sebagai bentuk perlindungan namunkarena hal tersebut berkaitan
hak terhadap mantan isteri akibat erat dengan hukum akibat putusnya
perceraian. perkawinan karena talak, maka
Aturan tersebut bertolak hakim secara ex officio menghukum
belakang dengan aturan yang pemohonuntukmembayarkan
terdapat dalam Pasal 178 ayat (3) mut‟ahdaniddahkepadatermohon,buk
HIR/ 189 RBG yang melarang anlah sebuah ultra petitum. Tujuan
Hakim untuk menjatuhkan putusan hakim dalam menerapkan ex officio
atas hal-hal yang tidak diminta atau yaitu untuk menegakkan keadilan
mengabulkan lebih daripada yang bagi hakim bersifat mutlak .
digugat”. Hak ex officio hakim
Selain alasan penafsiran Pasal merupakan hak atau kewenangan
41 huruf c Undang-undang Nomor 1 yang dimiliki oleh hakim karena
Tahun 1974 di atas, menurut M. jabatannya, dan salah satunya adalah
Yahya Harahap mengenai batas memberikan sesuatu yang tidak ada
kebolehan hakim untuk memutus dalam tuntutan. Dalam perkera
secara ex officio dapat berpedoman perceraian, hakim dapat memutus
pada Putusan MA No. lebih dari yang diminta karena
140K/Sip/1971. Putusan ini jabatanya, hal ini berdasarkan Pasal
menegaskan, putusan judex facti 41 huruf C Undang-undang
yang bertitik tolak dari petitum Perkawinan,15
subsidair et aequo et bono atau Pengadilan Agama Bengkulu
mengadili berdasarkan kebijaksanaan Kelas 1A dalam menerapkan hak ex
Pengadilan, dapat dibenarkan dengan officio tersebut diterapkan khusus
syarat asalputusan itu masihdalam dalam perkara cerai talak, terutama
kerangka yang serasi dengan petitum pada nafkah yang sering tidak
primair. 14 dituntut oleh isteri seperti mut‟ah,
iddah. Hak ex officio di Pengadilan
14
M. Yahya Harahap, Kekuasaan
Mahkamah Agung Pemeriksaan Kasasi dan 15
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata
Peninjauan Kembali Perkara Perdata, Sinar pada Pengadilan Agama, Pustaka Pelajar,
Grafika, Jakarta, 2008, hlm.319 Yogyakarta, 2005, hlm.11
Agama Bengkulu Kelas Pemohon, penghasilan bersih setiap
1Aditerapkan dengan melihat kasus bulannya, dan waktu mereka hidup
permasalahan tertentu yang terjadi bersama dalam rumah tangga. Selain
diantara para pihak. Hakim itu, hakim dalam memutuskan
menerapkan Hak ex officio bertujuan perkara yang diputus secara
demi rasa keadilan dan untuk ex officio juga melihat pada
mengembalikan hak-hak yang permasalahan yang terjadi, kerelaan
dimiliki oleh isteri akibatperceraian.16 dari pihak Termohon, dan jenis

Berdasarkan putusan dengan nafkah yang pantas diberikan kepada

nomor perkara Termohon.

0051/Pdt.P/2019/Pa.Bn di Menurut Penulis, Hakim

Pengadilan Agama Bengkulu yang Pengadilan Agama Bengkulu dalam

penulis teliti, tidak ada tuntutan dari menerapkan Hak ex officio

termohon mengenai nafkah iddah mengutamakan skala prioritas pada

dan mut’ahtetapi Hakim secara ex asas keadilan. Hal tersebut

officio dapat memutuskan berdasarkan pertimbangan hakim

menghukum suami untuk bahwa meski tanpa adanya tuntutan

memberikan dari isteri, karena tidak hadirnya

nafkahiddahdanmut‟ah.Setiapperkara termohon didalam persidangan atau

yangditanganiolehhakim dan verstek maka otomatis dalam

ditetapkan secara ex officio terkait putusan tersebut tidak ada tuntutan.

nafkah berbeda-beda sesuai dengan Tetapi permasalahannya adalah

pertimbangannya. Majelis Hakim ketika gugatan dari suami terbukti

dalam mempertimbangkan mengenai dan dikabulkan oleh hakim, dan

besarnya nafkah yang harus ketika hakim mengabulkan tanpa

diberikan oleh Pemohon kepada adanya tuntutan apapun dari pihak

Termohon, sesuai dengan Pasal 160 isteri, maka hakim dalam

Kompilasi Hukum Islam, harus memutuskannya dirasa kurang adil

disesuaikan dengan kepatutan dan tanpa mengabulkan atau memberikan

kemampuan suami. Misalnya dengan hak yang dimiliki oleh isteri.

