Anda di halaman 1dari 5

Pembahasan

Kesiapsiagaan umum termasuk kategori kurang karena hanya memenuhi 1 dari


indikator. Indikator yang telah terpenuhi yaitu organisasi dan tata laksana sementara
indikator yang belum terpenuhi yaitu peta daerah rawan bencana dan rencana
kontingensi. Seharusnya dalam kesiapsiagaan umum Puskesmas Suboh juga
memiliki peta daerah rawan bencana dan rencana kontingensi sesuai dengan
spesifikasi kerawanan bencana setempat. Menurut UndangUndang RI No. 24 Tahun
2007 Tentang penanggulangan bencana, kesiapsiagaan dilakukan melalui
pengorganisasian dan tata laksana yang telah ditetapkan
Organisasi dan tata laksana yang ada di Puskesmas Suboh berupa Tim Gerak Cepat
yang diterjunkan untuk melaksanakan penilaian awal situasi bencana dengan tujuan
mengidentifikasi lokasi kejadian secara tepat, waktu terjadinya bencana, tipe
bencana yang terjadi, perkiraan jumlah korban, risiko potensial tambahan dan
populasi yang terpapar oleh bencana. Hal tersebut sudah terpenuhi dan sesuai
dengan tugas yang telah ditetapkan. Dalam situasi keadaan darurat bencana sering
terjadi kegagapan Istiqomah et al. Kesiapsiagaan Bencana di Puskesmas Suboh…

pananganan dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi


kerusakan sehingga mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan
darurat bencana, dengan adanya TGC ini hal tersebut dapat dihindari, sistem
koordinasi akan terbangun dengan baik, penyaluran bantuan, distribusi logistik
terpantau sehingga kegiatan penanganan tanggap darurat dapat terukur dan
terarah. Pada indikator yang kedua yaitu peta daerah rawan bencana, Puskesmas
Suboh tidak memiliki peta daerah rawan bencana hal ini disebabkan Puskesmas
Suboh kurang mengerti pentingnya fungsi dari peta daerah rawan bencana tersebut
hanya terdapat peta imunisasi dan daerah UCI. Melakukan pembuatan peta wilayah
kerja yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi daerah rawan bencana, peta
sumber daya kesehatan diwilayah kerja, peta risiko bencana, peta elemen-elemen
masyarakat yang kemungkinan menjadi korban bencana dan peta potensi
masyarakat dan lingkungan merupakan salah satu fungsi dari puskesmas. Ha
ltersebut menunjukkan bahwa Puskesmas Suboh belum melakukan fungsinya
sebagai pusat penggerak pembangunan berawawasan kesehatan. Peta daerah
rawan bencana ini sebenarnya sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama
dalam antisipasi kejadian bencana alam. Masyarakat dan pemerintah dapat
mengetahui dan memahami kondisi kebencanaan di lingkungannya sehingga mereka
dapat membuat rencana kesiapsiagaan. Puskesmas Suboh yang tidak memiliki peta
daerah rawan bencana akan sulit mengetahui dan memahami kondisi di wilayah
kerja puskesmas terlebih lagi untuk membuat rencana kesiapsiagaan maupun
rencana kontingensi. Pada indikator yang ketiga yaitu rencana kontingensi. Rencana
kontingensi akan mampu meminimalisir dampak bencana, mencakup pengembangan
skenario dan perkiraan kebutuhan,dana, sumberdaya manusia dan lainnya, dan
menentukan mekanisme pengambilan keputusan. Puskesmas Suboh tidak
mempunyai rencana kontingensi karena belum mengerti arti dan pentingnya rencana
kontingensi, padahal rencana kontingensi ini penting sebagai upaya pencegahan dan
pengurangan risiko akibat bencana yang diantaranya mencakup proses pengaturan
awal sehingga bisa membuat perencanaan atau menyusun strategi dan prosedur
dalam menanggapi potensi krisis atau kedaruratan yang akan terjadi. Mengingat
pentingnya rencana kontingensi ini merupakan bagian penting dari keseluruhan
program kesiapsiagaan maka sebaiknya Puskesmas Suboh dapat membuat rencana
kontingensi sesuai dengan spesifikasi kerawanan bencana setempat yaitu bencana
tanah longsor.Kesiapsiagaan bidang pelayanan kesehatan termasuk kategori cukup
karena telah memenuhi 17 dari 27 indikator. Puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan pertama yang ada diwilayah bencana menjadi sangat penting peranannya
terutama dalam pengorganisasian layanan kesehatan selama situasi bencana.
Pelayanan puskesmas terfokus dalam pencarian dan penyelamatan korban yang
memerlukan baik personel medis (SDM) atau peralatannya. Puskesmas Suboh sudah
memiliki sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan tersebut diantaranya
terdapat UGD yang stand by 24 jam lengkap dengan peralatan sesuai standar,
terdapat 1 orang dokter, 3 orang perawat dan 1 sopir, tetapi dari 3 profesi ini hanya
perawat saja yang mendapatkan pelatihan PPGD. Sebaiknya baik itu dokter, perawat
maupun sopir juga mendapatkan pelatihan agar lebih cepat tepat dan tidak keliru
dan penanganan korban gawat darurat akibat bencana.Kesiapsiagaan bidang
surveilans termasuk kategori baik karena telah memenuhi semua indikator
kesiapsiagaan. Menurut WHO dalam Kemenkes RI Nomor
1116/Menkes/SK/VIII/2003, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan dan
analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran
informasi kepada unit yang yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Puskesmas mempunyai tugas untuk mengumpulkan data mengenai data bencana,
sumber daya sarana, tenaga dan dana, sanitasi dasar, upaya kesehatan,
penanggulangan bencana, status kesehatan dan gizi serta data mengenai masalah
pelayanan kesehatan, melakukan pengolahan data mengenai masalah kesehatan
untuk melihat besaran dan kecenderungan permasalahan kesehatan untuk
peningkatan pelayanan dan menyiapkan data masalah kesehatan dalam bentuk
tabel, grafik, pemetaan, dll untuk dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Kegiatan yang dilakukan Puskesmas Suboh dalam surveilans ini
yaitu pengamatan dan pencatatan bencana yang pernah terjadi, dan identifikasi
desa rawan bencana. Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas Suboh telah
melaksanakan tugas surveilans pada masa bencana. Diharapakan kegiatan yang
telah dilakukan tersebut dapat memberikan informasi kepada unit yang
membutuhkan terutama badan atau instansi yang terkait bencana untuk
menentukan kebijakan penanggulangan bencana dan secara terus menerus dapat
dilakukan tidak hanya saat bencana tersebut terjadi.

Kesiapsiagaan bidang penyehatan lingkungan termasuk kategori kurang karena


hanya memenuhi 6 dari 17 indikator. Seharusnya Puskesmas Suboh Istiqomah et al.
Kesiapsiagaan Bencana di Puskesmas Suboh…harus memenuhi semua indikator
kesiapsiagaan penyehatan lingkungan hal ini terkait dengan bagaimana penanganan
masyarakat di pengungsian. Kamp pengungsian sementara sering menciptakan
daerah-daerah dengan kepadatan penduduk tinggi sementara layanan yang sesuai
kemungkinan tidakada. Kekurangan fasilitas air dan sanitasi dasar menurunkan
derajat higiene yang ada dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
menular.Pemilihan lokasi pengungsian sangat penting untuk memastikan bahwa
kamp tersebut memiliki akses ke layanan penyediaan air dan kesehatan lingkungan
lain yang dapat diandalkan. Beberapa aspek yang belum tersedia seperti yang
disebutkan diatas dapat memicu terjadinya letupan penyakit misalnya
ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah akan menyebabkan sampah di
penampungan berserakan dan menjadi sarang vektor (lalat, tikus, nyamuk) yang
dapat menularkan penyakit pada manusia seperti diare, kolera dan thypus. Hal ini
bisa saja terjadi apabila vektor yang berasal dari sampah tersebut menghinggapi
makanan (foodborne disease) dan ketidaktersediaan MCK darurat juga menjadi
masalah karena banyak penyakit menular menyebar melalui makanan dan minuman
yang terkontamniasi feses, dengan demikian harus dilakukan upaya dengan
memastikan pembuangan ekskreta yang saniter dan amenyediakan beberapa bahan
penyehatan lingkungan yang digunakan untuk menjamin tersedianya air yang bersih
dan layak dipakai oleh masyarakat. Kesiapsiagaan bidang penyehatan logistik
termasuk kategori cukup karena memenuhi 41 dari 57 indikator. Puskesmas Suboh
telah siap sedia semua logistik pada berbagai penyakit. Namun untuk kantung
mayat, tenda dan ambulans kit pihak
puskesmas tidak menyediakan, kantung mayat dan tenda biasanya meminjam pada
BPBD. Secara umum puskesmas sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat terutama pada saat terjadi bencana, puskesmas harus
memiliki persediaan logistik terutama penyediaan obat yang memadai. Penyediaan
obat dalam situasi bencana merupakan salah satu unsur penunjang yang sangat
penting dalam pelayanan kesehatan pada saat bencana. Hal ini guna mencegah
terjadinya penyakit dan penularan penyakit. Agar penyediaan obat dan perbekalan
kesehatan tersebut dapat membantu pelaksanaan pelayanan kesehatan pada saat
kejadian bencana, maka jenis obat dan perbekalan kesehatan harus sesuai dengan
jenis penyakit. Beberapa logistik yang disediakan Puskesmas Suboh telah
disesuaikan dengan beberapa jenis penyakit yang biasanya muncul pasca bencana
diantaranya penyakit diare, DBD, ISPA, Thypoid, penyakit kulit, dan penyakit mata
hal ini bertujuan untuk agar logistik yang disediakan tidak terbuang percuma.
Puskesmas Suboh tidak memiliki persediaan logistik khusus untuk bencana hal ini
terkait dengan masa kadaluwarsa dan anggaran dana yang tidak tersedia untuk
bencana namun ketika ada bencana, maka logistik yang digunakan untuk keadaan
darurat adalah logistik yang tersedia di program dan selanjutnya Dinas Kesehatan
akan memberikan bantuan untuk mensuplai ketika persediaan habis. Hal ini sesuai
dengan Pedoman Teknis Penanggulangan Kesehatan Akibat Bencana dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa penyediaan dan pendistribusian
obat dan perbekalan kesehatan dalam penanggulangan bencana pada dasarnya
tidak akan membentuk sarana dan prasarana baru, tetapi menggunakan sarana dan
prasarana yang telah tersedia, hanya intensitas pekerjaannya ditingkatkan dengan
memberdayakan sumber daya. Obat dan Perbekalan Kesehatan yang tersedia di
pustu dan puskesmas dapat langsung dimanfaatkan untuk melayani korban
bencana, bila terjadi kekurangan dapat meminta tambahan tambahan ke Dinkes
Kabupaten/Kota.