melalui pertimbangan jenis pekerjaan B. FAKTOR-FAKTOR


PERTIMBANGAN HAKIM
16
Wawancara dengan Sri Andriani, SH, DALAM MENGABULKAN
Panitera Pengadilan Agama Bengkulu, Tanggal 3
oktober 2019. NAFKAH IDDAH DAN MUT’AH
PADA PUTUSAN VERSTEK Majelis hakim dituntut untuk
NOMOR PERKARA memberikan putusan yang seadil-
0051/PDT.P/2019/PA.BN DI adilnya bagi kedua belah pihak.
PENGADILAN AGAMA KELAS
Dalam mengupayakan
1A
putusan yang adil, maka majelis
Faktor-faktor yang Menjadi hakim dalam pertimbangan
Pertimbangan Hakim Dalam hukumnya harus memuat beberapa
Menetapankan Jumlah Mut’ah dan hal, diantaranya:
Nafkah ‘Iddah Pada Putusan Nomor
1. Gambaran tentang upaya
0051/Pdt.P/2019/PA.Bn Penetapan
hakim dalam mengkwalifikasir fakta/
jumlah mut’ah dan nafkah ‘iddah
kejadian.
pada putusan Pengadilan Agama
Nomor 0051/Pdt.P/2019/PA.Bn 2. Penilaian hakim terhadap

didasarkan kepada faktor-faktor yang fakta-fakta yang diajukan para pihak.

menjadi pertimbangan hakim dalam 3. Pertimbangan hakim


memutus perkara tersebut. Dibawah secara kronologis dan terperinci
ini akan diuraikan mengenai faktor- terhadap fakta hukum baik dari pihak
faktor yang menjadi pertimbangan penggugat/ pemohon maupun
hakim serta kesesuaiannya dengan tergugat/ termohon.
hukum islam dan perundang-
4. Dasar hukum yang
undangan di Indonesia
digunakan oleh hakim dalam menilai
1. Pertimbangan Hakim dalam fakta dan memutus suatu perkara.
Menetapankan Jumlah Mut’ah
Pada perkara nomor
dan Nafkah ‘Iddah Pada Putusan
0051/Pdt.P/2019/PA.Bn Pengadilan
Nomor 0051/Pdt.P/2019/PA.Bn
Agama Bengkulu Kelas 1A majelis
Alasan atau faktor-faktor hakim telah berupaya untuk
yang menjadi pertimbangan hakim mendamaikan kedua belah pihak
dalam memutuskan suatu perkara agar mengurungkan niat mereka
memuat pertimbangan hakim secara untuk bercerai. Akan tetapi kedua
kronologis dan juga korelasi antara belah pihak tetap dengan pendirian
fakta hukum dalam persidangan mereka untuk melakukan perceraian.
dengan dalil-dalil hukum yang ada.
Pada perkara tersebut, majelis kepada bekas istrinya, memberikan
hakim telah memutuskan bahwa nafkah, maskan, dan kiswah kepada
jumlah mut’ah dan nafkah ‘iddah bekas istri selama masa ‘iddah.
yang harus di berikan oleh pemohon
1. Analisis Pertimbangan
atau suami kepada termohon atau
Hakim dalam Menetapankan
istri sejumlah Rp. 1.000.000 untuk
Jumlah Mut’ah dan Nafkah
mut’ah dan Rp. 6.000.000 untuk
‘Iddah Pada Putusan Nomor
nafkah ‘iddah.
0051/Pdt.P/2016/PA.Bn
Keputusan hakim tersebut
Mut’ah dan nafkah ‘iddah
didasarkan atas pertimbangan-
merupakan suatu kewajiban yang
pertimbangansebagai berikut:
harus dijalankan oleh suami sebagai
Menimbang bahwa pemohon suatu akibat karena telah mentalak
sebagai Pegawai Negeri Sipil istri. Mut’ah dan nafkah ‘iddah
menyatakan telah memperoleh izin menjadi sangat penting karena hal ini
perceraian dari Pejabat atas pemohon merupakan bentuk dari obat pelipur
dengan Rekomendasi Ketua lara karena telah diceraikan oleh
Pengadilan Negeri Kepayang Nomor: suami dan juga modal untuk
W8.U7.1205/Kp.01.0/XII/2018, menjalani kehidupan selama masa
tanggal 06 Desember 2018 yang ‘iddah. Pada perkara Nomor
ditanda tangani oleh ketua 0051/Pdt.P/2019/PA.Bn Pengadilan
Pengadilan Negeri Kepayang, Agama Bengkulu pemohon
dengan demikian terhadap perkara konvensi/ tergugat rekonvensi
ini telah memenuhi ketentuan pasal 3 sebelumnya tidak menentukan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 jumlah Mut’ah dan Nafkah ‘Iddah
Tahun 1983 yang telah diubah yang akan diberikan kepada isterinya
dengan Peraturan Pemerintah Nomor sebagai akibat dari cerai talak yang
45 tahun 1990. akan dilakukan.

Berdasarkan ketentuan Pasal Majelis hakim pada


149 dan Pasal 158 Kompilasi Hukum putusannya memiliki pertimbangan
Islam, bila mana perkawinan putus mengenai kewajiban pemohon
karena thalak maka bekas suami konvensi/tergugat rekonvensi untuk
wajib membayar mut’ah yang layak membayar mut’ah dan nafkah ‘iddah.
Pemohon konvensi/tergugat Majelis hakim dalam
rekonvensi terbebani kewajiban menetapkan jumlah mut’ah dan
ganda karena rekonvensi yang nafkah ‘iddah pada perkara Nomor
diajukan oleh termohon 0051/Pdt.P/2019/PA.Bn Pengadilan
konvensi/penggugat rekonvensi yang Agama Bengkulu yaitu dengan
menuntut pemohon mempertimbangkan penghasilan atau
kemampuan suami. Hal ini sebagai
Mengenai kepatutan dalam
bentuk upaya untuk memutuskan
memberikan mut’ah kepada istri
perkara tersebut dengan seadil-
sebagai akibat dari thalak telah diatur
adilnya.
dalam Kompilasi Hukum Islam pasal
160 yang isinya menyatakan bahwa: PENUTUP
“Besarnya mut’ah disesuaikan
A. Kesimpulan
dengan kepatutan dan kemampuan
Setelah melakukan
suami.” Hal tersebut sesuai dengan
pembahsan dan analisis pada bab
pendapat Madzhab Maliki dan
sebelumnya terhadap
Hambali bahwa kadar dan jenis
permaslahan yang diteliti, maka
mut’ah dilihat dari kondisi kaya atau
dapat diambil beberapa
miskinnya suami.
kesimpulan sebagai berikut :
Sedangkan untuk nafkah 1. Dasar pertimbangan
‘iddah suami berkewajiban hakimdalammemutus perkara cerai
memberikan nafkah, maskan dan talak dengan nomor perkara
kiswan kepada bekas istrinya selama 0051/Pdt.P/2019/Pa.Bn di
masa ‘iddah. Pengadilan Agama Bengkulu, hakim
memutus perkara berdasarkan pada
Pasal 49 Undang-undang Nomor 1
Tahun 1989 yang telah di ubah
dengan undang-undang Nomor 3
Tahun 2006 dan Undang-undang
Nomor 50 Tahun 2009 berdasarkan
pada ketentuan Pasal 41 huruf C
Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974, putusan MA No.
140K/Sip/1971 serta Pasal 149
Kompilasi Hukum Islam. 4. Dasar hukum yang
Menurut Penulis, Hakim digunakan oleh hakim dalam menilai
Pengadilan Agama Bengkulu dalam fakta dan memutus suatu perkara.
menerapkan Hak ex officio B.Saran
mengutamakan skala prioritas pada 1. Penul
asas keadilan. Hal tersebut peradilan khususnya Peradilan
berdasarkan pertimbangan hakim Agama, melalui hakim agar
bahwa meski tanpa adanya tuntutan menghasilkan produk hukum
dari isteri, karena tidak hadirnya yang yang berkualitas yaitu
termohon didalam persidangan atau suatu produk hukum yang
verstek maka otomatis dalam memberikan sesuatu yang lebih
putusan tersebut tidak ada tuntutan, dari sekedar keadilan prosedural,
namun hakim dalam memutuskan tetapi juga harus mampu
perkara tersebut dirasa kurang adil menggali keinginan masyarakat
tanpa mengabulkan atau memberikan dan memiliki komitmen
hak yang dimiliki oleh isteri. tercapainya keadilan serta
memenuhi unsur kepastian
hukum, keadilan dan manfaat
2. Hakim dalam mengabulkan nafkah idah bagi banyak orang.
dan mut’ah pada perkara ini 2. Dihara
mengupayakan putusan yang adil, acara Pengadilan Agama
dengan pertimbangan hukum nya terutama mengenai putusan
harus memuat beberapa hal, verstek dapat di atur lebih baik
diantaranya: lagi, dan juga putusan verstek
yang saat ini masih diatur dalam
1. Gambaran tentang upaya
HIR dan RB,g harus dilakukan
hakim dalam mengkwalifikasir fakta/
unifikasi dan kodifikasi hukum
kejadian.
agar dapat diatur lebih jelas
2. Penilaian hakim terhadap
dalam Undang-undang.
fakta-fakta yang diajukan para pihak.
3. Pertimbangan hakim secara kronologis
DAFTAR PUSTAKA
dan terperinci terhadap fakta hukum
baik dari pihak penggugat/ pemohon Buku-Buku
maupun tergugat/ termohon. Grafika,jakarta, 2015
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Lilik Mulyadi, Putusan Hkim Dalam
(Suatu Kajian Filosofis dan Hukum Acara Perdata Indonesia
Sosiologis), Toko Gunung , Teori, Praktik Membuat Dan
Agung, Jakarta, 2002. Permaslahanya, Citara Aditya
Bakti, Bandung, 2009.
Ahmad Fanani, Hak Ex Officio Hakim:
Studi Kasus Perceraian di M. Fauzan, Pokok-Pokok Hukum
Pengadilan Agama Sidoarjo No. Acara Perdata Peradilan Aagma
3513 Th.2015, Jurnal Tsaqafah dan Mahkamah Syar’iyah di
Vol. 13, No.2, November 2017 Indonesia, Prenada Media,
Jakarta, 2005
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di
Indonesia PT Raja Moch dan Isnael, Hukum Perkawina
Grafindo,Jakarta, 2005. Indonesia, Refika Aditama,
Bandung, 2016.
Bambang Sugeng A.S. dan Sujayiadi,
Hukum Acara Perdata dan Muhammad Syaifuddin dkk, Hukum
Dokumen Litigasi Perkara Perceraian, Sinar Grafika,
Perdata, Kencana, Jakarta, 2011. Jakarta, 2013.