Simpulan dan Saran


Hasil penilaian kesiapsiagaan bencana Puskesmas Suboh menunjukkan
kesiapsiagaan secara umum termasuk kategori kurang, kesiapsiagaan bidang
pelayanan termasuk kategori cukup, kesiapsiagaan bidang surveilans termasuk
kategori baik, kesiapsiagaan bidang penyehatan lingkungan termasuk kategori
kurang dan kesiapsiagaan bidang logistik termasuk kategori cukup.

Saran bagi Puskesmas Suboh Pada kesiapsiagaan di bidang umum perlu membuat
peta daerah rawan bencana dan rencana kontingensi, pada kesiapsiagaan di bidang
pelayanan kesehatan perlu meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana yang
kurang yaitu tenda untuk pengungsian, identitas tim kesiapsiagaan seperti seragam,
spanduk dan bendera untuk identifikasi korban. Sumber daya manusia antara lain
dokter, perawat dan sopir perlu mendapatkan pelatihan PPGD, Pada kesiapsiagaan
di bidang penyehatan lingkungan perlu menyediakan tempat pembuangan sampah
di penampungan, melengkapi beberapa sumber daya yang masih kurang yaitu PAC,
kaporit, aquatab, mist blower, aicon dan MCK darurat, pada kesiapsiagaan di bidang
logistik perlu melengkapi persediaan logistik yang belum ada seperti oralit, malation,
OBP, infus set, blender, kantung mayat, dan ambulans kit. Dinas Kesehatan dapat
memberikan bekal materi dan sosialisasi tentang penanggulangan bencana. Salah
satunya dengan pemberian pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat bagi
tenaga Istiqomah et al. Kesiapsiagaan Bencana di Puskesmas Suboh… puskesmas
antara lain sopir ambulans, perawat, dan dokter.
Supervisi dan bimbingan teknis dalam rangka kesiapsiagaan bencana.

Daftar Pustaka
[1] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Rencana Nasional Penanganan
Bencana 2010-2014. Jakarta; 2009.
[2] Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Situbondo. Profil dan
Wilayah Potensi Bencana di Kabupaten Situbondo. Situbondo; 2014.
[3] Indonesia. Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman Puskesmas dalam
Penanggulangan Bencana. Jakarta; 2005.
[4] Indonesia. Undang-Undang RI No.24 Tahun 2007. Penanggulangan
Bencana:Jakarta; 2007
[5] Arikunto S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV.
Jakarta: Rineka Cipta; 2006.
[6] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Indeks Rawan Bencana Indonesia.
Jakarta:
BNPB. Jakarta; 2011.
[7] Pan American Health Organization. Bencana Alam Perlindungan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC; 2006.
[8] Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1116. Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi. Jakarta; 2003.
[9] Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Pedoman Teknis
Penanggulanga Krisis Kesehatan Akibat Bencana. Jakarta;2011

Anda mungkin juga menyukai