Budi Susilo, Prosedur Guagtan Cerai, Mukti Arto, praktek perkara Perdata
Pustaka Yustisia, Yogyakarta, pada Pengadilan Agama, Pustaka
2002 Pelajar, Yogyakarta, 2005.

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Nuruddin, dkk, Hukum Perdata Islam
Terjemahanya, CV Penerbit di Indonesia, Prenada Media,
Diponegoro, Bandung, 2015. Jakarta, 2004.
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Prajudi Atmosudirjo, Hukum
Mencari : Memahami dan Administrasi Negara, Ghalia
Memahami Hukum, Laksbang Indonesia, Jakarta, 2008.
Pressindo, Yogyakarta, 2010.
Said Sampara dkk, Pengantar Ilmu
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid Hukum, Total Media,
2, Analisa Fiqih Mujtahid, Yogyakarta, 2011
Pustaka Amani, Jakarta, 2007
Sirman Dahwal, Hukum Perkawinan
Iskandar. Dkk,Panduan Penulisan Beda Agama Dalam Teori Dan
Tugas Akhir Untuk Sarjana Praktiknya Di Indonesia, CV.
Hukum (S1), Bengkulu, Fakultas Mondar Maju, Bandung, 2016
Hukum Universitas Bengkulu,
2018. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif
Kansil C.S.T, Christine, S.T Kansil, Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja
Engeliieb R, Palandeng dan Grafindo Persada, Jakarta, 1983.
Godlieb N Mamahit, Kamus
Istilah Hukum, Jakarta, 2009. Sudarsono, Hukum Perkawinan
Nasional, Rineka Cipta,
Jakarta,2005.
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Undang-undang Nomor 16 Tahun
Perdata Indonesia, Liberty, 2019 Tentang Perkawinan
Yogyakarta, 2009.
Undang-undang Nomor 7
Suhrawardi K. Lunis, Etika Profesi Tahun sebagaimana telah diubah
Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, terahir dengan Undang-undang
2000. Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Peradilan Agama
Sunarto, Peran Aktif Hakim dalam
Perkara Perdata, Prenada Media Undang-undang Nomor 48
Group, Jakarta, 2015 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman
Syaikh Husain bin’Audah,
Ensiklopedia Fiqih Praktis. Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan
Yahya Harahap M, Hukum Acara Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 1974
2011
Instruksi Presiden R.I Nomor
_______________, Kedudukan dan 1Tahun 1991, Kompilasi Hukum
Kewenangan Acara Peradilan Islam, Departemen Agama R.I
Agama UU. No. 7 th. 1989, Direktorat Jenderal Pembinaan
Sinar Grafika, Jakarta, 2005. Kelembagaan Agama Islam Tahun
2000
_______________, Kekuasaan
Mahkamah Agung Pemeriksaan Putusan Mahkamah Agung
Kasasi dan Peninjauan Kembali Nomor 140K/Sip/1971.
Perkara Perdata, Sinar Grafika,
Jakarta, 2008 Kamus

Peraturan Perundang- Kamus Besar Indonesia,


Undangan https://kbbi.kedikbud.go.id/ Tanggal
3 Oktober Tahun 2019.
Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan Mahmud Yunus, Kamus
sebagaimana telah diubah dengan Arab Indonesia, PT. Hidakarya
Agung, Jakarta, hlm.409

Anda mungkin juga menyukai